Krishnamurti Subtitles home


BR82CPJ1 - Bagaimana Seseorang Menyelidiki ke dalam Sumber Segala Kehidupan?
Dialog 1
Brockwood Park, Inggris
21 Juni 1982



0:08 K: What would be the greatest interest to you to ask, something that not only appeals to the West but also to the Indian mind that has thought about these things perhaps much longer than the Western world? Considering both the West and the East what do you think would be the greatest significance, and lasting, not just passing significance, but something that is enduring, that is worthwhile? Hal apa yang paling menarik bagi Anda untuk ditanyakan, suatu hal yang tak hanya memanggil Barat, tetapi juga memanggil batin India yang telah memikirkan hal tersebut mungkin lebih lama daripada dunia Barat? Mempertimbangkan keduanya, dunia Barat dan Timur, menurut Anda, apa yang paling bermakna, dan bertahan lama, bukan sekadar makna sementara, melainkan sesuatu yang bertahan lama, yang berarti?
1:13 P: Sir, most of our lives are so futile. P: Pak, sebagian besar hidup kita sangatlah sia-sia.
1:24 K: Yes. K: Ya.
1:33 P: And unless one discovers within oneself - I want to use a right word - perhaps... the capacity to leap out of the futility. P: Dan kecuali seseorang menemukan dalam dirinya -saya ingin gunakan kata yang tepat mungkin... kemampuan untuk melompat keluar dari kesia-siaan.
2:02 K: To…?

P: Leap out of the futility. For the mind to have the creative spring so that it can move whatever it does. It is not what it does that is important but the need for something which is new, which is not tainted, so that it doesn't matter what circumstances are, you seem to go beyond circumstances, and that only happens when the mind is not dependent on anything and it has some space, some perception. And I have been wondering, perhaps it's a difficult question but it's a question on which I have been pondering for the last few months, and that is: what is the ground of the creative?
K: Untuk...?

P: Melompat keluar dari kesia-siaan. Agar batin mempunyai sumber yang kreatif sehingga ia dapat bergerak, apa pun yang dilakukannya. Yang penting bukanlah apa yang dilakukannya, melainkan kebutuhan akan sesuatu yang baru, yang tidak tercemar, supaya seperti apa pun keadaannya, Anda tampak melampaui keadaan, dan itu hanya terjadi ketika batin tidak tergantung pada apa pun, ketika batin punya suatu ruang, suatu pencerapan. Dan saya bertanya- tanya selama ini. Mungkin pertanyaan ini sukar. Namun, ini pertanyaan yang telah saya renungkan beberapa bulan terakhir, yakni apa yang mendasari yang kreatif?
3:41 K: I wonder what you mean by creative. I mean an artist says he is creative, a poet, a thinker, or some new discovery by a scientist. Would you call all that creative activity? K: Saya ingin tahu apa yang Anda maksud kreatif. Maksud saya, seorang seniman menganggap dirinya kreatif, seorang penyair, seorang pemikir, atau semacam penemuan baru yang dilakukan seorang ilmuwan. Apakah Anda menyebut semua itu kegiatan kreatif?
4:06 P: Perhaps. P: Mungkin.
4:08 K: But it is limited. They might not acknowledge it. K: Namun, itu terbatas. Mereka mungkin tak mengakuinya.
4:15 P: Sir, why do you bring in the word 'limited'? P: Pak, mengapa Anda memasukkan kata "terbatas"?
4:19 K: Don't let's use 'limited'. Partial. K: Tak usah gunakan "terbatas". Parsial.
4:23 P: Even that. Why do I bring in... I don't know the other. P: Itu pula. Mengapa saya masukkan... Saya tak tahu yang lainnya.
4:29 K: No. It is partial because it is not relative to their daily life. K: Bukan. Hal itu parsial karena tidak punya kaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari.
4:41 P: Again... P: Lagi-lagi...
4:43 K: No. One may be a great scientist and may lead a very, very mediocre life. And the scientist may discover extraordinary things and call that creative. K: Bukan. Seseorang bisa saja menjadi ilmuwan besar seraya menjalani hidup yang sangatlah sedang-sedang saja. Dan ilmuwan tersebut bisa membuat temuan luar biasa lalu menyebut itu kreatif.
5:00 P: But you see, that's why I did not speak of 'a creative action'. P: Anda lihat, itu alasan saya tak bicara tentang "tindakan kreatif".
5:10 K: But creative mind. K: Melainkan batin kreatif.
5:12 P: But a ground, a mind, a perception which rests in the creative. P: Melainkan suatu dasar, batin, suatu pencerapan yang terkandung dalam yang kreatif.
5:33 K: I think we should make it a little more clearer, the question, if you don't mind. K: Saya pikir, kita mesti memperjelasnya, pertanyaan ini, jika Anda tak keberatan.
5:40 P: You have never answered any questions on the ground of manifestation, for instance. Let us take it at the simplest level, this coming to be, of anything. P: Anda tak pernah menjawab pertanyaan apa pun tentang dasar dari manifestasi, misalnya. Mari kita bahas di tataran paling sederhana munculnya segala sesuatu.
6:04 K: Of birth, of anything.

P: Of birth.
K: Kelahiran, segala sesuatu.

P: Kelahiran.
6:08 K: Whether it is a baby, or a new tree, or a bird. K: Entah seorang bayi, pohon yang baru, atau seekor burung.
6:17 P: What is involved? P: Apa saja yang terlibat?
6:21 K: Are you asking: what is the source of all life, both the manifest and not manifest? K: Apakah Anda menanyakan, apa sumber dari segala kehidupan, baik yang-mewujud maupun yang-tidak-mewujud?
6:36 P: Yes. I would like to probe, if it is possible to probe, into what you have said just now - the unmanifest and… the manifest and the pre-manifest. I won't even use 'unmanifest'. That instant before manifestation is. P: Ya. Saya ingin memeriksa, jika ini memungkinkan, apa yang Anda katakan barusan -yang-tidak-mewujud dan... yang-mewujud dan yang-pramewujud. Saya bahkan tak gunakan kata "yang-tak-mewujud". Momen seketika tepat sebelum pewujudan terjadi.
7:05 K: Or birth is.

P: That one instant.
K: Atau kelahiran terjadi.

P: Satu momen singkat itu.
7:13 K: Are we discussing this subject in a technological, scientific verbiage, or are we probing - probing - into something which you and I don't know? Just a minute, I want to make it clear. Because, after all, the birth of a baby is - we know that, how it comes into being. K: Apakah kita membahas topik ini dalam pembicaraan panjang lebar teknologi, ilmu pengetahuan, ataukah kita memeriksa -memeriksa- ke dalam sesuatu yang Anda dan saya tidak ketahui? Tunggu dulu, saya ingin membuatnya jelas. Karena, bagaimanapun juga, kelahiran seorang bayi adalah -kita tahu itu, Bagaimana itu muncul.
7:47 P: But one may know how it comes into being but one still does not know… P: Namun, seseorang bisa tahu bagaimana itu muncul, tetapi, tetap tidak mengetahui…
7:55 K: What? K: Apa?
7:56 P: …the quality of life which pervades it. Knowing that a baby is born because… P: … kualitas kehidupan yang menjalarinya. Mengetahui bahwa seorang bayi lahir karena…
8:07 K: Through various processes. K: Melalui berbagai proses.
8:09 P: …it doesn't give you experience of birth, sir. The actuality of birth is very different from the description of birth. P: … itu tak memberi Anda pengalaman kelahiran, Pak. Aktualitas kelahiran sangatlah berlainan dari penggambaran mengenai kelahiran.
8:20 K: Yes.

P: It is the same with everything.
K: Ya.

P: Demikian pula hal-hal lainnya.
8:23 K: The description is not the thing, or the explanation is not the actual. K: Penggambaran bukanlah bendanya, atau penjelasan bukanlah yang aktual.
8:29 P: But you cannot live through life without going into this coming into existence. P: Tapi, Anda tak bisa jalani hidup ini tanpa mendalami kemunculan-menjadi-eksistensi ini.
8:38 K: I don't quite follow what you are trying to convey. I am not being obstreperous but I don't quite follow. If we talked about what is the origin of all life, what is the beginning of all existence, not go back and back and back - you follow what I mean? - but try to discover, or come upon something which is the beginning of all things. I mean, various religious people said, 'God, God is the origin of everything'. But that is just a word, that doesn't convey the mind that investigates what is the origin. You follow what I'm saying?

P: Yes.
K: Saya tak begitu paham apa yang ingin Anda sampaikan. Saya tak sedang membandel, tapi saya kurang paham. Jika kita membicarakan apa sumber segala kehidupan, apa awal mula segala eksistensi, tidak mundur ke belakang dan mundur dan mundur -Pahamkah Anda maksud saya?- tetapi berupaya menemukan atau menjumpai sesuatu yang adalah awal mula segala sesuatu. Maksud saya, bermacam orang religius berkata, “Tuhan, Tuhan adalah asal-muasal segala sesuatu.” Namun, itu hanya kata-kata yang tak menyampaikan batin yang menyidik apa awal mula itu. Pahamkah Anda maksud saya?

P: Ya.
9:53 K: Now, are we discussing that, having a dialogue about that, to delve very, very deeply into the origin of all life, without any belief, without any dogma, and so on? Or are we having a dialogue theoretically, kind of moving between the actual and not the actual, and trying to probe into something with thought? I don't know if what I am saying is making clear… K: Sekarang kita mendiskusikan itu, berdialog tentang itu, untuk menggali sangat, sangat dalam menuju asal mula segala kehidupan, tanpa keyakinan apa pun, tanpa dogma apa pun, dan seterusnya? Ataukah kita sedang berdialog teoretis, semacam berpindah-pindah antara yang aktual dengan yang tak aktual dan mencoba memeriksa sesuatu menggunakan pikiran? Saya tak tahu apakah ini jelas...
10:43 P: I understand what you are saying. You see, sir, we have narrowed the word 'creative' to mean, as you said, painting, or writing a book, or discovering something in science, but basically the whole meaning of a tree, a human being, the earth, the sky... P: Saya paham perkataan Anda. Anda tahu, Pak, kita telah mempersempit makna kata “kreatif” menjadi seperti yang Anda katakan, melukis atau menulis buku atau membuat penemuan dalam ilmu pengetahuan, meski pada dasarnya, keseluruhan makna sebatang pohon, seorang manusia, bumi, langit…
11:21 K: Man has asked this question. K: Manusia telah menanyakan ini.
11:23 P: Of course he has asked this question. P: Tentu, dia menanyakan ini.
11:25 K: He has asked what is the meaning of all this, and what is the origin of all this. K: Dia telah menanyakan apa makna semua ini, dan apa asal mula semua ini.
11:30 P: Where does it arise? P: Di mana semua ini muncul?
11:32 K: What is the ground from which all this arises? That is what you are asking - is that it?

P: Yes.
K: Apa yang menjadi dasar munculnya semua ini? Itu yang Anda tanyakan. -betul begitu?

P: Ya.
11:42 K: What is the source of all existence, all life, all action? Right? Now how does one enquire into that? What is our approach to it? How do we come to investigate into something that demands an extraordinary freedom, an extraordinary sense of non-conditioned mind, if I can use it. Doesn't it? A freedom - perhaps that very word 'freedom' is love. It requires that quality of mind which is both practical, sensitive, and has this quality of great compassion. K: Apa sumber segala eksistensi, segala kehidupan, segala tindakan? Betul? Sekarang bagaimana seseorang menyelidiki itu? Bagaimana pendekatannya? Bagaimana kita dapat menyidik sesuatu yang menuntut suatu kebebasan luar biasa, suatu rasa batin yang tak terkondisi yang luar biasa, jika boleh saya katakan. Tidakkah demikian? Suatu kebebasan -mungkin kata “kebebasan” itu sendiri adalah cinta. Dibutuhkan kualitas batin tertentu yang praktis sekaligus sensitif dan memiliki kualitas welas asih yang besar.
12:50 P: I can't start with that, because I don't know what it… P: Saya tak bisa mulai dari situ karena saya tak tahu apa yang…
12:54 K: No, how do we come to that point and from there move? K: Bukan, bagaimana mencapai titik itu lalu dari situ, bergerak?
12:57 P: So, if you put it that way then I am stumped. P: Kalau menurut Anda begitu, saya tak bisa menjawab.
13:01 K: You are stuck.

