Krishnamurti Subtitles home


BR83CPJ1 - Apa yang akan Menimbulkan Perubahan pada Otak?
Dialog 1
Brockwood Park, Inggris
24 Juni 1983



0:39 P: Krishnaji, there is a strange phenomena happening in the world today where the East reaches out to the West to find sustenance, and the West reaches out to the East for - in inverted commas - 'wisdom', to fill some vacuum which exists. Would you say there is an Indian mind which may have the same directions, or contain the same elements of sorrow, greed, anger, etc., but where the ground from which these spring are different?

K: Are you asking - if I may, sorry to interrupt - are you asking whether the Eastern thought, Eastern culture, Eastern way of life, is different from the West?
Krishnaji, ada fenomena yang asing, berlangsung di dunia sekarang ini di mana orang-orang Timur menjangkau ke Barat untuk mencari nafkah dan orang-orang Barat ke Timur untuk menjangkau - dalam tanda petik - 'kebijaksanaan', untuk mengisi semacam kekosongan yang terjadi. Apakah maksud Anda adanya semacam batin India yang kira-kira memiliki petunjuk-petunjuk yang sama, atau yg mengandung unsur yg sama dari penderitaan, keserakahan, kemarahan, dsb, namun tanah tumbuhnya hal-hal ini berbeda.

K: Apakah Anda menanyakan - jika saya boleh menyela - yang Anda tanyakan ini apakah bahwa pikiran Timur, kebudayaan Timur, cara hidup Timur, itu berbeda dari Barat?
2:03 P: Well, obviously the Indian way of life is different to the West. P: Ya, tentu saja cara hidup India berbeda dari Barat.
2:09 K: It is. K: Memang.
2:10 P: Because the conditionings of the two are different. But they in a sense complement each other. P: Karena pengkondisian keduanya berbeda. Tapi sedikit banyak mereka saling melengkapi.
2:22 K: In what way? K: Dengan cara apa?
2:23 P: In the sense that the East, or India more specifically, lacks perhaps that precision of carrying an abstraction to concrete action. P: Dalam arti bahwa Timur, atau lebih spesifik India, mungkin kurang bisa secara persis mewujudkan suatu abstraksi menjadi aksi konkret.
2:45 K: Are you saying they live more in abstraction? K: Maksudnya, mereka hidup lebih abstraktif?
2:48 P: Yes. They are not so concerned about action in the environment, action as such. P: Ya. Mereka tidak begitu ambil pusing dengan aksi, contohnya aksi di bidang lingkungan.
2:57 K: What would you say they are concerned with? K: Jadi menurut Anda, apa yg menjadi keprihatinan mereka?
3:02 P: Today, of course, there is a great change taking place, it is very difficult to say what the Indian mind is. Because the Indian mind today is looking at one level for the same material comforts... P: Sekarang ini tentunya ada perubahan besar yang terjadi, sangat sukar mengatakan apa itu batin India. Karena sekarang ini batin India pada tingkat tertentu mencari kenyamanan materi...
3:19 K: ...progress in the technological world… K: ...kemajuan teknologi...
3:21 P: Yes, progress in the technological world. P: Ya, kemajuan teknologi.
3:23 K: …and applying it in daily life, and so on. K: ...penggunaannya dalam hidup sehari-hari.
3:26 P: And consumerism.

K: Consumerism, yes.
P: Juga konsumerisme.

K: Ya, konsumerisme.
3:28 P: It has percolated very deep into the Indian spirit. P: Itu telah meresap sangat jauh ke dalam spirit India.
3:34 K: So what ultimately is the difference between the Indian mind, Indian culture, and the Western culture? K: Jadi pada akhirnya apa perbedaan antara batin India, kebudayaan India, dan kebudayaan Barat?
3:44 P: Perhaps still, in spite of this material overtone, there is a certain edge to the delving process, if I may put it. When it goes into the field of... P: Mungkin, di samping materialisme ini hingga batas tertentu ada proses menggali. Saat hal itu memasuki ranah...
4:10 K: Parapsychology?

