Krishnamurti Subtitles home


BR81CPJ2 - Hidup dengan Kematian
Dialog 2
Brockwood Park, Inggris
7 Juni 1981



0:08 P: Krishnaji, one of the questions which I feel lie at the very depth of the human mind is the coming to be and the ceasing to be. Life and death. It is around these two, the wonder of birth and the fear of death, that the whole of man's life really... all his urges, his demands, his desires, his fears, his anxieties, rest between these two poles. P: Krishnaji, salah satu dari pertanyaan-pertanyaan yang saya rasa berada di titik terdalam dari batin manusia adalah muncul dan lenyapnya keberadaan. Kehidupan dan kematian. Itu ada di antara dua hal ini, ketakjuban akan kelahiran dan ketakutan akan kematian. bahwa seluruh hidup manusia benar-benar... seluruh desakan, tuntutannya, keinginannya, ketakutannya, kecemasannya, bertumpu di antara dua kutub ini.
1:03 K: Birth and death.

P: Birth and death. At one level, we understand birth and death, but, I think, only the superficial mind understands, and unless we understand at depth the whole problem of existence, which is held between these two, the whole problem that lies in the ending of anything: the fear, the anxiety, the darknesses and the shadows which surround that one word.
K: Kelahiran dan kematian.

P: Kelahiran dan kematian. Pada tingkat tertentu, kita memahami kelahiran dan kematian, namun, menurut saya, hanyalah pengertian dari batin dangkal, kecuali kita mengerti secara mendalam seluruh persoalan eksistensi, yang ada di antara kedua hal ini, seluruh persoalan yang terletak di dalam berakhirnya sesuatu: ketakutan, kecemasan, kegelapan dan bayang-bayang yang melingkupi satu kata itu.
1:47 K: Why do you use the word 'problem'? Why do you make that interval between birth and death a problem? Why do you call it a problem? K: Mengapa Anda menggunakan kata 'persoalan'? Mengapa Anda menjadikan interval antara kelahiran dan kematian sebagai persoalan? Kenapa Anda menyebutnya persoalan?
2:06 P: In itself, birth and death are facts, but the mind can never leave them alone. The mind clings to one and rejects the other. P: Kelahiran dan kematian adalah fakta, namun batin tak bisa membiarkannya begitu saja. Batin melekati satu hal dan menolak yang lain.
2:21 K: No, but I am just asking...

P: And therefore the problem.
K: Tidak, tapi saya hanya bertanya...

P: Dan karenanya itu adalah persoalan.
2:25 K: Why do you use the word 'problem', that's what I'm asking. K: Mengapa Anda menggunakan kata 'persoalan', itu pertanyaan saya.
2:29 P: Problem is because of the shadows which surround one word, which is, the joy and splendour of what we see as life and the demand to hold to it at any cost and to evade that which means an ending. P: Persoalan karena adanya bayang-bayang yang melingkupi satu kata, yaitu, sukacita dan kemegahan dari apa yang kita lihat sebagai hidup dan tuntutan untuk mempertahankannya dengan cara apapun dan untuk menghindari apa yang bersifat pengakhiran.
2:49 K: I understand that.

P: That is a problem. Out of it arises sorrow, out of it arises fear, out of it...
K: Saya mengerti.

P: Itulah persoalan. Dari situ muncullah nestapa, dari situ muncullah ketakutan, dari situ...
2:58 K: ...all the misery.

P: ...all the demands.
K: ...semua penderitaan.

P: ...semua tuntutan.
3:02 K: So what is the question? K: Jadi apa pertanyaannya?
3:04 P: So, how do we explore, how can we be free of these darknesses that surround the word? How can our mind look at death with a simplicity and observe it for what it is? But we can never observe it. P: Jadi, bagaimana kita mengeksplorasi ini, bagaimana kita bisa bebas dari kegelapan yang melingkupi kata itu? Bagaimana batin ini bisa melihat kematian secara sederhana dan mengamatinya apa adanya? Namun kita tak pernah bisa mengamatinya.
3:26 K: So, are you merely considering what is death, or that great period between life and death? Are you including the whole process of living, with all its complexity, misery, confusion, uncertainty, all that, and the ending? Are you concerned - I am just using the word 'concerned' - to find out what death means and what this long process of struggle, conflict, misery, etc. - to which we cling, and avoid the other - or are you asking, the whole movement of it? K: Jadi, apakah Anda semata-mata memikirkan apa itu kematian, atau periode penting antara hidup dan mati? Apakah Anda memasukkan seluruh proses kehidupan, dengan segala kompleksitas, penderitaan, kebingungan, ketidakpastiannya, semua itu, dan pengakhiran? Apakah Anda prihatin - saya menggunakan kata 'prihatin' - untuk menemukan apa arti kematian dan apa proses panjang pergulatan, konflik, penderitaan, dsb. - yang kepadanya kita melekat dan menghindari yang lain - atau apakah Anda menanyakan seluruh gerak dari itu?
4:22 P: You see, there is a whole movement of existence, in which life and death are. But if you take it and make the scope so wide, I don't think you can get to... the anguish and the sorrow of ending. P: Anda lihat, ada suatu gerak keseluruhan eksistensi, yang di dalamnya terdapat kehidupan dan kematian. Namun jika Anda menerima dan membuat lingkupnya sangat luas, saya tidak yakin Anda bisa sampai pada... kesedihan yang mendalam dan nestapanya kematian.
4:59 K: I see. K: Saya mengerti.
5:00 P: And I want to investigate into the sorrow of ending, because... P: Dan saya ingin menyelidiki nestapanya kematian, karena...
5:06 K: Is that all, or are you inquiring - just a minute, if one may ask - sorrow of ending, ending sorrow, or are you inquiring into the whole process of living, dying, in which is included sorrow, fear and all the rest of it? K: Apakah hanya itu, atau Anda menyelidiki - sebentar, jika seseorang menanyakan - nestapanya kematian, pengakhiran nestapa, atau apakah Anda menyelidiki seluruh proses kehidupan, kematian, yang di dalamnya termasuk nestapa, ketakutan dan semua itu?
5:31 P: In that one sentence I feel what you say is correct, it is the whole movement of living and dying, which is existence. You talk of the ending of sorrow. P: Saya rasa dalam satu kalimat itu, apa yg Anda katakan adalah benar, itu adalah seluruh gerak kehidupan dan kematian yang adalah eksistensi. Anda bicara tentang pengakhiran nestapa.
5:48 K: Yes. K: Ya.
5:50 P: The ending of sorrow. I talk of that fear and anguish, which is the sorrow of ending. P: Pengakhiran nestapa. Saya bicara tentang ketakutan dan kesedihan yang mendalam, yakni nestapanya kematian.
5:58 K: Ah, quite, quite, quite, quite. K: Oh, tepat, tepat, tepat, tepat.
6:00 P: You see, the two are slightly different. P: Anda paham, keduanya sedikit berbeda.
6:02 K: Yes, I understand. The sorrow of ending. K: Ya, saya paham. Nestapanya kematian.
6:05 P: There is a sorrow, such anguish of something which is, and something ceasing to be, something which is so marvellous, beautiful, fills one's life, and the knowledge which lurks behind, that that must end. P: Ada kenestapaan, semacam kesedihan yang mendalam, akan sesuatu yang ada, dan sesuatu yang berhenti, sesuatu yang sangat menakjubkan, indah, yg mengisi hidup seseorang, dan suatu pengetahuan yang bersembunyi di baliknya, bahwa hal itu harus berakhir.
6:23 K: Now, what is ending? What do you mean, 'ending'? What is ending? K: Jadi, apa itu pengakhiran? Apa yg Anda maksud dengan 'pengakhiran'? Apa itu pengakhiran?
6:35 P: Ending is that: 'that which is' ceases to be availble to our senses. That which exists, sustains, ceases to be, eternally. That word 'eternally'. P: Pengakhiran adalah: 'apa yang tadinya ada' berhenti hadir secara indrawi. Apa yang ada, berkelanjutan, berhenti hadir, untuk selamanya. Kata 'selamanya'.
6:54 K: What is this? I don't quite understand it. K: Apakah ini? Saya tidak terlalu mengerti.
6:56 P: Sir, something is, and, in the very nature of its 'isness', the ending of that, the disappearance of that, for eternity! The word 'eternity'... P: Pak, sesuatu itu ada, dan, dalam sifat 'keberadaannya' itu terdapat suatu akhir, hilangnya sesuatu itu, ke dalam keabadian! Kata 'keabadian'...
7:14 K: Why do you use that word 'eternity'? K: Mengapa menggunakan kata keabadian?
7:16 P: Because there is an absoluteness in it. P: Karena ada kemutlakan di dalamnya.
7:19 K: The ending.

