Krishnamurti Subtitles home


BR76T1 - Transformasi yang menyiratkan kebebasan
Ceramah Umum #1
Brockwood Park, UK
28 Agustus 1976



0:20 What shall we talk about, this morning? I would like to talk over together with you, if I may, the very serious problem of how to bring about deep transformation of man, of a human being. That’s what I would like to discuss, talk over and share together. If it is at all possible for man, a human being, who represents the whole of the world – every human being is the whole of the world – can that human entity undergo a deep, radical transformation, not superficial changes, not move from one cage to another, or one system to another, one guru to another, or one belief to another, but deep transformation which implies freedom, totally, from all belief, from all ideals, from all contradictions in our actions, in our daily life? And can this be done without any effort, without the battle of the opposites? Apa yang hendak kita bicarakan pagi ini? Saya ingin membicarakan dengan Anda, jika boleh, masalah yang sangat serius tentang bagaimana mewujudkan transformasi mendalam bagi seseorang, seorang manusia. Itulah yang ingin saya diskusikan, bicarakan, dan bagikan bersama. Mungkinkah bagi seseorang, seorang manusia, yang mewakili keseluruhan dunia – setiap manusia adalah keseluruhan dunia – dapatkah entitas manusia itu mengalami transformasi radikal, mendalam, bukan perubahan superfisial, bukan pindah dari satu sangkar ke sangkar lain, atau dari satu sistem ke sistem lain, satu guru ke guru lain, atau satu kepercayaan ke kepercayaan lain, melainkan transformasi mendalam yang bermakna kemerdekaan, secara total, dari kepercayaan mana pun, dari ideal apa pun, dari kontradiksi apa pun, dalam tindakan kita, dalam keseharian kita? Dan dapatkah ini dilakukan tanpa daya upaya apa pun, tanpa pertempuran antara hal-hal yang bertentangan?
2:38 That is the problem and that’s the question I think we ought to talk over, together, during these four talks and two discussions. Because I feel that when a human being changes, radically, he affects the whole consciousness of the world because the world is you and you are the world, basically. You may have different manners, different costumes, different colour, different taste, but essentially, deeply, wherever you go – whether the Far East or the Near East or here or America – human beings are, essentially, the same: they suffer, they have got great anxieties, deep problems, problems of relationship, problems of war, nationality – great suffering. So, basically, deeply, every human being is the other human being. I think this is not a theory, a concept, a hypothesis, but an actuality. This, I think, is very important to understand, not intellectually, not verbally, but actually feel the reality of it, the truth of it – that we are, essentially, the same, right through the world because our foundation, our existence is based, wherever we are, on relationship, on conflict, confusion, pain, anxiety, great fears and deep sorrow. I think this is a fact, not what I would like to believe, or what I would urge you to believe. But when we know this as a truth, not a conclusion, not a thing that, intellectually, you contrive, and so believe in, but an actual reality. So, you are the world and the world is you. And if there is a radical change in that consciousness, then you affect the whole of mankind. Itulah permasalahan dan itulah pertanyaan yang saya pikir, semestinya kita bicarakan, bersama, sepanjang 4 percakapan dan 2 diskusi ini. Sebab saya merasa bahwa saat seorang manusia berubah, secara radikal, ia memberi dampak pada keseluruhan kesadaran dunia ini sebab dunia ini adalah Anda dan Anda adalah dunia ini, pada dasarnya. Anda mungkin mempunyai adat yang berbeda, pakaian yang berbeda, warna berbeda, selera berbeda, namun secara esensial, secara mendalam, di mana pun Anda berada – entah di Timur Jauh atau Timur Dekat atau di sini atau Amerika – manusia, secara esensial, sama: mereka menderita, mereka punya kecemasan besar, masalah mendalam, masalah dalam hubungan, masalah peperangan, kebangsaan – penderitaan besar. Jadi pada dasarnya, secara mendalam, setiap manusia adalah manusia lainnya. Saya pikir, ini bukan teori, bukan konsep, ataupun hipotesis, melainkan aktualitas. Ini, saya pikir, sangatlah penting dipahami, bukan secara intelektual, bukan secara verbal, melainkan sungguh merasakan realitasnya, kebenarannya –bahwa kita, secara esensial, sama, di seluruh penjuru dunia karena dasar kita, eksistensi kita, di mana pun kita berada, terletak pada hubungan, pada konflik, kebingungan, kepedihan, kecemasan, rasa takut yang hebat dan dukacita mendalam. Saya pikir, ini fakta, bukan sesuatu yang ingin saya yakini, atau sesuatu yang saya desak agar Anda yakini. Namun, saat kita mengetahuinya sebagai suatu kebenaran, bukan kesimpulan, bukan suatu yang, secara intelektual, Anda pikirkan kemudian yakini, melainkan realitas sesungguhnya. Maka, Anda adalah dunia ini dan dunia ini adalah Anda. Dan bila terjadi perubahan radikal dalam kesadaran itu, Anda memberi dampak pada seluruh umat manusia.
6:19 Can we go on, from there? Please, this is not an intellectual gathering – whatever that word may mean – nor is it a form of entertainment. We are fairly serious people, I hope, and observing what the world is, what is happening both externally and inwardly – the confusion, the wars, the brutalities and so on, so on, to radically bring about a deep change, which is so utterly necessary and important. It seems to me that our chief problem, or our chief concern is whether it’s possible to bring about a radical change in man. Because we are conditioned: historically, religiously, by the culture in which we live, our consciousness is enclosed, bound, and we are talking about the content of that consciousness, and the changing of that content. The content makes for consciousness. Doesn’t it? Right? Please, though the speaker is expressing this in words we are both of us sharing the thing, together. We are not doing a propaganda, we are not trying to convince you of anything, because we are not an authority, we are not a guru. To me, it is an abomination in matters of the spirit to have any kind of authority. For authority breeds fear, conformity, acceptance of someone who knows and another who does not know. But when one says, ‘I know,’ you may be sure he does not know. Dapatkah kita melanjutkannya, dari situ? Tolong, ini bukanlah perkumpulan intelektual –apa pun artinya itu– bukan pula semacam hiburan. Kita orang-orang yang cukup serius, saya harap, dan mengamati apa dunia itu, apa yang terjadi baik secara batiniah maupun lahiriah –kebingungan itu, peperangan, kekejian, dan seterusnya, seterusnya, untuk membawa perubahan yang mendalam secara radikal, yang sungguh-sungguh perlu dan penting. Tampaknya, masalah utama kita, keprihatinan utama kita yaitu mungkinkah menimbulan perubahan radikal di dalam manusia. Karena kita terkondisi: secara historis, religius, oleh budaya yang di dalamnya, kita hidup, kesadaran kita dikungkung, dibelenggu, dan kita sedang memperbincangkan isi dari kesadaran itu, serta berubahnya isi tersebut. Isi tersebut menghasilkan kesadaran. Tidakkah demikian? Benar? Tolong, walaupun pembicara sedang mengungkapkannya dengan kata-kata, kita berdua sedang berbagi hal ini, bersama-sama. Kita tidak sedang melakukan propaganda, kita tidak berusaha meyakinkan Anda tentang sesuatu, karena kita bukanlah suatu otoritas, kita bukanlah guru. Bagi saya, itu merupakan suatu hal menjijikkan bagi semangat apabila mempunyai otoritas seperti apa pun. Sebab otoritas melahirkan ketakutan, konformitas, penerimaan bahwa seseorang mengetahui, sedangkan yang lain tidak mengetahui. Namun, ketika seseorang berkata, "Saya tahu," Anda boleh yakin, dia tidak tahu.
