Krishnamurti Subtitles home


BR78T2 - Bagaimanakah seseorang dapat mempunyai ketertiban total?
Ceramah Umum ke-2
Brockwood Park, UK
27 Agustus 1978



0:50 K: May we continue with what we were talking about yesterday morning? Before we go into that may I point out that one should have quite a bit of scepticism doubt, not accepting what the speaker is saying but questioning, investigating, enquiring into what he is saying or what we are thinking ourselves if there is any truth, if there is any falsehood or if what is being said is factual which is applicable to daily life. So if one merely accepts words, as most of us do we are collectors of words and phrases and thereby we miss a great deal. So what we are talking about is that self-knowledge, that is knowing oneself is the greatest importance not according to some psychologist analyst or according to the speaker but knowing oneself actually as one is. Not denying nor accepting what is but observing looking into oneself very, very deeply. And whether what you find in yourself not according to somebody else but actually for yourself what you see and what you perceive in your actions, in your reactions and so on to be aware of that to know oneself. Knowing oneself implies, doesn't it not having known and recognising 'what is'. That is, to discover oneself anew each time not according to a remembrance of something that you have seen before in yourself and recognise it, and keep on recognising all the time. I hope I am making this clear. K:Bisakah kita lanjutkan... dengan apa yang kita bahas di pagi hari kemarin? Sebelum kita menyimak hal itu... bolehkah saya menunjukkan... bahwa orang seharusnya memiliki sedikit rasa kurang percaya... menyangsikan, tidak asal menerima apa yang dikatakan oleh pembicara... tetapi mempertanyakan, menyelidiki, mencari tahu... ke dalam apa yang dia katakan atau apa yang kita sendiri pikirkan... apakah ada yang benar, apakah ada yang keliru... atau apakah yang dikatakan itu sesuatu yang nyata... yang dapat dipergunakan dalam hidup sehari-hari. Jadi bila seseorang hanya sekedar menerima... kata-kata, sepert sebagian besar dari kita lakukan... kita adalah pengumpul kata-kata dan ungkapan-ungkapan... dan oleh karenanya kita melewatkan begitu banyak hal. Jadi apa yang kita sedang bicarakan... adalah bahwa pengenalan diri sendiri, yaitu mengenal diri sendiri... adalah hal yang paling penting... bukannya menurut pendapat psikolog tertentu... analis atau menurut si pembicara... tetapi mengenal diri sendiri secara nyata seperti apa seseorang adanya. Bukan dengan menyangkal atau menerima apa adanya... tetapi mengamati... melihat ke dalam diri secara amat sangat mendalam. Dan apakah apa yang Anda temukan di dalam dirimu... bukan sesuai pendapat orang lain... tetapi sesungguhnya untuk dirimu sendiri apa yang Anda lihat... dan yang Anda lihat di dalam tindakan-tindakanmu,... di dalam reaksi-reaksimu dan seterusnya... waspada akan itu... mengenal diri sendiri. Mengenal diri sendiri berarti, bukankah begitu... tidak pernah tahu dan mengenali 'apa adanya',... yaitu, menemukan diri sendiri secara baru setiap kali... bukannya sesuai dengan suatu bentuk ingatan... akan sesuatu yang Anda pernah lihat sebelumnya di dalam dirimu... dan mengenalinya, serta terus mengenalinya sepanjang waktu. Saya harap saya sedang membuat hal ini jelas,...
4:10 That is, I want to know myself because if I don't know myself there is no possibility of right action, right behaviour or I have no foundation for any clarity. One can deceive so immensely live in a kind of illusory world, a make-belief world but to know oneself so completely frees the mind from all its entanglements from all its worries its everlasting chattering and so on. yaitu, saya ingin mengenal diriku... karena bila saya tidak mengenal diriku sendiri... maka tidak mungkin ada tindakan yang benar, perilaku yang benar... atau saya tidak memiliki dasar untuk sesuatu... kejelasan. Orang bisa menipu secara luar biasa... hidup dalam semacam dunia ilusi, sebuah dunia khayalan... namun mengenal diri sendiri demikian tuntasnya, membebaskan batin... dari segala keruwetannya... dari semua kegelisahannya... ocehannya yang tiada hentinya dan seterusnya.
5:02 In that enquiry, we were saying yesterday we are driven by language. Language uses us rather than we use language. We went into that fairly thoroughly yesterday. And also we said that the speaker not being here you yourself are speaking to yourself and listening to yourself to find out what exactly is going on within yourself within the skin, within the psychological area of yourself. We know very well what is happening around us at least if you are fairly well informed but very few of us know exactly where we are what our reactions are and if it is possible to go beyond them. Di dalam penelitian itu, kita katakan kemarin... kita dikemudikan oleh bahasa. Bahasa memakai kita bukannya kita yang memakai bahasa. Kita telah membahas ke dalam hal itu secara cukup tuntas kemarin. Dan juga kita katakan... bahwa si pembicara sedang tidak berada di sini... Anda sendirilah yang berbicara kepada dirimu sendiri... dan mendengarkan dirimu sendiri untuk mencari tahu... apa yang sesungguhnya sedang berlangsung di dalam dirimu... di bawah permukaan, dalam wilayah psikologis dirimu. Kita mengenal sangat baik akan apa yang berlangsung di sekitar kita... sedikitnya bila Anda telah memiliki cukup informasi... tetapi sangat sedikit dari kita yang mengetahui... secara tepat di mana kita berada... apa saja reaksi kita dan apakah mungkin untuk bisa ke luar darinya.
6:10 And also we were saying yesterday that the basic root of fear in which most of us live, is time. Chronological time as yesterday, today and tomorrow and also the whole movement of thought. Those are the two factors which bring about fear. And the other factor in that is remembrance. The remembrance of a past fear and holding on to that remembrance and projecting a future fear. We were talking about that yesterday. Dan juga telah kita katakan kemarin... bahwa akar paling dasar dari rasa takut... yang mana kebanyakan dari kita hidup di dalamnya, adalah waktu. Waktu kronologis... seperti kemarin, hari ini dan besok... dan juga seluruh pergerakan dari pikiran. Itu adalah dua unsur yang menimbulkan rasa takut. Dan unsur lain yang ada di dalamnya itu adalah ingatan. Ingatan akan rasa takut masa lalu... dan sedang berpegangan pada ingatan itu... serta memproyeksikan ketakutan yang akan datang. Kita telah membahas tentang hal itu kemarin.
7:03 So if we may we would like to go into further factors of ourselves. Most of us, psychologically, live in disorder. I do not know if you are not aware of it. We are driven by, not only language but also by a great many pressures from outside: economic, social, political, national the religious beliefs and so on. But psychologically the greatest pressure is desire with most of us. As we said yesterday please we are communicating with each other. You are not merely listening to the person who is talking who is not at all important. What is said is important, not the person. It is like if you have a telephone you don't give great importance to the telephone you keep it clean but what is said through the telephone becomes all important. Similarly the person who is speaking here is not at all important. I would like to point this out over and over again: the person is not important at all. But what is said is important. So your admiration for the person or your dislike of the person, or your this, that all that nonsense is of very little importance. You don't, if you have a good telephone you don't smash it, you keep it clean, you respect it. But the telephone itself is of no value at all but what is said through the telephone becomes significant. Similarly here the person is not important. Have you understood that clearly and definitely? Jadi kalau boleh kita ingin menyimak lebih lanjut... berbagai unsur tentang diri kita. Sebagian besar dari kita, secara psikologis, hidup di dalam kekacauan. Saya tak tahu apakah Anda tidak menyadarinya. Kita dikendalikan oleh, tak hanya bahasa... tapi juga oleh begitu banyaknya tekanan dari luar: ekonomi, sosial, politik, kebangsaan... berbagai kepercayaan agama dan sebagainya. Tetapi secara psikologis tekanan yang terbesar adalah nafsu... pada kebanyakan dari kita. Seperti yang kita katakan kemarin... mari kita saling berkomunikasi satu sama lain. Anda tidak hanya cuma mendengarkan seseorang yang sedang berbicara... yang sama sekali tidaklah penting. Yang penting adalah apa yang diucapkan, bukan orangnya. Itu seperti halnya bila Anda memiliki sebuah telpon... Anda tidak memberi nilai tinggi pada pesawat telponnya... Anda menjaga kebersihannya akan tetapi apa yang dikatakan... melalui telpon itulah yang paling penting. Sama halnya dengan orang yang sedang berbicara di sini... dia sama sekali tidak penting. Saya ingin menunjuk pada hal ini berulang-ulang kali:... orangnya sama sekali tidaklah penting. Tetapi apa yang dikatakan adalah penting. Maka penghormatan yang Anda berikan kepada orang ini... atau ketidak-sukaan Anda pada orangnya, atau ini atau itu Anda... semua omong kosong itu amat sedikit nilainya. Anda tidak akan, bila Anda memiliki sebuah pesawat telepon yang bagus... Anda tak membantingnya, Anda menjaga kebersihannya, Anda menghargainya. Tetapi pesawat telepon itu sendiri tak bernilai sama sekali... namun apa yang dikatakan melalui telepon itu yang menjadi berarti. Sama juga di sini orangnya tidaklah penting. Apakah Anda telah memahaminya dengan jelas dan tegas?