P: In ending. There is no tomorrow in ending.
K: Pengakhiran.

P: Dalam kematian. Tidak ada hari esok dalam kematian.
7:24 K: Now, just a minute. Ending what? K: Sebentar. Pengakhiran apa?
7:29 P: Ending that which sustains. The sorrow is the ending of that. P: Akhir dari apa yang berkelanjutan. Nestapanya adalah pengakhiran itu.
7:36 K: The ending of sorrow and the ending... what? - is not eternity? K: Pengakhiran penderitan dan pengakhiran... apa? - bukan keabadian?
7:44 P: No, the sorrow of something which is so marvellous, ending. P: Tidak, nestapa akan sesuatu yang sangat luar biasa, mati.
7:50 K: Wait a minute - is it so marvellous? K: Sebentar - apakah itu sangat luar biasa?
7:53 P: Let me come down to something which is more direct. P: Izinkan saya menyampaikannya dengan lebih gamblang.
7:56 K: Yes. K: Ya.
7:58 P: You are. You are, and that you should not be is great anguish. P: Anda. Anda, dan tiadanya Anda adalah kesedihan yang mendalam.
8:06 K: Yes. You are... K: Ya. Anda...
8:08 P: Not 'you are' in general... You are! P: Bukan 'Anda' secara umum... Anda!
8:14 K: Just a minute, what do you mean, 'you are'? K: Sebentar, apa yg dimaksud dengan 'Anda'?
8:16 P: You, Krishnamurti, is.

K: All right.
P: Anda, Krishnamurti.

K: Baiklah.
8:19 P: And in that word, in that statement itself, is the tremendous anguish of Krishnamurti ceasing to be. P: Dan dalam kata itu, dalam pernyataan itu, terdapat kesedihan yg luar biasa mendalam dari berhentinya Krishnamurti.
8:29 K: I understand. The anguish of K ending, or K in himself ending? You follow what I'm saying? K: Saya mengerti. Kesedihan yg mendalam dari berhentinya K, atau K dalam dirinya sendiri yg berakhir? Anda paham apa yg saya katakan?
8:44 P: How do you distinguish the two? P: Bagaimana Anda membedakan kedua hal itu?
8:52 K: Death is inevitable to this person. Right?

P: Yes.
K: Kematian tidak terelakkan bagi orang ini. Benar?

P: Ya.
8:59 K: He is going to end some day.

P: Yes.
K: Ia akan mati suatu hari nanti.

P: Ya.
9:04 K: To him it doesn't matter.

P: Yes.
K: Baginya itu tak masalah.

P: Ya.
9:09 K: There is no fear, no anguish, but you look at that person and say, 'Oh my God, he's going to die.' K: Tak ada ketakutan, tak ada kesedihan mendalam, tapi Anda melihat orang itu dan berkata, 'Astaga, ia akan mati.'
9:21 P: Yes. P: Ya.
9:21 K: So the - if I may use that word 'anguish' as you used the word - is your anguish. K: Jadi - jika saya boleh memakai istilah 'kesedihan mendalam' seperti yg tadi Anda katakan - adalah kesedihan mendalam Anda.
9:29 P: Is my anguish.

K: Yes. Now, why?
P: Adalah kesedihan mendalam saya.

K: Ya. Mengapa?
9:35 P: Isn't it? P: Bukankah demikian?
9:36 K: Why should it be?

P: It is.
K: Mengapa harus demikian?

P: Memang demikian.
9:39 K: No, don't...

P: Why do you ask why?
K: Tidak, jangan...

P: Mengapa Anda menanyakan sebabnya?
9:42 K: No, I am interested, I want to know why... Someone dies, whatever he is, beautiful, ugly, all that, a human existence contained in that person. And he dies, which is inevitable. And I look at that person, I've lived with that person, I love that person, and that person dies. I am in anguish. Right?

P: Yes.
K: Tidak, saya tertarik untuk tahu sebabnya... Seseorang meninggal, apapun adanya ia, cantik, jelek, semua itu, eksistensi manusia terkandung di dalam orang itu. Dan ia meninggal, yang memang sudah semestinya. Dan saya melihat orang itu, saya telah hidup bersamanya, saya menyayangi orang itu, dan orang itu meninggal. Saya mengalami kesedihan mendalam. Benar?

P: Ya.
10:23 K: Why? Why am I in a terrible state - anguish, tears, desperate loneliness - why am I in sorrow? We are not discussing this intellectually. K: Mengapa? Mengapa saya ada dalam keadaan yg mengerikan - kesedihan mendalam, air mata, kesepian yang putus asa - mengapa saya berada dalam kenestapaan ini? Kita tidak mendiskusikannya secara intelek.
10:49 P: No.

K: No. I am talking about it much more seriously. Why should I? I have lost that person. He has been dear to me, companion, all the rest of it, and he comes to an end. I think it is really important to understand the ending. The ending. Because there is something totally new when there is an ending, to everything.
P: Tidak.

K: Tidak. Saya bicara tentang hal ini secara amat serius. Mengapa harus begitu? Saya telah kehilangan orang itu. Ia sangat saya sayangi, sahabat, dan semua itu, dan ia berakhir. Saya pikir sangatlah penting untuk memahami pengakhiran. Pengakhiran. Karena ada hal yg sama sekali baru ketika ada pengakhiran, bagi apapun.
11:30 P: That is why I asked: you cannot ask the why of it. P: Itu sebabnya saya bertanya: Anda tak bisa mempertanyakan sebabnya.
11:35 K: No, why is merely put as an inquiry. K: Tidak, mengapa di sini semata-mata adalah sebagai penyelidikan.
11:42 P: But isn't it inevitable? He that was the perfume of my existence, ceases. P: Tapi tidakkah itu tak terelakkan? Ia yg merupakan keharuman bagi eksistensi saya, berhenti.
11:54 K: Yes, I loved him.

P: Yes.
K: Ya, saya mencintainya.

P: Ya.
11:55 K: He was my companion - sexually, and all the rest of it - in whom I felt full, rich.

P: Yes.
K: Ia adalah sahabat saya - secara seksual, dan semua itu - bersamanya saya merasa penuh, kaya.

P: Ya.
12:06 K: And that person comes to an end. Right?