9:37 So, we are sharing this question together, not verbally, not theoretically, but actually, in our life, in observing ourselves, in becoming aware of our own activities and our own ways of thinking, acting, believing. So, we are concerned in the radical transformation in the content of our consciousness. Our consciousness is made up of those things which man has collected during centuries upon centuries of existence – his ideas, his beliefs, his fears, his pleasures, his great sorrow and fear of death, and all the rest of the content, in which is included knowledge – the known as well as the hope to discover what is beyond the known. All that is in our consciousness. I hope you’re not bothered by the flies. They seem to be concentrating on me. Jadi, kita berbagi pertanyaan ini bersama-sama, bukan secara verbal, bukan teoretis, melainkan secara nyata, dalam kehidupan kita, ketika mengamati diri kita. ketika menyadari aktivitas- aktivitas kita sendiri dan cara pikir kita sendiri, cara bertindak, berkeyakinan. Jadi, kita punya keprihatinan tentang transformasi radikal di dalam isi kesadaran kita. Kesadaran kita dibangun dari hal-hal yang telah dikumpulkan manusia selama berabad-abad masa keberadaannya – ide-idenya, keyakinannya, ketakutannya, kenikmatannya, dukacita dan ketakutannya yang besar terhadap kematian, dan semua isi lainnya, yang di dalamnya, termasuklah pengetahuan – yang-dikenal serta pengharapan untuk menemukan apa yang melampaui yang-dikenal. Semua itu terdapat dalam kesadaran kita. Saya harap, Anda tak terganggu karena lalat. Mereka seolah berpusat pada saya.
11:20 So, please, we are enquiring together into the content of our consciousness which is you, which is yourself, and in that enquiry, we are going to discover, if it is at all possible, the nature and the structure of that consciousness, the content of that consciousness, and whether it is possible to empty that consciousness of its content and perhaps come upon a totally different dimension. This is what we are proposing to do during all these four talks and two discussions. So, it is not that you merely listen to the speaker, but you are with him enquiring into your consciousness, into your beliefs, into your ideas, fears, pleasures and all the agonies that human beings go through, together. So, it is your responsibility much more than the speaker’s. If you are serious and if you want to go into it we’ll go, together. But if you’re not serious, if you don’t want to enquire into all this human misery, and whether it is possible to end it, then please, leave! You understand? Leave! It’s not worth taking your time and trouble. Jadi, tolong, kita menyelidiki bersama ke dalam isi kesadaran kita, yakni Anda, yakni diri Anda, dan dalam penyelidikan itu, kita akan menemukan, jika itu benar-benar mungkin, sifat dan struktur kesadaran itu, isi kesadaran itu, dan apakah kesadaran itu dapat dikosongkan dari isinya lalu mungkin menemui suatu dimensi yang seluruhnya berbeda. Inilah yang kita tawarkan untuk dilakukan sepanjang empat percakapan dan dua diskusi ini. Jadi, Anda tidak mendengarkan si pembicara melulu, tetapi Anda menyelidiki bersama dia ke dalam kesadaran Anda, ke dalam keyakinan Anda, ke dalam ide, ketakutan, kenikmatan, dan seluruh penderitaan-mendalam yang dialami umat manusia, bersama-sama. Jadi, itu lebih merupakan tanggung jawab Anda daripada si pembicara. Jika Anda serius dan jika Anda ingin membahasnya, kita akan melakukannya, bersama. Tetapi, jika Anda tidak serius, jika Anda tidak ingin menyelidik ke dalam semua derita manusia ini dan apakah mungkin untuk mengakhirinya, tolong, pergilah! Anda paham? Pergilah! Ini tidak sepadan dengan waktu dan kerepotan Anda.
13:32 So, together, we are going to enquire, explore, and to explore, there must be freedom. That’s necessary, isn’t it? If you want to enquire into something you cannot come with all your prejudices, with all your beliefs, dogmas, and all the rest of it, or hope, but which will prevent your enquiry. Jadi, bersama-sama, kita akan menyelidiki, menjelajahi, dan untuk menjelajahi, harus ada kebebasan. Itu perlu, bukan? Jika Anda ingin menyelidiki sesuatu, Anda tidak dapat membawa semua prasangka Anda, semua keyakinan, dogma Anda, dan yang lainnya, ataupun pengharapan, apa pun yang dapat mencegah penyelidikan Anda.
14:04 So, the first thing – and, perhaps, the first step is the last step – is that there must be freedom to enquire. So, please, we are asking each other in the process of enquiry, that very enquiry demands that one be free to look, free to observe. And it’s impossible to observe if you come to it, if you come to explore with all your previous conclusions, or what you wish it to be. So, there must be freedom to enquire. I hope we are together in this. Bené? Can we go on? So, the first thing is, in enquiry, is the enquirer, the man, the entity different from that which he enquires into? You understand my question? I want to look into myself, into my consciousness. I want to observe the content of that consciousness. I want to be familiar with all the cunning deviations, with all the ideas, thoughts, beliefs, dogmas. I want to look into it. Is the observer different from that which he observes? This is a very important question that you must resolve, otherwise, we shan’t be able to understand each other. You understand? I hope I’m making myself clear. Am I? Maka, hal pertama – dan, mungkin, langkah pertama adalah langkah yang terakhir – yaitu harus ada kebebasan untuk menyelidiki. Maka, tolong, kita bertanya satu sama lain dalam proses penyelidikan, penyelidikan itu sendiri menuntut seseorang agar bebas untuk melihat, bebas untuk mengamati. Dan mustahil untuk mengamati jika Anda mendekatinya, jika Anda datang untuk menjelajah dengan semua kesimpulan Anda sebelumnya, atau apa yang Anda harapkan. Maka, harus ada kebebasan untuk menyelidiki. Saya harap kita bersama-sama di sini. Baik? Bisakah kita lanjutkan? Jadi, yang pertama, dalam penyelidikan, apakah si penyelidik, manusia, entitas berbeda dari apa yang dia selidiki? Pahamkah Anda pertanyaan saya? Saya ingin melihat ke dalam diri saya, ke dalam kesadaran saya. Saya ingin mengamati isi kesadaran itu. Saya ingin mengakrabi segala penyimpangannya yang licik, dengan semua gagasan, pikiran, keyakinan, dogma-dogma. Saya ingin melihat ke dalamnya. Apakah si pengamat berbeda dari hal yang diamatinya? Ini pertanyaan sangat penting yang harus Anda pecahkan, jika tidak, kita tak akan bisa memahami satu sama lain. Pahamkah Anda? Saya harap, saya membuatnya cukup jelas. Apakah jelas?
16:30 That is, I want to observe my fear. Or, I want to observe why I have innumerable beliefs, conclusions, prejudices, and to enquire into it, is the entity who is enquiring different from that which he’s enquiring into? You understand my question? Am I different from the content of my consciousness? Do you understand? Is this mystifying? Maka, saya ingin mengamati rasa takut saya atau saya ingin mengamati mengapa saya punya segudang keyakinan, kesimpulan, prasangka, dan dengan menyelidiki hal tersebut, apakah entitas yang menyelidiki berbeda dari hal yang tengah diselidikinya? Pahamkah Anda pertanyaan saya? Apakah saya berbeda dari isi kesadaran saya? Pahamkah Anda? Apakah ini membingungkan?
17:23 Questioner: Do you mean ‘different’ or ‘detached’? Tanya: Maksud Anda "berbeda" atau "terlepas"?
17:25 K: We’ll come to it, presently. Please, question me a little later. If I am different from the thing I observe in myself, then there is a division between me and thing which I enquire into. Right? When there is a division between me and that which I enquire into, then, there is conflict. Then I try to suppress it, control it, or run away from it, or try to wish to change it. But if the observer is the observed then there is a totally different action which takes place. Is this somewhat clear? K: Kita akan sampai ke situ, segera. Tolong, pertanyaannya sebentar lagi saja. Jika saya berbeda dari hal yang tengah saya amati dalam diri saya, maka ada pemisahan antara saya dengan hal yang saya selidiki. Benar? Saat ada pemisahan antara saya dengan hal yang saya selidiki, maka terjadi konflik. Kemudian saya berupaya menekannya, mengendalikannya, atau lari dari itu, atau mencoba berharap untuk mengubahnya. Tetapi, jika si pengamat adalah yang-diamati, maka yang terjadi adalah tindakan yang secara keseluruhan, berbeda. Apakah ini sedikit jelas?
18:32 Q: By thought, do you mean the observer is the observed? T: Dengan pikiran, maksud Anda si pengamat adalah yang-diamati?