P: Because I can't move.
K: Anda terjebak.

P: Sebab saya tak dapat bergerak.
13:04 K: No, I am just asking. I don't say it must be there. Isn't that the process of enquiry? K: Bukan, saya hanya bertanya. Saya tak berkata, harus dari situ. Bukankah itu proses penyelidikan??
13:11 P: I say, this question arises in my mind and I would like to move with this question into it. If I say that the mind must be free and therefore it is love, and therefore… Then what do I do? P: Saya katakan, pertanyaan ini muncul dalam batin saya. dan saya ingin bergerak dengan pertanyaan ini ke sana. Jika saya katakan, batin harus bebas dan dengan begitu, ada cinta, dan dengan begitu… Lalu apa yang saya perbuat?
13:31 K: You can't do anything. But how do you enquire into something that man has asked for millions of years, and give it a name and be satisfied with it? But we are not doing that. We are saying, how does a mind enquire into something that must be extraordinary, that must have a quality of not only universal, cosmic - if I can use that word - how does my mind… one's mind, go into such a question? Into something of supreme order. How does one's enquiry begin? Where? If you enquire with thought, that doesn't lead very far. K: Anda tak bisa berbuat apa-apa. Tapi, bagaimana Anda menyelidiki sesuatu yang telah ditanyakan manusia selama berjuta tahun, dan diberi nama dan manusia puas dengan itu? Tapi, bukan itu yang kita lakukan. Kita berkata, bagaimana batin menyelidiki sesuatu yang pasti luar biasa, yang pasti mempunyai kualitas yang, bukan saja universal, kosmik -jika boleh saya katakan- bagaimana batin saya… batin seseorang, mendalami pertanyaan macam ini? Mendalami sesuatu dari tertib tertinggi? Bagaimana penyelidikan seseorang bermula? Dari mana? Jika Anda menyelidiki dengan pikiran, Anda tak akan pergi jauh.
15:02 P: No. No, no, I'm not… You asked how does the enquiry begin. P: Tidak. Tidak, saya tidak… Anda bertanya, bagaimana penyelidikan bermula.
15:10 K: Yes. What is the manner, what is the approach of a mind that wants to enquire into something that it doesn't know, - or aware - something that demands an extraordinary quality of deep subtlety, deep capacity of order, and so on. Where do I begin? K: Ya. Bagaimana cara, bagaimana pendekatan yang dilakukan batin yang ingin menyelidiki sesuatu yang tidak diketahuinya -atau disadarinya- sesuatu yang menuntut kualitas kehalusan mendalam, kapasitas tertib mendalam, dan sebagainya, yang luar biasa. Dari mana saya mulai?
15:44 P: Obviously by being aware of the disorder within oneself. First of all.

K: That is, I begin, I am, after all, the manifest. I am a human being born. I know the process of being born, how a child is brought into being, we are not talking of that. Now I enquire into myself. Where do I begin? Let's go step by step, it may take a little time, but, where do I begin?
P: Jelas-jelas, dari mengetahui adanya kekacauan dalam diri seseorang. Langkah pertama.

K: Yakni, saya mulai, saya adalah, bagaimanapun, yang-mewujud. Saya manusia yang dilahirkan. Saya tahu proses kelahiran, bagaimana seorang anak muncul, bukan itu yang kita bicarakan. Sekarang saya menyelidik ke dalam diri saya. Dari mana saya mulai? Lakukan langkah demi langkah, ini akan mengambil waktu, tetapi dari mana saya mulai?
16:43 P: I begin by what is around me, what is within me. P: Saya mulai dari sekeliling saya, dari yang di dalam saya.
16:50 K: Yes.

P: Obviously, sir. There can be no other starting point of enquiry.
K: Ya.

P: Sangat jelas, Pak. Tak mungkin ada titik-tolak lainnya untuk penyelidikan ini.
16:55 K: So, the world outside, the world inside. What is the criterion by which I… which measures the outer and the inner? What is the measurement? I am using, not 'judgement', I am using purposely the word 'measurement'. K: Maka, dunia di luar, dunia di dalam. Apa kriteria yang dapat saya… untuk mengukur yang-di-luar dan yang-di-dalam? Bagaimana pengukurannya? Saya gunakan, bukan “penilaian”, saya sengaja gunakan kata “pengukuran”.
17:18 P: But is it necessary to measure? P: Namun, perlukah mengukur?
17:22 K: If I enquire into myself in a monastery, I can deceive myself enormously. But if I have a measure - just let me use that word for a moment - of what is actually happening in the world outside of me, to observe all that without any bias, and to relate what is happening to what is happening inwardly, so that I see that's one movement, not two separate movements. K: Jika saya menyelidiki ke dalam diri saya di dalam sebuah biara, saya bisa menipu diri saya sehebat-hebatnya. Namun, jika saya punya pengukuran -izinkan saya gunakan kata ini sebentar- terhadap apa yang terjadi sebenarnya di dunia di luar saya, untuk mengamati semua itu tanpa bias apa pun, dan untuk mengaitkan apa yang terjadi itu dengan yang terjadi di dalam, sehingga saya melihat bahwa itu satu gerak, bukan dua gerak terpisah.
18:09 P: Sir, I am not in a monastery. I am in the midst of life.

K: That's right.
P: Pak, saya tidak tinggal di biara. Saya ada di tengah-tengah kehidupan.

K: Itu betul.
18:16 P: And, being in the midst of life, I see action at various levels, connected with me, disconnected with me. I also see the responses within me to action, all the capacity which I may have, over the years, been able to... even remain without reacting. I see all that. And I move into that - I move with it - it's not into it, but with it. P: Dan, berada di tengah-tengah kehidupan, saya melihat tindakan di berbagai tingkat, terhubung dengan saya, tidak terhubung dengan saya. Saya juga melihat tanggapan di dalam saya terhadap tindakan, semua kemampuan yang mungkin telah, selama bertahun-tahun, dapat saya... bahkan bergeming tanpa bereaksi. Saya melihat itu semua. Dan bergerak ke dalam itu -saya bergerak bersama itu- bukan ke dalam itu, melainkan bersama itu.
19:00 K: You are it! K: Anda adalah itu!
19:02 P: Yes, that's why I say…

K: Don't say, 'I move with it'.
P: Karena itu...

K: Jangan bilang, "bersama itu".
19:04 P: Yes. I am it.

K: You are this!
P: Ya. Saya adalah itu.

K: Anda adalah ini!
19:07 P: You see, it is easier with the interior movement to say 'I am it'. It is much more difficult with an exterior thing to see. If you tell me that I am all the wars which are taking place, that is very difficult for me to see. P: Anda lihat, lebih mudah dengan gerak di dalam untuk berkata, "Saya adalah itu". Jauh lebih sulit untuk melihatnya dengan hal-hal di luar. Jika Anda memberitahu bahwa saya adalah semua perang yang sedang terjadi, sulit sekali bagi saya untuk melihatnya.
19:29 K: No, we are responsible for all the wars that are taking place. K: Bukan, kita bertanggung jawab atas semua perang yang sedang terjadi.
19:35 P: Yes…

K: In the deep sense of the word.
P: Ya...

K: Dalam makna kata yang mendalam.
19:37 P: Yes, but that is a distant thing to me. You must understand. That is a distant... that responsibility is a distant responsibility. I say, yes, perhaps if I take it to its ultimate, I am responsible. But I can't link it in the same way with which I link a response within me.

K: Quite.
P: Namun, itu hal yang berjarak dari saya. Anda mesti mengerti. Itu berjarak... tanggung jawab itu adalah tanggung jawab berjarak. Saya katakan, ya, mungkin jika saya bawa hingga ke pokok asalnya, saya bertanggung jawab. Namun, saya tak bisa menghubungkannya sebagaimana saya menghubungkan tanggapan dari dalam saya.

K: Saya mengerti.
20:03 P: Naturally a response within me is a living response, which has much more vitality. P: Tentu, tanggapan dari dalam saya adalah tanggapan hidup, yang mengandung daya hidup lebih besar.
20:10 K: My next question, would it deviate from what we are discussing: why don't you feel total responsibility? For the wars, the brutality, the terrible things that are happening in the world, why doesn't one feel totally responsible? K: Pertanyaan saya berikutnya, sebelum menyimpang dari diskusi kita, mengapa Anda tak merasakan tanggung jawab total? Atas peperangan, kekejian, hal-hal mengerikan yang terjadi di muka bumi, mengapa seseorang tak merasa bertanggung jawab secara total?
20:35 P: How is one totally responsible? By being born? P: Bagaimana bisa seseorang bertanggung jawab secara total? Karena dilahirkan?
20:42 K: No, not involved.

P: No, by being born?
K: Bukan karena terlibat.

P: Bukan. Karena dilahirkan?
20:46 K: No. K: Bukan.
20:47 P: Then you… then it's the question of guilt. P: Maka, Anda... Maka, ini soal rasa bersalah.
20:50 K: No, as a living grown-up human being, all my tradition, all my way of living, way of thinking, acting - as a nationalist, this or that - has contributed to this, to the present state of the world! K: Bukan, sebagai manusia dewasa yang masih hidup, segala tradisi saya, segala cara hidup saya, cara berpikir, bertindak, -sebagai nasionalis, ini atau itu- telah ikut menyumbang pada ini, pada situasi dunia masa kini!
21:22 P: Sir, you are making it so difficult. A man commits a sadistic murder. I can't say that I am responsible for that sadistic murder. So you know, when you take it to that extent it is impossible for me to feel the reality of it. P: Pak, Anda membuat ini demikian sulit. Seseorang melakukan pembunuhan sadis. Saya tak bisa katakan, saya ber- tanggung jawab atas pembunuhan itu. Maka Anda tahu, ketika Anda membawanya hinga sejauh itu, mustahil saya mampu merasakan bahwa itu nyata.
21:42 K: Let's leave that for the moment. I have asked that question. Leave that. K: Abaikan dulu itu. Saya sempat bertanya. Abaikan itu.
21:45 P: Let's leave that. But let's go into this… let's probe into the ground of existence which is the 'isness' of life. P: Abaikan itu. Tapi, mari mendalami ini... mari memeriksa dasar dari eksistensi yang adalah “sifat-keberadaan” kehidupan.
22:05 K: Isness - the verb, 'is'. So, what? K: “Sifat-keberadaan” -kata kerja, ada. Jadi, apa?
22:12 P: So the only way to probe is to move into oneself, whatever that means. P: Jadi, satu-satunya cara memeriksa adalah bergerak dalam diri seseorang, apa pun artinya.
22:26 K: All right. Let's take for the moment that word 'go', or 'move', or 'enter' into the whole complex of oneself. K: Baiklah. Kita ambil dulu kata “pergi” atau “bergerak” atau “masuk” ke dalam keseluruhan diri seseorang.
22:41 P: Yes. P: Ya.
22:43 K: Enter into it, not as an observer from the outside. I am all that. K: Masuk ke dalamnya, bukan sebagai pengamat dari luar. Saya adalah semua itu.
22:48 P: Yes. It is not even that I state what I am. P: Ya. Bahkan saya tak menyatakan apakah saya ini.
22:54 K: Yes. K: Ya.
22:54 P: I don't state. Let me discover - uncover. P: Saya tak menyatakan. Biarkan saya menemukan -menyingkap.
23:00 K: Uncover rather than discover. K: Lebih cocok menyingkap daripada menemukan.
23:02 P: Uncover what I am. And, in uncovering what I am, I comprehend that one is uncovering the whole existence of man. That is possible to see.

K: That is fairly simple.
P: Menyingkap apakah saya ini. Dan, ketika menyingkap, saya mengerti, seseorang sedang menyingkap keseluruhan eksistensi manusia. Hal itu dapat dimengerti.

K: Itu cukup mudah.
23:22 P: Yes. So in this journey of uncovering, I mean the superficial things are swept clean, so we won't go into that.

K: No, those are fairly simple.
P: Ya. Maka, dalam perjalanan untuk menyingkap ini, maksud saya, hal- hal dangkal disapu bersih, jadi kita tak akan membahasnya.