P: Isn't it sorrow?
K: Dan orang itu berakhir. Benar? Bukankah itu nestapa?
12:15 K: It is. My son dies, or my brother dies, it is a tremendous sorrow. K: Ya. Anak atau saudara laki-laki saya meninggal, itu adalah nestapa yg dahsyat.
12:24 P: Yes. P: Ya.
12:28 K: I shed tears, and anxiety, and the mind then says, 'I must find comfort', and invents the idea that I will meet him next life, and all that stuff begins. Now, I am asking myself why man carries this sorrow with him. I know it is sorrowful, I know it is devastating. It is as though the whole existence has been uprooted. It's like a marvellous tree torn down in an instant, cut down in an instant. That has happened. I think I am in sorrow because I have never really understood, deeply, what is ending. I have lived forty, fifty, eighty years. During that period I have never realised the meaning of ending. K: Saya bercucuran air mata, kecemasan, dan batin kemudian berkata, 'saya harus menemukan kenyamanan', dan menciptakan ide bahwa saya akan bertemu ia di kehidupan berikutnya, dan mulailah semua hal itu. Sekarag, saya bertanya pada diri sendiri mengapa manusia membawa nestapa ini bersamanya. Saya tahu ini penuh dengan nestapa, saya tahu ini menghancurkan. Ini seakan seluruh eksistensi telah tumbang. Bagaikan pohon yang menakjubkan dirobohkan dalam sekejap, ditebang dalam sekejap. Terjadi begitu saja. Saya pikir saya ada dalam nestapa karena saya tak pernah benar-benar mengerti, secara mendalam, apa itu pengakhiran. Saya sudah hidup empat puluh, lima puluh, delapan puluh tahun lamanya. Selama periode tersebut saya tak pernah menyadari artinya pengakhiran.
13:44 P: I understand. P: Saya mengerti.
13:46 K: The ending, putting an end to something which I hold dear. Say, for instance, totally ending belief, totally ending attachment. The ending of it; not... the ending of it in order to continue in another direction. K: Pengakhiran, mengakhiri sesuatu yang sangat saya sayangi. Katakanlah, misalnya, sepenuhnya mengakhiri kepercayaan, sepenuhnya mengakhiri kemelekatan. Pengakhiran itu, bukan... pengakhiran itu dalam rangka melanjutkannya ke arah yang lain.
14:29 P: What makes the mind incapable... P: Apa yg membuat batin tidak sanggup...
14:35 K: ...of ending. K: ...mengakhiri.
14:37 P: Of ending. It is a question which... P: Mengakhiri. Itu adalah pertanyaan yang...
14:41 K: It's fear, of course. For example - I am just taking a very ordinary example which is common to all of us - to end completely, without any motive and direction, attachment, with all its complexity, with all its implications, to have no attachment to anything, to your experience, to your memory, to your knowledge. That's what's going to happen when death comes! After all, ending to knowledge - and that is what one is clinging to - the knowledge that that person dies. I have lived with him, I have cherished him, I have looked after him, we have been tremendously... - all that - the beauty and the conflict and all that's involved. And to end totally, absolutely, to the memory of all that. That is death. Right? That is what is going to happen when my son, brother, wife, husband, dies. K: Itulah ketakutan, tentu saja. Contohnya - saya mengambil contoh sangat sederhana yang lumrah bagi kita semua - untuk mengakhiri secara lengkap tanpa motif atau arah apapun, kemelekatan, dengan segala kompleksitasnya, denga segala implikasinya, tidak ada kemelekatan pada apapun juga, pada pengalaman, pada memori, pada pengetahuan Anda. Itulah yg akan terjadi ketika kematian datang! Bagaimanapun juga, pengakhiran pengetahuan - yg dilekati oleh seseorang - pengetahuan bahwa orang itu meninggal. Saya sudah hidup bersamanya, saya sudah menyayanginya, saya sudah mengurusnya, kami sangat dahsyat... - semua itu - keindahan dan pertentangan dan semua yg terlibat di dalamnya. Mengakhiri secara total, mutlak, ingatan tentang semua itu. Itulah kematian. Benar? Itulah yg akan terjadi ketika anak, saudara laki-laki, istri, maupun suami, meninggal.
16:40 P: You have often said, 'Living, enter the house of death'. P: Anda sering mengatakan 'Hidup, memasuki rumah kematian'.
16:51 K: Yes.

P: You have used that phrase. What is exactly meant by it?
K: Ya.

P: Anda telah menggunakan frasa itu. Apalah sebenarnya artinya?
16:56 K: Yes, I have done it.

P: What is meant by it?
K: Ya, saya sudah melakukannya.

P: Apa maksudnya itu?
17:00 K: Meant by that: to invite death while living. Not commit suicide, I am not talking of that, or take a pill and exit. I am talking of ending. I think it is very important, that. The word itself contains a depth of meaning: the ending of something. The ending of memory - I am taking that as a simple example. The memory of an experience which I have cherished, hold on to, something that has given me a great delight, a sense of depth and wellbeing. And to that memory I cling. And I am living in that memory, though I do ordinary work and go to the office or whatever it is, but that memory is so endearing, so extraordinarily vital, I hold on to that. And therefore I never find out what it means to end. I think there is a great deal in that, at least I feel, there is a great deal in the sense of ending, every day, everything that you have psychologically gathered. K: Maksudnya: mengundang kematian selagi masih hidup. Bukan bunuh diri, saya bukan berbicara tentang itu, ataupun mengkonsumsi pil dan pergi. Saya bicara tentang pengakhiran. Menurut saya ini sangat penting. Kata itu sendir mengandung arti yg mendalam: pengakhiran akan sesuatu. Pengakhiran ingatan - saya mengambilnya sebagai contoh yg sederhana. Ingatan tentang pengalaman di mana saya telah menyayangi, berpegang pada sesuatu yg telah memberi saya kebahagiaan besar, rasa mendalam dan kesejahteraan. Dan terhadap ingatan itu saya melekat. Dan saya hidup dalam ingatan itu, walaupun saya melakukan pekerjaan sehari-hari dan berangkat ke kantor atau apapun itu, namun ingatan itu sangatlah membahagiakan, sangatlah penting, saya berpegang padanya. Dan karena itu saya tak pernah mencari tahu apa artinya mengakhiri. Menurut saya ada itu adalah hal besar, setidaknya saya kira demikian, ada hal besar dalam mengakhiri, setiap hari, semua yg telah Anda kumpulkan secara emosional.
18:53 P: Attachment... you can end. P: Kemelekatan... dapat Anda akhiri.
19:01 K: That is the ending, that is death! K: Itulah pengakhiran, itulah kematian!
19:03 P: That is not death. P: Itu bukan kematian.
19:07 K: What would you call death? The organism coming to an end? K: Jadi apa itu kematian? Organisme yg berakhir?
19:11 P: Death... P: Kematian...
19:14 K: Or the image that I have built about you? K: Atau imaji yg telah saya bangun tentang Anda?
19:18 P: You see, when you reduce it to that, I would say the image which I have built about you. But it is much more than that. P: Anda tahu, ketika Anda menguranginya sedemikian, maka saya katakan imaji yg telah saya bangun tentang diri Anda. Tapi lebih dari sekadar itu.
19:27 K: What is much more? There is of course much more than that, but I am just inquiring into it. K: Apa yg lebih? Tentu saja ada jauh lebih dari itu namun saya hanya menyelidikinya.
19:34 P: Much more than that. P: Lebih dari itu.
19:35 K: That is, I have lived with you, cherished you, and all the rest of it, and the image of you is deeply rooted in me. K: Bahwa saya telah hidup bersama Anda, menyayangi Anda, dan semua itu, dan imaji tentang Anda telah tertanam dalam pada saya.
19:48 P: Yes. P: Ya.
19:50 K: And - I am not talking about... - you die, and that image gathers greater strength, naturally. K: Dan - saya tidak membicarakan ... - Anda meninggal, dan imaji itu menjadi semakin kuat, secara alami.
20:06 P: Yes. P: Ya.
20:10 K: I put flowers to it, give poetic words to it, and all that. But it is the image that is living. And I am talking about the ending of that image. K: Saya memberi bunga, memberi kata-kata puitis, dan semacamnya. Namun itu hanya imaji yg hidup. Dan saya bicara tentang pengakhiran imaji itu.
20:31 P: Sir... P: Pak...
20:32 K: Because I cannot... the mind cannot enter into a totally new dimension if there is a shadow of memory of anything. Because 'that' is timeless, 'that' is eternal. And, if the mind is to enter into 'that', it must not have any element of time in it. I think this is logical, rational. And what is it we object to? K: Karena saya tak bisa... batin tak dapat masuk ke dalam dimensi yg sama sekali baru jika ada bayang-bayang ingatan tentang apapun. Karena 'itu' kekal, 'itu' abadi. Dan, jika batin hendak masuk ke dalam 'itu', tidak boleh ada unsur waktu di dalamnya. Saya pikir ini logis, rasional. Dan apa yg menjadi keberatan kita?
21:26 P: But life is not... is not lived...

K: Of course not.
P: Tapi hidup tidak... tidak dihidupi...

K: Tentu saja hidup.
21:30 P: ...on the logical and rational...

K: Of course not. It is not.
P: ...secara logis dan rasional...