18:36 K: We’re going to go into a little more. I observe in myself anger. I’m angry. Is that anger different from ‘me’ who is the observer of that anger? I am that anger, surely? Right? I am not different from that anger. May I go on? Do see. Or I’m greedy, envious. Is that envy different from ‘me’ who is observing that reaction which I call ‘envy’? Or, that envy is ‘me’? I am not different from that envy. Or take jealousy: that feeling which we name as ‘jealousy,’ is that different from ‘me’ who is observing it? Or that jealousy is ‘me’? You are following, now? So, when I observe, is there a division between the observer and the observed? Are we dissipating the mystery of it? You understand my question? Are we together in this or am I talking to myself? Because this is very important, right from the beginning. Because we are conditioned to this division as ‘me’ different from that which I observe. We are conditioned to the conflict of this division. We are conditioned to either suppress it, or analyse it or run away from it. Right? So, we are educated, conditioned to accept this division as ‘me’ being different from that which I observe and, therefore, establish a conflict between ‘me’ and that which I observe. And when one looks into it very, very deeply – not very deeply, it’s fairly simple – one sees the observer is the observed, therefore, you eliminate all conflict. K: Kita akan masuk sedikit lebih dalam. Saya mengamati diri saya marah. Saya marah. Apakah kemarahan itu berbeda dari "saya" yang adalah pengamat kemarahan tersebut? Saya adalah kemarahan itu, tentunya? Benar? Saya tidak berbeda dari kemarahan itu. Bisakah saya teruskan? Lihat baik-baik. Atau saya serakah, cemburu. Apakah kecemburuan itu berbeda dari "saya" yang tengah mengamati reaksi yang saya sebut "kecemburuan"? Ataukah kecemburuan itu adalah "saya"? Saya tidak berbeda dari kecemburuan itu. Contohnya, kecemburuan: perasaan yang kita namakan "kecemburuan" itu, apakah itu berbeda dari "saya" yang sedang mengamatinya? Ataukah kecemburuan itu adalah "saya"? Pahamkah Anda, sekarang? Maka, saat saya mengamati, adakah pemisahan antara si pengamat dengan yang-diamati? Apakah kita mulai menguak misteri ini? Pahamkah Anda pertanyaan saya? Apakah kita bersama-sama sampai di sini atau saya bicara sendiri? Karena ini sangatlah penting, sejak awal mulanya. Karena kita terkondisi ke dalam pemisah-misahan ini sebagai "saya" yang berbeda dari apa yang saya amati. Kita terkondisi ke dalam konflik dari pemisah-misahan ini. Kita terkondisi untuk menekannya atau menganalisisnya atau melarikan diri darinya. Benar? Jadi, kita dididik, dikondisikan untuk menerima pemisah-misahan ini, bahwa "saya" berbeda dengan apa yang saya amati dan, dengan begitu, timbullah konflik antara "saya" dengan apa yang saya amati. Dan ketika seseorang melihatnya secara sangat, sangat mendalam – tidak terlalu mendalam, itu cukup mudah – seseorang melihat bahwa si pengamat adalah yang-diamati, maka, Anda menyingkirkan segala konflik.
22:16 So, we are looking, observing our consciousness – the content of it, which is our attachments – whether to a house, to a piece of furniture, or to a person, or to an idea, and so on, so on. When you observe attachment, is the observer different from that which he is attached to? One is attached to an idea. That idea is created by thought, thought which says to itself, ‘I observe ‘what is’ and I can change ‘what is,’ by having an ideal, and pursuing that ideal and overcoming ‘what is.’ This is what we go through. Whereas, the ideal is an escape from ‘what is.’ No? Jadi, kita sedang melihat, mengamati kesadaran kita – isi kesadaran, yang adalah kemelekatan kita – entah pada rumah, sepotong furnitur, atau pada seseorang, atau pada suatu ide, dan sebagainya, sebagainya. Ketika Anda mengamati kemelekatan, apakah si pengemat berbeda dengan hal yang dia lekati? Seseorang melekat pada suatu ide. Ide itu diciptakan oleh pikiran, pikiran yang berkata pada dirinya sendiri, "Saya mengamati 'yang ada' dan saya bisa mengubah 'yang ada' dengan memiliki suatu ideal, mengejar ideal itu, dan mengatasi 'yang ada'." Inilah yang kita alami. Padahal ideal itu adalah pelarian dari "yang ada". Bukankah begitu?
23:43 And, also, we do not know what to do with ‘what is,’ therefore, we try to create an idea which is the opposite of ‘what is’ and hope, thereby, as a leverage, to remove ‘what is.’ Are you following all this? Are we together in all this, or am I…? Somewhat. So, it becomes very important when we observe ourselves, which is our consciousness with all its content, whether the observer is different from that which he observes. If he is different, then there is a division. That division then brings about conflict – the Hindu, the Muslim, the Jew, the Arab, you know, the whole division of mankind. So, where there is division, there must be conflict. That is a law. So, one observes then that in examining, exploring the content of our consciousness, the observer is the observed. Right? The fear in the consciousness is my fear, because I am that consciousness, it’s part of me, which is afraid. Right? Come on! Dan juga kita tidak tahu apa yang mau diperbuat pada "yang ada" sehingga kita mencoba menciptakan ide yang bertentangan dengan "yang ada" dan berharap, dengan demikian, sebagai pengungkit untuk menyingkirkan "yang ada". Pahamkah Anda semua ini? Apakah kita bersama-sama sampai di sini ataukah saya...? Sepertinya. Jadi, ini menjadi sangat penting ketika kita mengamati diri kita, yakni kesadaran kita dengan segala isinya, apakah si pengamat berbeda dengan apa yang diamatinya. Jika dia berbeda, muncullah pemisah-misahan. Pemisah-misahan itu kemudian membawa konflik – orang Hindu, Muslim, Yahudi, Arab, Anda tahu, seluruh pemisah- misahan umat manusia itu. Maka, ketika ada pemisah- misahan, pasti ada konflik. Itu suatu hukum. Jadi, seseorang mengamati bahwa ketika memeriksa, menjelajah isi kesadaran kita, si pengamat adalah yang-diamati. Benar? Ketakutan di dalam kesadaran itu adalah ketakutan saya, karena sayalah kesadaran itu, itu adalah bagian dari saya yang merasa takut. Benar? Ayolah!
25:45 You see, we think by this division – the observer being different from the observed – we think conflict is necessary to overcome that which is observed. And we are used to that conflict, it’s part of our tradition, part of our education, part of our culture. And we are saying something entirely different, therefore, there is no proper communication. If the observer is the observed, then what takes place? You understand? Anda lihat, kita berpikir berdasarkan pemisah-misahan ini – si pengamat berbeda dengan yang-diamati – kita pikir, konflik itu perlu untuk mengatasi yang-diamati. Kita terbiasa dengan konflik itu, Itu bagian dari tradisi kita, pendidikan kita, budaya kita. Dan kini kita mengatakan sesuatu yang seluruhnya berbeda sehingga tidak terjadi komunikasi yang baik. Jika si pengamat adalah yang-diamati, lalu apa yang terjadi? Pahamkah Anda?
26:45 I am attached to something, to a person, to an idea, to a belief, to a house, to something or other – I’m attached – and in that attachment, I discover there is fear. I might lose it, the person might run away from me, and so I hold that person or that thing much more closely. So, there is conflict going on, isn’t there? And we are used to this conflict, it’s part of our tradition, part of our education, and we are saying that the division is illusory, is not real. What is real is that the observer, the person who feels angry, the feeling is not different from himself, he is that. Then what takes place? You follow? Before, we thought by fighting anger, by suppressing it, by rationalising it, by analysing it, we would overcome anger. Right? That is, there is a division between ‘me’ and the feeling that is different. I wonder… Come on, this is fairly simple. So, what is important is to remove all conflict in observation, then we can go beyond ‘what is.’ But as long as we are in conflict with ‘what is,’ then we are conditioned by ‘what is.’ So, the observer is the observed, the thinker is the thought, the experiencer is the experience, so when that becomes a truth, that is truth, then we can observe our consciousness, totally differently, not as an entity who is different from that which he is seeing. Right? Saya melekat pada sesuatu, pada seseorang, pada suatu ide, pada kepercayaan, pada rumah, pada sesuatu ataupun yang lainnya – saya melekat – dan di dalam kemelekatan itu, saya menemukan rasa takut. Saya bisa kehilangan itu, orang itu bisa lari dari saya, maka saya memeluk orang itu ada benda itu lebih erat lagi. Jadi, ada konflik yang berlangsung, bukan? Dan kita terbiasa dengan konflik ini, ini bagian dari tradisi kita, bagian dari pendidikan kita, dan kita berkata bahwa pemisah-misahan itu khayal, tidak nyata. Yang nyata adalah bahwa si pengamat, orang yang merasa marah itu. Perasaan itu tidak berbeda dengan dirinya sendiri, dialah itu. Lalu apa yang terjadi? Pahamkah Anda? Sebelumnya, kita berpikir bahwa dengan melawan kemarahan, menekannya, merasionalisasinya, menganalisisnya, kita akan mengatasi kemarahan itu. Benar? Bahwa ada pemisahan-misahan antara "saya" dengan perasaan yang berbeda satu sama lain. Saya tak yakin... Ayolah, ini cukup sederhana. Jadi, yang penting adalah melepaskan segala konflik ketika mengamati, barulah kita bisa melampaui "yang ada". Tetapi, selama kita berada dalam konflik dengan "yang ada", maka kita terkondisi oleh "yang ada". Jadi, si pengamat ialah yang-diamati, si pemikir ialah pikirannya, si empunya pengalaman ialah pengalamannya sehingga ketika itu menjadi kebenaran, itu adalah kebenaran, maka kita bisa mengamati kesadaran kita dengan cara yang seluruhnya berbeda, bukan sebagai entitas yang berbeda dengan apa yang tengah diamatinya. Benar?