P: No, not parapsychology, parapsychology is very developed in the West. But I am talking about this delving into the self, the delving into the within, the insights into things. For centuries the Indian mind has been nurtured on a ground of this feeling. Whereas, from a certain time in the West, there was a movement away. And there has always been a movement away, right from the time of the Greeks, towards the outer, the environment.
K: Parapsikologi?

P: Bukan, bukan parapsikologi, parapsikologi sangatlah berkembang di Barat. Tetapi saya berbicara tentang menggali ke dalam diri sendiri, menggali ke dalam, wawasan tentang hal-hal. Selama berabad-abad, batin India telah dididik berdasarkan perasaan seperti ini. Di mana, pada waktu tertentu di Barat, ada gerakan untuk menjauh. Dan selalu ada gerakan untuk menjauh, semenjak era Yunani kuno, menuju ke luar, ke lingkungan.
5:05 K: I understand. But the other day I heard on the television - a very well known Indian was being interviewed - he said, technological world now in India is humanising the Indian mind. K: Saya mengerti. Namun di hari lainnya saya dengar dari televisi - seorang India yang sangat terkenal sedang diwawancarai - katanya, saat ini dunia teknologi di India memanusiakan batin India.
5:22 P: I understand that. P: Saya mengerti hal itu.
5:25 K: I wonder what he meant by that, humanising. Instead of living in abstractions, and theories, and complexity of ideations and so on, the technological world is bringing them to earth. K: Saya bertanya-tanya, apa yang ia maksud dengan memanusiakan. Bukannya hidup dalam abtraksi, teori, kompleksitas ide dan sebagainya, dunia teknologi justru malah mendekatkan orang-orang pada bumi.
5:43 P: And perhaps it is necessary to some extent. P: Dan mungkin saja itu diperlukan sampai batas terntentu.
5:46 K: Obviously it is necessary. K: Tentu saja hal itu diperlukan.
5:48 P: So, if these two minds have a different essence... P: Jadi, jika kedua batin tersebut memiliki esensi yang berbeda...
5:56 K: I question that very much, whether the Indian thought - I am sorry, I don't mean that - whether thought is ever East or West. There is only thought, it is not Eastern thought, or Western thought. The expression of thoughts may be different in India, and here it may be different, but it is still a process of thought. K: Saya sangat mempertanyakan itu, apakah pikiran India - maaf, bukan itu maksud saya - apakah pikiran memang bisa dikatakan sebagai Barat atau Timur. Hanya ada pikiran, bukan pikiran Timur, ataupun pikiran Barat. Ungkapan pikiran bisa saja berbeda di India, dan di sini bisa saja berbeda, tapi tetap saja hal itu merupakan proses pikiran.
6:29 P: But is it also not true that what the brain cells contain in the West and what perhaps the centuries of knowledge and so-called wisdom in the East have given a content to the brain cells which make them perceive in a different way? P: Namun juga tidak benar bahwa apa yang terkandung dalam sel otak di Barat dan apa yang, mungkin, pengetahuan berabad-abad dan yang disebut dengan kebijaksanaan di Timur telah memberikan muatan pada sel-sel otak yang membuatnya membentuk persepsi dengan cara berbeda?
6:53 K: I wonder how accurate what you are saying. I would like to question what you are saying, if I may. I find, when I go there, there is much more materialism now than there used to be.

P: Yes.
K: Saya bertanya-tanya seberapa akuratkah hal yang Anda katakan itu. Saya ingin memepertanyakan perkataan Anda, jika boleh. Menurut saya, ketika saya pergi ke India, materialisme sudah lebih banyak saat ini dibandingkan yang dulu.