K: Tidak, itu cukup sederhana.
23:39 P: But once the superficial, the room has been swept... P: Namun, begitu yang dangkal, ruangan itu telah disapu…
23:45 K: Isn't that important too: who sweeps the room? What does it mean, having swept the room, what it is? You follow what I am asking? Is the sweeping, or cleansing, or uncovering, completely moving away from all the superficial reactions, superficial conditioning, and then trying to enter into the nature, or the movement that conditions the mind. K: Tidakkah penting juga siapa yang menyapu ruangan itu? Apa artinya ini, setelah menyapu ruangan, apa itu? Pahamkah Anda pertanyaan saya? Apakah penyapuan, atau pembersihan, atau penyingkapan, sepenuhnya meninggalkan semua reaksi dangkal, pengkondisian dangkal, kemudian mencoba masuk ke dalam sifat atau gerak yang mengkondisikan batin.
24:53 P: Obviously, sir, you can't say that you have swept the room and it is over - dust gathers again.

K: Yes.
P: Jelas-jelas, Pak, Anda tak bisa bilang bahwa setelah menyapu ruangan itu, pekerjaan selesai –debu mengumpul lagi.

K: Ya.
25:03 P: So sweeping is a movement which is part of living. You can't… But the grosser elements can certainly be eliminated. The subtler things survive in corners in which you have not been able to get to. But the more obvious things, it is possible to sweep away. P: Maka, menyapu adalah gerak yang merupakan bagian dari hidup. Anda tak bisa… Tetapi, elemen-elemen yang lebih kasar tentu bisa dihilangkan. Hal-hal yang lebih halus bertahan di sudut-sudut yang tak bisa Anda jangkau. Tetapi, hal-hal yang lebih kentara, itu bisa disapu.
25:49 K: Yes. Obvious things can be…

P: Yes.
K: Ya. Hal-hal yang kentara bisa…

P: Ya.
25:52 K: No, we must be a little more…

P: Let's go into it.
K: Namun, kita harus sedikit lebih…

P: Mari kita bahas.
25:56 K: What are the obvious things? K: Apa hal yang lebih kentara itu?
25:58 P: You know, for instance, Krishnaji, ambition, or envy. P: Anda tahu, misalnya, Krishnaji, ambisi atau iri hati.
26:05 K: Yes, hatred.

P: Or hatred.
K: Ya, kebencian.

P: Atau kebencian.
26:07 K: No but, you know, Pupulji, really, to be free of hatred, to wipe it - no, just go into it a little bit - to be free of hatred means something extraordinary. To be free of all sense of aggression, all sense of... There is no enemy. The enemy is you! K: Tapi, Anda tahu, Pupulji, sungguh, untuk bebas dari kebencian, untuk menghapusnya –tidak, hanya membahasnya sebentar- bebas dari kebencian berarti sesuatu yang luar biasa. Bebas dari segala rasa agresi, segala rasa… Tidak ada musuh. Musuhnya adalah Anda!
26:45 P: But hatred is a different thing from the quality of aggression. Let me put it… Let's go into it a little, sir. P: Tetapi, kebencian itu berbeda dari kualitas agresi. Biar saya jelaskan… Mari kita bahas itu sebentar, Pak.
27:06 K: Aggression is related to hatred because an aggressive nation, or aggressive person, inevitably hurts the other. K: Agresi berkaitan dengan kebencian sebab suatu bangsa yang agresif atau orang yang agresif pasti menyakiti sesamanya.
27:19 P: No, but… P: Bukan, tetapi…
27:20 K: And that hurt breeds hatred. It is part of the same movement. K: Menyakiti itu menumbuhkan kebencian. Itu bagian dari gerak yang sama.
27:30 P: Yes, that is why I say that there are the coarser things and then the subtler things. Hatred, anyone who has known hatred, knows that hatred is a very powerful thing and a very destructive thing. But aggression may be, to some extent, part of one's nature even. It may be that you are… the make-up of your... P: Ya, itulah mengapa saya katakan, ada hal-hal yang lebih kasar lalu ada hal-hal yang lebih halus. Kebencian, siapa pun yang telah mengenal kebencian, tahu bahwa kebencian adalah suatu hal yang sangat kuat dan sangat merusak. Tapi, agresi dapat menjadi, hingga taraf tertentu, bahkan bagian dari sifat seseorang. Bisa jadi Anda adalah… watak Anda…
28:11 K: ...from the animal and so on.

P: No, the whole being, as a human being you are more assertive than another. That is aggression. And to be assertive is not hatred.
K: … dari hewan dan seterusnya.

P: Bukan, makhluk yang utuh, sebagai manusia, Anda lebih tegas daripada orang lain. Itulah agresi. Dan menjadi tegas bukanlah kebencian.
28:25 K: All right. All right. Move. Let's move. K: Baiklah. Baiklah. Bergerak. Ayo, bergerak.
28:28 P: It's the subtler - that's why I made the distinction between the grosser things which are possible to sweep clean. P: Yang lebih halus –itulah mengapa saya membedakan hal-hal yang lebih kasar yang bisa disapu bersih.
28:38 K: But how does one know what is gross and what is subtle? What is the mind that says, this is... K: Tapi, bagaimana seseorang tahu apa yang kasar dan apa yang halus? Batin apa yang mengatakan, ini adalah…
28:47 P: That's why I think the only way to move into this is to see that nothing is trivial. P: Itulah mengapa saya pikir, satu-satunya cara untuk bergerak ke sini adalah dengan mengerti bahwa tidak ada yang sepele.
29:00 K: That no reaction is...

P: Is trivial.
K: Bahwa tak ada reaksi yang…

P: Yang sepele.
29:04 K: ...not only trivial, has its source in one's conditioning. K: … tak hanya sepele, bersumber dari pengkondisian seseorang.
29:14 P: You know, sir, I saw recently the casting of a tremendous metal cauldron, about seven feet diameter. The slightest flaw, it didn't matter how slight it was, would have cracked the cauldron. And it is exactly like that. It doesn't matter how slight, how subtle, it still cracks the investigation. P: Anda tahu, Pak, baru-baru ini saya melihat proses penuangan sebuah kuali logam yang sangat besar, berdiameter sekitar 7 kaki. kesalahan sekecil apa pun, tak peduli sekecil apa pun akan meretakkan kuali itu. Dan persis seperti itulah. Tak peduli sekecil, sehalus apa pun, itu tetap meretakkan penyelidikan.
29:47 K: I understand that. Aren't you saying to me that it needs a great training, great discipline, a sense of tremendous control, like the potter who did a marvellous thing, it needs great attention, energy, and very, very subtle hands and so on? K: Saya paham itu. Bukankah Anda mengatakan pada saya bahwa dibutuhkan latihan keras, disiplin tinggi, dan rasa kendali yang sangat besar sebagaimana sang perajin yang melakukan pekerjaannya menakjubkan, dibutuhkan perhatian dan energi yang besar dan tangan yang sangat, sangat terampil dan seterusnya?
30:24 P: Doesn't it?

K: Oh, yes it does.
P: Bukankah demikian?

K: Oh ya, memang demikian.
30:27 P: This is where I think one takes the word 'free' from you. Di sinilah, menurut saya seseorang mengambil kata “bebas” dari Anda.
30:39 K: Free? K: Bebas?
30:43 P: And takes it to mean a certain flabbiness of the spirit.

K: Oh no. No!
P: Mengambil dan mengartikannya sebagai semacam kekenduran jiwa.

K: Oh, bukan. Bukan.
30:51 P: Please, let us pursue this. It's a very important… P: Tolong, mari kita bicarakan ini. Ini sangatlah penting…
30:54 K: It is not flabbiness of spirit. Good Lord! K: Itu bukan kekenduran jiwa. Demi Tuhan.
30:56 P: Because it may mean that I don't accept authority, I don't think it necessary to do something. I can live a futile life, I can live a trivial life. It doesn't matter… P: Karena itu bisa berarti bahwa saya tak mengakui otoritas, saya tak menganggap penting melakukan sesuatu. Saya bisa hidup sia-sia, saya bisa hidup remeh. Tak jadi soal...
31:15 K: The very word 'freedom', Pupulji, as far as I understand it from looking at several dictionaries, means, the very word is 'affection, love'. K: Kata “kebebasan” itu sendiri, Pupulji, sejauh saya memahaminya, dari membaca beberapa kamus, berarti, kata itu sendiri adalah ‘cinta kasih, cinta’.
31:29 P: And a tremendous discipline. Let me use the word 'discipline', I'm using it... P: Serta disiplin yang tinggi. Izinkan saya gunakan kata “disiplin”, saya menggunakannya…
31:38 K: I know you are using the word 'discipline', but I am not sure… K: Saya tahu Anda menggunakan kata “disiplin”, namun tidak yakin…
31:41 P: When I am using the word 'discipline', I am speaking of it as the demand for a watchfulness that the trivial does not creep in. P: Saat saya menggunakan kata “disiplin”, saya memaksudkannya sebagai tuntutan akan pengawasan penuh agar hal-hal sepele tidak menyelinap masuk.
31:59 K: Yes, but is watchfulness - which is awareness if we both use the same word - does it need training, does it need discipline? K: Ya. Namun, apakah pengawasan penuh -yang adalah kesadaran jika kita menggunakan kata yang sama- apakah memerlukan pelatihan, apakah memerlukan disiplin?
32:12 P: It doesn't need… P: Itu tidak membutuhkan…
32:14 K: Let's understand the meaning of that word 'discipline'. K: Mari kita pahami makna kata “disiplin”.
32:18 P: You see, discipline - if I say that I must sit in the morning, cross my legs and look at the wall and fix my eyes and see that my mind has no thought - that is one kind of discipline. But the mind awakening to the fact that it must be aware of every movement within itself is also a discipline. P: Anda tahu, disiplin -jika saya katakan bahwa saya harus duduk pada pagi hari, melipat kaki dan menatap dinding dan memusatkan pandang dan melihat bahwa batin saya tak berpikir- itu salah satu jenis disiplin. Tapi, membangkitkan batin terhadap fakta bahwa batin mesti menyadari tiap gerak di dalamnya juga adalah disiplin.
32:50 K: I wonder how you are using that word, because discipline, isn't it generally used as training, conformity, imitation, restraint? K: Saya bertanya-tanya bagaimana Anda memakai kata itu, karena disiplin, tidakkah itu dipakai secara umum sebagai pelatihan, kesesuaian, peniruan, pengekangan?
33:06 P: But, no sir, there is diligence in… without diligence nothing is possible. And so you may discard the word 'discipline', you put in the word 'diligence'. P: Tapi bukan, Pak, ada ketekunan dalam… tanpa ketekunan, tak ada yang mungkin. Maka, Anda bisa membuang kata “disiplin”, Anda masukkan kata “ketekunan”.
33:20 K: Wait a minute, wait a minute. Let's go slowly. To be diligent, that means to be aware of what you are doing, what you are thinking, to be aware of your reactions. And, from those reactions, observe action taking place, and, in that observation, in that awareness, is the action controlled, put in a certain framework? K: Tunggu sebentar, tunggu sebentar. Perlahan-lahan. Tekun, itu berarti menyadari apa yang Anda lakukan, apa yang Anda pikirkan, menyadari reaksi-reaksi Anda. Dan, dari reaksi-reaksi itu, mengamati tindakan yang muncul, dan, dalam pengamatan itu, dalam kesadaran itu, apakah tindakan dikendalikan, dimasukkan dalam kerangka tertentu?
34:07 P: No, obviously… P: Tidak, jelas...
34:08 K: What I am objecting to is - if I may, subject to discussion - what I am objecting to is the word 'discipline' altogether. K: Yang membuat saya keberatan adalah -jika boleh, bisa didiskusikan- yang membuat saya keberatan adalah kata “disiplin” seluruhnya.
34:17 P: But sir, you have become, if I may say so, allergic to that word. P: Tapi, Anda telah menjadi, jika boleh saya katakan, alergi terhadap kata itu.
34:21 K: No, I am not allergic. I have got an allergy but I am not allergic to the word. K: Tidak, saya tidak alergi. Saya punya alergi, tapi saya tidak alergi pada kata itu.
34:27 P: Because you use it to mean putting it into a framework. P: Karena Anda mengartikannya sebagai ‘memasukkan ke dalam sebuah kerangka’.
34:34 K: Yes, but wait a minute. And I also mean: the very act of learning is its own discipline. K: Ya, tapi tunggu dulu. Dan maksud saya juga, persis tindakan belajar itu adalah disiplinnya sendiri.
34:49 P: Yes. Yes. But how does the act of learning come to be? You see, take it one step back, further back. From what does the need for observation arise? P: Ya. Ya. Tapi, bagaimana tindakan belajar itu muncul? Anda tahu, mundurlah selangkah, jauh ke belakang. Dari mana datangnya kebutuhan akan mengamati?
35:10 K: Need?