30:25 So, what is it in our consciousness, the three principal things, that gather to itself such tremendous energy and importance? One of them is fear. Right? Then pleasure. Then suffering. These are the three principal elements in our consciousness. Right? Fear, pleasure and sorrow, with all its ramifications, changes, its varieties of fear, varieties of pleasure, multiple changes of sorrow. Jadi, apa yang ada di dalam kesadaran kita, 3 hal utama yang mengumpulkan energi dan kepentingan sedemikian besarnya? Salah satunya adalah ketakutan. Benar? Kemudian kenikmatan. Kemudian penderitaan. Inilah ketiga elemen utama di dalam kesadaran kita. Benar? Ketakutan, kenikmatan, dan penderitaan dengan segala percabangannya, perubahannya, aneka ketakutannya, aneka kenikmatannya, beragam perubahan dukacita.
31:29 So, firstly then, let’s examine fear – right? – which is part of our consciousness, which is part of yourself. So, it becomes very important how you observe that fear. Whether you observe it as an entity separate from fear, or, you observe it as part of you. You are that fear. Right? So, how do you observe that fear? You understand my question? Some of you? Are you at all serious about all this? Does it mean anything to be free of fear? Not only certain forms of fear, but to be completely and totally free of psychological fears, otherwise, we are slaves, otherwise, we live in darkness, we get paralysed. So, it’s very important when you are talking about transformation of man to understand and to be free of fear, not only the psychological fears but when we understand the psychological fears then biological fears can be dealt with differently – the physical fears. So, we are dealing, first, with psychological fears – fear of losing a job, fear of losing – oh, God knows what, a dozen things – fear of losing the person whom you think you love, fear of not being loved, fear of loneliness, – a dozen things we are afraid of – from darkness to light, to all the peculiar, neurotic fears that one has so many forms of it. Maka, pertama-tama, mari kita periksa ketakutan – benar? – yakni bagian dari kesadaran Anda, yakni bagian dari Anda sendiri. Jadi, cara Anda mengamati ketakutan menjadi sangat penting. Apakah Anda mengamatinya sebagai entitas yang terpisah dari ketakutan atau Anda mengamatinya sebagai bagian dari Anda. Andalah ketakutan itu. Benar? Jadi, bagaimana Anda mengamati ketakutan itu? Pahamkah Anda pertanyaan saya? Sebagian dari Anda? Apakah Anda serius dengan ini? Apakah bebas dari ketakutan itu ada maknanya? Bukan hanya beberapa bentuk ketakutan, tetapi sepenuhnya dan secara total bebas dari ketakutan psikologis, jika tidak, kita menjadi budak, jika tidak, kita hidup dalam kegelapan, kita dilumpuhkan. Jadi, sangatlah penting saat Anda berbicara tentang transformasi manusia, untuk memahami dan bebas dari ketakutan, bukan hanya ketakutan psikologis, tetapi saat kita memahami ketakutan psikologis, maka ketakutan biologis dapat ditangani secara berbeda – ketakutan jasmani. Jadi, kita menghadapi, pertama- tama, ketakutan psikologis. – takut kehilangan pekerjaan, takut kehilangan – oh, entah apalah, lusinan hal – takut kehilangan orang yang Anda pikir Anda cintai, takut tidak dicintai, takut kesepian, – lusinan hal yang kita takutkan – dari kegelapan hingga cahaya, hingga semua ketakutan ganjil, neurotik seseorang, yang sangat banyak bentuknya.
34:20 Now, how does one be free of fear? You understand my question? Because it is absolutely important, if you want to bring about a deep transformation of the human mind, human consciousness, that one should be totally and completely free of psychological fears. Sekarang bagaimana seseorang membebaskan dirinya dari ketakutan? Pahamkah Anda pertanyaan saya? Karena sungguh-sungguh penting, jika Anda ingin membuat transformasi yang mendalam pada batin manusia, kesadaran manusia, bahwa seseorang harus secara total dan sepenuhnya bebas dari ketakutan psikologis.
34:52 So, what is fear? Fear of something. Right? Is that fear merely a word? Do you understand? I see you don’t. I must go into it, differently. One is afraid of something – has the word created the fear, or the fear exists separate from the word? Please, this is very important, to capture this. We are used to the implications of words, and the reaction to the word. ‘Death’ is a terrible thing! So, in the same way, does the word create the fear, or the fear exists independent of the word? What do you think? You understand my question? You don’t understand my question. Jadi, apa itu ketakutan? Takut pada sesuatu. Benar? Apakah itu sekadar kata-kata? Pahamkah Anda? Saya tahu, tidak. Saya harus membahasnya secara berbeda. Seseorang takut pada sesuatu – apakah kata itu menciptakan ketakutan, atau ketakutan tersebut hadir secara terpisah dari kata itu? Tolonglah, sangatlah penting untuk menangkap ini. Kita terbiasa dengan implikasi kata-kata dan reaksi terhadap kata tersebut. "Kematian" adalah suatu hal mengerikan! Jadi, dengan cara yang sama, kata itu menciptakan ketakutan, ataukah ketakutan tersebut hadir secara bebas dari kata itu? Bagaimana menurut Anda? Pahamkah Anda pertanyaan saya? Anda tidak memahami pertanyaan saya.
36:33 I’m afraid. It’s a reaction. I’m afraid of losing my reputation. That’s a good idea! Otherwise, you wouldn’t all be here. I’m afraid of losing it. The fear is there, and that fear is caused by the idea that I might lose my reputation. So, I want to understand the whole problem of fear, not just one aspect of fear but the whole structure and the nature of fear, the enormity of fear. Now, I say to myself, ‘Is the fear created by an idea that I might lose my reputation’ and, therefore, I’m afraid, and is that fear brought about by an idea? Is the idea merely a word? You are following this? So, has the word ‘reputation’ created the fear, and is there a fear without the word, without the idea that I might lose my reputation? So, is there fear because of a series of words and ideas, or, fear exists apart from the series of words, ideas, implications? Does fear exist, by itself? Or, is it a structure of words and ideas and time? You understand? Oh, come on, please! Q: I think that’s so but sometimes, I think the fear seems to come in automatically, although it has been set up by words. Saya takut. Itu adalah reaksi. Saya takut kehilangan reputasi saya. Itu ide yang bagus! Kalau tidak, Anda semua tak akan berada di sini. Saya takut kehilangan itu. Ketakutan ada di situ, dan ketakutan itu disebabkan oleh ide bahwa saya bisa kehilangan reputasi saya. Jadi, saya ingin memahami keseluruhan persoalan ketakutan, bukan hanya salah satu aspek ketakutan, melainkan seluruh struktur dan sifatnya, betapa dahsyatnya ketakutan. Sekarang saya berkata pada diri sendiri, "Apakah takut itu diciptakan oleh ide bahwa saya bisa kehilangan reputasi?" Dan karena itu, saya merasa takut, dan apakah ketakutan itu dibawa oleh suatu ide? Apakah ide itu sekadar kata-kata? Pahamkah Anda hal ini? Jadi, apakah kata "reputasi" telah menciptakan ketakutan, dan adakah suatu ketakutan yang terlepas dari kata-kata, terlepas dari ide bahwa saya bisa kehilangan reputasi saya? Jadi, adakah ketakutan yang disebabkan oleh serangkaian kata-kata dan ide, ataukah ketakutan terpisah dari rangkaian kata, ide, implikasi? Apakah ketakutan hadir dengan sendirinya? Ataukah suatu struktur dari kata-kata, ide, dan waktu? Pahamkah Anda? Oh, ayo, tolonglah!