K: Tentu tidak. Tidak demikian.
21:33 P: I mean, logic and rational... P: Maksud saya, logis dan rasional...
21:36 K: Of course, it is not, but the ending of everything that you have gathered psychologically, which is time. And to understand that which is everlasting, without time, the mind must be free of all that. That's all I am saying. And therefore there must be ending. K: Tentu saja, tidak, tapi pengakhiran segala sesuatu yg telah Anda kumpulkan secara psikologis, yg adalah waktu. Dan untuk memahami yg abadi, yg tanpa waktu, batin haruslah bebas dari semua itu. Itulah yg saya maksudkan. Dan karenanya harus ada pengakhiran.
22:08 P: Therefore then there is no exploration into ending? P: Dengan demikian tidak ada eksplorasi tentang pengakhiran?
22:13 K: Oh yes. K: Oh ya.
22:15 P: What is the exploration into ending? P: Apa itu eksplorasi tentang pengakhiran?
22:18 K: No. What is ending? Ending to continuity. K: Tidak. Apa itu pengakhiran? Berakhirnya keberlangsungan.
22:32 P: That is really the... P: Itu benar-benar merupakan...
22:39 K: The continuity of a particular thought, a particular direction, a particular desire. It is these that give life a continuity. The birth and the dying, in that great interval there is a deep continuity, like a river. The volume of water makes the river marvellous, I mean, like the Ganga, like the Rhine, and so on, the great rivers of the world, the Amazon, and so on. But we live on the surface of this vast river of our life. And to see the beauty of that. And we cannot see it if we are always on the surface of it. And the ending of it is the continuity of the surface. I don't know if you follow. K: Keberlangsungan dari pikiran terntentu, arah tertentu, keinginan tertentu. Inilah yg memberi keberlangsungan pada hidup. Kelahiran dan kematian, dalam interval besar itu ada keberlangsungan mendalam seperti sungai. Volume airnya membuat sungai itu menakjubkan, maksud saya, seper Gangga, Rhein, dst, sungai-sungai besar di dunia, Amazon, dst. Namun kita hidup di permukaan sungai kehidupan kita yg sangat luas. Dan untuk menyaksikan keindahannya. Dan kita tak bisa menyaksikan keindahannya jika selalu berada di permukaan. Dan pengakhirannya merupakan keberlangsungan permukaan itu. Saya tak tahu apakah Anda paham.
24:04 P: Ending of it is the continuity of the surface? P: Pengakhirannya merupakan keberlangsungan dari permukaan itu?
24:07 K: No. K: Tidak.
24:09 P: The ending of it is the ending of the surface. P: Pengakhirannya merupakan pengakhiran dari permukaan itu.
24:14 K: Ending of the surface. K: Pengkahiran permukaan itu.
24:26 P: What dies? P: Apa yg mati?
24:38 K: All that I have accumulated, both outwardly and inwardly. I have built a good business which brings me a lot of money, I have good taste, a nice house, nice wife and children, beautiful garden. And, all my life, I have given a continuity to that. To end that. K: Semua yg telah saya kumpulkan, lahir dan batin. Saya telah membangun bisnis yang bagus yang mendatangkan banyak uang, saya punya selera yang baik, rumah bagus, istri dan anak-anak yang baik, taman yang indah. Dan sepanjang hidup, saya mengusahakan keberlangsungan hal-hal itu. Saya mengakhiri itu.
25:25 P: Sir, may I... you don't mind if I explore a little bit? You mean to tell me that the death of the body of Krishnamurti, the consciousness of Krishnamurti will end? Please, I am putting a great deal of weight in this. P: Pak, jika Anda tak keberatan apakah saya boleh sedikit mengeksplorasi? Anda hendak mengatakan pada saya bahwa seiring kematian jasmani Krishnamurti, kesadaran Krishnamurti akan berakhir? Tolong, saya sangat menitikberatkan ini.
25:45 K: There are two things you have said: the consciousness of K, and the ending of the body.

P: The ending of the body.
K: Ada dua hal yg Anda katakan: kesadaran K, dan akhir dari jasmani.

P: Akhir dari jasmani.
25:55 K: The body will end, that is obvious. Using it untimely, accident, disease, and so on - that will end. So, what is the consciousness of that person? K: Jasmaninya akan berakhir, itu jelas. Digunakan di saat tak tepat, kecelakaan, sakit, dsb. - itu akan berakhir. Jadi, apa yg merupakan kesadaran dari orang itu?
26:13 P: This enormous, unending, abounding compassion - suppose I take that, put it in those words. P: Welas asih yg amat besar, tanpa akhir, dan berlimpah - saya mengambil contoh itu.
26:20 K: Yes. I wouldn't call that 'consciousness'. K: Ya. Saya tak akan menyebutnya 'kesadaran'.
26:33 P: I am using the word 'consciousness' because it is associated with the body of Krishnamurti. P: Saya menggunakan kata 'kesadaran' karena hal itu berkaitan dengan jasmani Krishnamurti.
26:41 K: Yes, but it's not... K: Ya, tapi itu bukan...
26:42 P: Because it is associated with the body of Krishnamurti, I can't think of another word. I can say 'the mind of Krishnamurti', I can say 'the consciousness'. P: Karena itu dikaitakan dengan jasmani Krishnamurti. Saya tak dapat memikirkan kata yg lain. Saya bisa katakan 'batin Krishnamurti'. Saya bisa katakan 'kesadaran'.
26:52 K: Keep to the word 'consciousness', if you don't mind, and let's look at it. The consciousness of a human being is its content. K: Tetap dengan kata 'kesadaran', jika Anda tak keberatan, dan mari kita membahasnya. Kesadaran umat manusia adalah isinya.
27:07 P: Yes. P: Ya.
27:09 K: Right? The content is the whole movement of thought. The learning the language, the career, specialisation, beliefs, dogmas, rituals, suffering, pain, anxiety, loneliness, desperate sense of fear, all that is the movement of thought. K: Benar? Isi tersebut adalah keseluruhan gerak pikiran. Pembelajaran bahasa, karier, keahlian, kepercayaan, dogma, ritual, penderitaan, kepedihan, kecemasan, kesepian, rasa takut yg amat sangat, semua itu adalah gerak pikiran.
27:41 P: Yes. P: Ya.
27:45 K: If the movement of thought ends, consciousness, as we know it, is not. K: Jika gerak pikiran berakhir, kesadaran, seperti yg kita tahu, tiada.
28:00 P: But thought, as a movement in consciousness as we know it, does not exist in the mind of Krishnamurti. Let us say it. Yet, there is a state of being which manifests itself when I am in contact with him, or when I... It manifests itself. Therefore, whether you use... don't reduce it to thought. P: Namun pikiran, yg kita tahu merupakan suatu gerak dalam kesadaran, tidak ada dalam batin Krishnamurti. Katakanlah demikian. Akan tetapi, ada suatu keadaan yg memanifestasikan dirinya ketika saya berkontak dengan ia, atau ketika saya... Hal itu memanifestasikan diri. Dengan demikian, sekalipun Anda gunakan... jangan mengecilkannya menjadi pikiran.
28:31 K: No, one is very careful in pointing out something. Consciousness, as we know it, is the movement of thought - ugly, noble, all that.

P: Yes, yes, yes.
K: Tidak, seseorang sangatlah hati-hati dalam menunjukkan sesuatu. Kesadaran, seperti yg kita tahu, adalah gerak pikiran - buruk, terhormat, semua itu.

P: Ya, ya, ya.
28:45 K: It is movement of thought, it is movement of time. K: Itu adalah gerak pikiran, itu adalah gerak waktu.
28:49 P: Yes. Yes, I see that. P: Ya. Ya, saya paham.
28:52 K: See that very clearly.

P: Yes.
K: Pahamilah dengan jelas.

P: Ya.
28:54 K: That is, the human consciousness, as we know it, is that. K: Artinya, kesadaran manusia, sebagaimana yg kita tahu, adalah itu.
28:59 P: Yes. P: Ya.
29:02 K: When thought, after investigating, etc., etc., comes to an end - not in the material world, in psychological world - thought comes to an end, consciousness, as we know it, is not! K: Ketika pikiran, setelah menyelidiki, dst., dst., berakhir - tidak di dunia material, di dunia psikologis - pikiran berakhir, kesadaran, sebagaimana kita tahu, tidak!
29:32 P: Sir, you can use any other word. P: Pak, Anda dapat memakai kata lain apapun.
29:34 K: I am sticking to that word. K: Saya tetap dgn kata itu.
29:36 P: But there is the state of being which manifests itself as Krishnamurti. P: Tapi ada suatu keadaan yg memanifestasikan dirinya sebagai Krishnamurti.
29:43 K: Yes, yes...