9:28 We are saying we live in disorder, psychologically. We may have an orderly room, do proper exercises do so-called yoga - I won't go into that word what it means, how it began and all the rest of it it is not the moment. But we keep order outwardly, apparently but there is disorder, astonishing disorder in the world. Perhaps that disorder is brought about by each one's psychological disorder. Disorder means contradiction in oneself thinking one thing, doing another saying one thing and do the opposite to what you have said or being uncertain, not clear, contradictory, and so on. All that indicates disorder. And also where there is contradiction there must be effort, where there is division there must be conflict and so on. All that is a state of disorder in which we live. That is an obvious fact. Kita mengatakan bahwa kita hidup di dalam kekacauan, secara psikologis. Kita mungkin memiliki sebuah ruangan yang rapi, cukup berolah raga... melakukan apa yang disebut yoga - saya tak ingin membahas kata itu... apa artinya itu, bagaimana asal mulanya dan lain sebagainya... ini bukan saatnya. Tetapi kita menjaga ketertiban di luar, kelihatannya begitu... tapi yang ada adalah kekacauan, kekacauan yang sungguh mencengangkan di dunia ini. Mungkin kekacauan itu ditimbulkan... oleh kekacauan psikologis masing-masing orang. Kekacauan artinya ada kontradiksi di dalam diri sendiri... memikirkan sesuatu, melakukan hal lain yang berbeda... mengatakan sesuatu dan melakukan hal sebaliknya... dari apa yang Anda telah ucapkan... atau dalam keadaan bimbang, tak jelas, berkontradiksi, dan seterusnya. Semua itu menunjukkan adanya kekacauan. Dan juga di mana ada kontradiksi... di situ pasti ada perjuangan, di mana ada pemisahan... di situ pastilah ada perselisihan dan seterusnya. Kesemuanya itu adalah kondisi kekacauan di dalam mana kita hidup. Itu adalah sebuah fakta yang nyata.
10:59 And to bring about order psychologically what is one to do? I hope you are challenging yourself and not accepting my challenge. Knowing consciously aware that one is in disorder psychologically, what is one to do? How is one to bring about order? Because without order psychologically as well as outwardly one must live in chaos as the world is becoming more and more chaotic destructive, violent which shows a great deal of disorder in the world. And perhaps that disorder is projected by each one of us because we live in disorder. Dan untuk menciptakan adanya ketertiban secara psikologis... apa yang seseorang harus lakukan? Saya harap Anda menantang dirimu sendiri... dan bukannya menerima tantangan saya. Mengenal secara sadar... sadar bahwa seseorang sedang dalam kekacauan... secara psikologis, apa yang seseorang harus lakukan? Bagaimana seseorang menciptakan ketertiban? Karena tanpa adanya ketertiban... secara psikologis maupun lahiriah... orang mesti hidup dalam keruwetan... sementara dunia ini semakin lama semakin menjadi tambah ruwet... menghancurkan, kejam... yang menunjukkan adanya kekacauan yang luar biasa di dunia ini. Dan mungkin kekacauan itu dipro- yeksikan oleh kita masing-masing... karena kita hidup di dalam kekacauan.
12:08 So we are asking: how is one to have complete, total order in oneself is that possible? Where there is order there is tremendous energy. Where there is disorder there is the dissipation of energy wastage of energy. So we are going to enquire together I am not enquiring into myself but together we are enquiring, exploring into this question: what is order and can there be order without understanding disorder? So we are enquiring together to find out this actual state, the fact that we live in disorder is that a fact, not a verbal description of the disorder? The word is not the thing. The description of the disorder is not actual disorder. The description of a mountain however beautifully painted, the beauty of the valley the light, the snow, the lines against the sky the whole sense of dignity, beauty of that mountain can be described most beautifully but the description is not the actual fact. For most of us description is sufficient. And so we are caught in the description not with the actual fact. So when we are asking: what is disorder? is that an idea of what you think should be order and in comparison with what you think should be order there is disorder, which again is total disorder. I hope you are following all this. So we are going to find out what is disorder and having an insight a quick perception of the whole structure of disorder then out of that comes order. That order is not according to a pattern according to a blueprint, according to some sage or some philosopher, or some religious quack. And most religious priests and hierarchy and all the rest of it are super quacks. Even the new pope, I hope. (Laughter) Jadi kita sekarang bertanya: bagaimana seseorang bisa memiliki ketertiban yang lengkap, ketertiban yang total dalam dirinya... apakah itu mungkin? Di mana ada ketertiban, di situ ada energi yang sangat besar. Di mana ada kekacauan di situ ada penghamburan energi... pemborosan energi. Jadi kita akan bersama-sama menyelidiki... saya tidak menyelidiki ke dalam diri saya sendiri tapi bersama-sama... kita mencari tahu, menggali ke dalam pertanyaan ini: apakah ketertiban itu... dan apakah bisa ada ketertiban tanpa memahami kekacauan? Jadi kita bersama-sama menyelidiki untuk mencari tahu... kondisi yang sesungguhnya ini, fakta bahwa kita hidup dalam kekacauan... apakah itu sebuah fakta, bukan se- buah uraian lisan tentang kekacauan? Kata-kata bukanlah hal yang sebenarnya. Uraian mengenai kekacauan itu bukanlah kekacauan yang sesungguhnya. Uraian tentang sebuah gunung... walau bagaimanapun indahnya di- lukiskan, keindahan dari lembahnya... cahayanya, saljunya, alur garisnya terhadap langit... keseluruhan rasa akan keagungannya, keindahan gunung itu... dapat diuraikan dengan cara yang paling indah... namun uraian tersebut bukanlah fakta yang sesungguhnya. Bagi kebanyakan dari kita uraian sudah dirasa cukup. Dan begitulah kita terperangkap di dalam uraian itu... bukannya dengan fakta yang sesungguhnya. Jadi sewaktu kita sedang bertanya: apakah kekacauan itu? apakah itu sebuah pendapat dari apa yang... Anda pikir semestinya adalah ketertiban... dan membandingkan dengan apa yang... Anda pikir semestinya adalah ketertiban... di situ ada kekacauan, yang mana sekali lagi adalah kekacauan total. Saya harap Anda sedang mengikuti ini semua. Jadi kita akan mencari tahu apakah kekacauan itu... dan memiliki satu pandangan terang... satu persepsi kilat akan keseluruhan struktur dari kekacauan itu... lalu dari situlah timbul ketertiban. Ketertiban itu bukannya berdasarkan suatu pola... berdasarkan suatu cetakbiru, berdasarkan pendapat orang bijak tertentu... atau ahli filsafat tertentu, atau penipu tertentu yang berkedok agama. Dan kebanyakan para pendeta dan hirarki... dan semua sisanya itu adalah para penipu kelas tinggi. Bahkan Paus yang baru, saya harap. (Ketawa)
15:35 So (laughs) So, are we aware first that we live in disorder? Not the definition of that word but the actual fact of contradiction of division me and mine and you and yours we and they and all that division that goes on within ourselves the constant conflict. All that indicates disorder. And how do you observe that disorder? Say for example, as we took yesterday attachment in any form is a factor of disorder and also a factor, as we pointed out yesterday as we discovered yesterday a part of fear. So attachment to a person, to an idea, to a conclusion, to a past memory to a piece of furniture and so on and so on does breed disorder. Do we see that fact? Jadi (tertawa) Jadi, apakah pertama-tama kita menyadari bahwa... kita hidup dalam kekacauan? Bukan definisi dari kata tersebut... tetapi fakta yang sesungguhnya dari kontradiksi... dari pemisahan... aku dan milikku dan Anda dan milikmu... kita dan mereka dan semua pemisahan itu... yang berlangsung di dalam diri kita sendiri... pertikaian yang terus-menerus. Semua itu menandakan adanya kekacauan. Dan bagaimana Anda mengamati kekacauan itu? Misalnya sebagai contoh, seperti yang kita pakai kemarin... keterikatan dalam bentuk apapun ada- lah sebuah unsur dari kekacauan... dan juga sebuah unsur, seperti yang kita tunjukkan kemarin... seperti yang kita temukan kemarin... bagian dari ketakutan. Maka keterikatan... pada seseorang, pada suatu ide, pada suatu kesimpulan, pada... suatu kesimpulan, pada sebuah kenangan di masa lalu... pada sebuah perlengkapan furnitur dan seterusnya dan seterusnya... memang membiakkan kekacauan. Apakah kita melihat kenyataan itu?
