Krishnamurti Subtitles home


BR78T3 - Bagaimanakah kebebasan untuk dipahami dan dihayati?
Ceramah Umum ke-3
Brockwood Park, UK
2 September 1978



0:54 K: We have been talking about various things that concern our daily life. We are not indulging in any form of theories beliefs, or ideological, speculative entertainment. We are actually deeply concerned - I hope with our daily life and to find out if it is at all possible to bring about a radical change in the ways of our life. Because our life is not what it should be. We are confused, miserable sorrow-ridden struggling, struggling from day after day till we die. And that seems to be our lot. This endless conflict not only in our personal relationships but also with the world which is deteriorating from day to day becoming more and more dangerous more and more unpredictable, uncertain where the politicians and the nations are seeking power. K:Kita telah membicarakan tentang... berbagai hal yang berkenaan dengan kehidupan kita sehari-hari. Kita tidak memuaskan diri dengan berbagai bentuk teori... aliran kepercayaan, atau hiburan bersifat ideologis, penuh spekulasi. Kita sesungguhnya sangat prihatin - saya harap begitu... dengan kehidupan kita sehari-hari... dan untuk mencari tahu apakah sungguh memungkinkan... untuk membawa suatu perubahan yang radikal... dalam menjalani hidup kita ini. Sebab kehidupan kita ini tidaklah seperti yang semestinya. Kita kebingungan, sengsara... terbelit dalam kesengsaraan... selalu berjuang dari hari ke hari hingga kita meninggal dunia. Dan itu kelihatannya seperti telah menjadi takdir kita. Pertikaian yang tak ada hentinya ini... tak hanya di dalam berbagai hubungan pribadi kita... tapi juga dengan dunia... yang mana terus memburuk dari hari ke hari... menjadi semakin lama semakin berbahaya... semakin tak bisa diduga, tak menentu... di mana para politisi dan bangsa- bangsa saling berebut kekuasaan.
2:40 And we should also talk over together this morning, I think about freedom: whether man or woman when I use the word 'man' I include the woman I hope you don't mind, Women's Lib (laughter). It seems to one, as one observes in the world in our daily life, freedom is becoming less and less. More and more restrictive we are becoming our actions are limited our outlooks are very narrow or bitter, cynical, or very, very hopeful and we never seem to be free from our own daily conflict and misery completely free from all the travail of life. And I think we should talk over together this question of freedom. Of course in the totalitarian states there is no freedom. Here in the western world and the eastern world, partly there is somewhat more freedom freedom to change your job, freedom to travel to say what you like, to think what you like express what you like, write what you like. But even this freedom that one has is becoming more and more mechanical it is no longer freedom. Dan kita seharusnya juga membicarakan bersama-sama pagi ini, saya kira... mengenai kebebasan:... baik itu pria atau wanita... bila saya menggunakan kata 'pria' itu termasuk wanita. Saya harap Anda tidak keberatan,... Organisasi Persamaan Hak Wanita (tertawa) Kelihatannya bagi seseorang, sewaktu dia melakukan pengamatan di dunia ... di dalam kehidupan kita sehari-hari, kebebasan jadi semakin berkurang. Kita semakin lama semakin penuh keterbatasan... segala tindakan kita jadi terbatas... wawasan kita jadi sangat sempit... atau penuh kekecewaan, sinis, atau teramat berharap... dan kita tampaknya tak akan pernah terbebas... dari pertikaian dan kesengsaraan kita sehari-hari,... terbebas sepenuhnya dari semua kesulitan hidup ini. Dan saya kira kita harus membicarakan bersama... mengenai pertanyaan tentang kebebasan ini. Jelas di negara-negara totaliter di situ tidak ada kebebasan. Di sini di dunia Barat dan dunia Timur, sebagian... masih sedikit lebih ada kebebasan... kebebasan untuk mengganti pekerjaan Anda,... kebebasan untuk bepergian... untuk mengatakan apa yang Anda sukai, memikirkan apa yang Anda sukai... mengungkapkan pendapat Anda,... menuliskan apa yang Anda sukai. Tapi walaupun demikian kebebasan yang dimiliki seseorang ini... semakin lama semakin jadi bersifat mekanis... bukan lagi suatu kebebasan.
4:39 So I think we should, if you are at all serious go into this question rather deeply. That is, if you are willing. The Churches, the religions have tried to dominate our thinking: the Catholic church in the past tortured people for their belief burnt them, excommunicated them and even now excommunication is a form of threat for those who are Catholics. Which is exactly the same thing that is happening in the totalitarian states - control of your mind your thoughts, your behaviour, your action. They are more concerned with the control of the mind control of thought, and anyone who dissents from that disagrees, is banished away, or tortured or sent to mental hospitals and so on. Exactly the same thing as the past Catholic world has done. Now they are doing it in the so-called political, economic states. So freedom is something that we have to find out what it means and whether it is possible for us to be free not only inwardly, deeply whether it is at all possible inwardly, psychologically inside the skin as it were but also to express ourselves correctly, truly, accurately. Then perhaps we will understand what freedom is. Jadi saya pikir kita harus, bila Anda memang benar-benar serius... membahas pertanyaan ini secara lebih mendalam. Yaitu, bila Anda menghendakinya. Gereja-gereja, agama-agama telah... berusaha untuk menguasai pemikiran kita:... gereja Katolik... di masa lampau melakukan penyiksaan... terhadap orang-orang atas kepercayaan mereka... membakar mereka, mengucilkan mereka... dan bahkan di masa sekarang pengucilan ini... adalah suatu bentuk ancaman... bagi mereka yang beragama Katolik. Yang mana adalah sama persis dengan... apa yang terjadi... di negara-negara penganut rejim penguasa tunggal... - mengendalikan batin Anda... pikiran Anda, sikap Anda, tindak-tanduk Anda. Mereka lebih berkepentingan dengan pengendalian batin... pembatasan pemikiran, dan siapapun... yang tak sependapat dengan itu... yang tidak setuju, akan diusir, atau disiksa... atau dikirim ke rumah sakit jiwa dan seterusnya. Sama persis halnya dengan... apa yang dilakukan oleh dunia Katolik di masa lampau. Sekarang mereka melakukannya... dalam apa yang dinamakan... negara-negara berpolitik, berekonomi. Jadi kebebasan adalah sesuatu yang kita... harus cari tahu apa arti sesungguhnya... dan apakah mungkin bagi kita untuk menjadi bebas... tak hanya di dalam diri kita, secara mendalam... apakah itu sepenuhnya mungkin... di dalam diri, secara psikologis... seakan-akan tertanam di dalam... tetapi juga untuk mengungkapkan diri kita... secara benar, tulus, tepat. Maka mungkin kita akan memahami apa kebebasan itu.
6:46 Is freedom the opposite of slavery? Is freedom the opposite of prison, of bondage, of repression? Is freedom to do what you like? Please, as we said the other day and we have been talking over together the speaker is only expressing - I hope - verbally what we are all questioning therefore you are not listening to the speaker but listening to the questions which you are putting for yourself therefore the speaker is not here. Is freedom the opposite of non-freedom? And so is there an opposite at all? You understand? That is, if we move away from the bad to the good and think that is freedom the good being the freedom if we accept the good, which we can go into presently what is the good, and the bad. Is the good, the goodness the opposite of that which is not good which is evil, which is bad? If there are opposites then there is a conflict. If I am not good, I will try to be good. I will make every effort to be good that is if I am somewhat conscious somewhat sane, not too neurotic. So we are asking: is freedom the opposite of anything? Or if freedom has an opposite then is it freedom? Please enquire together in this matter. That is, any opposite the good and the bad the opposite of the bad which is the good the good has in it the roots of the bad. Go into it please. Consider it together. Apakah kebebasan opposisi (lawan) dari perbudakan? Apakah kebebasan oposisi dari penjara,... dari ikatan, dari penekanan? Apakah kebebasan adalah untuk melakukan apa yang Anda sukai? Mari, seperti yang kita bicarakan di hari sebelumnya... dan yang sudah kita bahas bersama-sama selama ini... Pembicara ini hanyalah mengungkapkan - saya harap - secara lisan... apa yang kita semua pertanyakan... maka dari itu Anda bukanlah mendengarkan si pembicara... akan tetapi mendengarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut... yang mana Anda tujukan kepada diri Anda sendiri... karenanya si pembicara tidaklah ada di sini. Apakah kebebasan itu oposisi dari tanpa-kebebasan? Dan dengan demikian apakah sebetulnya ada suatu oposisi? Anda paham? Yaitu, bila kita pergi menjauhi... dari yang buruk menuju ke yang baik... dan mengira bahwa itu adalah kebebasan... yang baik adalah kebebasan... bila kita menerima hal yang baik itu,... yang mana kita dapat memasukinya sekarang... apakah sesuatu yang baik, dan sesuatu yang buruk itu. Apakah sesuatu yang baik, kebaikan itu adalah oposisi... dari apa yang tidak baik... yang jahat, yang buruk? Bila ada hal-hal yang saling beroposisi... maka di situ ada suatu pertentangan. Bila saya tidak baik, saya akan berusaha untuk menjadi baik. Saya akan melakukan semua usaha untuk menjadi baik... yaitu bila saya seseorang yang agak sadar... agak waras, tidak terlalu kacau pikirannya. Jadi kita sekarang bertanya:... apakah kebebasan oposisi dari sesuatu? Atau bila kebebasan memiliki sesuatu... oposisi, maka apakah itu suatu kebebasan? Mari bersama-sama menyelidiki hal ini. Yaitu, setiap oposisi... hal yang baik dan yang buruk... oposisi dari yang buruk yaitu sesuatu yang baik... sesuatu yang baik itu di dalamnya sendiri memiliki... akar dari sesuatu yang buruk. Mari kita masuki hal ini. Mempertimbangkannya bersama-sama.