P: Now, what word shall I use?
K: Ya, ya...

P: Sekarang, saya harus gunakan kata apa?
29:47 K: You are perfectly right, I am not asking you to change words. But... You, say for example, through meditation - the real meditation, not the phoney stuff that's going on in the world, the real meditation - you come to a point that is absolute. K: Anda sepenuhnya benar, saya tidak meminta Anda mengubah kata. Tetapi... Anda, misalnya, melalui meditasi - meditasi yg sesungguhnya, bukan meditasi palsu yg terjadi di dunia ini, meditasi yg sesungguhnya - Anda mencapai titik yg mutlak.
30:19 P: Yes. P: Ya.
30:23 K: And I see this, I feel it. To me that is an extraordinary state. The contact... through you, I feel this immensity. And my whole urge, striving, says that I must capture, have, or whatever word you use. Right? But you have it. Not 'you' have it - it is there. It's not you, Pupulji, having it - it is there. It is not yours or mine - it is there! K: Dan saya melihat hal ini, merasakannya. Bagi saya, ini adalah keadaan yg luar biasa. Kontak itu... melalui Anda, saya merasakan keluasan ini. Dan seluruh dorongan, usaha keras saya, mengatakan bahwa saya harus merebut, memiliki, atau kata apapun yg Anda gunakan. Benar? Namun Anda memilikinya. Bukan 'Anda' yg memiliki - namun itu sudah ada. Bukan Anda, Pupulji, yg memilikinya - itu sudah ada di situ. Bukan milik Anda atau saya - itu sudah ada di situ.
31:11 P: But it is there because of you. P: Tapi itu ada di situ lantaran Anda.
31:15 K: Ah!

P: You see, sir?
K: Ah!

P: Anda mengerti, Pak?
31:17 K: Ah, it is there not because of me - it is there! K: Ah, itu ada di situ bukan karena saya - itu sudah ada di situ!
31:21 P: Where? P: Di mana?
31:31 K: All right. It has no place. K: Baiklah. Itu tidak memiliki tempat.
31:44 P: I can only accept it up to a point. No, sir, I won't accept it. P: Saya hanya dapat menerimanya hingga tingkat tertentu. Tidak, Pak, saya tak akan menerimanya.
31:51 K: First of all, it is not yours or mine. Right? K: Pertama, itu bukanlah milik Anda ataupun saya. Benar?
31:56 P: I only know that it is manifest in the person of Krishnamurti. P: Saya hanya tahu bahwa hal itu memanifestasi dalam diri Krishnamurti.
32:05 K: Of X. Yes. K: Dalam diri X. Ya.
32:08 P: Therefore, when you say it has no place, I cannot accept it. P: Dengan demikian, ketika Anda katakan itu tak memiliki tempat, saya tidak dapat menerimanya.
32:13 K: Naturally.

P: It has a place...
K: Tentu saja.

P: Itu memiliki tempat...
32:16 K: Because you have identified K with 'that'. K: Karena Anda telah mengidentifikasikan K dengan 'itu'.
32:22 P: But K is 'that'. P: Tetapi K adalah 'itu'.
32:24 K: Yes, maybe, but K says it has nothing to do whatsoever with K or with anybody - it is there. Beauty is not yours or mine, it is there, in the tree, in the flower - you follow? - it is there. K: Ya, mungkin saja, namun K berkata bahwa hal itu tak ada hubungannya dengan K atau siapapun - itu sudah ada di situ. Keindahan bukanlah milik Anda atau saya, itu sudah ada di situ, di pepohonan, di bunga-bunga - Anda paham? - itu sudah ada di situ.
32:55 P: But, sir, the healing and the compassion which is in K is not out there. P: Tapi, Pak, penyembuhan dan welas asih yg ada di dalam K tidak ada di luar sana.
33:05 K: Ah, no, of course not. K: Tidak, tentu tidak.
33:06 P: So the healing and the compassion of K, that's what I am talking about. P: Jadi penyembuhan dan welas asih K, itulah yg saya bicarakan.
33:13 K: But 'that' is not K, this. K: Tapi 'itu' bukanlah K, ini.
33:19 P: But it is manifest and it will cease to be manifest, that's what I am asking, saying. P: Tapi itu manifestasi dan akan berhenti memanifetasi, itulah yg saya tanyakan, katakan.
33:26 K: Ah, I understand. I get it.

P: Please see this, sir.
K: Saya mengerti. Saya paham.

P: Tolong pahami, Pak.
33:29 K: Of course, of course. I understand what you are trying to say. I question that. K: Tentu saja, tentu saja. Saya mengerti apa yg Anda coba katakan. Saya mempertanyakannya.
33:38 P: What do you mean you question that? P: Apa yg Anda maksud dengan mempertanyakannya?
33:45 K: It may manifest through X. 'That' which is manifested or which is manifesting, doesn't belong to X. K: Itu dapat mewujud melalui X. 'Itu' yg terwujud atau hal yg mewujud, bukanlah milik K.
34:05 P: May not belong to... P: Bisa saja bukan milik...
34:07 K: It has nothing to do with K, X. K: Hal itu tidak ada hubungannya dengan K, X.
34:13 P: I'm prepared to accept that also, that it does not belong to K. But K and 'that' are inseparable. P: Saya siap untuk menerima hal itu juga, bahwa itu bukanlah milik K. Namun K dan 'itu' tidak terpisahkan.
34:22 K: Yes, all right, but, you see, when you identify 'that' with the person... K: Ya, baiklah, tapi, Anda tahu, bahwa ketika Anda mengidentifikasikan 'itu' dengan seseorang...
34:33 P: I can't... P: Saya tak dapat...
34:35 K: ...not separate. You see, we are entering into a very delicate thing. K: ...tak terpisahkan. Anda paham, kita menuju suatu hal yg sangat halus.
34:39 P: Yes, I want to go slowly into it. P: Ya, say ingin pelan-pelan masuk ke dalamnya.
34:43 K: Quite. K: Tepat.
34:45 P: You see, take the Buddha, whatever the Buddha consciousness was, or was manifesting through him, it has ceased to be. It has ceased to be, in terms of manifesting. P: Anda tahu, contohnya Buddha, apapun kesadaran Buddha, atau hal yg memanifestasi melaluinya, hal itu berhenti. Hal itu berhenti, berhenti bermanifestasi.
35:04 K: I question it. I doubt if... Not... Let's be very careful. You say - let's talk about the Buddha rather than me - you say the consciousness of that person, Buddha, ceased when he passed away. Right? It manifested through him. K: Saya mempertanyakannya. Saya ragu apabila... Tidak... Mari kita menjadi sangat hati-hati. Anda mengatakan - mari bicara tentang Buddha saja daripada tentang saya - Anda mengatakan bahwa kesadaran orang itu, Buddha, berhenti ketika ia meninggal. Benar? Itu mewujud melaluinya.
35:37 P: It manifested through him, yes. P: Itu mewujud melaluinya, ya.
35:39 K: And he was 'that'.

P: He was 'that', yes.
K: Dan ia adalah 'itu'.

P: Ia adalah 'itu', ya.
35:42 K: And when he died, you say 'that' disappeared. K: Dan ketika ia meninggal, Anda mengatakan bahwa 'itu' menghilang'.
35:49 P: No, I have no knowledge of saying that it disappeared. I only say it could no longer be contacted. See this, Krishnaji. P: Tidak, saya tak punya pengetahuan untuk mengatakan bahwa itu menghilang. Saya hanya berkata bahwa hal itu tak dapat lagi dikontak. Pahamilah ini, Krishnaji.
36:01 K: Naturally not. K: Tentu saja tidak.
36:04 P: Why do you say 'naturally not'? P: Mengapa Anda katakan 'tentu saja tidak'?
36:12 K: Because - meditation, all that - he was illumined and therefore it came to him. K: Karena - meditasi, semua itu - ia mengalami pencerahan maka itu datang padanya.
36:20 P: Yes, yes. P: Ya, ya.
36:21 K: Therefore he and 'that' were... there was no division.