17:17 And the freedom from attachment without becoming isolated, callous, indifferent does that bring about certain order? Because what we are talking about is that when we have put everything in order then there is a great deal of energy, tremendous energy. And one needs that energy to go most profoundly into oneself. So we are asking, discovering for ourselves first the disorder in which we live and the nature of that disorder which is part of attachment, fear and pleasure and so on and without directing it in a particular direction hoping that will bring order but just to be aware of this disorder without any movement away from it. Are we meeting each other? Is the speaker making the thing clear? That is, may I go into it? All right. Dan kebebasan dari keterikatan tersebut... tanpa menjadi terisolasi, tak berperasaan, tidak peduli... apakah itu menciptakan ketertiban tertentu? Karena apa yang kita sedang bahas ini adalah... bahwa bila kita telah menertibkan segala sesuatunya... maka di situ ada suatu energi yang amat besar, energi yang dahsyat. Dan orang membutuhkan energi itu... untuk masuk kedalam dirinya sendiri secara sangat mendalam. Jadi kita sekarang bertanya, menemukan untuk diri kita sendiri... pertama-tama adalah kekacauan itu di dalam mana kita hidup... dan hakekat dari kekacauan tersebut... yang mana adalah bagian dari keterikatan, ketakutan... dan kenikmatan dan seterusnya... dan tanpa menggiringnya ke satu arah tertentu... berharap bahwa itu akan membawa ketertiban... tetapi hanya dengan mewaspadai kekacauan ini... tanpa adanya gerakan apapun yang menjauhinya. Apakah kita saling memahami? Apakah si pembicara telah membuat hal ini jelas? Dengan demikian, bolehkah saya masuk kedalamnya? Baiklah.
19:02 Suppose I live in disorder inwardly I may have marvellous order outwardly but inwardly perhaps I am in great disorder. And I ask myself, what am I to do? Is that disorder different from me? Or I am that disorder? You understand this question? Please, this is really important to understand because if the disorder is different from me then I can do something about it then I can change the pattern move from one corner to another corner or bring psychological order by suppressing, by control, by this and by that. I can do something about it. But if the disorder is not different from me which is a fact, that the disorder is me then the problem arises, what happens then? You are following all this? You are not listening to me, you are listening to yourself. Then perhaps you will bring about a change. But if you merely listen to the speaker you can listen to him for the rest of your life and I hope you won't and if you merely listen to him you won't change. But if you yourself see that you live in disorder and that disorder is not different from you fundamentally, basically you are that disorder then what takes place? Before, you could do something about it because you separated yourself from it and you operated on it and therefore in that there was constant conflict betrayal, one day you could do it the next day you couldn't do it and so on and so on fluctuating from day to day. Whereas the fact is, you are that disorder. That is a fact, not a conclusion which the speaker has come to and is trying to impose it on you, which he is not. We are not doing propaganda of any kind trying to convince you of anything. But when the disorder is me I can't do anything about it which means I can't operate on it as I used to before. So I remain in this total disorder. Are you doing this as we are talking? Or is it just a verbal accumulation? Which is, I am not different from that disorder. That disorder exists because I have divided myself from what I have called disorder. That is one of the major factors of disorder. I have discovered that. Wherever there is a separation between me and psychologically what I observe that division is one of the major factors of disorder. That is, when I call myself a Hindu, or myself a Muslim or a Christian, Catholic or a British or a French or German, or whatever it is the division is a factor of disorder the Jew and the Arab, you have got an obvious example everyday that is happening. So psychologically when there is division between disorder and myself I am encouraging and cultivating disorder. Whereas the fact is the disorder is myself and therefore the realisation, the truth of that brings order. Are you following this? You are all very silent. It's up to you.

Q: I am waiting for it to happen.
Misalnya saya hidup dalam kekacauan... yang terjadi di dalam... Saya boleh saja memiliki ketertiban yang menakjubkan di luar... tapi di dalam mungkin saya sedang dalam kekacauan yang parah. Dan saya bertanya pada diriku sendiri, apa yang harus saya lakukan? Apakah kekacauan tersebut adalah sesuatu yang berbeda dengan saya? Atau sayalah kekacauan itu? Anda memahami pertanyaan ini? Mari, ini hal yang benar-benar penting untuk dipahami karena bila kekacauan ini sesuatu yang berbeda dari saya... maka saya dapat berbuat sesuatu terhadapnya... maka saya dapat merubah bentuk polanya... berpindah dari satu sudut ke sudut yang lain... atau menciptakan ketertiban yang bersifat psikologis... dengan menindasnya, mengendalikannya, dengan cara ini dan itu. Saya dapat melakukan sesuatu terhadapnya. Tetapi bila kekacauan itu bukanlah sesuatu yang berbeda dari saya... yang mana adalah sebuah fakta, bahwa kekacauan tersebut adalah saya... maka permasalahannya timbul, apa yang akan terjadi setelah itu? Anda mengikuti semua ini? Anda tidaklah mendengarkan saya, Anda sedang mendengarkan dirimu sendiri. Maka mungkin Anda akan menciptakan suatu perubahan. Tetapi bila Anda hanyalah sekedar mendengarkan si pembicara... Anda bisa saja mendengarkan dia selama sisa hidupmu... dan saya harap Anda tidak melakukannya... dan bila Anda hanya sekedar mendengar... pada dia, Anda tidak akan berubah. Tetapi bila Anda sendiri melihat bahwa Anda hidup dalam kekacauan... dan kekacauan itu tidaklah berbeda darimu... secara mendasar, bahwa pada dasarnya Anda adalah kekacauan itu... maka apa yang terjadi? Sebelumnya, Anda bisa lakukan sesuatu terhadapnya... karena Anda memisahkan dirimu dari padanya... dan Anda bertindak terhadapnya... dan oleh karenanya dalam hal itu terdapatlah konflik terus-menerus... pengkhianatan, suatu hari Anda bisa melakukannya... hari berikutnya Anda tidak bisa melakukannya dan seterusnya... terus berfluktuasi hari demi hari. Sedangkan faktanya adalah, Andalah kekacauan itu. Itu adalah fakta, bukan sebuah kesimpulan yang mana si pembicara... telah mewaspadainya dan sekarang sedang mencoba untuk... memaksakannya pada Anda, yang mana tidaklah dia lakukan. Kita tidak sedang membuat propaganda dalam bentuk apapun... mencoba untuk meyakinkan Anda akan suatu hal apapun. Tetapi bila kekacauan itu adalah saya... Saya tidak bisa melakukan suatu hal apapun terhadapnya... yang mana berarti saya tidak bisa berbuat sesuatu... terhadapnya seperti yang biasanya saya lakukan sebelumnya. Maka saya tetap berada di dalam kekacauan total ini. Apakah Anda melakukan ini sewaktu kita sedang membicarakannya? Atau apakah ini hanya sekedar penghimpunan ungkapan kata-kata? Yang mana adalah, saya tidaklah berbeda dari kekacauan itu. Kekacauan itu ada karena saya telah memisahkan diriku sendiri... dari apa yang telah saya namakan kekacauan. Itu adalah salah satu dari unsur-unsur utama kekacauan. Saya telah temukan itu. Di mana ada satu pemisahan di antara saya... dan apa yang saya amati secara psikologis... maka pemisahan itu adalah salah satu dari unsur-unsur utama kekacauan. Maka, ketika saya menyebut diriku seorang Hindu, atau seorang Muslim, atau seorang Kristen, Katolik atau seorang Inggris atau Perancis... atau Jerman, atau apapun itu... pemisahan itu adalah sebuah unsur dari kekacauan... orang Yahudi dan orang Arab, Anda... telah mendapatkan sebuah contoh yang jelas... itu berlangsung setiap hari. Maka secara psikologis... bila ada pemisahan antara kekacauan dan diriku... dengan begitu saya mendorong dan memelihara kekacauan. Sedangkan faktanya adalah kekacauan itu adalah saya sendiri... dan karenanya, pemahaman itu, kebe- naran dari itu membawa ketertiban. Apakah Anda sedang mengikuti ini? Anda semua sangat senyap. Itu terserah Anda.

Q:Saya sedang menantikan hal itu terjadi.
24:23 K: The gentleman says he is waiting for it to happen. I'm afraid you will have to wait a long time then! (Laughter) It is a fact, it can't happen to you. You yourself see what is going on therefore the actual fact the truth of the matter frees the mind from disorder. The cause of this disorder is the separation as me and different from disorder. You understand? K:Bapak itu mengatakan bahwa dia se- dang menunggu hal itu untuk terjadi. Saya khawatir Anda harus menunggu lama tentunya! (Ketawa) Itu adalah sebuah fakta, itu tidak bisa terjadi pada Anda. Anda sendiri melihat apa yang sedang berlangsung... dengan demikian fakta yang sesungguhnya... kebenaran dari hal itulah yang membebaskan batin dari kekacauan. Penyebab dari kekacauan ini... adalah pemisahan sebagai saya dan berbeda dari kekacauan. Anda paham?