9:58 If I am jealous, envious the opposite of jealousy is a state of mind which is not jealous - a state of feeling. But if it is the opposite of jealousy that opposite has in it its own opposite. Do we see this? Because we want to go this morning into the question of what is love. whether such a thing exists at all. Or is it merely sensation which we call love. So to understand the full significance and the nature and the beauty of that word which we use as love, we must understand, I think what is the conflict between the opposites whether this conflict is illusory in that illusion we are caught which has become a habit or there is only 'what is' and therefore there is no opposite to it. I hope this is not becoming too intellectual, is it? Or too verbal, or too nonsensical. Bila saya cemburu, merasa iri hati... oposisi dari kecemburuan adalah satu kondisi batin... yang tidak cemburu - satu bentuk perasaan. Tetapi bila itu adalah oposisi dari kecemburuan... pihak oposisi tersebut memiliki... sisi yang berlawanan di dalam dirinya sendiri. Apakah kita melihatnya? Karena kita ingin di... pagi hari ini untuk masuk ke dalam pertanyaan tentang... apakah kasih itu. Apakah hal semacam itu memang benar-benar ada. Atau itu hanyalah sekedar sensasi yang kita sebut sebagai kasih. Jadi untuk dapat memahami arti sepenuhnya... dan sifat serta keindahan dari kata tersebut... yang kita gunakan sebagai kasih,... kita harus memahami, saya kira... apa pertentangan antara sisi-sisi yang saling beroposisi... apakah pertentangan ini hanyalah bersifat khayalan... di dalam khayalan itu kita terperangkap... yang mana telah menjadi suatu kebiasaan... atau di sana hanyalah ada kenyataan 'apa adanya'... dan oleh karenanya tidak mempunyai oposisi apapun di sana. Saya harap ini tidak menjadi terlalu intelektual, apa begitu? Atau jadi permainan kata-kata atau terlalu tidak masuk akal.
11:49 Because as long as we live in opposites jealousy and non-jealousy the good and the bad the ignorant and the enlightened there must be this constant conflict in duality. Of course there is duality: man, woman, light and shade, dark, light and darkness morning and evening and so on but psychologically, inwardly we are asking whether there is an opposite at all. Is goodness the outcome of that which is bad? If it is the outcome of that which is bad, evil I don't like to use the word 'evil' because that is so appallingly misused as is every other word in the English language if goodness is the opposite of the bad then that very goodness is the outcome of the bad therefore it is not goodness. Right? Do we see in ourselves, not as an idea, as a conclusion as something somebody has suggested to you but actually do we see anything born out of an opposite must contain its own opposite? Right? So if that is so then there is only 'what is', which has no opposite. Right? Is somebody meeting me? We are meeting each other? Karena selama kita hidup dalam sisi-sisi yang saling beroposisi... kecemburuan dan bukan-kecemburuan... baik dan buruk... yang tak-tercerahkan dan yang tercerahkan... maka di sana mesti ada pertentangan terus-menerus dalam dualitas ini. Memang dualitas itu ada:... pria, wanita, cahaya dan bayangan,... gelap, terang dan kegelapan... pagi dan malam dan seterusnya... tetapi secara psikologis, di dalam batin... kita mempertanyakan apakah suatu oposisi itu memang benar-benar ada. Apakah kebaikan itu hasil yang timbul dari sesuatu yang buruk? Bila itu adalah hasil dari sesuatu yang buruk, jahat... saya kurang suka menggunakan kata 'jahat'... karena itu adalah sesuatu yang begitu amat sangat disalah-gunakan... seperti halnya dengan setiap kata- kata lain di dalam bahasa Inggris... bila kebaikan adalah sisi oposisi dari keburukan... maka kebaikan itu adalah suatu hasil yang timbul dari si buruk... sehingga itu bukanlah kebaikan. Benar? Apakah kita melihat di dalam diri kita,... bukan sebagai sebuah pendapat, sebagai satu kesimpulan... sebagai sesuatu yang seseorang telah pengaruhi Anda... tetapi kenyataannya apakah kita melihat... segala sesuatu yang terlahir dari sisi oposisinya... pasti mengandung oposisinya itu sendiri? Benar? Jadi kalau memang demikian halnya... maka hanyalah ada suatu kenyataan 'apa-adanya',... yang tidak memiliki oposisi. Benar? Apakah ada yang bertemu saya? Kita saling bertemu?
14:04 So as long as we have an opposite there cannot be freedom. Goodness is totally unrelated to that which is evil which is bad - in quotes 'bad'. As long as we are violent to have the opposite which is non-violent creates a conflict and the non-violence is born out of violence. The idea of non-violence is the outcome of being aggressive, abrasive, anger and so on. So there is only violence, not its opposite. Then we can deal with violence. As long as we have an opposite then we are trying to achieve the opposite. I wonder if you see? Jadi selama kita memiliki satu... oposisi maka di situ tidak akan ada kebebasan. Kebaikan... sama sekali tidak ada hubungannya dengan yang namanya kejahatan... yang mana adalah buruk - dalam tanda kutip 'buruk'. Selama kita penuh kekerasan... untuk mendapatkan oposisinya yaitu tanpa-kekerasan... akan menciptakan suatu pertentangan... dan sesuatu tanpa-kekerasan itu terlahir dari kekerasan. Ide tanpa-kekerasan itu adalah hasil yang timbul dari adanya... keganasan, kekasaran, kemarahan dan sebagainya. Jadi disana hanyalah ada kekerasan, bukan oposisinya. Maka barulah kita dapat menangani kekerasan itu. Selama kita memiliki suatu oposisi... maka kita berusaha untuk mencapai si oposisi tersebut. Saya bertanya-tanya apakah Anda melihatnya?
15:38 So, is freedom the opposite of non-freedom? Or freedom has nothing whatsoever to do with its opposite? Please we have to understand this very carefully because we are going to go into something, which is: is love the opposite of hate the opposite of jealousy the opposite of sensation? So as long as we are living in this habit of opposites which we are - I must, I must not I am, I shall be I have been and in the future something will take place all this is the activity, the movement of the opposites. Right sir? Do we May we go on? Jadi, apakah kebebasan itu oposisi dari bukan-kebebasan? Atau kebebasan samasekali tidak ada hubungannya... dengan oposisinya? Mari kita memahami hal ini dengan sangat berhati-hati... karena kita akan melangkah... memasuki sesuatu, yaitu:... apakah kasih itu oposisi dari kebencian... oposisi dari kecemburuan... oposisi dari... sensasi? Jadi selama kita hidup... dalam kebiasaan beroposisi ini... demikianlah kita adanya... - saya harus begini, saya harusnya tidak begitu... saya sekarang begini, saya seharusnya jadi begitu... saya selama ini telah begini dan di masa mendatang... sesuatu akan terjadi... semua ini adalah aktifitas itu, gerakan dari yang saling beroposisi. Benar begitu? Bisa kita lanjutkan?
17:06 So we are asking: is freedom totally unrelated to that which we call non-freedom? If it is then how is that freedom to be lived understood and acted, from which action takes place? We have always acted from the opposites. Right? I am in prison and I must be free of it. I must get out. I am in bondage to a habit psychologically as well as physiologically and I must be free of it to become something else. Right? So we are caught in the habit of this everlasting corridor of opposites and so there is never an ending to conflict to struggle, to be this and not that. I think this is fairly clear. Can we go on from there? You are not listening to me: you are discovering this for yourself. If you are, it has significance meaning and can be lived daily but if you are merely accepting the idea of it from another, from the speaker then you are merely living in the world of ideas and therefore the opposites remain. The word 'idea' the root meaning of it, from Greek and so on is to observe. See what we have made of that word! Just to observe, and not conclude or make an abstraction from what you have observed into an idea. So we are caught in ideas and we never observe. If we do observe we make an abstraction of it into an idea. Maka sekarang kita bertanya: apakah kebebasan... samasekali tidak berhubungan dengan apa yang kita sebut tanpa-kebebasan? Bila benar begitu maka bagaimana ke- bebasan tersebut bisa berlangsung... dipahami dan dijalankan, dari mana suatu tindakan berlangsung? Kita selama ini selalu bertindak dari sisi-sisi yang saling beroposisi. Benar? Saya di dalam penjara dan saya harus bebas dari situ. Saya mesti ke luar. Saya terbelenggu dalam satu kebiasaan tertentu... secara psikologis maupun secara lahiriah... dan saya mesti terbebas darinya untuk menjadi sesuatu yang beda. Benar? Jadi kita terperangkap di dalam kebiasaan... dari koridor oposisi yang terus berlangsung tanpa hentinya ini... dengan demikian tidak pernah ada penyelesaian terhadap pertentangan... terhadap perjuangan, untuk jadi begini dan tidak begitu. Saya kira hal ini cukup jelas. Dapatkah kita melanjutkan dari situ? Anda tidak mendengarkan saya:... Anda sedang menemukan ini untuk dirimu sendiri. Seandainya demikian, itu memiliki arti... yang bernilai dan dapat berlaku dalam kehidupan sehari-hari... namun bila Anda menerimanya hanya sebagai sekedar ide... dari orang lain, dari si pembicara... maka Anda hanya sekedar hidup dalam dunia yang penuh dengan ide... dan oleh karenanya sisi-sisi yang beroposisi tetap tinggal. Kata 'ide'... arti akar-kata itu, berasal dari Yunani dan seterusnya... artinya adalah mengamati. Lihat apa yang telah kita buat dari satu kata tersebut! Hanya mengamati, dan tidak menyimpulkan... atau membuat suatu abstraksi... dari apa yang Anda telah amati menjadi suatu ide. Jadi kita terperangkap dalam ide-ide dan kita tak pernah mengamati. Bila kita sungguh mengamati kita membuat... suatu abstraksi dari hal itu menjadi satu ide.