P: Yes.
K: Oleh sebab itu ia dan 'itu' adalah... tidak ada pemisahan.

P: Ya.
36:27 K: I, his disciple, said, 'My God, he is dead. And with his death that whole thing is over'. K: Saya, muridnya, mengatakan, 'Ya Tuhan, ia meninggal. Dan bersama kematiannya seluruhnya berakhir'.
36:37 P: Is over. P: Berakhir.
36:39 K: I say it is not. That which is good can never be over. As evil - if I can use that word without too much darkness involved in that word - evil continues in the world. Right? That evil is totally different from that which is good. So, the good manifests... the good will always exist, has always existed as - not the opposite of it - the evil in itself has continued. K: Saya katakan itu tidak berakhir. Hal baik tak akan pernah berakhir. Karena kejahatan - jika saya boleh pakai kata itu tanpa terlalu banyak makna kegelapan di dalamnya - kejahatan tetap berlangsung di dunia. Benar? Kejahatan itu sepenuhnya berbeda dari kebaikan. Jadi, kebaikan mewujud... kebaikan akan selalu ada, telah hadir selalu sebagaimana - bukan lawan dari itu - kejahatan sendiri terus berlanjut.
37:43 P: But we are moving away, sir.

K: I know, I know.
P: Namun kita melenceng, Pak.

K: Saya tahu, saya tahu.
37:47 P: Slightly we are moving away. P: Agak melenceng.
37:48 K: I am not quite sure, it doesn't matter. Go ahead. K: Saya tak yakin, itu tak masalah. Teruskan saja.
37:56 P: You say that it does not disappear with the... P: Anda mengatakan bahwa itu tidak menghilang bersama...
38:00 K: Good can never disappear. K: Kebaikan tak pernah bisa hilang.
38:02 P: I am talking of that great illumined compassion of the being. But now I can contact it. P: Saya bicara tentang welas asih yg penuh pencerahan dari makhluk tersebut. Namun sekarang saya bisa berkontak dengannya.
38:17 K: Yes. But you can contact it even if that person is not. That is the whole point. It has nothing to do with the person. K: Ya. Anda bisa berkontak dengannya meskipun ia sudah tidak ada lagi. Itulah seluruh intinya. Itu tak ada hubungannya dengan orang tersebut.
38:40 P: What you say about being a light to yourself, is it involved with the contacting of that without the person? What is involved in that, when you say it can be contacted without a person? P: Yg Anda katakan tentang menjadi cahaya bagi diri Anda sendiri, apakah hal ini termasuk di dalam mengontak tanpa keberadaan orangnya? Apa yg termasuk di dalamnya, ketika Anda berkata bahwa itu bisa dikontak tanpa keberadaan orangnya?
38:56 K: Not contacted, it's an ugly word. It can be perceived, lived, it can be... it is there for you to reach out and hold. And to reach out and to receive it you must... thought, as consciousness which we know, has to come to an end. Because thought is really the enemy of 'that'. Thought is the enemy of compassion, obviously. Right? And to have this flame, it demands not a great sacrifice, this and that, but awakened intelligence which sees the movement of thought, and the very awareness of it ends thought. That is what real meditation is. Right? K: Bukan dikontak, itu adalah kata yg jelek. Itu dapat dicerap, dihidupi, itu dapat... itu sudah ada di situ untuk Anda untuk dijangkau dan dipegangi. Dan untuk menjangkau dan menerimanya Anda harus... pikiran, sebagaimana kesadaran yg kita ketahui, harus berakhir. Karena pikiran benar-benar merupakan musuh dari 'itu'. Pikiran jelas-jelas adalah musuh welas asih. Benar? Dan untuk memiliki api ini, bukanlah pengorbanan besar yg dibutuhkan, ini dan itu, tetapi bangkitnya kecerdasan yg melihat gerak pikiran, dan kesadarannya yg mengakhiri pikiran. Itulah meditasi yg sesungguhnya. Benar?
40:38 P: What significance then has death? P: Lalu di mana pentingnya kematian?
40:43 K: None. No, no. It has no meaning because you are living with death all the time. Because you are ending everything all the time. I don't think we see the importance or the beauty of ending. We see the continuity with its waves of beauty and with its... all the superficiality. K: Tidak ada. Tidak, tidak. Itu tidak ada maknanya karena Anda hidup dengan kematian setiap waktu. Karena Anda mengakhiri semuanya setiap waktu. Menurut saya kita tak melihat pentingnya atau indahnya pengakhiran. Yg kita lihat yaitu keberlangsungan dengan gelombang keindahannya dan dengan... semua yg dangkal.
41:31 P: Sir, I drive away tomorrow. Do I cut myself completely from you? P: Pak, katakanlah besok saya akan pergi. Apakah saya memisahkan diri saya sepenuhnya dari Anda?
41:37 K: No, not from me. You cut yourself away from 'that', from that eternity with all its compassion and so on, if it is no longer... a memory. You understand? That's simple, isn't it? I meet the Buddha. I have listened to him very greatly. He has made a tremendous impression. In me, the whole truth of what he said is abiding. And he goes away. He has told me, very carefully, 'Be a light to yourself'. So that truth is with me, it is the seed that is flowering in me. So if he goes away, the seed is flowering. I may miss him. I say, 'I am sorry, he was a friend, I have lost a friend, or somebody whom I really loved. But what is important is that seed of truth which has been planted by my alertness, awareness, intense listening. That seed will flower. Otherwise what is the point of somebody having it? If X has this extraordinary illumination - if we can use that word - the sense of immensity, compassion, love, and all that, if it is only he, that person has it, and he dies, what is the point - what? K: Tidak, tidak dari saya. Anda memisahkan diri Anda dari 'itu', dari keabadian dengan seluruh welas asih dst., jika itu bukan lagi... suatu memori. Anda paham? Sederhana, bukan? Saya bertemu Buddha. Saya telah sungguh-sungguh mendengarkannya. Ia memberi kesan yg sangat luar biasa. Seluruh kebenaran yg ia katakan tetap tinggal di dalam saya. Dan ia pun pergi. Ia telah berkata pada saya, dengan sangat hati-hati, 'Jadilah cahaya bagi diri Anda'. Maka kebenaran tinggal bersama saya, itu adalah benih yg mekar dalam diri saya. Jadi jika ia pergi, benih itu akan mekar. Saya bisa saja merindukannya, saya katakan, 'Saya berduka, ia adalah seorang teman, saya kehilangan seorang teman, atau seseorang yg sangat saya sayangi. Tetapi apa yg penting adalah benih kebenaran yg telah ditanam oleh kewaspadaan saya, kesadaran saya, pendengaran yg intens. Benih itu akan mekar. Sebaliknya apa gunanya seseorang memiliki itu? Jika X mempunyai pencerahan luar biasa ini - jika kita bisa pakai kata itu - keluasan, welas asih, kasih sayang, dan semua itu, jika hanya dia, orang itu memilikinya, dan ia meninggal, apa intinya - apa?
44:08 P: Sir, may I ask one question? What is the reason for his being? What is the reason then for his being? P: Pak, bolehkah saya bertanya? Apa alasan bagi keberadaannya? Setelah itu apa alasan bagi keberadaannya?
44:25 K: What is the reason for his being, for his existence? K: Apa alasan bagi keberadaan, bagi kehadirannya?
44:29 P: Yes.

K: To manifest 'that'. To be embodiment of 'that', to be... you know, all that. Why should there be any reason? A flower has no reason. Beauty has no reason, it exists. But if I try to find a reason, the flower is not. I am not mystifying all this, putting it all in a fog, which becomes mysterious, it's not that. As I have said, it is there for anyone to reach and to hold it. And so death, Pupulji, is something... like birth, which must be an extraordinary event to the mother, and perhaps to the father, but the birth and death are so far apart - you follow? And all the travail of that continuity is the misery of man. And if that continuity can end each day, you are living with death. Which then is a total renewal of something which has no continuity. That is why I think it is important to understand the meaning of that word 'ending'. Totally ending to experience, or that which has been experienced and remains in the mind as memory. Could we go - we've got some more time - could we go into the question whether a human being can live - apart from physical knowledge, driving a car, writing a letter, and all that knowledge - can he live without time and knowledge? You follow what I am saying?
P: Ya.