P: Ya.
7:12 K: More concerned with money, position, power and all that. And of course there is overpopulation, and all the complexity of modern civilisation. Are you saying that the Indian mind has a tendency to an inward search, much more so than the West? K: Orang-orang lebih risau tentang uang, jabatan, kekuasaan, dan semua itu. Dan tentu saja, terdapat kelebihan jumlah penduduk, dan segala macam kompleksitas peradaban modern. Apa Anda hendak mengatakan bahwa batin India memiliki tendensi lebih besar untuk mencari ke dalam diri dibandingkan dengan di Barat?
7:48 P: I would say so. I would say just as the Western mind has a... P: Saya hendak mengatakan bahwa sepertinya batin Barat memiliki....
7:53 K: Technical… K: Teknikal....
7:54 P: ...not only technological but environmental... P: Tidak hanya teknologi, namun juga lingkungan....
7:58 K: Yes, environmental, economic and so on - ecological. K: Ya, lingkungan, ekonomi, dan sebagainya - ekologi.
8:02 P: ...the movement outer. There is the inner environment and the outer environment. And I think, if you take it that way, I would say the outer environment is the concern of the West, and the inner environment has been the concern of the East, of India. P: ...ada gerakan ke luar. Ada lingkungan dalam, ada lingkungan luar. Dan saya pikir, jika Anda memahaminya demikian, menurut saya lingkungan luar merupakan keprihatinan Barat, dan lingkungan dalam merupakan keprihatinan Timur, keprihatinan India.
8:22 K: Has been the concern, but it has been the concern of a very, very few people! K: Itu adalah keprihatinan, namun hanya keprihatinan dari amat, amat sedikit orang!
8:28 P: But it is only the few people who create the culture. How does culture come into being? P: Namun hanya segelintir orang yang membentuk kebudayaan itu. Bagaimanakah suatu kebudayaan terbentuk?
8:36 K: That's a question we should discuss. Rather, before we go to that: is there really a distinction between the Eastern thought and Western thought? I would like to establish that. Or there is only this extraordinary phenomenon of the world being divided into the East and the West. K: Itu adalah pertanyaan yang harus kita diskusikan. Lebih baik, sebelum kita mendiskusikannya, apakah memang ada perbedaan antara pikiran Timur dan Barat? Saya ingin membuktikan hal itu. Ataukah hanya terdapat suatu fenomena luar biasa di mana dunia dibagi menjadi Timur dan Barat.
9:03 P: But what has divided it? P: Tapi apa yang membaginya?
9:06 K: Geographically, first. Politically, economically, as a much more ancient civilisation - if I can use that word - than the West. All that is the Indian mind, if we can use that word 'mind' with regard to all that. The Western world is much more concerned - as far as I can see I may be mistaken - is concerned with worldly affairs. K: Faktor geografis, pertama. Secara politik, secara ekonomi, dengan peradaban yang jauh lebih kuno - jika saya boleh menggunakan kata itu - dibandingkan dengan Barat. Seluruh batin India, jika kita bisa gunakan kata 'batin' berkenaan dengan semua itu. Dunia Barat jauh lebih prihatin terhadap - sejauh yang saya perhatikan walaupun bisa saja saya keliru - prihatin terhadap urusan duniawi.
9:44 P: But what turned it in that direction? P: Tetapi apa yang membelokkannya ke arah itu?
9:47 K: Climate. Climate - much more, very much more, it is a colder climate - and all the inventions, and all the modern technology comes from the Northern part of the world, the Northern people. K: Iklim. Iklim - iklim yang lebih, jauh lebih dingin - dan seluruh penemuan, juga semua teknologi modern datang dari bagian Utara dunia ini, orang-orang di Utara.
10:10 P: Yes, but if it was only climate then... P: Ya, akan tetapi jika penyebabnya bukan sekadar iklim, maka...
10:13 K: No, it is not only the climate. K: Tidak, bukan sekadar iklim.
10:15 P: …Mexico, Africa, Equatorial Africa...

K: Of course not, of course not.
P: Meksiko, Afrika, Afrika ekuatorial...

K: Tentu saja tidak, tentu saja tidak.
10:19 P: ...would have the same mind.

K: No, no…
P: ...akan memiliki batin yang sama.

K: Tidak, tidak...
10:22 P: But it is not that.

K: It is not only the climate.
P: Berarti bukan itu.

K: Ini tak hanya soal iklim.
10:25 P: So that's not the answer.

K: It is climate and the whole so-called religious way of life in the West is very, very different from the East.
P: Jadi, itu bukan jawabannya.