20:03 So we are saying: freedom is unconnected with bondage whether it is the bondage of habit physical or psychological the bondage of attachment and so on. So there is only freedom, not its opposite. If we understand the truth of it then we will deal only with 'what is' and not with 'what should be' which is its opposite. Have you got it? Are we meeting each other somewhere? Right?

Q: Yes.
Jadi kita mengatakan:... kebebasan tidak ada hubungannya dengan keterikatan... apakah itu adalah keterikatan dalam bentuk kebiasaan... bersifat fisik atau psikologis... keterikatan dari kemelekatan dan seterusnya. Jadi yang ada hanyalah kebebasan, bukan oposisinya. Bila kita memahami kebenaran akan hal ini... maka kita hanya akan berurusan dengan suatu kenyataan 'apa adanya'... dan bukan dengan 'apa yang seharusnya ada'... yang mana adalah pihak oposisinya. Apakah Anda telah menangkap hal ini? Apakah kita saling bertemu? Benar?

Q: Ya.
21:05 K: May we go on?

Q: Yes.
K: Boleh kita lanjutkan?

Q: Ya.
21:09 K: So if that is very clear that there is only the fact, the 'what is' and there is no opposite to 'what is'. See, if you understand that basically, the truth of it you are dealing with facts unemotionally unsentimentally, then you can do something. The fact itself will do something. But as long as we move away from the fact the fact and the opposite will continue. You've understood? So we are asking now if that is clear not because somebody said so because you have discovered this for yourself fundamentally, it is yours, not mine. Then we can proceed to enquire into this whole question which is very complex: what is love? If we are sentimental, romantic and imaginative and Raphaelites and mid-Victorians then we will never even put that question. But if we put aside all sentiment all emotional response to that word or having any conclusions about that word then we can proceed sanely healthily rationally into this question of what is love. Do you understand? Right? So first of all are we approaching the question without a motive, without sentiment, without prejudice? Because the approach matters enormously rather than the object itself. Right? Do we meet this? Am I putting you all to sleep or what (Laughter) K: Jadi bila hal itu sudah sangat jelas... bahwa yang ada hanyalah fakta, suatu kenyataan 'apa adanya'... dan di sana tidak ada oposisi dari kenyataan yang 'apa adanya'. Lihatlah, bila Anda memahami hal itu... secara mendasar, akan kebenarannya... Anda hanya berurusan dengan fakta-fakta... tanpa melibatkan emosi... tanpa perasaan menghanyutkan, maka Anda dapat melakukan suatu tindakan. Fakta itu sendirilah yang akan melakukan suatu tindakan. Tetapi selama kita menjauh dari fakta... fakta itu dan oposisinya akan berlanjut. Anda sudah mengerti? Jadi sekarang kita bertanya jika hal tersebut jelas... bukan karena seseorang telah mengatakannya... sebab Anda telah menemukannya untuk dirimu sendiri... secara mendasar, itu adalah milikmu, bukan milik saya. Maka kita dapat melanjutkan untuk menggali... ke dalam keseluruhan pertanyaan ini... yang mana adalah sangat kompleks: apakah kasih itu? Bila kita hanyut dalam perasaan, romantis dan penuh khayalan... dan ala Raphael dan ala jaman pertengahan Victoria... maka kita bahkan tidak akan pernah mengajukan pertanyaan itu. Namun bila kita menyingkirkan semua bentuk perasaan sentimental... semua tanggapan yang bersifat emosional terhadap kata itu... atau mempunyai suatu kesimpulan mengenai kata itu... maka barulah kita dapat melanjutkan dengan waras... secara sehat masuk akal ke dalam pertanyaan tentang apa kasih itu... Anda paham? Benar? Jadi pertama-tama apakah kita... melakukan pendekatan terhadap pertanyaan itu... tanpa adanya suatu motif, tanpa... emosi, tanpa prasangka? Karena cara kita mendekatinya me- miliki pengaruh amat sangat besar... dibanding dengan obyek itu sendiri. Benar? Apakah kita bertemu di sini? Apakah saya membuat Anda semua tertidur atau apa (Tertawa).
23:59 So do we know how we approach this question? Are we aware of our approach to it? We say, 'Yes, I know what love is' and therefore you have stopped enquiring. So, as we said, the approach to the problem is more important than the problem itself. Don't make it into a slogan or a cliché then you have lost it. So are we clear how we approach this question? If the approach is correct, accurate in the sense there is no personal conclusion, or opinion or experience, then you are approaching it afresh then you are approaching it with a sense of deep enquiry. Jadi apakah kita paham bagaimana mendekati pertanyaan ini? Apakah kita menyadari pendekatan kita terhadap itu? Kita bilang, 'Ya, saya tahu apa kasih itu'... dan dengan demikian Anda telah menghentikan pencarian. Jadi, seperti yang kami sudah katakan, pendekatan... terhadap masalah itu... adalah lebih penting dari pada masalahnya itu sendiri. Janganlah membuatnya menjadi sebuah slogan atau sesuatu yang klise... maka Anda telah kehilangannya. Jadi apakah kita telah jelas bagai- mana kita mendekati pertanyaan ini? Bilamana pendekatannya benar, seksama... dalam arti tidak ada... kesimpulan pribadi, atau pendapat... atau pengalaman, maka Anda sedang mendekatinya secara baru... maka Anda sedang mendekatinya... dengan satu rasa ingin tahu yang mendalam.
25:26 So we are saying: what is love? Theologians have written volumes about it. The priests throughout the world have given a significance to it. Every man and woman throughout the world gives a specific meaning to it. If they are sensual they give that meaning and so on, so on, so on. So being aware how we approach it openly, freely, without any motive then the door is open to perceive what it is. Right? We close the door to perception if we come to it with an opinion with some conclusion, with our own personal little experience. We have closed the door and there is nothing to you can't investigate, but if you come to it openly freely, eagerly to find out then the door opens you can look through. Alright? Please, are we doing this? Because I think this may solve all our human problems. The approach and what is love. In the mechanistic world it doesn't exist. To the totalitarian people that word is probably an abomination they only know it as the love of the country, the love of the State. Or if you are a Christian you have love of God or love of Jesus, or love of somebody. In India it is the love of their particular guru or their particular deity and so on. So we are asking, putting all that aside not ignorantly but seeing what they have done what religions have done with that word and perhaps with the feeling behind that word being aware of all that, we must go into this. Right? Jadi kita mengatakan: apakah kasih itu? Para ahli Theologi telah menulis banyak sekali mengenai hal itu. Para pendeta di seluruh dunia... telah memberikan sebuah arti yang penting akan hal itu. Setiap pria dan wanita di seluruh dunia... memberikan arti yang spesifik mengenai hal itu. Bila mereka terbawa perasaan... mereka mengartikannya sedemikian dan seterusnya, dan seterusnya. Jadi sadar bagaimana kita mendekatinya... secara terbuka, secara bebas, tanpa suatu motif apapun... maka pintunya akan terbuka untuk memahami apa itu sebenarnya. Benar? Kita menutup pintu ke pemahaman... bila kita datang kesitu dengan suatu pendapat... dengan suatu kesimpulan, dengan... sekelumit pengalaman pribadi kita sendiri. Kita telah menutup pintu itu dan tidaklah ada apapun yang... anda tidak dapat selidiki, namun bila Anda datang secara terbuka padanya... secara bebas, berhasrat untuk menyelidiki maka pintu itu terbuka... anda dapat melihat menembusnya. Benar? Mari, apakah kita melakukan ini? Karena saya pikir ini akan... memecahkan semua masalah kemanusiaan kita. Cara pendekatan itu dan apa kasih itu. Di dalam dunia yang bersifat mekanis hal itu tidak ada. Bagi orang-orang penganut totaliter... kata tersebut mungkin adalah sesuatu hal yang menjijikkan... mereka hanyalah mengenalnya sebagai cinta akan tanah-airnya... cinta akan negaranya. Atau bila Anda seorang Kristen Anda memiliki cinta akan Tuhan... atau cinta akan Yesus, atau cinta terhadap seseorang. Di India itu adalah cinta terhadap guru tertentu mereka... atau dewa tertentu mereka dan seterusnya. Jadi kita sekarang bertanya-tanya, dengan menyingkirkan semuanya itu... bukannya tidak peduli tetapi menyaksikan... apa yang telah mereka perbuat... apa yang telah dilakukan oleh agama-agama dengan kata tersebut... dan mungkin dengan perasaan tertentu di balik kata tersebut... dengan menyadari kesemuanya itu, kita harus masuk ke dalam hal ini. Benar?