25:09 So, similarly can we bring order in our life? That is, to learn the art of putting everything in its right place. That is order. But you cannot put things in their right place unless the man who puts the thing in the right place is also very orderly. You understand? Naturally. So we are trying to find out what is order and what is disorder. Disorder can be dissolved only when the division between me and the other ceases to be, psychologically. And one has to learn the art of putting things in their proper place. Money, which most of us, if we have lots of it cling to it, if you have little of it you want more of it, and so on and so on. Money has become tremendously important in the world. And also sex has become tremendously important. I am not going to talk about it, it is important. You know how important it is in your life. And when you give something such great importance that very fact that you are giving a particular thing great importance is disorder. Right? If I give tremendous importance to exercise so-called yoga then I am putting that totally out of proportion. So putting everything in its proper place implies giving everything its right value. Right? Can we do that? Do we want to do that? Or is it all much too difficult? Or you say, 'Please, we have lived for so many years in this mess, let me go on. Don't interfere with this mess'. And so you accept the mess and you are accustomed to it. You say we've become comfortable with this mess and we don't want to alter it. But a man who is seriously concerned not only with the world outside of us but also inwardly to give money, sex, everything its proper place is to learn the beauty of freedom. Without that there is no freedom. Jadi, sesuai dengan itu dapatkah kita membawa ketertiban dalam hidup kita? Itu adalah, dengan mempelajari seni... menaruh semuanya pada tempatnya yang benar. Itulah ketertiban. Tetapi Anda tidak dapat menaruh ben- da-benda di tempatnya yang benar... kecuali orang yang menaruhnya pada tempatnya yang benar... adalah sangat tertib juga. Anda paham? Wajar. Jadi kita sedang mencoba mencari tahu apakah ketertiban itu... dan apa kekacauan itu. Kekacauan hanya bisa dilenyapkan... bila pemisahan antara aku dan orang lain... tidak ada lagi, secara psikologis. Dan orang harus mempelajari seni... menaruh segala sesuatu pada tempatnya yang benar. Uang, yang mana sebagian besar dari kita, bila kita memilikinya banyak... melekat padanya, bila Anda memilikinya sedikit... Anda menginginkan yang lebih banyak lagi, dan seterusnya dan seterusnya. Uang telah menjadi bukan main pentingnya didunia ini. Dan juga seks telah menjadi amat sangat penting. Saya tak akan membicarakan hal itu, itu penting. Anda tahu betapa pentingnya hal itu di dalam kehidupanmu. Dan bila Anda memberi nilai demikian besar pentingnya pada sesuatu... fakta itu sendiri di mana Anda memberi pada sesuatu hal tertentu... nilai kepentingan yang besar, adalah kekacauan. Benar? Bila saya memberi nilai kepentingan amat besar pada latihan... yang disebut yoga... maka saya menaruhnya secara total di luar proporsi. Jadi meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya yang sesuai... berarti memberikan nilai yang benar pada segala sesuatunya. Benar? Dapatkah kita melakukannya? Apakah kita ingin melakukannya? Atau apakah itu semua terlalu sulit? Atau Anda berkata, 'Ayolah, kita sudah hidup begitu banyak tahun... dalam kesemrawutan ini, biarkan saya melanjutkannya. Jangan ikut campur dengan kesemrawutan ini'. Dan begitulah Anda menerima kesemra- wutan itu dan Anda terbiasa padanya. Anda bilang kita telah menjadi nyaman dengan kesemrawutan ini... dan kita tidak ingin mengubahnya. Tetapi seseorang yang secara serius merasa prihatin... tak hanya dengan dunia di luar kita... tapi juga di dalam diri... menempatkan uang, seks, segala sesua- tunya pada tempatnya yang tepat... adalah untuk mempelajari indahnya kebebasan. Tanpa itu tidak ada kebebasan.
28:43 So then the next problem is: we live under great pressure, more and more. Pressure - institutional pressures political pressures, economic pressures, social pressures and so on and so on and so on. And we said perhaps the greatest pressure in most of us is the desire that wants to act the pressure of tremendous desire. Right? Are we following all this? May I go on?

Q: Yes.
Jadi kemudian masalah yang berikutnya adalah: kita hidup di bawah tekanan amat besar, makin lama makin banyak. Tekanan - berbagai tekanan yang bersifat kelembagaan... berbagai tekanan politik, ekonomi, sosial... dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya. Dan kita katakan mungkin tekanan yang paling besar... dalam diri sebagian besar dari kita adalah nafsu yang ingin bertindak... tekanan dari nafsu yang sangat kuat. Benar? Apakah kita mengikuti semua ini? Boleh saya lanjutkan?

Q: Ya.
29:27 K: I hope you are watching all this in yourself. Because you can listen to these words for the next 10 years, 15 years, 20 years but at the end of that you say, 'I am where I was'. Because you don't apply you don't say, 'I am going to find out'. You merely live at the level of words. K: Saya harap Anda sedang menyak- sikan semuanya ini dalam dirimu. Karena Anda bisa mendengarkan kata-kata ini... untuk masa 10 tahun, 15 tahun, 20 tahun berikutnya... tapi pada ujung dari itu Anda berkata,... 'saya berada di tempat seperti dulu saya berada'. Karena Anda tidak menerapkan... Anda tidak mengatakan, 'Saya akan mencari tahu'. Anda hanyalah hidup dalam tahap kata-kata saja.
29:58 The next thing is: why is there such a tremendous pressure of desire in most of us? The pressure of sex, the pressure of desire for sex desire for experience, desire to be popular, famous desire to - you know, all the rest of it what the activities of desire are. Desire for enlightenment, which is the most stupid desire! Because enlightenment doesn't come through desire. You may go to all the highest peaks in the Himalayas but you will never find illumination there. It is where you are, not in India, or in Japan or in some other place - or even Rome. (Laughter) Sorry to talk about Rome because I have just heard this morning about the Pope being elected! (Laughter) Hal selanjutnya adalah:... mengapa ada suatu tekanan yang sedemikian kuatnya... dari nafsu dalam diri sebagian besar dari kita? Tekanan seksual, tekanan dari nafsu untuk seks... nafsu untuk memperoleh pengalaman, nafsu untuk jadi populer, terkenal... nafsu untuk - Anda tahu, semua lainnya itu... apa saja aktifitas dari nafsu. Nafsu untuk pencerahan, yang adalah jenis nafsu yang paling bodoh! Karena pencerahan tidaklah datang melalui nafsu. Anda boleh pergi ke semua... puncak-puncak tertinggi di pegunungan Himalaya... tapi Anda tidak akan pernah menemukan pencerahan di sana. Ini ada di mana Anda berada, tidak di India, atau di Jepang... atau di tempat tertentu yang lain - atau bahkan di Roma. (Ketawa) Maaf untuk berbicara tentang Roma karena saya baru saja mendengar... pagi ini mengenai Paus yang baru terpilih! (Ketawa)...
31:18 So, if one is aware in oneself, of oneself one sees how desire is so extraordinarily strong desire for power, to dominate people Desire for you know all this, I don't have to go into details. You know it all very, very well. And we live under this pressure. And so not only physiologically one becomes ill the strain of it, but also psychologically it is a great travail, it is a great problem. I desire, say for example, to be the most marvellous person and it is a constant strain to become somebody, to be somebody, to achieve a result. So one can see desire, without being understood the whole nature and the structure of desire is one of the factors of disorder. Right? Please do we see that? Please don't accept what I am saying that is totally unimportant. Is that in yourself a fact which you have discovered for yourself seeing that desire in all its multiple forms and multiple expressions does breed confusion does breed disorder. Right? And most people have said control desire suppress desire, or fulfil desire go to the extreme of desire - they have done all these tricks. Talk to any monk and they will tell you we must suppress any desire carnal desire, or any form of desire in order to serve God or Jesus or - whoever God is. And so there is always this suppression control, constant conflict you desire something, you suppress it you rationalise it, you control it, you run away from it and so on. So what we are trying to do what we are saying is: let's find out the nature of desire how it arises, and whether we can give desire its proper place and not in any way suppress it, control it, destroy it. Right? We are going to go into that. Maka, bila seseorang waspada di dalam dirinya, akan dirinya... orang melihat bagaimana nafsu begitu luar biasa kuatnya... nafsu akan kekuasaan, untuk menguasai orang-orang... Nafsu untuk,... Anda tahu semuanya tentang ini, saya tidak perlu masuk ke dalam rincian. Anda mengenal itu semua dengan sangat, sangat baik. Dan kita hidup di bawah tekanan ini. Dan dengan demikian, tak hanya secara jasmaniah seseorang menjadi sakit... ketegangan darinya, tetapi juga secara kejiwaan... itu adalah satu kesulitan yang besar, itu adalah satu masalah yang besar. Saya bernafsu, sebagai contoh, untuk menjadi... orang yang paling mengagumkan... dan itu adalah satu ketegangan yang terus menerus... untuk menjadi seorang penting, jadi seorang penting,... untuk meraih suatu hasil. Maka seseorang dapat melihat nafsu, tanpa dipahaminya... keseluruhan hakekat dan struktur dari nafsu... adalah salah satu dari unsur-unsur kekacauan. Benar? Mari apakah kita melihatnya? Tolong janganlah menerima apa yang saya katakan... itu sama sekali tidak penting. Apakah itu di dalam dirimu merupakan suatu kenyataan yang mana... Anda telah menemukannya untuk dirimu sendiri... menyaksikan nafsu tersebut dalam semua ragam bentuknya... dan beraneka ragam ekspresi memang melahirkan kebingungan... melahirkan kekacauan. Benar? Dan sebagian besar orang telah mengatakan kendalikanlah nafsu... tindaslah nafsu, atau salurkan nafsu... pergilah ke bentuk nafsu yang paling ekstrim... - mereka telah melakukan semua tipuan ini. Bicaralah dengan biarawan siapa saja... dan mereka akan memberi tahu Anda bahwa... kita mesti menindas setiap bentuk nafsu... nafsu jasmani, atau apapun bentuk nafsunya... supaya bisa melayani Tuhan atau Yesus atau - siapapun Tuhan itu. Dan makanya selalu ada penindasan ini... pengendalian, konflik yang terus menerus... Anda bernafsu akan sesuatu, Anda menindasnya... Anda merasionalisasikannya, Anda mengendalikannya,... Anda menyingkir darinya dan seterusnya. Jadi apa yang kita sedang coba lakukan... apa yang kita sedang katakan adalah: mari kita cari tahu hakekat dari nafsu... bagaimana itu timbul, dan apakah... kita bisa beri nafsu tempatnya yang tepat... dan tidak secara apapun menindasnya, mengendalikannya, menghancurkannya. Benar? Kita akan menyimak hal itu.