K: Untuk memanifestasikan 'itu'. Untuk menjadi perwujudan dari 'itu, untuk menjadi... Anda tahu, semua itu. Mengapa harus ada alasan? Bunga tak punya alasan. Keindahan tak punya alasan, ia ada. Tapi jika saya mencoba menemukan alasan, bunga tersebut tidak. Saya tidak memistifikasi semua ini, membuatnya berkabut, yg menjadikannya misterius, bukan itu. Semua yg saya katakan, itu sudah ada di situ bagi semua orang untuk menjangkau dan memeganginya. Dan demikian juga kematian, Pupulji, merupakah hal... layaknya kelahiran, yg tentunya merupakan peristiwa luar biasa bagi sang ibu, dan mungkin bagi sang ayah, namun kelahiran dan kematian sangatlah jauh terpisah - Anda paham? Dan semua kesukaran dari keberlangsungan itu, adalah kesengsaraan manusia. Dan jika keberlangsungan itu dapat berakhir setiap hari, Anda hidup dengan kematian. Yang merupakan suatu pembaharuan total dari sesuatu yg tidak memiliki keberlangsungan. Itulah sebabnya saya pikir betapa pentingnya memahami makna kata 'pengakhiran'. Pengakhiran sepenuhnya dari pengalaman, atau hal yg telah dialami dan tersisa dalam batin sebagai ingatan. Dapatkah kita - kita masih punya beberapa waktu - dapatkah kita membahas pertanyaan apakah umat manusia bisa hidup - selain pengetahuan fisik, menyetir mobil, menulis surat, dan semua pengetahuan itu - dapatkah ia hidup tanpa waktu dan pengetahuan? Anda mengerti maksud saya?
47:54 P: Isn't what we said so far, that is, living with ending, in the very nature of this question? P: Bukankah yg sudah kita katakan sejauh ini, hidup dengan pengakhiran, adalah hal yg selalu kita pertanyakan?
48:04 K: Yes. That's why I brought it in. K: Ya. Itulah sebabnya saya mempertanyakannya.
48:07 P: That is, when the mind is capable of living with ending, it is capable of living with the ending of time and the ending of knowledge.

K: Yes, that's it. I mean, this may be just a lot of words.
P: Artinya, ketika batin mampu hidup dengan pengakhiran, ia mampu hidup dengan pengakhiran waktu dan pengakhiran pengetahuan.

K: Tepat sekali. Maksud saya, ini bisa saja hanyalah banyaknya kata-kata.
48:29 P: No, but, sir, doesn't it involve... One of the things is: you can do nothing about it, but you can observe it and listen. And in... Now I am getting to a little more... if I may. P: Tidak, tapi, Pak, tidakkah itu termasuk... Salah satu halnya adalah: Anda tak bisa berbuat apa-apa, tapi Anda bisa mengamatinya dan mendengarkan. Dan di dalam... Sekarang saya ingin lebih memperdalam... jika boleh.
48:53 K: Go ahead.

P: There is the stream of knowledge.
K: Silahkan.

P: Ada arus pengetahuan.
48:56 K: There is the stream of knowledge, yes. K: Ada arus pengetahuan, ya.
48:58 P: Stream of knowledge. When I say: can I be free, or not free, or hold it, or give it up, it is one element of that stream of knowledge making that statement. P: Arus pengetahuan. Ketika saya berkata: dapatkah saya bebas, atau tidak bebas, atau memeganginya, atau melepasnya, itu adalah satu unsur dari arus pengetahuan yg membuat pernyataan itu.
49:11 K: Of course, of course.

P: Therefore...
K: Tentu saja.

P: Karena itu...
49:12 K: ...it has no meaning.

P: It has no meaning. Now, the stream of man's knowledge throws up - because of challenge or whatever, it throws up. The only thing possible is an awakeness where that throwing up subsides.
K: ...tak ada maknanya.

K: Tak ada maknanya. Sekarang, arus pengetahuan manusia muncul dengan cepat - karena tantangan atau apapun, ia muncul dengan cepat. Satu-satunya hal yg mungkin adalah kebangkitan di mana kemunculan itu surut.
49:30 K: And perceiving it, it subsides. Quite. The flowering of that and dying of it.

P: Subsiding. Is there anything else really for man to do but to be awake to this rising and subsiding?
K: Dan kita mencerap, ia surut. Tepat. Mekar dan layunya itu.

P: Surut. Apakah ada hal lain yg dapat dilakukan seseorang di samping menyadari muncul dan surutnya ini?
49:47 K: Are you saying, to really understand... to have that goodness - let's call it for the moment - you can't do anything? Is that what you are saying?

P: You can't do anything.
K: Apakah Anda hendak mengatakan, untuk benar-benar memahami... untuk memiliki kebaikan itu - saati ini katakanlah demikian - Anda tak dapat melakukan apapun? Itukah yg Anda maksud?

P: Anda tak dapat berbuat apapun.
50:11 K: I am not entirely sure of that. K: Saya tak sepenuhnya yakin dengan itu.
50:14 P: That is what I want to know. Tell me. P: Itulah yg ingin saya ketahui. Beritahu saya.
50:21 K: Isn't that a rather ultimate statement: 'I cannot do anything'? K: Tidakkah itu seperti suatu pernyataan menyimpulkan: 'Saya tak dapat berbuat apapun'?
50:30 P: No, sir. Either I can do...

K: Let's find out.
P: Tidak, Pak. Entah saya bisa lakukan...

K: Mari kita cari tahu.
50:34 P: You see, either I can do - then the next question has to be... P: Anda paham, entah saya bisa lakukan - pertanyaannya kemudian menjadi...

K: ...apa yg bisa saya lakukan?

P: Apa yg bisa saya lakukan.
50:41 K: ...what can I do?

P: What can I do.
K: Saya mengerti.

P: Jika saya katakan tak bisa melakukan...
50:42 K: I understand.

P: If I say I cannot do...
K: Apa yg membuat Anda berkata: 'Saya tidak bisa'?
50:46 K: What makes you say: 'I cannot'? P: Karena...
50:49 P: Because... K: Tidak, kita selidiki bersama, bantu saya, mari kita selidiki.
50:51 K: No, investigate it together, help me, let's investigate. What makes you say, 'I can do nothing about it'? About what? Apa yg membuat Anda berkata, 'Saya tak dapat melakukan apapun terhadap itu'? Terhadap apa?
51:02 P: About this rising out of the stream of knowledge. P: Terhadap munculnya arus pengetahuan.
51:05 K: No, no. K: Tidak, tidak.
51:06 P: Yes, that is what we are talking about. There is a stream of knowledge. P: Ya, itulah yg sedang kita bicarakan. Ada suatu arus pengetahuan.
51:11 K: Yes, there is a stream - that's all. Either it expresses itself... K: Ya, ada arus pengetahuan - itu saja. Entah itu dapat mengungkapkan dirinya...
51:14 P: Either I am a separate entity to that stream of knowledge... P: Entah saya adalah entitas yg terpisah dari arus pengetahuan itu...
51:18 K: Which you are not. K: Anda tidak terpisah.
51:20 P: In investigating, I see...

K: You are not.
P: Dalam penyelidikan, saya melihat...

K: Anda tidak terpisah.
51:23 P: ...that one is not.

K: That's simple enough.
P: ...seseorang tidak.

K: Itu cukup sederhana.
51:25 P: Now, if I am the stream of knowledge then the throwing up of that stream... P: Sekarang, jika sayalah arus pengetahuan itu maka kemunculan arus itu...
51:31 K: I understand. I understand that. If you make a statement that I am that stream of knowledge, and I cannot do anything about it because it's playing with words. K: Saya mengerti. Saya mengerti itu. Jika Anda menyatakan bahwa saya adalah arus pengetahuan tersebut, dan saya tak bisa berbuat apapun terhadapnya karena itu adalah permainan kata.
51:44 P: I understand that, once you verbalise it, it can become a... P: Saya paham sekali Anda mengatakannya, itu dapat menjadi suatu...
51:49 K: Yes. K: Ya.
51:52 P: But what is possible? What is... What is the state of mind? P: Tapi apa yg mungkin? Apa yg... Bagaimana keadaan batin itu?
52:02 K: That's better.