28:34 It means we must not only look what others have done to the word how they have imposed certain conclusions upon our minds throughout the ages, and also what our own inclinations are being aware of all that let's approach it tentatively. What is love? Is it pleasure? Go on sir, enquire, dig into yourself and find out. Is it pleasure? For most of us it is sexual pleasure which is called love, sensory pleasure. And that sensory pleasure sexual pleasure has been called love. And that apparently dominates the world. It dominates the world because probably in our own lives it dominates us. So we have identified love with that thing called pleasure and is love pleasure? Which doesn't mean that love is not pleasure. You must enquire into it it may be totally, something entirely different. But first we must enquire into it. Right? Is love desire? Is love remembrance? Please. Which means, is love the remembered experience as pleasure and the demand of thought as desire, with its image and the pursuit of that image is called love. Is that love? Right sir? Itu artinya kita semestinya tidak hanya melihat... apa yang orang lain telah lakukan terhadap kata tersebut... bagaimana mereka telah menanamkan sesuatu... kesimpulan pada benak kita... selama berabad-abad, dan juga... apa yang menjadi kecenderungan kita sendiri... dengan menyadari kesemuanya itu... marilah mendekatinya secara tanpa adanya satu kesimpulan. Apakah kasih itu? Apakah suatu kesenangan? Lanjutkanlah, cari tahu, gali ke dalam dirimu sendiri dan temukan. Apakah itu kesenangan? Bagi kebanyakan dari kita itu adalah... kesenangan seksual yang mana... disebut cinta, bentuk kesenangan secara indriawi. Dan kenikmatan indriawi itu... kenikmatan seksual telah dinamakan cinta. Dan itu kelihatannya mendominasi dunia ini. Itu mendominasi dunia... karena mungkin dalam hidup kita sendiri itu mendominasi kita. Jadi kita telah mengidentifikasi kasih dengan... hal itu yang diberi nama kenikmatan... dan apakah kasih itu kenikmatan? Yang mana tidaklah berarti bahwa kasih bukanlah kenikmatan. Anda harus mencari tahu ke dalamnya... itu mungkin secara total adalah sesuatu yang sama sekali berbeda. Tetapi pertama-tama kita harus mencari tahu ke dalamnya. Benar? Apakah kasih adalah nafsu? Apakah kasih itu suatu bentuk kenangan? Mari. Yang mana berarti, apakah kasih... sesuatu pengalaman yang dikenang sebagai kenikmatan... dan suatu tuntutan dari pikiran sebagai nafsu, dengan gambarannya... dan usaha untuk mendapatkan gambaran itulah yang disebut kasih. Apakah itu kasih? Benar begitu?
31:35 And is being attached to a person or to a country, to an idea, is that love? Attachment, dependence. Please look into yourself, not listen to me I am not worth listening to. But what is significant, what is worthwhile is that you listen to yourself when these questions are being put you have to answer it for yourself because it is your daily life. And if attachment is not love and if attachment is love what are the implications involved in it? You understand my question? If we say love is pleasure then we must see the whole consequences and the implications of that statement. Then we depend entirely on sensory sexual excitement, which is called love. And with it goes all the suffering, the anxiety the desire to possess and from that possessive desire attachment. And where you are attached there is fear fear of loss. And from that arises jealousy, anxiety anger, gradual hatred. Right? Dan apakah dengan keterikatan kepada seseorang... atau kepada suatu negara, kepada suatu paham, apakah itu kasih? Keterikatan, ketergantungan. Silahkan melihat ke dalam dirimu sendiri, jangan mendengarkan saya... saya tidaklah berharga untuk didengarkan. Tetapi apa yang berarti, apa yang bernilai... adalah Anda mendengarkan dirimu sendiri... sewaktu semua pertanyaan ini sedang diajukan... anda harus menjawabnya untuk dirimu sendiri... karena itu adalah hidupmu sehari-hari. Dan apabila keterikatan bukanlah kasih... dan apabila keterikatan adalah kasih... apakah arti tersirat yang terkandung di dalamnya? Anda memahami pertanyaan saya? Bila kita mengatakan bahwa kasih adalah kenikmatan... maka kita harus melihat seluruh konsekuensi... dan arti yang terkandung di dalam pernyataan itu. Lalu kita tergantung sepenuhnya pada indera kita... kegairahan seksual, yang dinamakan cinta. Dan sejalan dengan itu adalah penderitaan, kecemasan... nafsu untuk memiliki... dan dari nafsu untuk memiliki itu timbullah rasa keterikatan. Dan di mana Anda terikat, di sana ada rasa takut... takut kehilangan. Dan dari situ bangkitlah rasa cemburu, penuh kecemasan... kemarahan, meningkatnya rasa kebencian. Betul?
33:41 And also we must see what are the consequences if it is not pleasure. Then what is love which is not jealousy, attachment remembrance pursuit of pleasure through imagination and desire and so on? Is love then the opposite of all this? You follow? I am lost! Dan juga kita harus melihat... apa segala konsekuensinya bila itu bukanlah kenikmatan. Maka apakah kasih itu... yang mana bukanlah kecemburuan, keterikatan... sesuatu yang dikenang... mengejar kenikmatan melalui... daya imaginasi dan nafsu dan seterusnya? Apakah kemudian kasih itu kebalikan dari semua ini? Anda mengikuti? Saya jadi kurang jelas!
34:38 We said is love the opposite of pleasure, of attachment, of jealousy. If love is that, then that love contains jealousy attachment and all the rest of it. Therefore love, seeing all the implications of attachment pursuit of desire the continuous reel of remembrances: I loved and I am not loved I remember that particular sexual pleasure or that particular incident which gave me delight so the pursuit of that and the opposite of what is called love is then love the opposite of hate? Do you understand? Or love has no opposite. You're following all this? It's hot. Kita mengatakan apakah kasih... adalah kebalikan dari kenikmatan, dari keterikatan, dari kecemburuan. Bila kasih adalah itu, maka kasih tersebut mengandung kecemburuan... keterikatan dan semuanya itu. Dengan demikian... kasih,... setelah memperhatikan semua arti yang tersirat dari keterikatan... mengejar nafsu... gulungan kenangan yang terus berlanjut:... saya mencintai dan saya tidak dicintai... saya teringat akan satu kenikmatan seksual tertentu... atau satu peristiwa yang telah menyenangkan diriku... maka dengan mengejar hal itu... dan oposisi dari apa yang dinamakan kasih... apakah kemudian kasih adalah oposisi dari kebencian? Anda paham? Atau kasih tidak memiliki oposisinya. Apakah Anda mengikuti ini semua? Ini sangat menarik.
36:07 So we are finding out please go with it you will see something extraordinary come out of this. I don't know what is coming out of it myself but I can feel something extraordinary coming out of it. If you all listen to yourselves, actually. And the religions have made love of god love of Jesus, love of Krishna, love of Buddha you follow? - totally unrelated to daily life. And we are concerned with the understanding and finding the truth of our daily life the totality of it, not just sex or power or position or jealousy, or some idiotic complex one has but the whole structure and the nature of the extraordinary life in which we live. Maka kita sedang menyelidikinya... mari ikuti itu, Anda akan melihat sesuatu... yang luar biasa timbul dari ini. Saya sendiri tidak tahu apa yang timbul dari situ... tetapi saya dapat merasakan sesuatu... yang luar biasa muncul darinya. Bila Anda semua mendengarkan dirimu sendiri, secara nyata. Dan agama-agama telah membuat cinta akan tuhan... cinta akan Jesus, cinta akan Krishna, cinta akan Buddha... anda mengikuti? - samasekali tak berhubungan dengan hidup sehari-hari. Dan kita berkepentingan dengan pemahaman... serta menemukan kebenaran dari hidup kita sehari-hari... secara keseluruhannya, bukan hanya... seks atau kekuasaan atau kedudukan... atau kecemburuan, atau suatu kompleks kebodohan yang seseorang miliki... akan tetapi keseluruhan struktur dan sifat dari... kehidupan luar biasa yang kita jalani.
37:16 So as we said, the opposite is not love. If we understand that that through negation of what it is not which means, not negating or denying in the sense of pushing it away, resisting it controlling it but understanding the whole nature and the structure and the implications of desire of pleasure, of remembrance. Out of that comes the sense of intelligence which is the very essence of love. Right? Are we meeting each other sir? Jadi seperti yang kita sebutkan tadi, oposisi tersebut bukanlah kasih. Bila kita memahaminya... bahwa dengan melalui penyangkalan akan apa yang bukan sesungguhnya... yang mana berarti, bukan menyangkal atau membantah... dalam arti menyingkirkannya, menolaknya... mengontrolnya, akan tetapi dengan memahami keseluruhan sifat... dan struktur serta berbagai arti yang terkandung dari nafsu... dari kenikmatan, dari kenangan. Dari situlah timbul suatu bentuk kecerdasan... yang mana adalah intisari sesungguhnya dari kasih. Benar? Apakah kita saling bertemu?