P: Why should I observe?
K: Kebutuhan?

P: Mengapa saya perlu mengamati?
35:15 K: For the very simple reason, whether it is possible for a human mind to change something, to change himself, to change the world which is entering into such a catastrophic area. K: Untuk alasan yang sangat sederhana, apakah mungkin bagi batin manusia untuk mengubah sesuatu, untuk mengubah dirinya, untuk mengubah dunia yang tengah memasuki wilayah bencana sedemikian.
35:32 P: Yes, but if I start with that premise... P: Ya, tapi jika saya mulai dari premis itu…
35:37 K: No, not premise, it is so! K: Bukan premis, demikian adanya!
35:39 P: All right. If I start there, or if I start with sorrow, which is very often the real ground from which one starts... P: Baiklah. Jika saya mulai dari situ atau jika saya mulai dari duka yang seringkali merupakan dasar nyata untuk mulai…
35:48 K: It is very complex, yes. K: Itu sangat rumit. Ya.
35:50 P: The ground is really sorrow. I think we have moved away. So let's go back to this question... P: Dasarnya benar-benar duka. Saya pikir, kita sudah melenceng. Jadi, mari kembali ke pertanyaannya.
36:08 K: What we started out with was: the origin, the ground of all life. Then, to enquire into that, you have to enquire into oneself, because you are the expression of all that! K: Kita mulai dengan awal mula, dasar kehidupan. Lalu, untuk menyelidikinya,Anda harus menyelidiki ke dalam diri, karena Anda adalah ekspresi dari semua itu!
36:27 P: Yes, yes. P: Ya, ya.
36:29 K: You are life! Now, the origin of that we are trying to discuss. Right? K: Anda adalah kehidupan. Sekarang awal mula itulah yang kita coba diskusikan. Betul?
36:38 P: Yes, the origin. The state from which that arises. P: Ya, awal mula. Keadaan yang memunculkan itu.
36:44 K: And I can only do that by understanding myself. K: Dan saya hanya dapat melakukannya dengan memahami diri saya.
36:47 P: Yes, yes. P: Ya, ya.
36:49 K: Let's use simple words - understanding myself. Myself is so terribly complex. How do I approach - I am just now asking - how do I approach a problem that is complex, that is not to be easily diagnosed, easily say, 'This is right,' 'This is wrong,' 'This should be,' 'That should not be,' it is like a living, complex, messy, disordered entity. K: Mari gunakan kata-kata sederhana -memahami diri saya. Diri saya amat sangatlah rumit. Bagaimana saya mendekati -saya baru saja menanyakan- bagaimana saya mendekati permasalahan nan rumit, yang tak mudah didiagnosis, tak mudah dikatakan, “Ini benar,” “Ini salah,” "Harus begini, harus tak begitu," itu seperti entitas yang hidup, rumit, berantakan, kacau.
37:28 P: But is it not because one starts with an attention, which is looking for an ordered entity that one, finding disorder, gets caught up? P: Tapi, tidakkah itu karena seseorang mulai dengan perhatian, yakni mencari entitas yang tertib, sehingga seseorang, menemukan kekacauan, terperangkap?
37:48 K: I am not looking for order... K: Saya tak mencari tertib...
37:50 P: In which case, if you are looking without concern as to for what you are looking... P: Dalam kasus tersebut, jika Anda melihat tanpa kecemasan akan apa yang Anda lihat…
37:58 K: No, no, we are missing something. I said the world is in disorder. I observe it. I see I am also in disorder. I begin with that.

P: Yes.
K: Tidak, tidak, kita melewatkan sesuatu. Saya katakan, dunia ada dalam kekacauan. Saya mengamatinya. Saya melihat, saya juga ada dalam kekacauan. Saya mulai dari situ.

P: Ya.
38:13 K: I am in disorder. Human beings have lived and created such disorder in themselves, and therefore outwardly. Leave that for the moment there. Now, how do I comprehend - be aware - the origin of disorder? You follow what I am saying? Because if I can begin to understand the origin of disorder I can move more and more and more deeply into something which may be total chaos, but is orderly. You follow what I mean? K: Saya ada dalam kekacauan. Manusia telah hidup dan menciptakan kekacauan besar dalam diri mereka, demikian pula di luar. Tinggalkan dulu itu sejenak. Sekarang bagaimana saya mengerti -menyadari- asal mula kekacauan? Pahamkah Anda perkataan saya? Karena jika saya dapat mulai mengerti asal mula kekacauan, saya dapat bergerak makin dan makin dan makin dalam menuju sesuatu yang mungkin adalah kekacauan total, namun tertib. Pahamkah Anda maksud saya?
38:51 P: Isn't it by being as simple as possible about it? P: Tidakkah dengan bersikap sesederhana mungkin terhadap itu?
38:59 K: Yes, that is what I am trying to be. I am in disorder. K: Ya, saya mencoba menjadi seperti itu. Saya ada dalam kekacauan.
39:07 P: I have certain instruments of enquiry. I have my eyes, my ears, my senses. P: Saya memiliki instrumen penyelidikan tertentu. Saya punya mata, telinga, indera saya.
39:15 K: Yes, yes. You don't enquire with your ears, or with your eyes. K: Ya, ya. Anda tidak menyelidiki menggunakan telinga atau mata Anda
39:21 P: Don't you? Don't you enquire with your eyes and your ears? P: Begitukah? Anda tak menyelidiki dengan mata, telinga?
39:26 K: A little bit, yes. I enquire, when I look around, when I read… K: Sedikit. Ya. Saya menyelidiki saat melihat sekeliling, saat membaca…
39:30 P: And when you look at yourself. P: Dan saat Anda melihat diri Anda.
39:33 K: Now, can I look at myself with my eyes, my optic eyes? I can see myself in a mirror, but I can't see the complexity of myself with my eyes. I must be aware, sensitively, without any choice, into this condition. K: Dapatkah saya melihat diri saya menggunakan mata, mata optis? Saya bisa melihat diri saya di cermin, namun saya tak bisa melihat kerumitan diri saya dengan mata. Saya harus sadar, dengan sensitif, tanpa pilihan, akan keadaan ini.
40:00 P: Why do you say, sir, that you cannot be aware with your eyes? P: Mengapa Anda berkata, Pak, Anda tak dapat menyadari menggunakan mata?
40:06 K: Again, what do you mean 'with your eyes'? The inward eye? K: Sekali lagi, apa maksud Anda “dengan mata”? Mata di-dalam?
40:10 P: No. But there is a way of looking out, and there is a way of looking in. P: Bukan. Melainkan ada cara melihat ke luar dan ada cara melihat ke dalam.
40:19 K: Looking in. All right. Looking in with your eyes? K: Melihat ke dalam. Baiklah. Melihat ke dalam dengan mata Anda?
40:24 P: Looking in, listening in. P: Melihat ke dalam, mendengarkan ke dalam.
40:27 K: Yes. Now we must be a little careful here, because it's misleading. K: Ya. Sekarang kita harus sedikit hati-hati di sini karena ini menyesatkan.
40:32 P: Yes, let's go into it. Is there any other way? P: Ya, mari kita membahasnya. Apakah ada cara lain?
40:42 K: Yes, I think there is. K: Ya, saya pikir, ada.
40:44 P: Let's go into the other way. But first of all let's go into the way, whatever it is. Is the eye, ear, not part of the other way? P: Mari bahas cara yang-lain tersebut. Tapi, pertama-tama, mari kita bahas cara tersebut, apa pun itu. Apakah mata, telinga, bukan bagian dari cara yang-lain itu?
40:58 K: Breathing, hearing, seeing, feeling. Those are actually sensory responses. Right? Actually. I see that colour. I hear noise. I taste something, and so on. It is a sensory response. K: Bernapas, mendengar, melihat, merasakan. Sebenarnya, itu adalah tanggapan sensoris. Betul? Sebenarnya. Saya melihat warna itu. Saya mendengar keributan. Saya mencecap sesuatu dan sebagainya. Itu adalah tanggapan sensoris.
41:25 P: Yes, but is there not a seeing of anger, reaction of anger, and listening to a reaction of anger? P: Ya. Tapi, tidakkah ada melihat kemarahan, reaksi kemarahan, dan mendengarkan reaksi kemarahan?
41:36 K: Do you listen with your ears, or do you observe anger? K: Apakah Anda mendengarkan kemarahan dengan telinga ataukah mengamatinya?
41:43 P: How do you observe anger? P: Bagaimana Anda mengamati kemarahan?
41:48 K: By, when you are angry, to look the cause and effect of anger. K: Dengan, saat Anda marah, melihat sebab dan akibat kemarahan.
41:57 P: When you are angry you can't.

K: You can't. So, later on...
P: Saat Anda marah, tidak bisa.

K: Tidak bisa. Maka, setelah itu…
42:03 P: You see the nature of the mind which has been in a state of anger. But you 'see' the nature... the word you use is: you 'see' the nature of the mind. P: Anda melihat sifat batin yang berada dalam keadaan marah. Tapi, Anda “melihat” sifatnya… Kata yang Anda gunakan adalah “melihat” sifat batin.
42:14 K: All right, I won't… K: Baiklah. Saya tak akan…
42:19 P: It is very important, Krishnaji. P: Ini sangat penting, Krishnaji.
42:22 K: I understand what you are saying, that the very act of listening, the act of feeling, inwardly, is it that you see it with your eyes, hear with sensory ears? K: Saya mengerti yang Anda katakan bahwa persis tindakan mendengarkan, tindakan merasakan, ke-dalam, apakah itu melihat dengan mata, mendengar dengan telinga sensori Anda?
42:48 P: You see, if you put it that way then you never get to the point because the sensory ear is so used to listening out, that it can never comprehend what it is, if you take that and try and push it in, you will never get to it. P: Anda tahu, jika Anda berkata demikian, Anda tak akan pernah mencapai intinya karena telinga sensoris sangat terbiasa mendengarkan ke luar sehingga telinga tak pernah bisa mengerti apa telinga itu. Jika Anda ambil dan coba dan mendorongnya ke dalam, Anda tak pernah mencapainya.
43:13 K: But would it help if we talked about perception? K: Namun, apakah membantu jika kita bicara tentang pencerapan?
43:17 P: No, sir. I say it would help if you talked about the seeing, listening with the eye and ear, because there is a seeing, listening, with the eye and ear. P: Tidak, Pak. Menurut saya, akan membantu jika Anda bicara tentang melihat, mendengarkan dengan mata dan telinga karena ada melihat, mendengarkan dengan mata dan telinga.
43:33 K: Now wait a minute. I hear you making that statement. From that hearing I have understood the words and see the meaning of what you are saying. Right? Right? K: Nah, tunggu sebentar. Saya mendengar Anda membuat pernyataan. Dari mendengar, saya mengerti kata-kata dan paham arti dari apa yang Anda sampaikan. Betul? Betul?
43:47 P: Yes. P: Ya.
43:48 K: The verbal communication has taken place. But the deeper significance... K: Komunikasi verbal telah terjadi. Namun, makna yang lebih dalam…
43:57 P: But it is also taking place. While I am listening to you and seeing you I am also listening and seeing my own mind, the ground of the mind.

K: No.
P: Tetapi, itu juga tengah terjadi. Sementara mendengarkan dan melihat Anda, saya juga mendengarkan dan melihat batin saya sendiri, dasar batin saya.