P: What is the state of mind...
K: Itu lebih baik.

P: Bagaimana keadaan batin...
52:08 K: ...that... K: ...yg...
52:09 P: ...that is so sensitive, that it is sensitive to the arising as well as the ending? You see, there has to...

K: Ah, why do you use... If it is sensitive, it is never arising nor ending. That's why I must be little careful about it.
P: ...yg sangat sensitif, yg sangat sensitif bagi kemunculan dan juga pengakhiran? Anda tahu, harus ada...

K: Ah, mengapa Anda menggunakan... Jika itu sensitif, itu tak pernah muncul ataupun berakhir. Itu sebabnya saya harus sedikit hati-hati terhadapnya.
52:34 P: That is why I say, we don't know that state. I really don't know that state where it is so sensitive that there is no arising. The fact is that there is arising. P: Itu sebabnya saya berkata, kita tak tahu keadaan tersebut. Saya benar-benar tak tahu keadaan tersebut di mana itu sangat sensitif bahwa tidak ada kemunculan. Faktanya ada kemunculan.
52:46 K: Arising. Just a minute. Can't you do something about the arising? Not try to change it, try to modify it or rationalise, escape, all that. Can you not see the arising of anger and be aware of that, let it flower and end? I am using the word 'flower' in the sense not to get violent about it, hit somebody. See anger arising, see it needs a violent expression of that anger, and watch the whole movement of that anger, let it flower. As it flowers it dies, like a flower, in the morning it's born and dies in the evening. K: Kemunculan. Sebentar. Tak bisakah Anda melakukan sesuatu terhadap kemunculan? Tidak mencoba mengubahnya, mencoba memodifikasinya maupun merasionalisasi, melarikan diri, semua itu. Bisakah Anda melihat munculnya kemarahan dan menyadarinya, membiarkannya mekar dan berakhir? Saya menggunakan kata 'mekar' agar tidak menjadi kasar tentang hal itu, memukul seseorang. Melihat kemarahan muncul, dan lihat itu membutuhkan ungkapan kekerasan dari kemarahan, dan amati keseluruhan gerak kemarahan tersebut, biarkan mekar. Begitu ia mekar ia pun mati, seperti bunga, di pagi hari ia tumbuh dan layu di malam hari.
54:00 P: This, I have never understood. The mind which is capable of observing, how does anger arise at all? You see, how can it observe an arising? P: Ini, tak pernah saya mengerti. Batin yg mampu mengamati, bagaimana kemarahan muncul? Bagaimana itu dapat mengamati kemunculan?
54:19 K: Wait, wait, wait. It may be that the mind has not understood the whole movement of violence. K: Tunggu, tunggu, tunggu. Mungkin saja batin tidak mengerti seluruh gerak kekerasan.
54:26 P: No, but I want to ask you this is something which has always puzzled me. How does one observe - observe - without the observer? P: Tidak, tapi saya ingin menanyakan pada Anda hal yg selalu membingungkan saya. Bagaimana seseorang mengamati - mengamati - tanpa pengamat?
54:38 K: Ah, now you are introducing something else. K: Ah, sekarang Anda berbicara hal lain.
54:40 P: Because otherwise...

K: Of course.
P: Karena jika tidak...

K: Tentu.
54:41 P: ...you are caught. To observe with the observer... P: ...Anda terperangkap. Mengamati dengan pengamat...
54:46 K: Of course. I am talking generally of a human mind which has separated itself as the observer and the observed. K: Tentu saja, secara umum saya berbicara tentang batin manusia yg telah memisahkan dirinya sebagai pengamat dan yg diamati.
54:56 P: Yes, then you can observe the anger arising. P: Ya, lalu Anda bisa mengamati munculnya kemarahan.
55:00 K: Wait, wait. So, what happens? The mind can do something. K: Tunggu. Apa yg terjadi? Batin dapat melakukan sesuatu.
55:04 P: Yes, you can observe anger arising, you can watch its manifestations and not interfere with the manifestations. P: Ya, Anda bisa mengamati munculnya kemarahan, Anda bisa melihat perwujudan-perwujudannya dan tidak turut campur dengan perwujudan-perwujudan itu.
55:17 K: Let it wither away.

P: And then let it subside.
K: Biarkan itu layu.

P: Dan kemudian biarkan itu surut.
55:18 K: Yes, subside. That you can do. That is all I am talking about. P: Ya, surut. Itu dapat Anda lakukan. Itu sajalah yg saya bicarakan.
55:23 P: That is right. That can be done. And that is what the mind... a mind which we call awake, that is what the mind does.

K: Yes. That's all I am saying. It can do something - you follow? - not say, 'I can't do anything'. The mind that says, 'I cannot do anything' is motionless. Right? It is only the mind that says 'I can do something', is acting. It's only the mind that says, 'I cannot do anything', therefore it is absolutely quiet. But that is... you follow? It is like asking a schoolboy, say, 'Be quiet'. Poor chap, he doesn't even know what it means. He is full of vitality, jumping, talking, yelling, crying. To him that is life. So have we, in this dialogue, seen the meaning of death? The extraordinary beauty of ending something? Even, ending to learning, ending the demand for experience, ending everything that you have been struggling, wanting, holding. I think, in that, there is tremendous beauty. That is why I think death has an extraordinary beauty and vitality. Is that enough?
P: Itu benar. Itu dapat dilakukan. Dan itulah apa yg batin... suatu batin yg kita sebut bangun, itulah yg dilakukan oleh batin.

K: Ya. Itu saja yg saya ingin katakan. Itu dapat melakukan sesuatu. - Anda paham? - bukan mengatakan, 'Saya tak bisa melakukan apapun'. Batin yg mengatakan, 'Saya tak bisa melakukan apapun' tidak bergerak. Benar? Hanya batin yg mengatakan 'Saya dapat melakukan sesuatu', yg bergerak. Hanya batin yg mengatakan, 'Saya tak dapat melakukan apapun', dengan demikian merupakan batin yg sepenuhnya tenang. Tapi itu adalah... Anda mengerti? Itu bagaikan mengatakan pada seorang murid, 'Tenanglah'. Anak malang, ia bahkan tak tahu apa artinya. Ia penuh semangat, meloncat, bicara, berteriak, menangis, Baginya itulah hidup. Jadi sudahkah kita, dalam dialog ini, melihat makna kematian? Keindahan luar biasa dalam mengakhiri sesuatu? Bahkan, berhenti belajar, berhenti menuntut pengalaman, pengakhiran apapun yg telah Anda perjuangkan, inginkan, miliki. Menurut saya, di dalamnya terdapat keindahan yg dahsyat. Itu sebabnya saya pikir kematian memiliki keindahan dan vitalitas yg luar biasa. Apakah itu cukup?
58:18 P: Do you think there can be a learning of the mind, in the mind, to face the ultimate death? P: Apakah menurut Anda akan ada suatu pembelajaran dari batin, di dalam batin, untuk menghadapi kematian penghabisan?
58:39 K: What is there to learn, Pupul? It's very interesting. There is nothing to learn, except ordinary things. What is there to learn?

P: No, but the mind... This statement of yours... the mind must receive it without agitation.
K: Apa yg dapat dipelajari dari sana, Pupul? Ini sangatlah menarik. Tidak ada yg dapat dipelajari selain hal-hal biasa. Apa yg dapat dipelajari?

P: Tidak, tapi batin... Pernyataan Anda... batin harus menerimanya tanpa hasutan.
59:02 K: Yes, yes. Without... K: Ya, ya. Tanpa...
59:05 P: Without agitation. To receive a statement like that without agitation is the only way that, when death comes, there will perhaps be no agitation. P: Tanpa hasutan. Menerima pernyataan seperti itu tanpa hasutan adalah satu-satunya cara yg, ketika kematan datang, di situ mungkin tidak ada hasutan.
59:20 K: That's it. That's right. That's right. Not... K: Begitulah. Itu benar. Benar. Bukan...
59:27 P: I am using the word 'agitation'.

K: I understand. Shall we stop? Right, it's over.
P: Saya menggunakan kata 'hasutan'

K: Saya mengerti. Bisakah kita kita berhenti? Baiklah, sudah selesai.