38:21 You say this is impossible. I am young, I am full of beans and I am full of sex, and I want to indulge in it. You may call it whatever you like but I like that. Till I catch some disease or some man or woman runs away with another then begins the whole circus jealousy, anxiety, fear, hatred and so on. So what is one to do when one is young full of life, all the glands highly active what is one to do? Don't look at me! (Laughter) Look at yourself. Which means - please listen which means you cannot possibly depend on another to find out the answer. You have to be a light to yourself. You have to be a light to yourself in understanding desire, remembrance, the whole attachment and all that - understand it, live it, find out. Find out how thought pursues pleasure endlessly. If you understand the depth and the fullness and the clarity of all that then one will not be in a state of perpetual control then guilt and regret - you follow? All that one goes through when one is young if one is sensitive. If you are merely out for pleasure, well that is a different matter. Anda bilang ini mustahil. Saya masih muda, saya masih penuh energi... dan hasrat seksual saya kuat, serta saya ingin menikmatinya. Anda boleh menyebutnya apa saja sesuka Anda tetapi saya menyukainya. Hingga akhirnya saya terkena sesuatu penyakit... atau pria atau wanita tertentu kabur dengan orang lain... maka keseluruhan drama sirkus ini dimulai... kecemburuan, kecemasan, ketakutan, kebencian dan seterusnya. Jadi apa yang akan dilakukan seseorang sewaktu dia masih muda... penuh daya hidup, semua kelenjar hormon bekerja sangat aktif... apa yang akan dilakukannya? Jangan memandang ke saya! (Tertawa) Pandanglah dirimu sendiri. Yang mana berarti - tolong dengarkan... yang mana artinya Anda tidaklah mungkin... bergantung kepada orang lain untuk mendapatkan jawabannya. Anda harus menjadi cahaya bagi dirimu sendiri. Anda harus menjadi cahaya bagi... dirimu sendiri di dalam memahami... nafsu, kenangan masa lalu, segala bentuk keterikatan... dan kesemuanya itu - memahaminya, menghayatinya, menemukannya. Menemukan bagaimana pikiran mengejar kenikmatan tanpa hentinya. Bila Anda memahami kedalamannya... dan keutuhannya serta kejernihannya dari kesemuanya itu... maka kita tidak akan... berada dalam suatu keadaan pengendalian yang tak ada akhirnya... kemudian merasa bersalah dan menyesal - Anda mengikuti? Semua itu dialami seseorang sewaktu dia masih muda... bila orang itu peka. Bila Anda hanyalah sekedar mencari kesenangan, yah... itu perkara lain.
41:03 So love is not the opposite of hate of desire, or pleasure. So love is something entirely different from all that because love has no opposite. If you really understand this go into it, not catch my enthusiasm, my vitality my interest, my intensity then you will find out what is much more inclusive than that, is compassion. The very word is passion for everything for the rock, for the stray animal, for the birds for the trees, for nature, for human beings. How that compassion expresses itself when there is that compassion, actually not theoretically and all that nonsense when there is actually that state of compassion all action from that is action of intelligence. Because you cannot have love if you haven't understood the whole movement of thought. One cannot grasp the full beauty the significance and the depth of that word without understanding the whole business of attachment not intellectually but actually whether you are free from attachment from the man or the woman from the house, from the particular carpet or particular something or other that you own. Right? Jadi kasih bukanlah oposisi dari kebencian... dari nafsu, atau kesenangan. Jadi kasih adalah sesuatu yang sama sekali berbeda dari semua itu... karena kasih tidak memiliki oposisi. Bila Anda benar-benar memahami hal ini... masuk ke dalamnya, bukannya menangkap semangat, vitalitas saya... minat saya, intensitas saya... maka Anda akan menemukan... apa yang mencakup jauh lebih luas dari itu, yaitu welas asih. Arti kata itu adalah suatu perasaan amat kuat akan segala sesuatu... akan batu-batuan, akan hewan yang tersesat, akan burung-burung... akan pohon-pohon, akan alam, akan umat manusia. Bagaimana rasa welas asih itu mengekspresikan dirinya... bila welas asih itu ada, secara nyata... bukan teoritis dan segala omong kosong itu... bila di sana benar-benar ada welas asih itu... semua tindakan yang berasal darinya adalah tindakan kecerdasan. Karena Anda tidak bisa mendapatkan kasih... bila Anda belum memahami... keseluruhan gerak pikiran. Anda tidak dapat menangkap keindahan selengkapnya... nilai arti dan kedalaman dari kata itu... tanpa pemahaman... akan kesesluruhan seluk-beluk keterikatan... bukan secara intelektual tetapi secara benar-benar nyata... apakah Anda terbebas dari keterikatan... dari seorang pria atau wanita... dari rumah, dari sebuah karpet tertentu... atau satu barang tertentu atau lainnya yang Anda miliki. Benar?
43:36 So out of that investigation and awareness of all the significance of that from that there comes intelligence not born of books and cunning thought and discussions and clever expressions and all that but the understanding of what love is not and putting all that aside. Not say well, I will find out gradually when I am dead and buried, or just before what attachment Now, today, to find out while you are sitting there listening to yourself to be free completely from all attachment from your wife, from your husband, from your girl attachment - do you understand? Can you? Not resist it, not throw it away I am going to fight it, I am going to exercise my will to resist and so on, so on, so on. Will is part of desire. Jadi dari penyidikan dan kesadaran... akan semua maknanya itu... dari situlah timbul kecerdasan... yang tidak berasal dari buku-buku dan pemikiran licik dan diskusi... serta berbagai pernyataan yang pintar dan semuanya itu... tetapi dari suatu pemahaman terhadap apa yang bukan kasih... dan mengesampingkan itu semua. Bukannya mengatakan, baiklah saya akan menemukannya secara bertahap... sewaktu saya mati dan dikubur,... atau sesaat sebelum ikatan tertentu. Sekarang, hari ini, menemukannya sewaktu Anda duduk disana... mendengarkan dirimu sendiri... terbebas sama sekali dari segala keterikatan... dari istri Anda, dari suami Anda, dari teman wanita Anda... keterikatan - Anda paham? Anda bisa? Bukan dengan melawannya bukan dengan membuangnya... saya akan melawannya, saya akan mempergunakan tekad saya... untuk melawan dan seterusnya, dan seterusnya, dan seterusnya. Tekad adalah salah satu bagian dari nafsu.
44:55 So can you put aside attachment, dependence and not become cynical, bitter withdraw and resist. Because you have understood it what attachment implies and in the very understanding of it, it drops away and it drops away because you are intelligent there is intelligence. That intelligence is not yours or mine, it is intelligence. Maka dapatkah Anda mengesampingkan... keterikatan, ketergantungan... dan tidak menjadi sinis, tidak sakit hati... menarik diri dan melawan. Karena Anda telah memahaminya... apa arti yang terkandung dalam keterikatan... dan di dalam pemahaman itulah, keterikatan lenyap dengan sendirinya... dan itu lenyap karena Anda cerdas... ada kecerdasan di sana. Kecerdasan itu bukanlah milikmu... atau milikku, itu adalah kecerdasan.
45:34 So then the action of compassion can only come through intelligence. It is like those people who love animals protect animals - and wear their fur, right? You have seen all this, haven't you? Maka selanjutnya suatu tindakan welas asih... hanya bisa timbul melalui kecerdasan. Itu ibaratnya seperti orang-orang yang mencintai hewan... melindungi hewan - dan mengenakan bulu mereka, benar? Anda telah menyaksikan kesemuanya ini, bukan?
46:07 When we have understood this to its very depth then we can proceed to enquire into this problem of fear with regard to death. Right? Do you want to go into it? No, no please, don't (laughs) don't casually say, 'Yes, let's do it, for fun'. Because most of us whether we are young or old whether we are diseased, or lame or blind or deaf or ignorant poor, we are frightened of death. It is part of our tradition, part of our culture part of our daily life to avoid this thing called death. We have read all about it. We have seen people die you have shed tears over them and felt this enormous sense of isolation, loneliness and the fear of all that. And from that there is this great sorrow grief, not only the human sorrow of two human beings but also there is this great sorrow global sorrow, sorrow in the world. I don't know if you are aware of all this. We have had recently two wars hasn't that created immense sorrow for mankind? No? Think how many women, children people have cried and shed tears. They are not yours or my tears, but human tears, of humanity. So there is a global sorrow the sorrow of the world and a particular human being with his sorrow. Ketika telah memahami hal ini sampai sedalam-dalamnya... maka kita bisa melanjutkan untuk mencari tahu... ke dalam masalah rasa takut terhadap kematian. Setuju? Apakah Anda ingin masuk ke dalamnya? Tidak, tidak, tolong jangan (tertawa)... janganlah secara lepas berkata, 'Ya, mari kita lakukan, demi kesenangan'. Karena sebagian besar dari kita, apakah kita muda atau tua... apakah kita sedang menderita suatu penyakit, atau pincang... atau buta atau tuli atau kurang pengertian... miskin, kita takut akan kematian. Itu adalah bagian dari tradisi kita, bagian dari budaya kita... bagian hidup kita sehari-hari untuk mengelak apa yang disebut kematian. Kita telah membaca semua hal mengenai itu. Kita telah menyaksikan orang-orang meninggal... anda telah menangisi mereka... dan merasakan adanya rasa terpi- sahkan yang begitu besar, kesepian... dan rasa takut akan kesemuanya itu. Dan dari situ timbullah kesengsaraan yang begitu besar ini... kedukaan, tak hanya kesengsaraan manusiawi dari dua orang... tetapi juga di sana ada kesengsaraan yang begitu besar ini... kesengsaraan global, kesengsaraan di dunia. Saya tak tahu apakah Anda sadar akan kesemuanya ini. Kita telah mengalami dua peperangan akhir-akhir ini... bukankah itu telah menimbulkan kesengsaraan luar biasa... bagi umat manusia? Tidak? Pikirkan berapa banyak wanita, anak-anak... rakyat yang telah menangis dan mencucurkan air mata. Itu bukanlah air mata Anda atau air mata saya,... tapi air mata manusia, umat manusia seluruhnya. Jadi ada suatu kesengsaraan yang bersifat global... kesengsaraan dunia... dan seorang manusia tertentu dengan kesengsaraannya.