34:39 So one must find out the whole nature and the structure of desire. Find out for oneself not be told what is the nature and the structure of desire. Then if you accept it you will come back next year or the next thirty years and say, 'Well, that is exactly where I am I began and you have left me where I was after 30 years'. Because one has lived on words not actually gone into it for yourself. Why has desire become so extraordinarily important? It is encouraged through education in every form, society all things around us encourage this process of desire. I want to find out why desire has become important in oneself and what is desire. So I must first understand the nature of sensation. Right? Sensory perception, senses. I must understand the way of the senses. May we go on? Jadi seseorang harus mencari tahu seluruh hakekat... dan struktur dari nafsu. Temukan untuk diri sendiri... bukannya dengan diberi tahu tentang apa hakekat dan struktur dari nafsu. Kemudian bila Anda menerimanya... Anda akan kembali tahun depan atau selama tiga puluh tahun berikutnya... dan berkata, 'Baiklah, itu persis di mana saya sekarang ini berada... Saya memulainya dan Anda telah meninggalkan... saya di mana saya sebelumnya berada setelah 30 tahun'. Karena orang telah hidup pada kata-kata... tidak sesungguhnya masuk ke dalamnya untuk dirimu sendiri. Mengapa nafsu telah menjadi demikian luar biasa pentingnya? Itu didorong melalui pendidikan... dalam segala bentuknya, masyarakat... semuanya di sekitar kita mendorong proses nafsu ini. Saya ingin mencari tahu kenapa nafsu telah menjadi penting... dalam diri sendiri dan apakah nafsu itu. Maka saya pertama-tama harus memahami hakekat dari sensasi. Benar? Persepsi inderawi, indera-indera. Saya harus memahami bagaimana indera-indera ini bekerja. Boleh kita lanjutkan?
36:29 The senses being touch, smell, taste and so on. And we never function with all the senses in operation. I wonder if you understand this. No? Taste becomes so extraordinarily important if you are a gourmet if you like good food, wine and all the rest of it taste becomes extraordinarily important. Or if you are sensitive, music. Only music becomes important, hearing a lovely sound and the space between sounds, and the quality of sound. Or something. So our senses are broken up, fragmented we never see anything with all our senses completely. Right? Are we understanding each other? Can you look at something the movement of the sea the way of the clouds the wind among the trees, to look at it all with all your senses fully flowering and looking. Can we do that? Then when you do that you will see as a test you are not accepting what I am saying test it for yourself - then you will see that there is no centre from which you are observing. There is no division caused by the centre who says 'I am different from that'. When you observe things totally a woman or a man or a child or your girl friend, husband, wife with all the senses awakened then there is no one particular sense demanding an action. You are following all this? Are you doing it as we are talking about it? So senses have their right place but they become destructive, divisive and conflicting when one particular sense is developed and the others are dormant or semi-dormant. Whereas when you observe something entirely with all your senses then there is no division in yourself. Indera-indera berupa indera peraba, penciuman, perasa dan sebagainya. Dan kita tak pernah berfungsi dengan semua indera itu bekerja. Saya ingin tahu apakah Anda memahami hal ini. Tidak? Cita rasa menjadi begitu luar biasa pentingnya... bila Anda seorang ahli pencicip makanan... bila Anda menyukai makanan enak, anggur dan segala macamnya itu... cita rasa menjadi luar biasa pentingnya. Atau bila Anda seseorang yang sensitif, musik. Hanya musiklah yang menjadi penting, mendengarkan suara yang indah... dan jarak di antara nada-nada, dan kwalitas dari suara. Atau sesuatu. Jadi indera-indera kita terpecah belah, terpisah-pisah... kita tak pernah melihat sesuatu deng- an semua indera kita selengkapnya. Benar? Apakah kita saling memahami satu sama lain? Bisakah Anda memandang sesuatu... pergerakan laut... lintasan awan-awan... embusan angin di antara pepohonan, memandang itu semua... dengan semua indera Anda sepenuhnya berkembang dan menyaksikannya. Bisakah kita melakukan itu? Maka bila Anda melakukan itu,... Anda akan menyaksikan, sebagai sebuah uji coba... Anda tidak menerima apa yang saya sedang katakan... ujilah untuk dirimu sendiri - maka Anda akan melihat... bahwa di sana tidak ada pusat dari mana Anda mengamatinya. Di sana tidak ada pemisahan... yang disebabkan oleh si pusat yang mengatakan... 'Saya berbeda dari itu'. Sewaktu Anda mengamati segala sesuatunya secara menyeluruh... seorang wanita atau pria atau seorang anak kecil... atau teman wanita Anda, suami, istri... dengan seluruh indera terbangun... maka tidak ada satu indera tertentu yang menuntut suatu tindakan. Apakah Anda sedang mengikuti semua ini? Apakah Anda melakukannya saat kita sedang membicarakannya? Jadi indera memiliki tempat mereka yang sebenarnya... tetapi mereka menjadi bersifat menghancurkan, memecah belah... dan saling berkonflik sewaktu satu indera tertentu... dikembangkan dan yang lainnya diam atau setengah diam. Sedangkan sewaktu Anda mengamati sesuatu... secara menyeluruh dengan semua inderamu... maka di situ tidak ada perpecahan di dalam dirimu.
39:48 So desire is part of these sensations is the beginning of sensation. Right? That is a fact, isn't it? See a beautiful woman or a man or a child, or a car or a mountain, or a lovely proportioned house, or a garden and perception, sensation and the desire arises. Right? And the desire that sensation, perception, sensation creates the image and then desire begins to operate. That is the whole movement of desire. This is a simple, obvious, daily fact which you can observe if you are paying attention. Jadi nafsu adalah bagian dari sensasi-sensasi ini... adalah awal dari sensasi. Benar? Itu adalah sebuah fakta, bukankah begitu? Melihat seorang wanita cantik atau seorang pria... atau seorang anak kecil, atau sebuah mobil... atau suatu gunung, atau rumah dengan proporsi yang elok, atau kebun... dan persepsi, sensasi dan nafsunya bangkit. Betul? Dan nafsu itu... sensasi itu, persepsi, sensasi menciptakan sebuah gambaran... dan kemudian nafsu mulai beroperasi. Itu adalah seluruh pergerakan dari nafsu. Ini adalah sebuah fakta yang seder- hana, nyata, fakta sehari-hari... yang mana dapat Anda amati... bila Anda memperhatikannya.
40:50 So where does the conflict, the trouble, the confusion begin in the movement of desire? Right? You are following? Say, for example, I see a beautiful tree, or a lovely garden. I have got a piece of land and I'd like to have such a beautiful garden myself. That is, there is perception sensation, the image-making which is thought - right? and then thought pursues that which it has observed which it has pleased. So wherever there is the movement of thought with regard to sensation then desire brings conflict. Are you understanding this? Is this clear, or am I too? No, no, I see it is not. I have to repeat it differently. Jadi di mana konflik itu, kesulitan itu, kebingungan itu berawal... dalam pergerakan nafsu ini? Benar? Anda sedang mengikuti? Katakanlah, sebagai contoh, saya melihat suatu pohon yang indah,... atau suatu kebun yang elok. Saya memiliki sebidang tanah... dan saya ingin memiliki sebuah kebun yang indah seperti itu... untuk diriku sendiri. Tepatnya, disana ada persepsi,... sensasi, pembentukan gambaran yang mana adalah pikiran - benar? dan kemudian pikiran mengejar apa yang telah diamatinya itu... yang mana telah membuatnya senang. Jadi di mana ada pergerakan pikiran... yang berhubungan dengan sensasi maka nafsu membawa konflik. Anda sedang memahami hal ini? Apakah ini jelas, atau apakah saya terlalu...? Tidak, tidak, saya melihat halnya tidak demikian. Saya harus mengulanginya dengan cara yang berbeda.