T: Saya pikir begitu, tapi terkadang saya pikir ketakutan seakan masuk secara otomatis walaupun itu disebabkan oleh kata-kata.
39:31 K: Yes, fear exists where there are words and ideas and time, time being tomorrow, apart from yesterday. You follow? Time, words, ideas bring about this sense of fear. Now, I say to myself, ‘If there was no time, there was no word, no series of conclusions and ideas, would there be fear?’ You understand what I’m saying, now? So, can the mind be free of time, idea and word? If it is not capable of being free then fear will exist. So, I have to examine why the mind or the whole thinking process is caught up in words – words, ideas, conclusions, and all the rest of it. So, I must go into the question of what is thinking. You understand? K: Ya, ketakutan hadir di mana ada kata-kata dan ide dan waktu, waktu yang artinya hari esok, terpisah dari hari kemarin. Pahamkah Anda? Waktu, kata-kata, ide menimbulkan rasa takut ini. Sekarang saya berkata pada diri sendiri, "Jika waktu tidak ada, kata-kata tidak ada, rangkaian kesimpulan dan ide tidak ada, adakah ketakutan?" Sekarang pahamkah Anda yang saya katakan? Jadi, dapatkah batin bebas dari waktu, ide, dan kata-kata? Jika ia tidak dapat bebas, ketakutan akan hadir. Maka, saya harus memeriksa mengapa batin atau keseluruhan proses berpikir terperangkap kata-kata – kata-kata, ide, kesimpulan, dan semua sisanya. Maka, saya harus menyelidiki apa itu berpikir. Pahamkah Anda?
41:03 I started out to find out what is the nature of fear, why human beings are caught in this enormous structure of fear and apparently human beings have not been able to be free of fear. They escape from it, they have rationalised it, they do all kinds of things to avoid it but it goes on. So, we are enquiring, what is the nature and the structure of this fear? Is it the result of thinking about time, what might happen, or what has happened and hoping that it will not happen, which is the process of time, which is a movement of thought. Thought is a movement of time. Right? I’ve discovered that. Thought is a movement in time, as from yesterday, through today and tomorrow – what might happen tomorrow, or, what has happened in the past, hoping it will not happen again. So, all that is a process of time, a movement. Time is movement. And, also, why the mind is caught in words, why words have become of such extraordinary importance – words being the process of thinking, the conclusions, ideas and all that, which is, what is thinking because in thinking, I’ve found out, there is fear, in thinking, I see, time is involved, so I must go into this question of what is thinking. Saya mengawalinya untuk menemukan seperti apa sifat ketakutan, mengapa manusia terperangkap dalam struktur besar ketakutan ini dan tampaknya, umat manusia tak pernah bisa bebas dari ketakutan. Mereka melarikan diri dari itu, mereka merasionalisasinya, mereka melakukan segala macam hal untuk menghindar, namun itu berlanjut. Jadi, kita menyelidiki, seperti apa sifat dan struktur ketakutan ini? Apakah ini hasil dari pikiran tentang waktu, apa yang mungkin terjadi atau apa yang telah terjadi dan harapan agar itu tidak terjadi, yang adalah proses waktu, yang adalah gerak pikiran. Pikiran adalah gerak waktu. Benar? Saya sudah menemukan itu. Pikiran adalah gerak di dalam waktu, yakni hari kemarin, melalui hari ini dan esok – apa yang akan terjadi esok, atau apa yang terjadi pada masa lalu, yang diharapkan tidak terjadi lagi. Jadi, semua itu adalah proses waktu, sebuah gerak. Waktu adalah gerak. Dan juga mengapa batin terperangkap dalam kata-kata, mengapa kata-kata bisa menjadi sedemikian penting – kata-kata yakni proses berpikir, kesimpulan, ide-ide, dan semua itu, yakni apa itu berpikir? Karena saat berpikir, saya telah menemukan, ada ketakutan, saat berpikir, saya melihat, waktu terlibat, maka saya harus memeriksa, apa itu berpikir.
43:26 Please, I am putting it into words, you have to share this thing, together, co-operate with this thing. Otherwise, you just remain there and I remain here. Right? So, what is thinking? Not what you think about, but how does thinking arise? What is the nature of thinking? Because unless I go into this very deeply and find out the nature of thinking, I will never be free from fear. So, it is very important for me to find out what is thinking, not what people say what is thinking – you understand? After reading books or hearing somebody, then repeat what others have said what thinking is, which is second-hand, and perhaps we are all second-hand human beings. Whereas, we are saying, let’s find out, for ourselves, what is thinking. Thinking, surely, is the response of memory. Right? Memory is experience, knowledge, stored up in the brain. Right? I think this is an obvious fact. So, thinking is the response of memory, stored up in the brain through experience, through collective knowledge. Right? So, thinking is this movement from the past to the present, modified and going on. Right? We live in the past, most of us, don’t we? ‘I had such a happy day,’ ‘It was so nice when I was a boy,’ ‘Oh, it was so nice when we were first married’ – living, all the time, in the past, because we don’t know what the future is, we are afraid of what the future might be, so, we live in the past. So, knowledge is the past. Right? There is no knowledge of the future. There’s only, knowledge is the past. Tolonglah, saya mengungkapkannya dengan kata-kata, Anda harus membagikan hal ini, bersama, berkooperasi dengan hal ini. Jika tidak, Anda tetap berada di situ, sedangkan saya berada di sini. Benar? Jadi, apa itu berpikir? Bukan apa yang Anda pikirkan, melainkan bagaimana berpikir itu terjadi? Bagaimana sifat dari proses berpikir? Karena jika saya tidak menyelidiki ini dengan sangat mendalam dan menemukan sifat dari proses berpikir, saya tak akan pernah bebas dari ketakutan. Jadi, sangat penting bagi saya untuk menemukan apa itu berpikir, bukan apa yang dikatakan orang tentang berpikir – pahamkah Anda? Setelah membaca buku-buku dan mendengar seseorang lalu mengulangi apa yang sudah dikatakan orang lain tentang apa berpikir itu, yang adalah barang bekas, dan mungkin kita semua adalah manusia bekas-pakai. Sementara itu, kita berkata, mari kita temukan, untuk diri kita, apa itu berpikir. Berpikir, tentunya, adalah respons dari ingatan. Benar? Ingatan adalah pengalaman, pengetahuan, tersimpan di dalam otak. Benar? Saya pikir, ini fakta yang jelas. Jadi, berpikir adalah respons dari ingatan, tersimpan di dalam otak melalui pengalaman, melalui pengetahuan kolektif. Benar? Jadi, berpikir adalah gerak dari masa lalu ke masa kini, termodifikasi dan berlanjut terus. Benar? Kita hidup dalam masa lalu, sebagian besar dari kita, bukankah begitu? "Hari itu begitu bahagia bagi saya," "Sangat indah saat saya masih kecil," "Oh, indahnya waktu kita baru menikah" – hidup, sepanjang waktu, dalam masa lalu karena kita tidak tahu apa yang terjadi nanti, kita takut pada apa yang terjadi di masa depan sehingga kita hidup dalam masa lalu. Jadi, pengetahuan adalah masa lalu. Benar? Tak ada pengetahuan dari masa depan. Yang ada hanyalah, pengetahuan adalah masa lalu.
46:46 So, thought is a movement from the past. Oh, come on! Are we meeting together in this? So, thought is a movement from the past, the past being collected experience – innumerable experiences which have become knowledge. So, knowledge is essentially, the past. So, thought is a movement from the past, modifies itself in the present and goes on to the future. Right? So, I have found out – you have found out, not me – you have found out, for yourself, that thought is a movement from the storehouse of the past. So, thought is never free. Right? I wonder if you see this! Thought is a movement of the past, therefore of time, and as long as we operate – no, let me put it... – we have to operate in thought – right? – where knowledge is necessary, we have to operate there – all the technological knowledge, riding a bicycle, this and that – where knowledge is essential, there thought operates. Is it possible for thought to remain there and not enter into other fields? You are following my question? That is, I realise I’m afraid – fear, fear of not being, fear of loneliness, fear of not being loved, or fear of loving and losing, fear of death, fear of losing a job – you know, a dozen fears. But, basically, there is only one fear which expresses itself in multiple ways. So, that fear is the movement of thought. Right? Jadi, pikiran adalah gerak dari masa lalu. Oh, ayolah! Apakah kita bersama- sama sampai di sini? Jadi, pikiran adalah gerak dari masa lalu, masa lalu yaitu pengalaman yang terkumpul – pengalaman tak terhitung yang telah menjadi pengetahuan. Jadi secara esensial, pengetahuan adalah masa lalu. Maka, pikiran adalah gerak dari masa lalu, memodifikasi dirinya pada masa kini dan berlanjut hingga ke masa depan. Benar? Jadi, saya telah menemukan – Anda telah menemukan, bukan saya – Anda telah menemukan sendiri bahwa pikiran adalah gerak dari gudang masa lalu. Jadi, pikiran tidak pernah bebas. Benar? Saya tak tahu apakah Anda memahaminya. Pikiran adalah gerak dari masa lalu, maka dari waktu dan selama kita berfungsi – tidak, akan saya katakan... – kita harus menggunakan pikiran untuk berfungsi – benar? – di mana pengetahuan diperlukan, di situlah kita harus berfungsi – semua pengetahuan teknologi, mengendarai sepeda, ini dan itu – di mana pengetahuan dibutuhkan, di sanalah pikiran berfungsi. Dapatkah pikiran berfungsi hanya sampai di situ dan tidak masuk ke ranah lainnya? Pahamkah Anda pertanyaan saya? Artinya, saya menyadari saya takut – ketakutan, takut tidak menjadi sesuatu, takut kesepian, takut tidak dicintai, atau takut mencintai dan kehilangan, takut kematian, takut kehilangan pekerjaan – Anda tahu, lusinan ketakutan. Namun, pada dasarnya, hanya ada satu ketakutan yang mengungkap dirinya dalam berbagai cara. Jadi, ketakutan itu adalah gerak pikiran. Benar?
49:59 Now, in observing that movement, is the observer different from that, different from that which he observes? Are we meeting something together, or not? My word! Because you see, please, if we can go into this one question, completely, and when you leave the tent, the marquee, you’re free of fear you understand? – that would be a marvellous thing. That will affect the whole consciousness of mankind if you are free. So, please, share this thing, together. Don’t let me talk about it but let us journey into the problem, together. Nah, ketika mengamati gerak itu, apakah si pengamat berbeda dengan itu, berbeda dari apa yang ia amati? Apakah kita memahami sesuatu bersama atau tidak? Ya, ampun! Karena Anda tahu, tolonglah, jika bisa membahas satu pertanyaan ini, selengkapnya, maka ketika Anda meninggalkan tenda, kemah ini, Anda bebas dari ketakutan, pahamkah Anda? – itu adalah sesuatu yang menakjubkan. Itu akan berdampak pada seluruh kesadaran umat manusia jika Anda bebas. Jadi, tolonglah, bagikan hal ini, bersama. Jangan biarkan saya bicara tentang ini, tetapi mari kita berjalan bersama ke dalam permasalahan ini.
51:11 You’re afraid of something, aren’t you? Every human being is, apparently. Now, is that fear different from you? Right? I’m asking, is that fear different from you? Anda takut pada sesuatu, bukankah begitu? Setiap manusia seperti itu, tampaknya. Nah, apakah ketakutan itu berbeda dari Anda? Benar? Saya bertanya, apakah ketakutan itu berbeda dari Anda?
51:35 Q: I hope so. T: Saya harap begitu.
51:37 K: You hope so? Oh, Lord! Or, that fear is you. Please, do let’s be a little serious, is that fear you? Of course. Like anger – is anger different from you or you are part of that? Obviously. So, fear is part of you, but we have learnt or been educated to separate ourselves from fear and, therefore, we say, ‘I’II control it, I’II change it, I will run away from it,’ all the rest of it comes into being. But if the fear is you, what will you do? You understand the question, now?