48:57 Are you getting mesmerised by me? I am a little anxious I question this all the time because you are so very silent and I hope that silence indicates the non-movement, of physical movement and the non-movement of thought does it indicate that you are really deeply concerned deeply enquiring, putting your whole heart and mind and everything that you have into this understanding of all this? Apakah Anda terkesima oleh saya? Saya jadi sedikit ragu... Saya mempertanyakan ini sepanjang waktu... karena Anda begitu sangat hening... dan saya harap keheningan itu menandakan... tiadanya gerak, dari gerak fisik... dan tiadanya gerak dari pikiran... apakah itu menandakan bahwa Anda be- nar-benar prihatin secara mendalam... menyelidiki secara mendalam, menggu- nakan seluruh hati dan batin Anda... dan semua yang Anda miliki... ke dalam pemahaman akan semuanya ini?
49:42 So before we go into the question of death we must also understand the nature of sorrow: why we shed tears why we rationalise sorrow why we hold on to it. In the Christian world sorrow is put on the cross and it's finished with it. You have idealised or put away that sorrow through one person and that person is going to redeem you from sorrow. You know all this, don't you? So one never goes into this whole question of sorrow. In the Asiatic world sorrow is explained through various theories - very intelligent, very clever. There is great possibility in their theories but yet in the Asian world including India, there is still sorrow. So we are asking whether man can ever be free from it. Because we are asking this question to find out its right place the right place of sex, money physical security, technological knowledge and so on. All these have their right place. When once you have put these in their right place, freedom comes. Jadi sebelum kita memasuki pertanyaan perihal kematian... kita haruslah juga memahami sifat dari kesengsaraan:... kenapa kita mencucurkan air mata... kenapa kita merasionalisasikan kesengsaraan... kenapa kita selalu mempertahankannya. Di dalam agama Kristen kesengsaraan diletakkan pada salib... dan berakhir dengan itu. Anda telah mengidolakan atau mengesampingkan... kesengsaraan itu melalui satu orang... dan orang itu yang akan menebus kesengsaraanmu. Anda tahu ini semua, bukan begitu? Jadi orang tidak pernah mempertanyakan... kesengsaraan ini secara menyeluruh. Di belahan dunia Asia kesengsaraan dijelaskan... melalui berbagai teori - secara sangat pintar, sangat cerdik. Ada suatu kemungkinan yang sangat besar di dalam teori-teori mereka... namun di Asia... termasuk India, tetap ada kesengsaraan. Jadi kita bertanya apakah seseorang bisa suatu saat terbebas darinya. Karena kita mengajukan pertanyaan ini... untuk menemukan tempatnya yang sebenarnya... tempat yang sebenarnya dari seks, uang... keamanan secara fisik, ilmu teknologi dan seterusnya. Ini semua masing-masing mempunyai tempat mereka yang sebenarnya. Begitu Anda telah menaruh ini pada... tempat mereka yang sebenarnya, datanglah kebebasan.
51:56 So sorrow: the word sorrow in that is involved passion. Passion, not lust but that quality of mind when sorrow is completely, totally understood and gone into seeing the whole significance of it then out of that comes passion. Not to paint pictures - I don't mean all that kind of stuff. The passion that quality of energy which is not dependent on anything environment, good food and so on it is that tremendous quality of energy which may be termed as passion. It comes out of the understanding of this burden which man has carried for millennia. Why do we suffer, psychologically? You may have physical pain, injury, disease, crippled and is it possible - please listen quietly is it possible to put pain, physical pain in its right place and not let it interfere with the psychological state of the mind - you understand what I am saying? Maka kesengsaraan:... kata sengsara itu sendiri... di dalamnya terlibat adanya suatu gairah yang sangat kuat. Gairah yang kuat, bukan nafsu... tetapi kualitas batin itu... sewaktu kesengsaraan telah dipahami secara lengkap, secara total... dan masuk ke dalamnya... memahami akan seluruh artinya... maka dari situlah timbul suatu gairah yang sangat kuat. Bukannya untuk menggambarkan... - yang saya maksudkan bukan semua hal-hal yang seperti itu. Kegairahan yang besar... kualitas energi itu... yang mana tidak tergantung akan apapun... lingkungan, makanan yang sehat dan seterusnya... kualitas energi yang luar biasa itulah... yang mungkin bisa dinamakan sebagai kegairahan. Itu timbul dari pemahaman... akan beban ini yang telah dibawa manusia selama beribu-ribu tahun. Mengapa kita menderita, secara psikologis? Anda bisa menderita sakit fisik, luka, penyakit, cacat... dan adalah mungkin - tolong dengarkan ini dengan tenang... apakah mungkin untuk meletakkan rasa sakit,... sakit secara fisik ini dalam tempatnya yang benar... dan tidak membiarkannya menhalangi kondisi psikologis... dari batin - Anda paham yang saya bicarakan?
54:03 One has often physical pain in different forms. Or one may have serious sickness or crippled and that sickness, that disease, and so on not to allow all that to interfere with the freedom with the freshness of the mind. That requires tremendous awareness watchfulness to say physical pain not to be registered you understand? - psychologically. Are we meeting each other? You have been to a dentist - haven't you? so have I, all of us have been and there is considerable pain sitting there by the hour and not to register that pain at all. Then, if you register it then you are frightened to go there again, fear comes in. Whereas if you don't register it the pain, you follow? quite a different quality of mind, brain comes into action. So we went into the question of registration very clearly, carefully, so I won't go into it now. Seseorang punya... rasa sakit badaniah dalam berbagai bentuknya. Atau seseorang bisa menderita suatu penyakit yang serius... atau pincang... dan rasa sakit itu, penyakit itu, dan seterusnya... tidak membiarkan kesemuanya itu untuk menhalangi kebebasan... kesegaran batin. Itu memerlukan kesadaran yang sangat tinggi... kewaspadaan untuk mengatakan rasa sakit fisik tidak untuk dicatat... anda mengerti? - secara psikologis. Apakah kita saling bertemu satu sama lain? Anda pernah ke dokter gigi - pernah kan? saya juga pernah, kita semua pernah... dan di situ ada teramat... rasa sakit dengan duduk di sana selama itu... dan tidak mencatat rasa sakit itu sama sekali. Kemudian, bila Anda mencatatnya... maka Anda akan takut untuk... pergi kesana lagi, rasa takut masuk. Sedangkan bila Anda tidak mencatat itu... rasa sakit itu, Anda mengikuti ini?... suatu kualitas batin yang berbeda,... otak, bertindak. Maka kita memasuki persoalan tentang pencatatan ini... dengan amat jelas, berhati-hati, jadi saya tidak memasukinya sekarang.
56:13 So similarly we live with sorrow and perhaps that is getting more and more expansive, through divorce, people are divorced and their children go through a terrible time the children suffer neurotic, all that goes on with the children. They are fed up with their present wife and for various sexual and other reasons and they chase another woman, or man you follow all this? - this is happening. And, so there is tremendous suffering in the world the people who are in prison the poverty that exists in India and Asia incredible poverty. And the sorrow of a world of those who live in Totalitarian States. We were talking the other day to a person just in Switzerland we met them and we asked them a question, saying how do you tolerate all this? He said, 'We get used to it'. No, no, see what the implications are. We get used to oppression, suppression, fear watching always what we are saying, we get used to it. As we have got used to our own particular little environment you understand what I am saying? Jadi sama halnya dengan itu... kita hidup dengan kesengsaraan... dan mungkin itu menjadi semakin lama semakin... meluas, melalui perceraian, orang-orang bercerai... dan anak-anak mereka melalui masa yang menyedihkan... anak-anak menderita... mengalami gangguan kejiwaan, semuanya itu terjadi pada anak-anak. Mereka bosan dengan istri mereka sekarang... dan dengan berbagai alasan seksual dan alasan lainnya... dan mereka mencari wanita atau pria lain... anda mengikuti semua ini? - inilah yang terjadi. Dan, demikianlah maka ada penderitaan yang sangat berat di dunia ini... orang-orang yang ada di penjara... kemiskinan yang ada di India dan Asia... kemiskinan yang luar biasa. Dan kesengsaraan dunia... bagi mereka yang hidup di negara-negara totalitarian. Suatu hari kami berbicara dengan seseorang... sewaktu kami bertemu mereka di Swiss... dan kami mengajukan pertanyaan kepada mereka,... bagaimana Anda menerima semuanya ini? Dia menjawab, 'Kita sudah terbiasa dengan hal itu'. Tidak, tidak, lihat apa yang tersimpul di dalamnya. Kita sudah terbiasa dengan penindasan, penekanan, rasa takut... selalu menjaga apa yang kita... ucapkan, kita sudah terbiasa dengan hal itu. Dengan kita menjadi telah terbiasa dengan... lingkungan kecil tertentu kita... anda paham apa yang saya bicarakan?