K: Bukan.
44:14 P: Then what is taking place? What is taking place? P: Kalau begitu, apa yang terjadi? Apa yang terjadi?
44:18 K: Who is listening? K: Siapa yang mendengarkan?
44:20 P: There is listening. I am not saying who is listening. P: Ada mendengarkan. Saya tak katakan siapa yang mendengarkan.
44:24 K: No, listening.

P: There is listening.
K: Mendengarkan.

P: Ada mendengarkan.
44:28 K: But, just a minute, Pupulji, one must be clear on this point. There is no... We must, a little more carefully. K: Tapi, sebentar saja, Pupulji, seseorang harus jelas tentang hal ini. Tidak ada… Kita harus, sedikit lebih hati-hati.
44:37 P: No, sir, but in an act where you are totally attentive - take an act where you are totally attentive - what is the state of that act of being totally attentive? P: Tidak, Pak. Tapi, dalam tindakan yang di dalamnya Anda penuh perhatian -ambillah tindakan yang di dalamnya Anda penuh perhatian- bagaimana keadaan tindakan yang penuh perhatian tersebut?
44:52 K: What is the state of action that is born out of complete attention? K: Seperti apa keadaan tindakan yang timbul dari perhatian penuh?
44:59 P: Complete attention. P: Perhatian penuh.
45:02 K: I think it is clear. I will answer it. First, to answer that question we must understand what we mean by complete attention. Attention. It's not concentration. K: Saya pikir, ini jelas. Saya akan menjawabnya. Pertama, untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus mengerti apa yang kita sebut perhatian penuh. Perhatian. Itu bukan konsentrasi.
45:23 P: No, sir…

K: No, I want to be clear on this.
P: Bukan, Pak…

K: Tidak, saya ingin jelas tentang ini.
45:26 P: No, of course it's not.

K: Of course not. So attention means there is no centre from which you are attending.
P: Bukan.

K: Tentu, bukan. Jadi, perhatian berarti bahwa tidak ada pusat dari apa yang Anda perhatikan.
45:34 P: No, of course not. P: Tidak, tentu tidak.
45:36 K: No, don't say, 'of course not', see what is implied in it. K: Tidak. Jangan katakan, “Tentu tidak.” Lihat apa yang tersirat di situ.
45:40 P: You see, sir, I would like to ask you one thing: are we still dusting the periphery? P: Anda tahu, Pak, saya ingin bertanya satu hal pada Anda. Apakah kita masih membersihkan pinggirannya?
45:49 K: No. No, I don't want to… K: Tidak. Tidak, saya tak mau…
45:52 P: If you are not dusting the peripheral... P: Jika Anda tidak lagi membersihkan pinggirannya…
45:55 K: The peripheral argument and enquiry has very little meaning. K: Argumen dan penyelidikan pinggir sangat kurang berarti.
45:58 P: Then, when you ask that question, unless I can understand what attention is I can't even take the first step. P: Maka, saat Anda bertanya demikian, kecuali saya paham apa perhatian itu, saya bahkan tak bisa mengambil langkah pertama.
46:07 K: No, so I just want to be clear. Attention means - what does it mean? - I attend completely. K: Tidak. Jadi, saya hanya ingin jelas. Perhatian berarti -apa artinya?- saya memperhatikan sepenuhnya.
46:19 P: You see, to attend completely is for the 'I' not to be there. P: Anda tahu, memperhatikan sepenuhnya berarti “si-aku” tidak hadir di situ.
46:25 K: Yes. That is the real thing. When there is attention there is no 'I'. It isn't, 'I am attending'. There is only that state of mind which is wholly attentive. K: Ya. Itulah hal sesungguhnya. Ketika ada perhatian, tidak ada “si-aku”. Itu bukan, “Saya memperhatikan.” Hanya ada keadaan batin yang seluruhnya penuh perhatian
46:45 P: So that all the senses... P: Sehingga seluruh indra…
46:50 K: Yes, the whole body, the whole... K: Ya, seluruh tubuh, seluruh…
46:53 P: …being is awake, if I may say so. P: seluruh jasmani dan batin Anda bangkit, jika boleh saya katakan.
46:56 K: Yes. You can use that word. K: Ya. Anda bisa gunakan kata itu.
46:59 P: And if you are in that state where the being is awake then you can listen, observe.

K: Yes, yes.
P: Dan jika Anda berada dalam keadaan saat seluruh jasmani dan batin itu bangkit, Anda dapat mendengarkan, mengamati.

K: Ya, ya.
47:10 P: Now can we proceed from there? You don't want to proceed from there.

K: We go wandering off. I want to enquire into myself. Right? Right? That's what we are saying. Because myself is life. In enquiring about what I am, I may, if my enquiry is correct, accurate, not distorted, I may come… The ground, the beginning of all life may be discovered - may be uncovered.
P: Sekarang bisakah kita bergerak maju dari sini? Anda tak mau bergerak dari sana.

K: Kita melantur. Saya ingin menyelidiki ke dalam diri saya. Betul? Betul? Itulah yang kita katakan. Karena saya adalah kehidupan. Dalam penyelidikan tentang apa saya ini, saya bisa, jika penyelidikan saya tepat, akurat, tidak menyimpang, saya bisa sampai… Dasar, awal mula segala kehidupan bisa ditemukan -akan disingkap.
47:47 P: If you are starting from there then I will say the first step you will find that 'I' is there. P: Jika Anda mulai dari situ, akan saya katakan, pada langkah pertama, Anda akan temukan bahwa “si-aku” ada di situ.
47:56 K: Yes, yes. First step: see clearly, hear clearly. K: Ya, ya. Langkah pertama: lihat dengan jelas, dengar dengan jelas.
48:01 P: But the 'I' is there.

K: Yes, of course.
P: Tapi, “si-aku” ada di situ.

K: Tentu saja.
48:03 P: So there is the observer and the observed. P: Maka, ada pengamat dan ada yang-diamati
48:06 K: Of course. K: Tentu saja.
48:08 P: Now, seeing that, it is also to... P: Nah, melihat itu, juga untuk…
48:16 K: Now wait a minute, Pupul, don't move away from that. I know there is the observer and the observed. Is that so? I am enquiring. I have taken it for granted… K: Nah, tunggu dulu, Pupul, jangan melenceng dari situ. Saya tahu, ada pengamat dan yang-diamati. Apakah demikian? Saya menyelidiki. Saya telah menerimanya serta-merta…
48:34 P: No, first, obviously, sir, when I first start an enquiry I start from the observer. P: Tidak. Pertama, jelas Pak, saat saya memulai penyelidikan, saya mulai dari si pengamat.
48:42 K: Yes, I start with the observer. K: Ya, saya mulai dari si pengamat.
48:44 P: Now I ask - or you have asked and therefore that thought is in my mind - ' Is there the observer?' P: Sekarang saya bertanya -atau Anda telah bertanya, maka -pikiran itu ada dalam batin saya- “Adakah si pengamat?”
48:58 K: Is there an observer different from the observed? K: Apakah si pengamat berbeda dengan yang-diamati?
49:03 P: Yes. Now, having that statement within me, I look for the observer. P: Ya. Nah, dengan pernyataan itu di dalam saya, saya mencari si pengamat.
49:10 K: Yes, yes, who is the observer.

P: And look for the observer.
K: Ya, ya, siapa si pengamat.

P: Dan mencari si pengamat.
49:14 K: Yes, enquire into the nature of the observer. Now, let's go slowly into that. Because if I understand the observer - if there is an understanding of the observer - then perhaps the observer may see the falseness of this division between the observer and the observed. K: Ya, menyelidiki sifat si pengamat. Nah, mari kita bahas pelan-pelan. Karena jika saya memahami si pengamat, -jika ada pemahaman tentang si pengamat- maka mungkin si pengamat bisa melihat semunya pemisahan antara si pengamat dengan yang-diamati.
49:48 P: Who will see? P: Siapa yang akan melihat?
49:52 K: Not 'who will see,' but the perception of what is true. Perception, not 'who sees'. Perceiving. K: Bukan “siapa yang akan melihat,” me- lainkan pencerapan tentang apa yang benar. Pencerapan, bukan “siapa melihat”. Mencerap.
50:03 P: No. So the seeing of what is the truth of the observer will end the state of division. P: Bukan. Maka, melihat apa yang benar tentang si pengamat akan mengakhiri keadaan pemisah-misahan tersebut.
50:18 K: Of division, yes. Yes, that's is what I have said a thousand times. K: Pemisah-misahan. Ya. Ya, itulah yang sudah saya katakan ribuan kali.
50:25 P: End the state of division.

K: Yes, yes.
P: Akhir dari pemisah-misahan.

K: Ya.
50:31 P: And ending... It is not one process, one act, that I end the process of division. You might say it happened once and you have seen everything, But it doesn't happen that way. P: Dan pengakhiran… Ini bukan satu proses, satu tindakan, di mana saya mengakhiri proses pemisah-misahan. Anda bisa katakan, itu terjadi sekali dan Anda melihat segalanya, tapi, tidak seperti itu terjadinya.
50:47 K: No. That's generally stated that way. K: Tidak. Itu dinyatakan secara umum begitu.
50:50 P: Yes. For that instant it is so. P: Ya. Untuk seketika, demikianlah itu.
50:54 K: No… Go ahead, what are you trying to say? K: Bukan… Teruskan, apa yang Anda coba katakan?
50:57 P: What I am saying is, diligence - we used that word - diligence or discipline is: to have that enquiry alive within one. P: Yang saya katakan adalah ketekunan -kita sudah gunakan kata ini- ketekunan atau disiplin adalah menjaga agar penyelidikan itu tetap hidup dalam diri seseorang.
51:14 K: And that does not, I am saying, that does not need training. K: Dan itu tidak memerlukan, saya katakan, itu tidak memerlukan latihan.
51:22 P: No, I am not talking of training. You brought it in. P: Tidak, saya tak menyinggung latihan. Anda memasukkannya.
51:25 K: You used previously the word 'discipline' - just now you used it. K: Tadi Anda menyebut kata “disiplin” -baru saja Anda menyebutnya.
51:29 P: No, no, but I am using the word 'discipline' without yet bringing in the word 'training'. I say discipline is that I cannot expect to have an understanding of this unless the mind is awake to this and is diligent about being awake to this. P: Tidak, tidak. Tapi, saya gunakan kata “disiplin” tanpa memasukkan dahulu kata “latihan”. Menurut saya, disiplin adalah bahwa saya tak bisa berharap untuk memahami ini kecuali jika batin bangkit untuk ini dan batin tekun bangkit untuk ini.
51:56 K: Yes. All right, I won't bring in anything. I'll go ahead. K: Ya. Baiklah, saya tak akan memasukkan apa pun. Akan saya teruskan.
52:00 P: You can't deny that. P: Anda tak bisa ingkari itu.
52:01 K: No, no, it has to be diligent, it has to be watchful, it has to be attentive, subtle, hesitant, it has to be all that. K: Tidak, tidak, batin harus tekun, harus penuh pengawasan, harus memperhatikan, halus, ragu, harus menjadi semua itu.
52:13 P: It has to observe, and rest in observation, find a new home for itself in observation. P: Batin harus mengamati dan tinggal dalam pengamatan, menemukan rumah baru untuk dirinya di dalam pengamatan.
52:26 K: Pupul, we are wandering off again, perhaps I am wandering off. I said I am enquiring into myself.

P: Well, that's enquiry.
K: Pupul, kita melantur lagi, mungkin saya yang melantur. Saya katakan, saya menyelidiki ke dalam diri saya.

P: Ya, itulah penyelidikan.
52:36 K: How do I enquire into myself except through my reactions: the way I think, the way I act, the way I respond to the environment, my relationship to another. K: Bagaimana saya menyelidiki diri saya, kecuali lewat reaksi-reaksi saya: cara saya berpikir, cara saya bertindak, cara saya menanggapi lingkungan, hubungan saya dengan sesama.
52:54 P: Yes. And I find, if I am starting from there, I find that, as I first observe myself - the responses, the reactions, all rapid, confused, continuous... P: Ya. Dan saya temukan, jika saya mulai dari sana, saya temukan bahwa, seiring saya amati diri saya dahulu –tanggapan, reaksi, semuanya cepat, kebingungan, terus-menerus…
53:07 K: I know, contradictory and so on.