42:04 There is perception of a beautiful house well-proportioned, all the rest of it. Then there is sensation. That is normal, that is essential otherwise I am blind, my senses are not acute, aware. But the trouble begins the moment thought creates the image of owning a house like that and working for it identifying oneself with that house and so on. So where thought begins to interfere with the perception then there is division then desire begins. You've followed this? Is this clear? No, not what I am saying, for yourself. Are you also working as hard as we are all working? It is hot in here. Are you working as hard? I hope so. It doesn't matter. It is up to you. Ada persepsi tentang sebuah rumah yang indah... berproporsi baik, dan berikut semua lainnya itu. Kemudian di situ ada sensasi. Itu wajar, itu perlu... bila tidak maka saya buta, indera saya tidak tajam, waspada. Tetapi masalah dimulai pada saat pikiran... menciptakan gambaran berupa sedang memiliki rumah seperti itu... dan sedang bekerja untuk itu... mengidentifikasi dirinya dengan rumah tersebut dan seterusnya. Jadi di mana pikiran mulai ikut campur dengan persepsi... maka di situ ada pemisahan... lalu nafsu dimulai. Anda mengikuti ini? Apakah ini jelas? Tidak, bukan apa yang saya katakan, untuk dirimu sendiri. Apakah Anda juga sedang bekerja sekeras seperti kita semua? Di dalam sini terasa panas. Apakah Anda sedang bekerja dengan sama kerasnya? Saya harap begitu. Tak apalah. Terserah Anda.
43:25 So the question is: it is natural to have the perception, sensation that is natural but can that moment stop and not thought come in and create an image and pursue that image which becomes desire? You understand what I'm saying? You understand my question? That is, perception, sensation is normal, healthy but when thought comes in, creates the image then the image is pursued as desire, then the trouble begins. Haven't you noticed it in yourself? You can see a beautiful car and there is the sensation and the image of you driving in it, driving it the power you have and all that. But whereas seeing the car, sensation, and stop there. Can you do it? You try it and see what is involved in it. In that there is no control. You see the whole implication of desire how it arises how thought then creates the image and pursues it. Whereas perception, sensation and looking at the car or the mountain, the girl, or the boy, or whatever it is. Then there is no conflict there is no suppression of desire then you have the enormous energy that has been used up by the movement of thought as desire. Is this clear? Maka pertanyaannya adalah: adalah wajar untuk memiliki persepsi, sensasi... itu adalah wajar... tapi bisakah saat itu berhenti dan pikiran tidak masuk ke dalam... dan menciptakan satu gambaran dan mengejar... gambaran itu yang mana menjadi nafsu? Anda memahami apa yang saya katakan? Anda mengerti pertanyaan saya? Tegasnya, persepsi, sensasi adalah wajar, sehat... tapi sewaktu pikiran masuk ke dalam, menciptakan gambaran... lalu gambaran itu dikejar sebagai nafsu, maka gangguan timbul. Belum pernahkah Anda memperhatikan hal ini dalam dirimu sendiri? Anda bisa melihat sebuah mobil yang bagus... dan d isana ada sensasi... dan gambaran dari Anda sedang mengen- darai di dalamnya, mengemudikannya... tenaga yang Anda miliki dan semuanya itu. Namun ketika sedang melihat mobil itu, sensasi, dan berhenti disitu. Bisakah Anda melakukannya? Anda coba dan lihat apa yang terlibat di dalamnya. Di situ tidak ada pengendalian. Anda melihat seluruh implikasi dari nafsu... bagaimana timbulnya... bagaimana pikiran lalu menciptakan suatu gambaran dan mengejarnya. Sedangkan persepsi, sensasi dan sedang melihat mobil itu... atau gunung itu, gadis itu, atau pemuda itu, atau apapun adanya. Maka tidak ada konflik di sana... tidak ada penindasan terhadap nafsu... maka Anda akan memiliki energi yang sangat besar itu... yang mana telah dihabiskan oleh per- gerakan pikiran dalam bentuk nafsu. Apakah ini jelas?
45:56 So the next point is we are investigating into ourselves why do we live so greatly on remembrances? You understand my question? Why human beings live in the past, which is to remember? Right? You all look so puzzled. You have had a pleasant day and you remember it and it is stored up as a memory and you delight in that memory, you live in that memory or you live in a sexual memory or the memory of some achievement that has been possible for you. So remembrance has become extraordinarily important for all of us as experience, as knowledge. I am asking, we are asking, why? Do you understand? Not that we must not remember of course you must remember how to drive a car where your home is and so on and so on the technological knowledge one has acquired but psychologically why has remembrance such importance in our life? Right? You are asking this question yourself. So what is remembrance? What is the factor of remembrance? There was an incident that was pleasurable or painful an event that brought a smile or a tear and that is registered in the brain. Right? Naturally. This is simple. And that registration becomes the memory that registration is the remembrance of that delightful event or that painful event. Now the question is: why should we register psychologically anything? You understand my question? I have put a question: why should the brain register an event which was painful or pleasurable? It may register things that are dangerous - right? like a precipice, like a dangerous animal or dangerous snake, or a dangerous person a crook and so on, it may register. Those are all obvious daily facts. But why should the brain register the hurt the flattery, the insult the feeling that you are this and all the rest of it why should there be registration psychologically at all? You have got the question, haven't you? Are we meeting each other? Is it time for me to stop?

Q: No!
Jadi hal berikutnya adalah... kita menyelidiki ke dalam diri kita... mengapa begitu kuatnya kita hidup pada pengaruh ingatan-ingatan? Anda memahami pertanyaan saya? Mengapa umat manusia hidup di masa lalu, yakni mengingat-ingatnya? Betul? Anda semua terlihat begitu bingung. Anda pernah memiliki suatu hari yang menyenangkan... dan Anda mengingatnya... dan itu tersimpan sebagai sebuah ingatan... dan Anda amat senang di dalam ingatan itu, Anda hidup dalam ingatan itu... atau Anda hidup dalam suatu ingatan seksual... atau ingatan akan pencapaian tertentu yang pernah dapat Anda raih. Maka ingatan telah menjadi luar biasa pentingnya untuk kita semua... sebagai pengalaman, sebagai pengetahuan. Saya bertanya, kita bertanya, kenapa? Anda paham? Bukannya kita tidak boleh mengingat... jelas Anda harus mengingat bagaimana cara mengemudikan sebuah mobil... di mana alamat rumahmu dan seterusnya dan seterusnya... pengetahuan bersifat tehnis yang seseorang telah miliki... tetapi secara psikologis... kenapa ingatan memiliki arti demi- kian pentingnya dalam kehidupan kita? Benar? Anda sedang mengajukan pertanyaan ini kepada dirimu sendiri. Jadi apakah ingatan itu? Apakah unsur dari ingatan? Ada suatu kejadian yang menyenangkan atau menyakitkan... suatu kejadian yang membawa suatu senyuman atau air mata... dan itu tercatat dalam otak. Benar? Wajar. Ini sederhana. Dan pencatatan itu menjadi ingatan itu... pencatatan itu adalah ingatan akan kejadian yang menyenangkan itu... atau kejadian yang menyakitkan itu. Sekarang pertanyaannya adalah: mengapa kita mesti mencatat apapun secara psikologis? Anda paham pertanyaan saya? Saya telah mengajukan sebuah pertanyaan: mengapa otak harus mencatat sebuah kejadian... yang menyakitkan atau menyenangkan? Otak bisa mencatat hal-hal yang berbahaya - benar? seperti sebuah tebing yang curam, seperti seekor hewan yang buas... atau ular yang berbahaya, atau seseorang yang berbahaya... seorang penjahat dan seterusnya, otak bisa mencatatnya. Semua itu adalah fakta yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Tapi kenapa otak harus mencatat rasa sakit hati... pujian, hinaan... perasaan bahwa Anda adalah begini dan semuanya itu... mengapa mesti harus ada pencatatan bersifat psikologis itu? Anda telah memahami pertanyaannya, bukankah demikian? Apakah kita saling memahami satu sama lain? Apakah sudah waktunya saya berhenti?

Q: Tidak!
49:57 K: Dites moi, je vous prie, quant il est midi et demi. K:Tolong beritahu saya, bila sudah jam setengah satu.
50:08 Now we are asking: it is one of the factors of the brain to register of necessity. I must register technological knowledge if I am working with machines and so on and so on. And also if I write or if I am a surgeon a doctor and so on, it must be registered. But we are asking: why should one psychologically register anything at all? At least see the question first. Is it necessary? Does it bring a clarity? Does it bring greater energy, freedom and so on? Or psychological registration is one of the factors that destroys real joy. I'll go into it presently. Sekarang kita bertanya: adalah salah satu unsur dari otak untuk mencatat... atas dasar kebutuhan. Saya mesti mencatat pengetahuan yang bersifat teknis... bila saya sedang bekerja dengan mesin-mesin... dan seterusnya dan seterusnya... Dan juga bila saya seorang penulis atau seorang dokter bedah... seorang doktor dan selanjutnya, itu harus dicatat. Tapi kita bertanya: mengapa seseorang mesti secara psi- kologis mencatat sesuatu apapun itu? Paling tidak lihatlah pertanyaannya dulu. Apakah itu perlu? Apakah itu membawa suatu kejelasan? Apakah itu membawa energi yang lebih besar, kebebasan dan seterusnya? Atau pencatatan yang bersifat psikologis... adalah salah satu unsur yang memusnahkan... sukacita yang sebenarnya. Saya akan masuk ke dalam hal itu sekarang.