58:34 So, is it possible to be totally free from sorrow? If the mind, if the brain is capable of not indulging in its own misery in its own loneliness in its own anxieties, travail and struggle and you know fear and all that therefore there is no centre from which you act. The centre being the 'me' with all the things that we've included in that as long as that exists there must be sorrow. So the ending of sorrow is the ending of 'me', the ego. Which doesn't mean the ending of 'me' implies callousness, indifference - on the contrary. Jadi, apakah mungkin untuk terbebas sama sekali dari kesengsaraan? Bila batin, bila otak mampu... untuk tidak memuaskan diri di dalam kesengsaraannya sendiri... di dalam rasa kesepiannya sendiri... di dalam segala kecemasan, kesulitan dan perjuangannya sendiri... dan Anda tahu rasa takut dan kesemuanya itu... karenanya tidak ada pusat dari mana Anda bertindak. Pusat yaitu 'si aku'... dengan segala sesuatunya yang kita telah cakup ke dalamnya... selama itu ada maka akan terdapat kesengsaraan. Maka akhir dari kesengsaraan adalah... akhir dari 'si aku', sang ego. Yang mana tidaklah berarti bahwa pengakhiran 'si aku' menyiratkan... ketidak-pedulian, pengabaian - malahan sebaliknya.
1:00:04 So we know what sorrow is and never to run away from it just to live with it, capture it, understand it go into it at the moment, not a few days later after you have been through all kinds of struggle just to never move from that fact. Then there is no conflict about it. Then out of that comes a totally different kind of energy which is passion. Jadi kita tahu apa kesengsaraan itu... dan tidak pernah menghindar darinya... hanya hidup dengannya, menangkapnya, memahaminya... masuk ke dalamnya pada saatnya, bukan pada beberapa hari kemudian... setelah Anda mengalami semua bentuk perjuangan itu... hanya sekedar tak pernah menghindar dari kenyataan itu. Maka tidak ada pertentangan perihal itu. Maka dari situ timbullah suatu... bentuk energi yang sama sekali berbeda... yang adalah kegairahan yang kuat.
1:00:46 So now we'll have to go, if we have time Beg your pardon?

Q: Twenty seven past….
Jadi sekarang kita harus melanjutkan, bila kita punya waktu... Maaf?

Q:Dua puluh tujuh menit lewat....
1:00:55 K: Oh, we've got some more time. So we can go into the question of what is death. All this is necessary to find out what is meditation you understand? To be free of hurts, wounds, psychologically to be free of fear to understand the whole movement of pleasure the nature and the structure of thought and the thought that has created the division: the 'me' and the thing which is observed is not 'me' you follow? - all the divisions. To understand all this and lay the foundation then one can really meditate otherwise you live in illusions some kind of fanciful day dreaming. Or you go to Japan, or Burma I don't know if you can go to Burma nowadays Japan and learn Zen meditation. It is all such nonsense! Because unless you put your house in order the house that is burning, that is being destroyed unless you put your house, that is yourself, in order to sit under a tree in a cross-legged Lotus position or whatever position you take, is utterly meaningless. You can delude yourself you can have illusions galore. So that is why it is important to understand and be free of anxiety, fear, attachment and whether it is possible to find out the ending of sorrow. K:Oh, kita masih punya waktu lebih. Jadi kita bisa masuk ke dalam perta- nyaan tentang apakah kematian itu. Semua ini penting untuk mencari tahu apakah meditasi itu... Anda paham? Untuk terbebas dari rasa sakit, luka-luka, dalam arti psikologis... untuk terbebas dari rasa takut... untuk memahami seluruh pergerakan dari kenikmatan... sifat dan struktur dari pikiran... dan pikiran yang telah menyebabkan adanya pembagian: 'si aku' dan sesuatu yang diamati yang mana bukanlah 'si aku'... anda bisa mengikuti? - semua pembagian. Untuk memahami semua ini dan meletakkan fondasinya... maka seseorang barulah bisa benar-benar bermeditasi... bila tidak Anda akan hidup dalam ilusi... semacam mimpi di siang hari yang penuh khayalan. Atau Anda pergi ke Jepang, atau Myanmar... saya tidak tahu apakah Anda bisa pergi ke Myanmar saat sekarang ini... Jepang dan belajar meditasi Zen. Semua itu sungguh tak masuk akal! Karena bila Anda tidak merapikan rumahmu terlebih dahulu... rumah yang sedang terbakar, yang sedang dihancurkan... kecuali jika Anda merapikan rumahmu, yaitu dirimu sendiri... maka duduk di bawah pohon dengan bersila dalam posisi teratai... atau posisi apapun yang Anda pilih, akan sama sekali tidak berguna. Anda bisa menipu dirimu sendiri... anda bisa punya banyak khayalan. Oleh sebab itu mengapa penting untuk memahami... dan terbebas dari kecemasan, ketakutan, keterikatan... dan apakah memungkinkan... untuk menemukan pengakhiran kesengsaraan.
1:03:19 Then we can go into the question of death. I wonder why we are all so frightened of it. Have you ever asked: what does it mean to end anything? What does it mean to end attachment? To end it. Say at this moment, sitting there observing yourself very carefully and realising that you are attached to a person or to something or other, ideas, your experience and so on. To end that attachment now without argument, without etc. etc. Just end it. Then what takes place? You understand my question? I am attached to this house, behind me - I hope not! And realising that I am attached not theoretically or in abstraction, but actually the feeling of possessing that being something there, all that nonsense. To observe that be aware of that attachment and end it instantly. The ending is tremendously important. The ending of a habit smoking or whatever habit one has, to end it. So one must understand what it means to end something without effort, without will without asking, 'If I end this will I get that?' then you are in the market. When you are in the market place you say 'I will give you this, give me that' which most of us consciously or unconsciously do. That is not ending. To end and find out what happens. Selanjutnya kita bisa menyimak pertanyaan tentang kematian. Saya bertanya-tanya kenapa kita semua begitu takut akan ini. Apakah Anda pernah menanyakannya: apa artinya mengakhiri... sesuatu? Apa artinya mengakhiri keterikatan? Untuk mengakhirinya. Misalkan pada saat ini, duduk disana... mengamati dirimu sendiri dengan penuh perhatian... dan menyadari bahwa Anda terikat kepada seseorang... atau kepada sesuatu atau lainnya, ide-ide,... pengalamanmu dan sebagainya. Untuk sekarang mengakhiri keterikatan tersebut... tanpa adanya silang pendapat, tanpa macam-macam. Hanya mengakhirinya. Maka apa yang terjadi? Anda memahami pertanyaan saya? Saya terikat pada rumah ini,... yang di belakang saya - saya harap tidak! Dan menyadari bahwa saya terikat... bukan secara teoritis atau dalam abstraksi, tapi secara nyata... adanya perasaan memilikinya... menjadi sesuatu di sana, semua yang tak masuk akal itu. Untuk mengamatinya... menyadari keterikatan itu dan mengakhirinya seketika. Pengakhiran adalah sesuatu yang sungguh sangat penting. Pengakhiran satu kebiasaan... merokok atau kebiasaan apapun yang dimiliki seseorang, mengakhirinya. Maka seseorang harus memahami apa... artinya untuk mengakhiri sesuatu... tanpa usaha, tanpa kemauan... tanpa... bertanya, 'Bila saya akhiri ini, saya akan mendapatkan yang itu?'... maka Anda sedang berdagang di pasar. Sewaktu Anda di pasar Anda bilang... 'Saya akan memberimu ini, beri saya yang itu'... yang sebagian besar dari kita secara sadar maupun tak sadar melakukannya. Itu bukan mengakhiri. Mengakhiri dan mencari tahu apa yang terjadi.
1:06:23 So in the same way, death. Please hold on to it for a minute don't say, 'Is there life after death?' 'Do you believe in reincarnation?' As I said, I don't believe in anything. Full stop. Including reincarnation. But I want to find out one must find out what it means to die. It must be an extraordinary state. That is freedom from the known you understand this? I know my life, your life. You know your life very well, if you have gone into it observed it, carefully watched all the reactions and your behaviour, your lack of sensitivity or being sensitive escape into insensitivity and so on and so on, so on. You know your life very well, if you have watched it. And all that is going to end. Right? Your attachment is going to end when you die. You can't carry it with you but you may like to have it till the last moment. Right? So can you end your habit, one habit without arguing, rationalising, fighting it you know, say finit terminat, finished, over? Then what happens. You will find out only if you don't exercise will. Right? 'I will give up' whatever your particular habit is. Then you are struggling with it you are battling with it, you are running away from it suppressing it and all the rest of it goes on. But if you say 'Yes, I'll end it, it doesn't matter, I'll end it' see what happens. Maka serupa dengan ini, kematian. Tolong tahan dulu sebentar... angan mengatakan, 'Apakah ada kehidupan setelah kematian?' 'Apakah Anda percaya reinkarnasi?' Seperti yang saya sudah katakan, saya tidak mempercayai apapun. Titik. Termasuk reinkarnasi. Tetapi saya ingin mencari tahu... seseorang harus mencari tahu apa artinya meninggal dunia. Itu mestinya satu keadaan yang luar biasa. Itu adalah kebebasan dari apa yang dikenal. Anda memahami ini? Saya mengenal kehidupanku, kehidupanmu. Anda mengenal kehidupanmu dengan sangat baik,... bila Anda telah masuk ke dalamnya... mengamatinya, dengan penuh perhatian memandang semua reaksi... dan sikap Anda, kurangnya rasa kepekaan Anda... atau yang tadinya peka menjadi tidak peka... dan selanjutnya dan selanjutnya. Anda tahu kehidupanmu dengan amat baik, bila Anda telah menyaksikannya. Dan semua itu akan berakhir. Benar? Keterikatan Anda akan berakhir sewaktu Anda mati. Anda tidak bisa membawanya beserta Anda... tetapi Anda mungkin suka untuk memilikinya hingga saat terakhir. Benar? Jadi dapatkah Anda mengakhiri kebiasaan Anda, satu kebiasaan... tanpa bersilang pendapat, membenarkannya, melawannya... anda tahu, katakan finit terminat, selesai, berakhir? Maka apa yang terjadi. Anda akan menemukannya hanya bila Anda tidak menggunakan kemauan. Benar? 'Saya akan menyerah'... apapun kebiasaan tertentu yang Anda miliki. Maka Anda bergulat dengannya... anda bergulat dengannya, Anda lari menjauhinya... menekannya dan semuanya yang lain terus berlanjut. Tetapi bila Anda bilang... 'Ya, saya akan mengakhirinya, tak mengapa, saya akan mengakhirinya'... lihat apa yang terjadi.