P: ...contradictory, but in the very observing some space comes into this.
K: Saya tahu, berlawanan.

P: Berlawanan. namun persis dalam pengamatan ini, suatu ruang muncul di sini.
53:20 K: Some space, some order. That means… K: Suatu ruang, suatu tertib. Itu berarti…
53:26 P: This is just the beginning, sir. This is just the beginning. P: Ini baru awalnya, Pak. Ini baru awalnya.
53:30 K: I know, I know. Yes. We are sticking at the beginning. K: Saya tahu. Ya. Kita tetap berada di awal.
53:35 P: That's what I am asking.

K: I am bored with the beginning! Sorry!

P: So let us proceed further.
P: Itu pertanyaan saya.

K: Saya bosan berada di awal terus! Maaf!

P: Jadi, mari kita lanjutkan.
53:45 K: Pupul, I would like to ask a question. Is it necessary to go through all this? To watch my reactions, to watch my responses, to observe diligently my relationship with another, intimate or not? Must I go through all this? Or... K: Pupul, saya ingin menanyakan suatu hal. Pentingkah melalui semua ini? Mengamati reaksi saya, mengamati respons saya, menyelidiki dengan tekun relasi saya dengan yang lain, Intim atau tidak? Haruskah saya melalui semua ini? Ataukah...
54:21 P: You see, sir, I'll say something now. The fact is one has gone through all this. The fact is the history of... P: Anda tahu, Pak, saya akan katakan sesuatu sekarang. Faktanya, seseorang sudah melalui semua ini. Faktanya, sejarah dari…
54:33 K: You may have gone through it because you have accepted that pattern. K: Mungkin Anda sudah melalui ini karena Anda sudah menerima pola itu.
54:37 P: No. P: Tidak.
54:38 K: Just hold a minute, hold a minute, hold on a minute. You see, we have all done that: the thinkers, the sannyasis, the monks and the other... K: Tunggu sebentar saja, tunggu sebentar, tunggu sebentar. Anda lihat, kita semua telah melakukannya, para pemikir, para sannyasi, rahib, dan yang lainnya…
54:51 P: And Krishnamurti.

K: I am not sure.
P: Dan Krishnamurti.

K: Saya tidak yakin.
54:54 P: That's the point. P: Itulah maksudnya.
54:56 K: I am not sure. Just a minute. I want to discuss this point very seriously because that is... K: Saya tidak yakin. Tunggu sebentar. Saya ingin mendiskusikan hal ini dengan sangat serius karena itu…
55:04 P: You either have, in the last thirty years, jumped yourself… P: Entah Anda telah, dalam 30 tahun terakhir, melompat…
55:16 K: Wait a minute, let's see it for a moment. We have accepted this pattern of examination, analysis and investigating these reactions, paying attention to them, watching, self-recollected and so on, so on, so on. There is something in it which rings a false note. At least to me. K: Tunggu sebentar, mari kita lihat dahulu sejenak. Kita telah menerima pola pemeriksaan, analisis ini dan menyidik reaksi-reaksi ini, memberi perhatian padanya, mengawasi, merenungi diri, dan sebagainya, sebagainya, sebagainya. Ada sesuatu di dalamnya yang terdengar salah. Paling tidak, bagi saya.
55:48 P: You mean to say a person caught in the whole confusion of existence... P: Anda bermaksud mengatakan, seseorang terperangkap di dalam seluruh kebingungan dari keberadaan…
55:57 K: He won't even listen to all this. K: Dia bahkan tak akan mendengarkan semua ini.
56:02 P: There has to be space in order to even listen. How does that space arise? P: Harus ada ruang agar dapat sekadar mendengarkan. Bagaimana ruang itu muncul?
56:08 K: Because either you have suffered and you say, 'I must find out' or you suffer and say, 'God exists, I love Him and I am comforted by that.' K: Karena antara Anda telah menderita dan Anda berkata, “Saya harus menemukan,” atau Anda menderita dan berkata, “Tuhan ada, saya mencintainya itu menghibur saya."
56:20 P: No, so you have still not answered me. You say, is it necessary to go through all this. P: Tidak. Jadi, Anda masih belum menjawab saya. Anda berkata, apakah perlu melalui semua ini.
56:26 K: I am asking that. I think it may not be. K: Saya menanyakan itu. Saya pikir, mungkin tidak perlu.
56:30 P: Then show me how. You can't make... P: Maka, tunjukkan caranya pada saya. Anda tak bisa membuat…
56:34 K: Wait, I will show it in a minute. If as long as you accept this analytical process, - which we will call for the moment the analytical process of enquiry, watching diligently your reaction, all that - we use one word for that, this analytical, self-introspective, this constant watching, watching. K: Tunggu, akan saya tunjukkan sebentar lagi, selama Anda menerima proses analitis ini, -yang untuk sementara ini kita sebut proses analitis berupa penyelidikan, pengamatan tekun atas reaksi Anda, semua itu- kita gunakan satu kata untuk itu, untuk introspeksi diri yang analitis ini, untuk pengamatan terus-menerus ini, mengamati.
57:00 P: It is not analytical.

K: All right, put it out. Constantly watching, constantly enquiring - you follow? I feel, as I say, that man has done that thousands of…
P: Ini tidak analitis.

K: Baiklah, singkirkan itu. Terus-menerus mengamati, terus-menerus menyelidiki -pahamkah Anda? Saya rasa, seperti saya katakan, manusia telah lakukan itu ribuan…
57:17 P: He has not, sir.

K: Oh yes, he has.
P: Dia tak melakukannya.

K: Oh, dia melakukannya.
57:20 P: He has not. He has done something quite different. P: Tidak melakukannya. Dia melakukan sesuatu yang sangat berbeda.
57:23 K: What has he done different? K: Apa yang dilakukannya?
57:24 P: He has looked at his mind and tried to suppress. P: Dia melihat batinnya dan berupaya menekannya.
57:30 K: That's part of the pattern: suppress, escape, substitute, transcend, that's all within that framework! K: Itu bagian dari polanya: menekan, melarikan diri, mensubstitusi, mentransendensikan, semua itu ada dalam kerangka tersebut!
57:39 P: It is not the same thing as to observe without trying to do anything about the observation. P: Itu tak sama dengan mengamati tanpa berusaha melakukan sesuatu terhadap pengamatan itu.
57:47 K: No, I am asking, Pupul - we are not meeting my question, if I may point out, perhaps I may be wrong - you are not answering my question: must I go through all this? K: Bukan. Saya bertanya, Pupul -kita tidak menyentuh pertanyaan saya, jika saya boleh menunjukkan, mungkin saya salah- Anda tidak menjawab pertanyaan saya. Haruskah saya melalui semua ini?
58:02 P: You say the word 'must'. 'Must I' is a very… P: Anda mengucapkan kata “harus”. “Haruskah saya” itu sangat…
58:06 K: All right, I won't use 'must'. Is it necessary, is it imperative, is it essential that I must go through this? K: Baiklah. Saya tak akan gunakan “harus”. Pentingkah, perlukah, esensialkah saya melalui semua ini?
58:18 P: No, but are you trying to say that out of the middle of chaos you can leap to a state of total non-chaos? P: Tidak, tapi Anda coba mengatakan, dari tengah-tengah kekacauan, Anda dapat melompat ke keadaan non-khaos total?
58:29 K: No, I won't put it that way. You see, you are trying to catch... No, no, I won't put it that way. K: Saya tak katakan demikian. Lihat, Anda berupaya menangkap… Tidak, tidak, saya tidak mengatakan begitu.
58:37 P: Then what are you saying? Either you are saying… P: Jadi, apa yang Anda katakan? Apakah Anda mengatakan…
58:40 K: No, wait a minute, I am saying very clearly, I am saying humanity has gone through this process, some diligently, some sacrifice everything and so on. This has been the pattern of our existence. Some have done it. Right? Right? Enquired, analysed, searched, introspective examination, diligently watching every action and so on. At the end he may be just a dead entity, with some concept, illusory concept. K: Tidak. Tunggu sebentar. Saya berkata sangat jelas, saya berkata, kemanusiaan telah melalui proses ini, beberapa dengan tekun, beberapa mengorbankan segalanya, dan sebagainya. Ini telah menjadi pola eksistensi kita. Beberapa telah melakukannya. Betul? Betul? Menyelidiki, menganalisis, mencari, memeriksa diri sendiri, mengawasi dengan tekun setiap tindakan dan seterusnya. Pada akhirnya, mungkin ia hanyalah entitas mati dengan konsep tertentu, konsep khayali.
59:26 P: He may not be.

K: He may not be, and very few, very, very few have gone out of it.
P: Mungkin tidak.

K: Mungkin tidak, Dan sangat sedikit, sangat, sangat sedikit yang telah keluar dari situ.
59:35 P: So I say he may not be. But when you say, 'is it necessary ?', then you have to... P: Jadi, saya katakan, mungkin tidak. Tapi, waktu Anda berkata, “perlukah ini?”, maka Anda harus…
59:44 K: I know, if it is not necessary then show me the other! K: Saya tahu, jika ini tidak perlu, tunjukkan pada saya yang-lain!
59:49 P: Show me the other.

K: That's what you are saying. I'll show it to you. But, first, step out of this.
P: Tunjukkanlah yang-lain.

K: Itu yang Anda katakan. Akan saya tunjukkan pada Anda. Tapi, pertama-tama, keluarlah dari sini.
1:00:05 P: You see, sir...

K: Wait, wait, wait. I'll show it to you.
P: Anda tahu, Pak…

K: Tunggu, tunggu, tunggu. Akan saya tunjukkan.
1:00:09 P: But look what you are asking.

K: I know, I know I am asking that.
P: Tapi, lihat yang Anda katakan.

K: Saya tahu, saya menanyakan itu.
1:00:14 P: If I step out of the other, it's already there. P: Jika saya keluar dari yang-lain, itu sudah di sana.
1:00:18 K: Of course. Step out. That's what I am saying. Don't take time to go through all this. K: Tentu saja. Keluarlah. Itu yang saya katakan. Jangan ambil waktu untuk melalui semua ini.
1:00:24 P: No but what is meant by 'step out of it'? P: Tidak. Tapi, apa yang dimaksud dengan “keluar dari situ”?
1:00:27 K: I'll tell you what I mean. I recognise - just let me talk a little - I recognise very clearly, perceive, whatever word you use, that this process of introspective observation, diligence and so on, so on, man has tried a great deal, for a million years, in different ways. And somehow his mind is not clear at the end of it, he has got some fixations, he has got some ideas and so on. Somehow this quality of movement is very, very shallow. Now if you listen to that, that it is very shallow to do all this, and you see the truth that it is shallow, which means your disordered mind is now quiet, listening to find out. Right? Your confused, traditional mind says, 'I am accustomed to this diligent observation of all my activities, and that it is really very, very superficial' If you see the truth of that superficiality, you are out of it! It's like putting away something utterly meaningless. Now wait a minute, let me put it round the other way. My mind is disorderly, my life is disorderly. You come along and say, 'Be diligent, watchful of your actions, of your thoughts, of your relationship - diligent - be utterly watchful all the time'. And I say, 'That is impossible because my mind won't allow to be diligent all the time. It is not diligent, it is negligent.' And I struggle between these two: being diligent and negligent. And I see man has done this... K: Akan saya katakan maksud saya. Saya mengenali -izinkan saya bicara sebentar saja- Saya mengenali dengan sangat jelas, mencerap, apa pun kata yang Anda pakai, bahwa proses pengamatan diri sendiri ini, ketekunan, dan seterusnya, manusia telah berupaya keras selama jutaan tahun, dengan cara berbeda. Dan entah bagaimana batinnya tidak jernih pada akhirnya, dia memperoleh beberapa fiksasi, dia memperoleh beberapa ide, dan seterusnya. Entah bagaimana, kualitas gerak ini sangat, sangatlah dangkal. Sekarang jika Anda mendengarkan itu, bahwa sangat dangkal melakukan semua ini, dan Anda melihat kebenaran bahwa ini dangkal, artinya batin Anda yang kacau kini hening, mendengarkan untuk menemukan. Betul? Batin tradisional Anda yang kebingungan berkata, “Saya terbiasa dengan pengamatan tekun terhadap semua kegiatan saya, dan itu benar-benar sangat, sangatlah superfisial.” Jika Anda melihat benarnya kedangkalan itu, Anda keluar dari situ! Itu seperti menyingkirkan sesuatu yang sama sekali tak berarti. Tunggu sebentar, biarkan saya ungkapkan dari sisi sebaliknya. Batin saya kacau, hidup saya kacau. Anda datang dan berkata, “Tekunlah, penuh pengawasan terhadap tindakan Anda, terhadap pikiran Anda, hubungan Anda -tekun- sama sekali penuh pengawasan setiap waktu.” Dan saya berkata, “Itu mustahil karena batin saya tak memungkinkan ketekunan sepanjang waktu. Batin tidak tekun, batin lalai.” Dan saya bergulat di antara keduanya, tekun dan lalai. Dan saya melihat manusia sudah melakukan ini…
1:03:27 P: But you mean to say, Krishnaji, a mind which is not capable of observing... P: Tapi, Anda bermaksud mengatakan, Krishnaji, batin yang tak mampu mengamati…
1:03:37 K: No, I am saying a mind that is willing to listen. I am not talking of attention. K: Tidak, saya mengatakan batin yang sedia mendengarkan. Saya tak bicara tentang perhatian.
1:03:46 P: But please listen to me, sir. You think a mind can be in that state of listening? P: Tapi, tolong dengarkan saya, Pak. Menurut Anda, batin bisa berada dalam tataran mendengarkan?
1:03:53 K: No, that is very simple.