51:40 We said the brain in its activity must register certain things, it is necessary. But we are asking: psychologically, inwardly why should the brain register? Is it a habit that we have fallen into that when you insult me I register it immediately? When you flatter me, I register it immediately. Why? When you flatter me you are my friend when you insult me you are not my friend and so on and so on, so on. Now we are asking: can this registration stop psychologically? See what it means. Then that means regeneration of the brain. So the brain becomes extraordinarily alive, young, fresh because it is not registering that which is not necessary. I wonder if you follow all this. Now, is that possible? Intellectually one can see the beauty of it, verbally. You say, 'By Jove, it must be most extraordinary intellectually to have no psychological registration'. It doesn't mean one is a vegetable, or empty, or all that but there is a freedom an extraordinary sense of elation an extraordinary sense of youthfulness the brain doesn't get old, worn out. So one must find out if it is possible. Because as we grow older the brain gets more and more mechanical more and more fixed in a groove, in a track and becomes hard, brittle, not pliable, quick. Now is this possible, not to register psychologically at all? You have got the question? Is the question clear? Yes? Kita katakan bahwa otak di dalam aktifitasnya... mesti mencatat hal-hal tertentu, itu perlu. Tapi kita sekarang bertanya: secara psikologis, secara batiniah... mengapa otak itu harus mencatat? Apakah itu sebuah kebiasaan yang kita telah terjatuh ke dalamnya... sehingga waktu Anda menghina saya, saya mencatatnya seketika itu juga? Sewaktu Anda memuji saya, seketika itu juga saya mencatatnya. Kenapa? Ketika Anda memuji saya, Anda adalah temanku... ketika Anda menghina saya, Anda bukanlah temanku... dan seterusnya dan seterusnya, seterusnya. Sekarang kita bertanya: bisakah secara psikologis pencatatan ini berhenti? Lihat apa artinya itu. Maka itu berarti suatu pembaharuan dari otak. Sehingga otak menjadi sangat hidup, muda, segar... karena otak tidak mencatat apapun yang tidak perlu. Saya bertanya-tanya apakah Anda mengikuti ini semua. Sekarang, apakah itu mungkin? Secara intelektual seseorang bisa melihat... keindahan darinya, secara lisan. Anda bilang, 'Wah, itu mestinya sesuatu yang sungguh luar biasa... secara intelektual untuk tidak mencatat secara psikologis'. Itu tidak berarti seseorang adalah dungu tidak bertenaga,... atau kosong, atau semuanya itu... tapi di sana ada suatu kebebasan... suatu rasa lega yang luar biasa... rasa semangat muda yang luar biasa... otak tidak menua, tidak menjadi lelah. Jadi orang harus mencari tahu apakah itu mungkin. Karena semakin kita bertambah tua... otak semakin lama semakin menjadi mekanis... makin tambah terpaku di dalam sebuah alur, dalam sebuah jalur... dan menjadi keras, getas, tidak luwes, tidak waspada. Sekarang apakah ini mungkin, untuk tidak mencatat... sama sekali secara psikologis? Anda memahami pertanyaannya? Apakah pertanyaannya jelas? Ya?
54:18 Now, let's proceed to find out. Find out, it doesn't mean that I am going to tell you and then you discover it and say, 'Yes, it is so'. Then you will come back 30 years later: 'I'm still where I am' 'where I started' Sekarang, mari kita lanjutkan untuk mencari tahu. Mencari tahu, itu tidaklah berarti bahwa saya akan memberitahu Anda... dan kemudian Anda menemukannya dan bilang, 'Ya, itu memang begitu'. Lalu Anda akan kembali 30 tahun kemudian:... 'saya masih berada di mana saya sekarang berada'... 'di mana saya memulainya'
54:36 We said the brain needs security safety to function efficiently. It must register certain facts how to drive a car, write letters and so on and so on technology and so on. Then the brain has realised that putting order giving order to register only things that are necessary which is to bring order. Right? Then we can proceed to find out why the brain or the psyche, psychologically registers. Does it bring safety, avoids danger? Does it prevent further hurts further destruction, further obstructions? Or we have cultivated unconsciously the habit of registering. We have registered there, so why not here? From there we have moved to here psychologically, from outwardly it is necessary but psychologically, from there we have moved to here. And is that necessary at all? A very simple example: from childhood we are hurt psychologically by parents, by other children, by the school college, university, if you are lucky and so on and so on we are hurt, we are wounded psychologically. And that wound is registered. And having been hurt there is resistance isolation, fear and all the rest of it. Now is it necessary when you insult me to register at all? You understand my question? Is it possible to prevent registration? You are understanding my question? I hope! Right? It is possible only when you are insulting me or flattering me for all my senses to be awakened and listening. You understand this? Then there is no reception at all. Is this all Greek? (Laughter) I see the importance to have fresh, young, bright, clear brain. That is utterly important. Is it possible to maintain that clarity that precision, decision with that beauty of all that is implied till I die? It is not possible when there is registration of things which are not absolutely necessary. Right? So one has to find out why any form of psychological registration which becomes memory, remembrance is it possible not to do it? One discovers, if you go into it deeply, it is possible. It is possible only when you are really attentive at the moment of insult, at the moment of flattery. Right? Have you tried this? Kita mengatakan otak butuh rasa aman... keamanan untuk berfungsi secara efisien. Otak mesti mencatat fakta- fakta tertentu... bagaimana mengemudikan mobil, mengarang surat dan seterusnya... teknologi dan sebagainya. Kemudian otak itu telah menyadari bahwa menempatkan perintah... memberikan perintah untuk mencatat hanya hal-hal yang perlu... yang mana membawa ketertiban. Benar? Maka kita bisa meneruskan untuk mencari tahu... kenapa otak atau batin, secara psikologis mencatat. Apakah itu membawa keamanan, menghindari bahaya? Apakah itu mencegah sakit hati yang berikutnya... kehancuran berikutnya, penghalang-penghalang berikutnya? Atau kita secara tidak sadar telah menanamkan... kebiasaan melakukan pencatatan. Kita telah mencatatnya di sana, jadi kenapa tidak di sini? Dari sana kita berpindah ke sini... secara psikologis, pencatatan lahiriah itu perlu... tetapi secara psikologis, dari sana kita telah berpindah ke sini. Dan apakah itu benar-benar perlu? Sebuah contoh yang sangat sederhana:... semenjak kecil kita secara psikologis disakiti... oleh orang tua, oleh anak-anak lainnya, oleh sekolah... perguruan tinggi, universitas, bila Anda beruntung dan sebagainya... kita disakiti, kita terluka secara psikologis. Dan luka itu tercatat. Dan dengan telah disakiti di situ ada perlawanan... pengasingan diri, rasa takut dan semua lainnya itu. Sekarang apakah memang perlu untuk mencatat ketika Anda menghina saya? Anda paham pertanyaan saya? Apakah mungkin untuk mencegah pencatatan? Anda sedang memahami pertanyaan saya? Saya harap! Benar? Itu adalah mungkin hanya sewaktu Anda sedang menghina saya... atau sedang memuji saya... bagi semua indera saya untuk dibangkitkan dan mendengarkan. Anda memahami ini? Maka di situ tidak ada reaksi sama sekali. Apakah semua ini bahasa Yunani? (Ketawa) Saya melihat pentingnya memiliki otak yang segar, muda, cemerlang, jernih. Itu benar-benar penting. Apakah mungkin untuk memelihara kejernihan itu... kecermatan itu, ketegasan itu... dengan keindahan dari semua itu yang tersirat sampai saya meninggal? Itu tidak mungkin sewaktu di situ ada pencatatan... akan hal-hal yang tidak mutlak diperlukan. Benar? Jadi orang harus mencari tahu... mengapa apapun bentuk pencatatan yang bersifat psikologis... yang mana menjadi kenangan, ingatan... apakah mungkin untuk tidak melakukannya? Seseorang menemukan, bila Anda memasukinya secara mendalam,... itu adalah mungkin. Itu memungkinkan hanya bila Anda benar-benar penuh perhatian... di saat penghinaan, di saat pujian. Benar? Apakah Anda pernah mencobanya?