Q: Yes. Q: Can I ask a question?

K: Yes, please.
K: Anda harap begitu? Oh, Tuhan! Atau ketakutan itu adalah Anda. Tolonglah, mari kita sedikit serius, apakah ketakutan itu Anda? Tentu saja. Seperti kemarahan – apakah kemarahan berbeda dari Anda atau bagian dari Anda? Jelas. Jadi, ketakutan adalah bagian dari Anda, namun kita telah belajar atau dididik untuk memisahkan diri kita dari ketakutan hingga kita berkata, "Saya akan mengendalikan, akan mengubah, saya akan lari dari itu," yang lainnya pun muncul. Tetapi, jika ketakutan itu adalah Anda, apa yang akan Anda perbuat? Anda paham pertanyaannya sekarang?

T: Ya.

T: Boleh saya bertanya?

K: Ya, silakan.
52:42 Q: Are you saying that, well, what I hear you saying is that if a person wants anything then he is, kind of, conditioned by fear. Is that right? T: Apakah maksud Anda, ya, yang saya dengar Anda katakan adalah jika seseorang mengingingkan apa pun, dia, semacam, terkondisi oleh ketakutan. Betulkah begitu?
52:53 K: No, sir, no. First, please, get this one thing clear, at least: as anger is not different from you – which is so obvious, isn’t it? – is not fear part of you? And if it is part of you, what will you do? We are used to separating fear from ourselves and, therefore, acting upon fear – suppress it, run away from it, all the rest of it. But when fear is you, action comes to an end. Right? This is very difficult for you to see, because we are so conditioned to this division – me different from fear and, therefore, acting upon fear. But we are saying something entirely different – fear is you, therefore, you can’t act. Then what happens? Q: Your talk’s moving from the past to the future, from experience to what ought to be in... etc. K: Tidak, Pak. Tidak. Pertama-tama, tolonglah, pahami satu hal ini dengan jelas, setidaknya: karena kemarahan tidak berbeda dari Anda – yang sangat jelas, bukankah begitu? – tidakkah ketakutan itu bagian dari Anda? Dan jika itu bagian dari Anda, apa yang akan Anda perbuat? Kita terbiasa memisah-misahkan ketakutan dari diri kita dan, dampaknya, bertindak berdasarkan ketakutan – menekan, melarikan diri. Namun, jika ketakutan adalah Anda, tindakan berhenti. Benar? Sangat sulit bagi Anda untuk melihatnya karena kita sangat terkondisi ke dalam pemisah-misahan ini – saya berbeda dari ketakutan sehingga bertindak berdasarkan ketakutan. Namun, kita mengatakan sesuatu yang seluruhnya berbeda – ketakutan adalah Anda, maka Anda tak bisa bertindak. Lalu apa yang terjadi?

T: Pembicaraan Anda bergerak dari masa lalu ke masa depan, dari pengalaman ke apa yang seharusnya terjadi...
54:52 K: ‘What ought to be’ implies that you are not looking at ‘what is.’ Q: No, I mean, from the past to the future, so it moves. K: "Yang seharusnya" menyiratkan bahwa Anda tidak melihat "yang ada".