P: Is it?
K: Itu sangat sederhana.

P: Begitukah?
1:03:55 K: Yes. I say, 'Just listen to a story that I am telling you' - you are interested. Your mind is quiet, you are eager to see what the story is about and so on. K: Ya. Saya berkata, “Dengarkan saja sebuah kisah yang akan saya ceritakan pada Anda” -Anda tertarik. Batin Anda hening, Anda sangat ingin mengetahui tentang apa cerita ini dan seterusnya.
1:04:07 P: I am sorry, sir, it doesn't happen that way, no. P: Maaf, Pak. Yang terjadi tidaklah seperti itu, tidak.
1:04:11 K: No? Just a minute, just a minute. Just a minute, don't say no, Pupulji. K: Tidak? Sebentar, sebentar. Tunggu sebentar, jangan berkata tidak, Pupulji.
1:04:18 P: You see, Krishnaji… P: Anda tahu, Krishnaji…
1:04:19 K: I asked you - just a minute - I asked you, Pupulji, to listen to what I am saying. K: Saya minta -tunggu sebentar- saya minta Anda, Pupulji, untuk mendengarkan apa yang saya katakan.
1:04:26 P: I listened.

K: Wait, wait, wait - listen. I am going to explain what I mean by listening. Not only with the sensory ear, but with the ear that has no movement, that is really listening, that is not translating, that is not comparing, that is not trying to find - listening. I am listening to what you say, so completely... Then, if you are so listening, a man comes along and says, 'Don't go through all this diligent process, it is false, it's superficial.' If you hear that, the truth of it, what takes place? What actually takes place when you see something really true? Now, is this diligent process... It is time consuming - right? I have not time, my life is so short. I have got so many problems, and you are adding another: be diligent. And I say, please, I am worn out by problems, and you have introduced to me another problem. And I say, please, just - you have problems, I know you have got many problems which are all interrelated. Forget that for the moment and listen to me. That's all.
P: Saya mendengarkan.

K: Tunggu, tunggu –dengarkan. Akan saya jelaskan apa yang saya maksud dengan mendengarkan. Tidak hanya dengan telinga sensoris, melainkan dengan telinga yang tak memiliki gerak, yang sungguh mendengarkan, yang tidak menerjemahkan, yang tidak membandingkan, tidak mencari-cari -mendengarkan. Saya mendengarkan apa yang Anda katakan, sedemikian menyeluruh… Maka, jika Anda mendengarkan demikian, seseorang datang dan berkata, “Jangan melalui semua proses nan tekun ini, itu semu, itu dangkal." Jika Anda mendengarnya, kebenarannya, apa yang terjadi? Apa yang sesungguhnya terjadi saat Anda melihat sesuatu yang sungguh benar? Nah, apakah proses nan tekun ini… proses ini makan waktu -betul? Saya tak punya waktu, hidup saya sangat singkat. Saya punya sangat banyak masalah, dan Anda menambah yang lain: bertekunlah. Dan saya berkata, tolong, saya letih karena masalah-masalah, dan Anda menambahkan satu masalah lagi pada saya. Dan saya berkata, tolonglah -Anda punya masalah, saya tahu Anda punya banyak masalah yang semuanya berkelindan. Lupakan itu sejenak dan dengarkan saya. Itu saja.
1:06:51 P: Sir, if that were so, if that were so - listen, sir. P: Pak, jika memang begitu, jika memang begitu –dengarkan, Pak.
1:06:56 K: I'm listening. K: Saya dengarkan.
1:06:57 P: If I could listen - and I do listen - to music in that way… P: Jika saya dapat mendengarkan -dan saya sungguh dengarkan- musik dengan cara itu…
1:07:04 K: Ah, music is different. K: Ah, musik itu berbeda.
1:07:06 P: But to listen - if I listen to music in that way it should change me totally. It does not? P: Tapi, mendengarkan -jika saya mendengarkan musik dengan cara demikian, semestinya itu mengubah saya secara total. Tidakkah begitu?
1:07:14 K: No. Of course not.

P: Then?
K: Tidak. Tentu tidak.

P: Lalu?
1:07:20 K: We are moving to something else. K: Kita bergerak ke hal yang lain.
1:07:24 P: You are talking of a mind which is already - I am using the word in inverted commas - a mind which is 'mature' already, listening to a statement like that. P: Anda bicara tentang batin yang telah -saya menggunakan kata ini dalam tanda petik- batin yang telah “matang”, mendengarkan pernyataan seperti itu.
1:07:41 K: No. You see, Pupul, I am not sure we have not made our minds so immature that we are incapable of listening to anything. K: Tidak. Anda tahu, Pupul, saya tidak yakin kita belum membuat batin kita sedemikian mentah hingga kita tak mampu mendengarkan apa pun.
1:07:56 P: But how, you see, Krishnaji, you start by making things impossible. P: Tapi, bagaimana, Anda lihat, Krishnaji, Anda mulai dengan membuat hal-hal mustahil.
1:08:04 K: Of course! No. See the truth. Something impossible, and you have to... K: Tentu saja! Tidak. Lihat kebenarannya. Sesuatu yang mustahil dan Anda harus…
1:08:17 P: But that kind of energy which is needed to deal with an impossible thing... P: Tapi, energi semacam itu yang dibutuhkan untuk berurusan dengan hal-hal yang mustahil…
1:08:23 K: That's what it is. This has been possible, this diligent affair. I say it is so trivial! K: Seperti itulah. Ini sudah menjadi mungkin, urusan ketekunan ini. Urusan ketekunan ini, saya katakan, sungguh sepele!
1:08:40 P: I'll ask you, what is the mind which can deal with an impossible statement like that? What is the nature of that mind? P: Saya akan bertanya, seperti apa batin yang mampu berurusan dengan pernyataan mustahil macam itu? Seperti apa sifat batin tersebut?
1:08:57 K: That which is utterly impossible is non-existent. We are thinking everything is possible! K: Sesuatu yang sama sekali mustahil adalah noneksisten Kita mengira, semuanya mungkin!
1:09:11 P: No.

K: I am getting…
P: Tidak.

K: Saya mulai…
1:09:14 P: You see, it's the way you are getting to, sir. You are saying - what you've said just now - is non-existent, so, with a non-existent mind, listen. P: Anda lihat, itu cara Anda mendapatkan, Pak. Anda mengatakan -yang Anda katakan barusan- adalah noneksisten, jadi, dengan batin yang noneksisten, mendengarkan.
1:09:31 K: No. Look, Pupulji, if you and I, both of us agree - just a minute, even temporarily - that this diligent process has really led nowhere. It has led to various activities which may be beneficial and so on, but the enquiry which says, ' I must go to the very source of things' - not through this way, obviously! K: Tidak. Lihat, Pupulji, jika Anda dan saya, kita berdua, setuju -sebentar, bahkan untuk sementara- bahwa proses nan tekun ini tak membawa kita ke mana pun. Itu telah membawa pada berbagai kegiatan yang mungkin berfaedah dan seterusnya, namun penyelidikan yang mengatakan, “Saya harus sampai ke sumber dari berbagai hal” -tidak dengan cara seperti ini, jelas!
1:10:06 P: Obviously, that I would accept.

K: That's all. No, if you accept that it's not through diligent awareness…
P: Jelas, itu saya terima.

K: Demikianlah. Tidak, jika Anda terima bahwa bukanlah melalui kesadaran nan tekun…
1:10:16 P: But, sir, even to come to a point when I say it cannot come to it through this... P: Tapi, Pak, bahkan untuk sampai pada suatu titik di saat saya berkata, itu tidak bisa sampai ke situ melalui ini…
1:10:27 K: Therefore, what has happened to your mind? You have, then, put this aside.

P: Yes.
K: Dengan demikian, apa yang terjadi pada batin Anda? Maka, Anda telah menyingkirkan ini.

P: Ya.
1:10:33 K: Now, what has happened to your mind that says, 'This is too trivial, too superficial, out, put it out' what is then the quality of your mind? K: Nah, apa yang terjadi pada batin Anda yang berkata, “Ini terlalu sepele, terlalu dangkal, buang, buang saja,” maka seperti apa kualitas batin Anda?
1:10:54 P: I know what you are trying to say, sir. P: Saya tahu apa yang Anda coba katakan, Pak.
1:10:59 K: You answer my question. What is the quality of a mind which has been caught in the process of diligent enquiry, this time consuming diligence, when it sees that it has no deep fundamental value - value in the sense that this diligent process will lead or help to comprehend, come upon, or uncover, the origin? This process is not, because it is time consuming - the other may have no time at all! K: Jawablah pertanyaan saya. Seperti apa kualitas batin yang terperangkap dalam proses penyelidikan nan tekun, ketekunan yang makan waktu ini, saat batin melihat bahwa itu tak bernilai fundamental -nilai dalam arti bahwa proses nan tekun ini akan membawa atau membantu memahami, menjumpai, atau menyingkap asal mula itu? Proses ini tidak, karena makan waktu -“yang lain” mungkin tak punya waktu sama sekali!!
1:11:46 P: But look at the danger in what you are saying. The danger in what you are saying is, that I will not be concerned with sweeping the room. P: Tapi, lihat bahayanya perkataan Anda. Bahaya dalam perkataan Anda adalah bahwa saya tak khawatir untuk menyapu ruangannya.
1:12:01 K: No, no. I am enquiring into myself. That very enquiry demands that the mind and the heart, the whole existence is orderly. K: Tidak, tidak. Saya menyelidiki ke dalam diri saya. Persis penyelidikan tersebut menuntut batin dan hati, keseluruhan eksistensi tertib.
1:12:24 P: You start with the impossible. P: Anda mulai dengan yang mustahil.
1:12:26 K: Of course I start with the impossible, Pupulji, otherwise, what is possible? You have done all the possible! K: Tentu saya mulai dengan yang mustahil, Pupulji. Jika tidak, apa yang mungkin? Semua yang mungkin telah dilakukan!
1:12:31 P: No, no, sir… P: Tidak, Pak...
1:12:33 K: No, you have done everything that is possible! One has fasted, sacrificed, done everything to find the origin of things. That has been possible. And the possibility has led nowhere! It has led to certain benefits, social benefits and so on, and also it has led to a great deal of misery of mankind. If you tell me that, that this diligent process is time consuming and therefore time-binding, and as long as you are doing this you are just scratching the surface. The surface may be most extraordinary, very nice and pleasant and ennobling and all that, but it is just on the surface. If you grant that, not only grant but actually see it, - feel it, it is in your blood that this is false! - you have already stepped out of something, that is, the ordinary into something extra-ordinary. And we are not willing to do that. We want to go through all this. We treat it like learning a language. Learning a language is a disciplinary action, diligent attention and so on, so on, so on. We carry the same mentality into the other. That's what I object to. K: Tidak, Anda telah lakukan semua hal yang mungkin! Orang telah berpuasa, berkorban, lakukan semua untuk menemukan asal mula hal-hal. Itu sudah mungkin. Dan sekarang yang mungkin itu tak membawa ke mana-mana! Itu telah membawa faedah tertentu, faedah sosial, dan seterusnya dan itu juga telah membawa pada kesengsaraan besar umat manusia. Jika Anda berkata pada saya, proses nan tekun ini makan waktu dan dengan demikian terikat-waktu, dan selama Anda melakukan ini, Anda hanya mengais di permukaan. Permukaannya mungkin sangat luar biasa, sangat bagus dan menyenangkan dan memuliakan dan semua itu, namun itu hanya di permukaan. Jika Anda mengakuinya, tak hanya mengakui, tetapi sungguh melihatnya, -merasakannya, di dalam darah Anda, bahwa itu semu!- Anda telah keluar dari sesuatu, yakni, dari yang biasa menuju sesuatu yang luar-biasa. Dan kita tidak bersedia melakukan itu. Kita ingin melalui semua ini. Kita memperlakukannya seperti belajar bahasa. Belajar bahasa adalah tindakan disiplin, perhatian nan tekun dan sebagainya, sebagainya. Kita membawa mentalitas yang sama ke dalam yang-lain. Itulah yang membuat saya keberatan.
1:14:54 P: But I put aside the other. P: Tapi, saya mengesampingkan yang-lain.
1:14:57 K: Ahaha, it is not a game we are playing. K: Ahaha, ini bukan permainan.
1:15:00 P: No, I am not playing a game. You put aside the other. P: Tidak, saya tidak bermain-main. Anda mengesampingkan yang-lain.
1:15:07 K: Which means - careful, Pupul... K: Yang artinya -hati-hati, Pupul...
1:15:09 P: Which means even the seeing-listening is at an end, if I may put it this way.