59:35 The other day a man said to me, 'You are a damn fool you are stuck in a rut' rather impolite but there it is. (Laughter) So I went to my room and I said 'Is that a fact? I want to find out' One may be stuck in a rut and one may be a damn fool. One investigates it and by watching very carefully you don't register that you are you don't register, you listen to the word you listen to the fact whether you are or not whether you are stuck in a rut. Are you stuck in a rut? You understand? Are you? No, find out, don't answer me please. Somebody calls you what somebody called me I hope more politely, and you want to find out if it is so. You neither deny nor accept but just watch it, find out. If you are stuck in a rut, it is fairly obvious you'll soon find out you are in a rut. Suatu hari seorang laki-laki berkata kepada saya,... 'Kamu adalah orang yang teramat bodoh... Anda terperangkap dalam kehidupan yang membosankan' agak kurang sopan tapi begitulah. (Ketawa) Maka saya pergi ke kamar saya dan saya berkata... 'Apakah itu suatu fakta? Saya ingin mencari tahu' Seseorang mungkin terperangkap dalam kebosanan... dan seseorang mungkin adalah orang yang teramat bodoh. Dia menyelidikinya... dan dengan mengamati secara cermat Anda tidak mencatat bahwa Anda... Anda tidak melakukan pencatatan, Anda memerhatikan kata-katanya... Anda memerhatikan faktanya apakah Anda benar atau tidak... apakah Anda terperangkap dalam hidup yang membosankan. Apakah Anda terperangkap dalam kehidupan yang membosankan? Anda paham? Apakah Anda demikian adanya? Tidak, carilah tahu, tolong jangan menjawab saya. Seseorang menyebut Anda dengan kata- kata yang dikatakannya pada saya... Saya harap lebih sopan, dan Anda ing- in mencari tahu apakah benar begitu. Anda tidak menyangkal maupun menerima tapi sekedar... mengamatinya, mencari tahu. Bila Anda terperangkap dalam kebosanan, itu cukup jelas... Anda akan segera menemukan bahwa Anda terperangkap dalam kebosanan.
1:01:01 So registration does not take place when you are alert awake, totally aware with all your senses open there is nothing to be registered psychologically. Will you do it? No, you won't because pleasure has become immensely important for us. Right? If you observe yourself very carefully you will see what great part, perhaps the greatest part pleasure plays in our life. The pleasure to find God, or illumination the pleasure to be free, the pleasure to have money possessions, lovely wife or husband you know and all that business, pleasure of sex pleasure of power, the politicians with their pleasure of immense power. And so the registration of pleasure in most of our lives is tremendous. Right? And the pursuit of pleasure has become a dominant factor: that is the remembrance of a past pleasure and the pursuit of that past pleasure as remembrance and desire behind it and searching out asking, demanding, wanting. Our whole religious organisations are based on that. It is a vast entertainment it gives great pleasure, which is great sensation that you are in the presence of holy things and so on. Jadi pencatatan tidak berlangsung sewaktu Anda waspada... sadar, secara total waspada dengan segenap indera Anda terbuka... di situ tidak ada apapun yang untuk dicatat secara psikologis. Anda mau melakukannya? Tidak, Anda tidak mau... karena kenikmatan telah menjadi be- gitu luar biasa pentingnya bagi kita. Benar? Bila Anda mengamati dirimu dengan penuh perhatian... Anda akan melihat peranan apa yang besar, mungkin yang terbesar... yang dimainkan oleh kenikmatan dalam hidup kita. Kenikmatan untuk menemukan Tuhan, atau pencerahan... kenikmatan untuk terbebas, kenikmatan memiliki uang... harta milik, istri yang menawan atau suami... Anda tahu dan semuanya perihal itu, kenikmatan seksual... kenikmatan dari kekuasaan, politisi dengan kenikmatan mereka... akan kekuasaan yang sangat besar. Dan demikianlah pencatatan... akan kenikmatan di dalam sebagian besar dari kehidupan kita... sangatlah hebatnya. Benar? Dan pengejaran kenikmatan tersebut... telah menjadi unsur yang dominan:... yaitu ingatan akan sebuah kenikmatan yang lalu... dan pengejaran akan kenikmatan lalu itu sebagai ingatan... dan nafsu di belakangnya dan mencarinya sampai dapat... meminta, menuntut, menginginkan. Seluruh organisasi-organisasi keaga- maan kita berdasarkan atas hal itu. Itu suatu hiburan yang besar... itu memberikan kenikmatan yang besar, yaitu sensasi besar... bahwa Anda berada di kehadiran benda-benda suci dan sebagainya.
1:03:35 So we said, the registration of pleasure of an event that gave you great delight is registered and the pursuit of it in our life. Jadi kita katakan, pencatatan dari kenikmatan... dari suatu kejadian yang telah mem- berikan Anda kesenangan besar... dicatat dan usaha untuk mendapat- kannya dalam kehidupan kita.
1:03:50 Now the question is: what is pleasure? When you are enjoying something at the moment you don't say 'How pleasurable it is, how lovely' - you are in it. Only a second later thought comes along and says 'What a lovely time that was how beautiful that was, what a great sensation it gave me what a lovely experience' so there is registration has taken place then thought is in operation. You are following all this? Sekarang pertanyaannya adalah: apakah kenikmatan itu? Sewaktu Anda sedang menikmati sesuatu... pada saat itu Anda tidak mengatakan... 'Betapa menyenangkannya itu, betapa indahnya' - Anda sedang di dalamnya. Hanya sedetik kemudian pikiran mendatangi dan berkata... 'Betapa indahnya saat itu... betapa indahnya tadi itu, betapa besarnya sensasi... yang telah diberikannya kepada saya... suatu pengalaman yang betapa indahnya... maka di situ pencatatan telah terjadi... selanjutnya pikiran beroperasi. Anda mengikuti ini semua?
1:04:39 We are talking about all this because it is part of knowing oneself not from books, not from words, not from description but actually knowing oneself. Knowing doesn't mean accumulating memory about oneself and from that accumulation observe. If you observe through accumulation you are only accumulating what you have already known. But whereas if you are observing afresh each time then it is like a vast river with a volume of water flowing, moving. Kita sedang membicarakan tentang semua ini... karena ini adalah bagian dari memahami diri sendiri... tidak dari buku, tidak dari perkataan, tidak dari uraian... tetapi memahami diri sendiri secara sesungguhnya. Memahami bukan berarti mengumpulkan ingatan mengenai diri sendiri... dan dari akumulasi itu mengamati. Bila Anda mengamati melalui akumulasi maka Anda hanyalah... sedang mengakumulasikan apa yang Anda telah kenal sebelumnya. Tapi sebaliknya bila Anda mengamat secara segar setiap kali... maka itu seperti sebuah sungai yang luas... dengan sejumlah air mengalir, bergerak.
1:05:34 So what is pleasure? Is it time, is it thought as fear? We said the root of fear is time. The root of fear is thought. Thought which is remembering - remembrance remembers certain events that caused fear registered, the remembrance of it and the next time this whole remembrance is projected. You are watching? So is pleasure time and the movement of thought? Or they are both the same thought and time are essentially the same? So thought is the movement of pleasure which doesn't mean you can't look at a beautiful tree and enjoy it a beautiful person, a painting or a lovely valley with all the purple shadows in it. Look at it but the moment it becomes registered and remembrance it is no longer delight, it becomes a pleasure which is the remembrance of things that have happened before. Now if you see the whole nature of this completely then pleasure has its place delight and therefore psychologically inwardly there is no registration of that event. The mind then, the brain then becomes extraordinarily alive young, fresh without any neurotic reactions. Jadi apakah kenikmatan? Apakah itu waktu, apakah itu pikiran sebagai rasa takut? Kita telah mengatakan bahwa akar dari rasa takut adalah waktu. Akar dari rasa takut adalah pikiran. Pikiran yang mana adalah mengingat - kenangan... mengingat kejadian-kejadian tertentu yang menyebabkan rasa takut... tercatat, ingatan akan hal itu... dan di waktu lain keseluruhan ingatan ini di proyeksikan. Anda sedang mengamati? Jadi apakah kenikmatan adalah waktu dan pergerakan dari pikiran? Atau mereka berdua adalah sama... pikiran dan waktu pada intinya adalah sama? Jadi pikiran adalah pergerakan dari kenikmatan... yang tidak berarti Anda tak bisa me- mandang sebatang pohon yang indah... dan menikmatinya... seseorang yang elok, sebuah lukisan bagus atau satu lembah yang indah... dengan semua bayangan berwarna ungu di dalamnya. Pandanglah itu... tetapi seketika itu menjadi sesuatu yang tercatat dan ingatan... itu tidaklah lagi... kegembiraan, itu menjadi sebuah kenikmatan... yang mana adalah ingatan akan hal- hal yang telah terjadi sebelumnya. Sekarang bila Anda melihat keseluruhan hakekat dari hal ini... secara lengkap... maka kenikmatan memiliki tempatnya... kegembiraan dan oleh karenanya secara psikologis... ke dalam tidaklah ada pencatatan dari kejadian itu. Batin akan, otak akan menjadi luar biasa hidupnya... muda, segar tanpa ada reaksi- reaksi apapun yang tidak sehat.
1:07:58 Finished. I've stopped just in time. Please, if I may request you, don't clap, it's such a you're clapping for yourself, not for me or clap when I am not here. (Laughter) Selesai. Saya sudah berhenti tepat pada waktunya. Tolong, jika saya boleh memintanya dari Anda,.. jangan bertepuk tangan, itu sesuatu yang... Anda bertepuk tangan untuk dirimu sendiri, bukan untuk saya... atau bertepuk tanganlah sewaktu saya tidak berada disini. (Ketawa)