T: Bukan. Maksud saya, dari masa lalu ke masa depan, jadi itu bergerak.
55:02 K: Thought moves from the past through the present to the future. Thought modifies itself through the present to the future, so, thought is still the past. It may modify itself, it may change itself, it may put on different coating, different clothing, whatever it is, colouring – it is still the past movement. Please, what is the time? K: Pikiran bergerak dari masa lalu melalui masa kini ke masa depan. Pikiran memodifikasi dirinya melalui masa kini ke masa depan. Jadi, pikiran tetaplah masa lalu. Ia bisa memodifikasi dirinya, ia bisa mengubah dirinya, ia bisa mengenakan lapisan yang berbeda, pakaian berbeda, apa pun itu, warna – ia tetaplah gerak masa lalu. Maaf, pukul berapa sekarang?
55:46 Q: Twelve thirty. T: Pukul 12.30.
55:48 K: Half past twelve? Already? K: Sudah pukul 12.30?
55:54 No, please, this is very important, I want to stick to this one thing this morning, if I may. As most human beings are afraid and they’ve accepted fear as part of their life and, therefore, live in darkness, therefore, live in a kind of paralytic state, and being afraid, all forms of neurotic habits, neurotic activities come, it’s very important, if there is to be transformation in the human consciousness, that fear must be totally eliminated. And, we say, it is possible. It is only possible when conflict between the person who says, ‘I am afraid and I will do something about fear,’ when that conflict comes to an end, that is when the division comes to an end. And that division is artificial, it’s an illusion. What is actuality is, the fear is part of you, therefore, you cannot do a thing about it – right? – psychologically. Therefore, your whole attention undergoes a change. Before, attention was given to the conflict – suppressing, denying, running away. But now, when your fear is you, your whole attention has undergone a change. That is, you have much greater energy to look at this fear. Before you ran away, you suppressed it, did all kinds of things to it, now, fear is part of you, therefore, you observe it with a totally different attention. You get this? Please, get this! Tidak, tolonglah, ini sangat penting, saya ingin menekankan satu hal ini pada pagi ini, jika boleh. Karena sebagian besar manusia merasa takut dan mereka menerima ketakutan sebagai bagian dari hidup mereka sehingga mereka hidup dalam kegelapan, sehingga mereka hidup dalam semacam kelumpuhan, dan karena takut, segala bentuk kebiasaan neurotik, kegiatan neurotik muncul, ini sangatlah penting untuk terjadinya transformasi dalam kesadaran manusia, bahwa ketakutan harus sepenuhnya disingkirkan. Dan, kita berkata, itu mungkin. Itu hanya mungkin ketika konflik di dalam diri orang yang berkata, "Saya takut dan saya akan berbuat sesuatu pada ketakutan ini," ketika konflik itu berakhir, yakni ketika pemisah-misahan berakhir. Dan pemisah-misahan itu palsu, itu sebuah ilusi. Yang aktual adalah ketakutan itu adalah bagian dari Anda, maka Anda tak bisa berbuat apa-apa padanya – benar? – secara psikologis. Dengan demikian, seluruh perhatian Anda mengalami perubahan. Sebelumnya, perhatian diberikan pada konflik – menekan, mengingkari, melarikan diri. Namun, saat ketakutan Anda adalah Anda, seluruh perhatian Anda telah mengalami perubahan, yakni Anda punya jauh lebih banyak energi untuk melihat ketakutan ini. Sebelumnya, Anda melarikan diri, Anda menekannya, melakukan segala hal padanya, sekarang ketakutan adalah bagian dari Anda, maka Anda mengamatinya dengan perhatian yang seluruhnya berbeda. Pahamkah Anda? Tolonglah, pahami ini!
58:20 Q: You can only look at fear if it’s separate, surely? T: Anda hanya bisa melihat ketakutan jika ia terpisah, tentunya?
58:27 K: When you look at fear, the gentleman says, then, it’s apart from you. When fear is you, what are you looking at? Do, please, watch it. Don’t answer me. Do look at it. When fear is you, what are you looking at? You’re not looking at fear, you are that. So, your attention has changed. Q: Perhaps, there isn’t a ‘you’ to be the fear, perhaps, there’s only fear. K: Saat Anda melihat ketakutan, pria ini berkata, maka ketakutan terpisah dari Anda. Ketika ketakutan adalah Anda, apa yang Anda lihat? Sungguh, tolong, amatilah. Jangan jawab saya. Lihat itu. Ketika ketakutan adalah Anda, apa yang Anda lihat? Anda tidak melihat ketakutan, Andalah itu. Maka, perhatian Anda telah berubah.

T: Mungkin tak ada "Anda" sebagai ketakutan, yang ada hanyalah ketakutan
59:13 K: We are coming to that. Attention has changed. Right? Please, see that simple thing. K: Kita akan sampai ke sana. Perhatian telah berubah. Benar? Tolonglah, lihat hal yang sederhana itu.
59:22 Q: Who is looking at me? K: I’m not looking at you, sir. I’m looking at fear. Oh, Jesus – waste of time! Q: But would it mean eliminating part of you? K: Yes, you’re eliminating part of you – which you are afraid of. Part of you is fear. Right? With all the complications of fear. Part of you is pleasure – with all the varieties of pleasure. Part of you is sorrow – different types of sorrow. So, all that is you. You’re not different from all that, are you? Or you might think you’re God. If you think you are not all that, then you are something different from all that, and being ‘different,’ you’re something super-human. This is the old Hindu philosophy that says, ‘I am not that. We are the soul, we have something precious inside, we are part of the divine, we are part of the perfect, we are part of the archetype’ – you know, all that. So, I personally refuse to accept all that. We must begin with doubt. Right? And when you begin with doubt, completely begin with that, then you end up with complete certainty. But we begin with certainties and end up in nothing. Please, give your attention to this question. T: Siapa yang sedang melihat saya?

K: Saya tidak melihat Anda, Pak. Saya melihat ketakutan. Oh, Tuhan – buang-buang waktu!

T: Tapi, bukankah itu berarti menghapus bagian dari Anda?

K: Ya, Anda sedang menghapus bagian dari Anda – yang Anda takutkan. Bagian dari Anda adalah rasa takut. Benar? Dengan semua komplikasi rasa takut. Bagian dari Anda adalah kenikmatan – dengan segala variasi kenikmatan. Bagian dari Anda adalah dukacita – aneka ragam dukacita. Jadi, semua itu adalah Anda. Anda tidak berbeda dari semua itu, bukankah begitu? Atau mungkin Anda kira Anda adalah Tuhan. Jika Anda pikir Anda bukan semua itu, maka Anda adalah sesuatu yang berbeda dari semua itu, dan sebagai sesuatu yang "berbeda", Anda adalah manusia super. Ini adalah filsafat Hindu kuno yang berkata, "Saya bukan itu. Kami adalah jiwa, kami memiliki sesuatu yang mulia di dalam, kami adalah bagian dari yang ilahi, yang sempurna, kami adalah bagian dari arketipe – Anda tahu, semua itu. Jadi secara pribadi, saya menolak untuk menerima semua itu. Kita harus mulai dengan keraguan. Benar? Dan saat Anda mulai dengan keraguan, sepenuhnya mulai dengan itu, maka Anda akan berakhir dengan kepastian penuh. Namun, kita mulai dengan kepastian dan berakhir dalam kehampaan. Tolonglah, berikan perhatian Anda pada pertanyaan ini.
1:01:44 As long as there is division between you and fear, then there is conflict, there is wastage of energy – by suppressing it, running away from it, talking about it, going to the analysts and so on and on and on. But, whereas, when you see the truth that you are that fear, your whole energy is gathered in this attention to look at that thing. Now, what is that thing which we call fear? Is it a word which has brought fear, or is it independent of the word? You are following this? If it is the word, the word being the associations with the past – I recognise it because I’ve had fear before. You understand? I look at that fear, though it’s part of me, because I name it, and I name it because I have known it to happen before. So, by naming it, I have strengthened it. I wonder if you see this. So, is it possible to observe without naming it? If you name it, it’s already in the past, right? If you don’t name it, it’s something entirely different, isn’t it? So, is it possible not to name that thing which you have called ‘fear,’ therefore, free of the past so that you can look. You cannot look if you are prejudiced. If I am prejudiced against you, I can’t look at you, I’m looking at my prejudice. So, is it possible not to name the thing at all? And then if you do not name it, is it fear? Or has it undergone a change, because you have given all your attention to it. You understand? I wonder if you get it. When you name it you are not giving attention to it, when you try to suppress it, you’re not giving your attention to it, when you try to run away from it, you’re not giving your attention to it – whereas, when you observe that fear is you, and not name it – what takes place? What takes place? You’re doing it, now. What takes place?

Q: It’s an emotion.
Selama masih ada pemisah-misahan antara Anda dengan ketakutan, maka terjadi konflik, terjadi pembuangan energi – dengan menekannya, melarikan diri darinya, membicarakannya, pergi kepada analis, dan sebagainya, dan sebagainya. Sementara itu, saat Anda melihat kebenaran bahwa Andalah ketakutan itu, seluruh energi Anda terkumpul dalam perhatian ini untuk melihat hal itu. Sekarang apa hal yang kita sebut sebagai ketakutan itu? Apakah ia suatu kata yang membawa ketakutan ataukah ia bebas dari kata itu? Pahamkah Anda hal ini? Jika ia adalah kata itu, kata itu berarti asosiasi- asosiasinya dengan masa lalu – saya mengenalinya karena saya pernah merasa takut sebelumnya. Pahamkah Anda? Saya melihat ketakutan itu, walaupun ia bagian dari saya, karena saya menamainya, dan saya menamainya karena saya sudah tahu ia terjadi sebelumnya. Jadi, dengan menamainya, saya telah memperkuatnya. Saya tak tahu apakah Anda paham ini. Jadi, mungkinkah mengamati tanpa menamainya? Jika Anda menamainya, ia sudah berada di masa lalu, bukan? Jika Anda tidak menamainya, itu sesuatu yang seluruhnya berbeda, bukan? Jadi, mungkinkah untuk tidak menamai hal yang sudah Anda sebut "ketakutan" itu, dengan begitu, bebas dari masa lalu sehingga Anda dapat melihat. Anda tak dapat melihat jika Anda berprasangka. Jika saya berprasangka terhadap Anda, saya tak dapat melihat Anda, saya melihat prasangka saya. Jadi, mungkinkah untuk tidak menamai hal itu sama sekali? Lalu bila Anda tidak menamainya, apakah itu ketakutan? Ataukah ia sudah mengalami perubahan karena Anda telah memberikan seluruh perhatian Anda ke situ? Pahamkah Anda? Saya tak tahu apakah Anda paham. Saat Anda menamainya, Anda tidak memberikan perhatian ke situ, saat Anda berusaha menekannya, Anda tidak memberikan perhatian ke situ, saat Anda berusaha lari dari itu, Anda tidak memberikan perhatian ke situ, – sementara jika Anda mengamati bahwa ketakutan adalah Anda dan tak menamainya – apa yang terjadi? Apa yang terjadi? Anda sedang melakukannya sekarang. Apa yang terjadi?