K: Which means what? The movement of diligence has stopped. Right? Of course. If that is false it has gone! So what has happened to my mind? My mind has been caught in the diligent enquiry and so on, which is time-binding, and now it says, 'By Jove, I see this to be utterly superficial.' And what is the state of the mind which has put away something which man has carried for a million years? What is that state of mind? Right? It is a fresh mind. Right? It is a totally new mind. And such a mind is necessary to enquire - not enquire - necessary to uncover the origin. If I talked like this to a very disciplinarian, religious man, he wouldn't even bother to listen. He would say, 'It is all nonsense you are talking about.' But you, in our dialogue, you say, 'Let's go into it' and so you have put yourself in a position of listening, find out. But if you keep on repeating this diligent process you are still like everybody else. Now, such a mind... First of all, such a mind has no bondage. Right? It has no bondage to time. Which is, this diligent process is to become something, is to clarify, to understand, to go beyond. So this mind has no beyond, it is not becoming something. Would you go as far as that?
P: Yang artinya bahkan melihat- mendengarkan ada dalam pengakhiran, jika boleh saya katakan begitu.

K: Apa artinya itu? Gerak ketekunan telah berhenti. Betul? Tentu saja. Jika itu semu, itu telah pergi! Jadi, apa yang terjadi pada batin saya? Batin saya telah terperangkap dalam penyelidikan tekun dan sebagainya yang terikat-waktu dan sekarang batin berkata, “Ya ampun, saya melihat bahwa ini sama sekali dangkal.” Dan seperti apa keadaan batin yang telah menyingkirkan sesuatu yang telah dibawa-bawa manusia selama jutaan tahun? Seperti apa keadaan batin itu? Betul? Itu batin yang segar. Betul? Itu batin yang baru seluruhnya. Dan batin seperti itulah yang diperlukan untuk menyelidiki -bukan menyelidiki- perlu untuk menyingkap asal mula. Jika saya bicara seperti ini pada orang yang sangat disiplin, religius, dia bahkan tak akan mau mendengarkan. Dia akan berkata, “Semua yang kaubicarakan itu omong kosong.” Tapi, Anda dalam dialog kita, Anda berkata, “Mari membahasnya,” sehingga Anda berada dalam posisi mendengarkan, menemukan. Namun, jika Anda terus mengulangi proses nan tekun ini, Anda sama saja seperti yang lainnya. Nah, batin seperti itu… Pertama-tama, batin seperti itu tidak dirantai. Betul? Batin tidak dirantai pada waktu. Yakni, proses nan tekun ini adalah proses-menjadi sesuatu, adalah mengklarifikasi, memahami, melampaui. Maka, batin ini tak memiliki pelampauan, batin tidak menjadi sesuatu. Akankah Anda pergi sejauh itu?
1:19:48 P: See, the moment movement ends... P: Anda tahu, tepat pada saat gerak berhenti…
1:19:53 K: No, I am asking, would you go so far as to see the fact: such a mind cannot have any kind of dependence, attachment and so on, it is… K: Saya bertanya, akankah Anda pergi sejauh itu, hingga melihat faktanya: batin semacam itu tak dapat memiliki ketergantungan, kemelekatan apa pun, dan sebagainya, batin itu...
1:20:21 P: Yes, that I see, because… as movement ends... P: Ya, itu saya mengerti, karena… seiring gerak berhenti…
1:20:36 K: The movement of becoming. K: Gerak dalam proses-menjadi.
1:20:38 P: All this which you have talked about is the movement of becoming.

K: That's right. Which is the perpetuation of the self in a different form, in a different network of words. You see, if you tell me this and I start out to uncover the source - and to me that is a passion, I want to find out, I am not just playing a game, and to me it is utterly necessary - when that uncovering of the origin of all life, when there is that uncovering of it and it is there, my life, my actions, everything is diferent. Must be. But the other diligent process, my God, I'll die at the end of it! You see, that's why I feel... the understanding of that as a time consuming factor which is so destructive. Time consuming is necessary to learn a technique but this is not a technique to be learnt.
P: Semua yang sudah Anda bicarakan ini adalah gerak dalam proses-menjadi.

K: Itu benar. Yakni pengabadian diri dalam bentuk yang berbeda, dalam jejaring kata-kata yang berbeda. Anda tahu, jika Anda mengatakan hal ini pada saya dan saya mulai menyingkap sumbernya -dan bagi saya, itu adalah semangat, saya ingin menemukan, saya tak sekadar bermain-main, dan bagi saya, ini sangatlah perlu- ketika penyingkapan atas sumber segala kehidupan itu, ketika ada penyingkapan itu dan itu hadir di situ, hidup saya, tindakan saya, semuanya menjadi berbeda. Pasti. Namun, proses nan tekun yang lainnya, Tuhan saya, saya akan mati pada ujungnya! Lihatlah, itulah mengapa saya merasakan… pemahaman tentang hal itu sebagai faktor yang menghabiskan waktu yang sangat merusak. Menghabiskan waktu diperlukan untuk mempelajari teknik, namun ini bukanlah teknik untuk dipelajari.
1:22:48 P: Sir, you have the mind of a… the whole… you have really an antique mind. P: Pak, Anda memiliki batin seorang… keseluruhan… Anda benar-benar mempunyai batin yang antik.
1:23:00 K: What? K: Apa?
1:23:00 P: You have really an antique mind, mind of great antiquity. P: Anda benar-benar mempunyai batin yang antik, batin dengan keantikan besar.
1:23:06 K: Antique in the sense… K: Antik dalam arti…
1:23:08 P: …of containing the whole of human... P: … yang mengandung keseluruhan manusia…
1:23:15 K: After all, you see, Pupul, that is why it is important to understand 'I am the world'. You understand? I am the world. K: Bagaimanapun juga, lihatlah, Pupul, itulah mengapa perlu memahami “saya adalah dunia”. Pahamkah Anda? Saya adalah dunia.
1:23:28 P: No one else can make that kind of statement which you are making. P: Tak seorang pun bisa membuat pernyataan seperti itu.
1:23:32 K: One must make it, otherwise where are you when you see all this destruction, brutality, wars, killing, which has never stopped? A man who loved - loved - he wouldn't be British, or Argentine or Israeli, or Arab, or something. He couldn't kill another. So... I see this process has been going on for thousands and thousands of years, everybody trying to become something. And all the diligent workers are helping man to become something. Illumination, enlightenment, is to achieve enlightenment. It is so absurd! K: Seseorang harus membuatnya, jika tidak, di mana Anda ketika Anda melihat semua perusakan ini, kekejian, peperangan, pembunuhan yang tak kunjung usai? Seseorang yang mencintai -mencintai- dia bukanlah orang Inggris, orang Argentina, Israel, Arab, atau apa pun. Dia tidak bisa membunuh sesama. Jadi… Saya melihat proses ini telah berlangsung terus hingga ribuan dan ribuan tahun, semua orang berusaha menjadi sesuatu. Dan semua pekerja nan tekun membantu manusia untuk menjadi sesuatu. Penerangan, pencerahan, adalah untuk mencapai pencerahan. Itu sangat absurd!
1:24:56 P: You see, sir, with you...

K: Not 'with me'.
P: Anda tahu, Pak, dengan Anda…

K: Bukan “dengan saya”.
1:25:03 P: Just listen, sir. The whole movement of the dormant has ended. P: Dengarkan saja, Pak. Keseluruhan gerak dari yang-tidur telah berakhir
1:25:19 K: That is, diligence is ended. Becoming is ended. K: Yakni, ketekunan telah berakhir. Proses-menjadi berakhir.
1:25:24 P: The whole thing which is dormant in... P: Segala hal yang tidur dalam...
1:25:29 K: I think, Pupulji, don't let's make this into some elitic, some :'It's only for the few, the elite can only have this kind of mind'. I refuse to accept that. That means back and into the old division of the elite and the non-elite. Any person who gives attention, who wants to hear, who really says, 'I must find the source of life', passionate about it, not just casual, then he will listen - not to me, he will listen. It is in the air. You see, like Buddha is supposed to have achieved enlightenment. Just think of such a statement! Sitting under a tree, meditating, fasting, striving - you follow? And ultimately one day it happened to him. That's too utterly meaningless. That means you are allowing time to be the factor of enlightenment, time the factor of deep, profound understanding. Do we stop? Twenty to six, seven. People are committed, that's why. Committed to something or another. Committed to knowledge, committed to tradition, committed to some country, some idea and so on. They are committed. And being committed, they won't let go. They won't even bother to listen. Enough. K: Saya pikir, Pupulji, janganlah membuat ini menjadi elitis, semacam “Ini hanya untuk beberapa, hanya elitlah yang bisa mempunyai batin semacam ini.” Saya menolak menerima itu. Itu berarti mundur dan kembali pada pemisahan yang dulu, yakni yang elit dan yang non-elit. Siapa pun yang memperhatikan, yang ingin mendengar, yang sungguh berkata, “Saya harus menemukan sumber kehidupan”, bersemangat untuk itu, tak sekadar sepintas lalu, maka ia akan mendengarkan -bukan pada saya, dia akan mendengarkan. Itu ada di udara. Lihatlah, bagaikan Sang Buddha yang diharapkan mencapai pencerahan. Pikirkanlah pernyataan semacam itu! Duduk di bawah pohon, bermeditasi, berpuasa, berjuang -pahamkah Anda? Dan pada akhirnya, suatu hari, itu datang padanya. Itu sama sekali tak bermakna. Itu berarti bahwa Anda membiarkan waktu menjadi faktor dalam pencerahan, waktu menjadi faktor dari pengertian yang sedemikian mendalam. Kita akhiri? Enam, tujuh kurang dua puluh. Orang-orang berkomitmen, itulah alasannya. Berkomitmen pada sesuatu atau hal lain. Berkomitmen pada pengetahuan, berkomitmen pada tradisi, berkomitmen pada suatu negara, suatu ide, dan sebagainya. Mereka berkomitmen. Dan dengan berkomitmen, mereka tak akan melepas. Mereka bahkan tak akan mau mendengarkan. Cukup.