1:09:07 In the same way death implies the ending. The ending of everything that one has collected during this life: the furniture, the name, the form your experiences, your opinions, your judgements your jealousies, your gods, your worship, your prayers your rituals, everything comes to an end. The brain, which has carried immemorial memories and tradition and thoughts that brain lacking oxygen peters out. That is, the 'me' which has collected so much the 'me' is the collection of all this. Right? That is obvious. No? The 'me' is my fear, the 'me' is my attachment my anger, my jealousy, my fears, pleasure my attachment, my bitterness, my aggression that is the 'me'. And that 'me' is going to come to an end. That 'me' is projected by thought which is the outcome of knowledge the knowledge of my 50, 60, or 30 or 20 or 80 or 100 years that is the fact, the knowledge, the known. The ending of the known which is the freedom from the known, is death, isn't it? No? Serupa dengan ini kematian berarti pengakhiran. Pengakhiran segala sesuatunya yang seseorang... telah kumpulkan selama kehidupan ini:... furnitur, nama, bentuk... semua pengalamanmu, pendapatmu, penilaianmu... kecemburuanmu, para dewamu, pemujaanmu, doa-doamu... kebiasaan ibadahmu, segala sesuatunya berakhir. Otak, yang telah membawa ingatan- ingatan yang tak terhingga lamanya... dan tradisi dan berbagai pemikiran... otak itu dengan tiadanya oksigen, perlahan-lahan habis kemampuannya. Yaitu, 'si aku' yang telah mengumpulkan begitu banyak 'si aku' adalah koleksi dari kesemuanya ini. Betul? Itu jelas.Tidak? 'Si aku' adalah ketakutanku, 'si aku' adalah keterikatanku... kemarahanku, kecemburuanku, ketakutanku, kenikmatan... keterikatanku, kekecewaanku, nafsu agresiku... yang itu adalah 'si aku'. Dan 'si aku' itulah yang akan berakhir. 'Si aku' itu diproyeksikan oleh pikiran... yang adalah hasil dari pengetahuan... pengetahuanku selama 50, 60,... atau 30 atau 20 atau 80 atau 100 tahun lamanya... itu adalah faktanya, pengetahuannya, sesuatu yang dikenalnya. Mengakhiri sesuatu yang dikenal itu... yang adalah kebebasan dari... yang dikenal, adalah kematian, bukannya begitu? Tidak?
1:11:31 And so one must find out whether the mind can be free from the known. Not at the end of 30 years later but now. The end of the known which is 'me', the world I live in, all that. The 'me' is memories - please listen to all this the 'me' is memories, experiences the knowledge which I have acquired through forty, sixty, thirty, twenty, or a hundred years the 'me' that has struggled the 'me' that is attached to this house, to this woman to this man, to this child, to this furniture, to this carpet the 'me' that is the experience that I have gathered through a number of years the knowledge, the pain, and the anxiety, the fears the jealousies, the hurts, the beliefs being a Christian love of Jesus, love of Christ, all that is 'me'. And that 'me' is just a lot of words - no? A lot of memories. Dan dengan demikian seseorang harus mencari tahu... apakah batin bisa terbebas dari yang dikenal. Bukannya pada akhir dari masa 30 tahun mendatang, tetapi sekarang. Akhir dari yang dikenal... yang mana adalah 'si aku', dunia tempat saya hidup, semuanya itu. 'Si aku' adalah ingatan-ingatan - tolong dengarkan semua ini 'si aku' adalah ingatan-ingatan, pengalaman-pengalaman... pengetahuan yang telah saya dapatkan... selama empat-, enam-, tiga-, dua- puluh, atau seratus tahun lamanya 'si aku' yang telah berjuang 'si aku' yang terikat pada rumah ini, pada wanita ini... pada pria ini, pada anak ini,... pada perlengkapan furnitur ini, pada karpet ini 'si aku' yang mana adalah pengalaman... yang telah saya kumpulkan selama bertahun-tahun... pengetahuan, rasa sakit, dan kecemasan, ketakutan... kecemburuan, rasa sakit hati,... iman kepercayaan sebagai seorang Kristen... cinta akan Yesus, cinta akan Kristus, semua itu adalah 'si aku'. Dan 'si aku' itu hanyalah ungkapan kata-kata yang sangat banyak - bukan? Ingatan-ingatan yang banyak.
1:13:01 So can I be free from the known end the known now not when death comes and says 'Get out old boy, it is your time'. Now. But we cling to the known because we don't know anything else. We cling to our sorrows, that's our we cling to our life the life which is pain, anxiety you know all that, you know all this that is our daily, miserable life. And if the mind doesn't cling to it at all there is an ending to all that. But unfortunately we never end. We are always saying 'Yes, all right, I'll end it but what is going to happen?' So we want comfort in the ending do you understand sirs? So somebody comes along and says 'Old boy, believe in this that will give you tremendous comfort' All the priests throughout the world come and pat your shoulder or hold your hand when you are crying they give you comfort, the love of Jesus or he will save you, do this and do that. Do you understand? We are saying, the ending in which there is no time the ending of time, which is death - you understand? Maka dapatkah saya terbebas dari yang dikenal... mengakhiri yang dikenal sekarang... bukan ketika saat kematian datang dan berkata 'Ke luarlah orang tua, waktumu telah tiba'. Sekarang. Tetapi kita melekat pada yang dikenal karena... kita tidak mengenal apapun tentang yang lain-lainnya. Kita lekat pada kesengsaraan kita, yakni... kita melekat pada kehidupan kita... kehidupan yang mana adalah kepedihan, kecemasan... anda mengenal itu semua, Anda mengenal ini semua... itu adalah kehidupan kita, hidup yang penuh sengsara. Dan bila batin sama sekali tidak melekat kepada itu... di situ ada pengakhiran dari semua itu. Tapi sayangnya kita tidak pernah mengakhirinya. Kita selalu mengatakan 'Ya, baiklah, saya akan mengakhirinya... tapi apa yang akan terjadi?' Jadi kita menginginkan kenyamanan pada bagian akhirnya... apakah Anda paham? Maka seseorang datang dan berkata 'Pak tua, percayalah akan ini... itu akan memberimu kenyamanan yang sangat besar'. Semua pendeta dari seluruh penjuru dunia datang... dan menepuk bahumu atau memegang... tanganmu sewaktu Anda menangis... mereka memberimu kenyamanan, kasih Yesus... atau dia akan menyelamatkanmu, kerjakan ini dan kerjakan itu. Anda mengerti? Kita mengatakan, akhir yang mana di dalamnya tidak ada faktor waktu... akhir dari waktu, yang mana adalah kematian - Anda paham?
1:15:16 So what takes place when there is the ending of 'me' the known, and when there is freedom from the known? Is that ever possible? It is only possible when the mind has understood and put everything in its right place so there is no conflict. When there is freedom from this known what is there? Do you understand my question? Do you ask that question? I'll end my attachment to this house to that woman, or to that boy or to that girl I'll end it. And then what? Don't you ask that? If you do ask it, 'then what' you have approached the whole problem inadequately. You will never ask that question, 'then what'. The very question, 'then what' implies that you have really not actually dropped, ended something. It is the lazy mind that says, 'then what'. Climb the mountain and you will find out what is on the other side. But most of us sit on our easy chairs and listen to the description and are satisfied with the description. Finished. Right? Jadi apa yang terjadi sewaktu terjadi berakhirnya 'si aku'... yang dikenal, dan sewaktu ada kebebasan dari yang dikenal? Apakah itu mungkin? Itu hanya mungkin... apabila batin telah memahami... dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya yang benar... adi di sana tidak ada pertentangan. Sewaktu ada kebebasan dari yang dikenal ini... apa yang ada di sana? Anda mengerti pertanyaan saya? Apakah Anda mengajukan pertanyaan itu? Saya akan mengakhiri keterikatan saya pada rumah ini... pada wanita itu, atau pada pemuda atau gadis itu... saya akan mengakhirinya. Dan selanjutnya apa? Apakah Anda tidak menanyakannya? Bila Anda memang menanyakannya, 'selanjutnya apa'... anda telah mendekati seluruh masalah ini secara tidak memadai. Anda tidak akan pernah mengajukan pertanyaan itu, 'selanjutnya apa'. Pertanyaan tersebutlah, 'selanjutnya apa'... menunjukkan bahwa sesungguhnya Anda belumlah benar-benar... melepas, mengakhiri sesuatu. Itu adalah batin yang malas yang mengatakan, 'selanjutnya apa'. Dakilah gunung itu dan Anda akan menemukan... apa yang ada di baliknya. Tetapi kebanyakan dari kita duduk di atas kursi kita yang nyaman... dan mendengarkan uraian penjelasannya... dan dipuaskan dengan uraian penjelasan itu. Selesai. Benar?