T: Itu adalah suatu emosi.
1:05:25 K: Wait. It is a sensation, isn’t it? A feeling, which is sensation. Please, watch it. It’s a sensation, isn’t it? All feelings are sensations. I put a pin in there, and all the rest of it. So, it’s a sensation. What’s wrong with sensation? Nothing is wrong with sensation, is it? But when sensation, plus thought, which becomes desire with its images, then the trouble begins. I wonder if you understand all this! This is too much, probably, in the morning. K: Tunggu. Itu adalah sensasi, bukankah begitu? Suatu perasaan, yang adalah sensasi. Tolong, amati itu. Itu adalah sensasi, bukan? Semua perasaan adalah sensasi. Saya hentikan prosesnya sampai di situ dan seterusnya. Jadi, itu adalah sensasi. Apa yang salah dengan sensasi? Tak ada yang salah dengan sensasi, kan? Tapi, saat sensasi, ditambah pikiran, yang menjadi keinginan dengan citra- citranya, maka mulailah masalahnya. Saya tak tahu apakah Anda paham semua ini! Ini terlalu banyak, mungkin, pada pagi hari.
1:06:22 You know, this is part of meditation. You understand? This is, really, part of meditation. Not to sit under a tree and just think about something or other, or try to concentrate, or try to repeat some mantra or some words – ‘Coca Cola,’ or something or other – but this is, really, meditation, because you’re enquiring very, very, very deeply into yourself. And you can enquire very deeply only when you are really without any motive, when you are free to look. And you cannot look if you separate yourself from that which you are looking at. Then you have complete energy to look. It is only when there is no attention, that fear comes into being. You understand? When there is complete attention which is complete, total energy then there is no fear, is there? It is only the inattentive person that is afraid, not the person who is completely attentive at the moment when that feeling arises. That feeling is a part of sensation. Sensation is normal, natural. It’s like looking at a tree, looking at people, you know – sensation. But when sensation plus thought, which is desire with its images, then begins all our problems. You understand? This is simple. Right? Now, can you look at your fear – be serious, for five minutes! Can you look at your fear, whatever it is, not separate yourself from that fear, but you are that fear and, therefore, you give your total attention to that fear. Then, is there fear?

Q: No.
Anda tahu, ini bagian dari meditasi. Pahamkah Anda? Ini adalah, benar-benar, bagian dari meditasi. Tidak duduk di bawah pohon dan memikirkan satu dan lain hal, atau mencoba berkonsentrasi, atau mencoba mengulangi suatu mantra atau kata-kata – "Coca Cola" atau sesuatu atau yang lainnya – tetapi ini adalah, benar-benar meditasi karena Anda menyelidiki diri Anda dengan sangat, sangat mendalam. Anda dapat menyelidiki sangat mendalam hanya jika Anda benar-benar tidak punya motif, saat Anda bebas untuk melihat. Dan Anda tidak dapat melihat jika Anda memisahkan diri Anda dari apa yang tengah Anda lihat. Maka, Anda mempunyai energi penuh untuk melihat. Hanyalah ketika tidak ada perhatian, ketakutan muncul. Pahamkah Anda? Ketika ada perhatian penuh yang menyeluruh, energi total, maka tidak ada ketakutan, bukankah begitu? Hanyalah orang yang tidak penuh perhatian yang merasa takut, bukan orang yang seluruhnya penuh perhatian pada saat perasaan tersebut bangkit. Perasaan itu adalah bagian dari sensasi. Sensasi itu normal, alamiah. Itu seperti melihat sebatang pohon, melihat orang, Anda tahu – sensasi. Tetapi, saat sensasi ditambah pikiran, yang adalah keinginan dengan citranya, maka dimulailah semua masalah kita. Pahamkah Anda? Ini sederhana. Benar? Sekarang dapatkah Anda melihat ketakutan Anda – seriuslah, selama 5 menit! Dapatkah Anda melihat ketakutan Anda, apa pun itu, tidak memisahkan diri Anda dari ketakutan, tetapi Anda adalah ketakutan itu. Dengan begitu, Anda memberikan perhatian penuh pada ketakutan itu. Lalu adakah ketakutan?

T: Tidak.
1:08:50 K: Then walk out of this tent without fear. Don’t say, ‘No’ and then go outside full of fears. K: Maka berjalanlah dari tenda ini tanpa ketakutan. Jangan berkata, "Tidak" lalu pergi ke luar, penuh dengan ketakutan.
1:09:07 Do you want to ask questions about this? Q: Sir, I’d just like to ask, in the beginning you said that this was more our responsibility than yours. What did you mean by this? Or why did you say it? Apakah Anda ingin bertanya tentang ini?

T: Pak, saya ingin bertanya, di awal, Anda berkata bahwa ini lebih merupakan tanggung jawab kami daripada Anda. Apa maksud Anda dengan ini? Atau mengapa Anda mengatakannya?
1:09:26 K: Sir, the word ‘responsibility’ – what does it mean to be responsible? To respond adequately, isn’t it? The word ‘responsibility’ comes from the root ‘respond,’ to respond. Now, do you respond adequately to this question of fear? Or, do you respond with all your tradition, with your culture, you follow? – all that conditioning and, therefore, which prevents you from responding fully to this question? K: Pak, kata "tanggung jawab" – apa artinya bertanggung jawab? Menjawab secara memadai, bukankah begitu? Kata "tanggung jawab" berasal dari kata "jawab", menjawab. Sekarang dapatkah Anda menjawab pertanyaan tentang ketakutan ini secara memadai? Ataukah Anda menjawab dengan semua tradisi Anda, dengan budaya Anda, pahamkah Anda? – semua pengondisian itu yang, dengan demikian, menghalangi Anda untuk sepenuhnya menjawab pertanyaan ini?
1:10:41 As we said, this is part of meditation. You don’t know what meditation is, but this is part of it. When the mind is not afraid then only is it capable of entering into something totally different, but being afraid, to try to meditate only leads to illusion, to all kinds of deceptive experiences. So, meditation is the investigation into your consciousness, into yourself and see if there can be freedom from that, from the fear, and to understand the nature and the structure of pleasure, because we all want pleasure. To understand it, to go into it, to find out what is accurate in pleasure, what is right in pleasure – enjoyment, joy. And also to enquire into the whole problem of fear, not only your particular fear, sorrow, but the sorrow of mankind. All that is involved in meditation which is to discover the truth in yourself, to discover the truth which is a light to yourself so that you don’t follow anybody. Seperti kita katakan tadi, ini adalah bagian dari meditasi. Anda tidak tahu apa meditasi itu, tapi ini adalah bagian dari itu. Hanyalah ketika batin tidak takut, maka ia mampu memasuki sesuatu yang sama sekali berbeda, namun saat takut, berusaha bermeditasi hanya berujung pada ilusi, pada segala jenis pengalaman yang menipu. Jadi, meditasi adalah penyelidikan ke dalam kesadaran Anda, ke dalam diri Anda dan pengamatan apakah ada kebebasan dari itu, dari ketakutan tersebut, dan pemahaman akan sifat dan struktur kenikmatan, karena kita semua menginginkan kenikmatan. Untuk memahaminya, untuk memasukinya, untuk menemukan apa yang tepat dalam kenikmatan, apa yang benar dalam kenikmatan – kegembiraan, sukacita. Dan juga menyelidiki seluruh masalah ketakutan, bukan hanya ketakutan, dukacita Anda, melainkan dukacita umat manusia. Semua itu terkandung dalam meditasi, yakni menemukan kebenaran di dalam diri Anda, menemukan kebenaran yang adalah cahaya bagi diri Anda sehingga Anda tidak mengikuti siapa pun.
1:12:35 That’s enough for today, isn’t it? Is that enough for today? Itu cukup untuk hari ini, bukan? Apakah itu cukup untuk hari ini?