K: Iklim adalah salah satunya dan seluruh hal yang disebut cara hidup religius di Barat sangat, sangatlah berbeda dari Timur.
10:37 P: That's what I am saying. Somewhere along the line, people of one racial stock, seemingly, divided. P: Itulah yang saya maksud. Pada suatu titik, orang-orang dari suatu ras, seakan, terbagi.
10:53 K: Divided, yes, from Sumaria and so on. K: Terbagi, ya, sejak peradaban Sumeria dan seterusnya.
10:55 P: Divided. And the direction in which the West turned was the discovery of their dialogue with nature, out of which arose technology, out of which arose all the great scientific finds, truths. India also had a dialogue with nature and with the self... P: Terbagi. Dan arah yang dituju Barat merupakan hasil penemuan dari dialog mereka dengan alam, yang dari situ memunculkan teknologi, yang dari situ memunculkan segala penemuan ilmiah hebat, kebenaran. India juga berdialog dengan alam dan dengan diri...
11:24 K: But of a different nature.

P: ...of a different nature. The dialogues were in themselves of a different kind.
K: Namun alam yang berbeda.

P: ...alam yang berbeda. Dialognya memang berbeda.
11:34 K: So are you trying to say that the Eastern mind, Indian mind, is more concerned with religious matters than the West? Here in the West it is all rather superficial, though they think it is rather deep. And there, in India, tradition, literature and everything says: the world is not so important as the understanding of the self, or the understanding of the universe, the understanding of the highest principle, Brahman. K: Jadi apakah Anda ingin mengatakan bahwa pikiran Timur, pikiran India, lebih prihatin dengan persoalan religius daripada pikiran Barat?

K: Di sini, di Barat, segala halnya lebih dangkal, walaupun mereka kira itu cukup mendalam. Dan di sana, di India, tradisi, sastra, dan segala halnya menyatakan: dunia ini tidaklah begitu penting daripada pemahaman diri, atau pemahaman tentang alam semesta, pemahaman tentang prinsip tertinggi, Brahman.
12:18 P: This swiftness with which the mind can start the enquiry is perhaps different to the West, where the enquiry, the insights, the great insights have been in different directions. P: Kecepatan batin untuk mulai menyelidiki mungkin saja berbeda dari Barat, di mana pertanyaan, wawasan, dan pengetahuan yang dalam berada di arah yang berlainan.
12:47 K: Of course. But here, in religious matters, doubt, scepticism, questioning, is absolutely denied. Faith is all important here. In Indian religion, in Buddhism and so on, doubt, questioning, enquiring becomes all important. K: Tentu saja. Tetapi di sini, dalam hal agama, keraguan, ketidakpercayaan, dan pertanyaan benar-benar diingkari. Iman adalah satu-satunya yang penting. Dalam agama India, dalam Buddhisme dan seterusnya, keraguan, pertanyaan, keingintahuan, semuanya menjadi penting.
13:15 P: Out of this, today somehow both the cultures are in crisis. P: Di luar itu, sekarang bagaimanapun juga kedua kebudayaan ini berada dalam krisis.
13:24 K: Yes, of course. Would you say not only cultures, but the whole human consciousness is in a crisis. K: Ya, tentu saja. Akankah Anda mengatakan bahwa tak hanya budaya namun seluruh kesadaran manusia sedang berada dalam krisis?
13:34 P: Would you distinguish human consciousness from culture? P: Akankah Anda membedakan antara kesadaran manusia dengan kebudayaan?
13:38 K: No. K: Tidak.
13:39 P: In a sense they are the same.

K: No, basically not.
P: Sedikit banyak keduanya sama.

K: Tidak, pada dasarnya tidak.
13:43 P: So the crisis at the very root is making them search some way away from themselves. They feel an inadequacy and so they turn to the other culture. It is happening in both countries. P: Jadi krisis ini pada dasarnya membuat mereka mencari jalan keluar dari diri mereka sendiri. Mereka merasakan kekurangan dan karena itu beralih ke kebudayaan lain. Hal ini terjadi pada negara-negara di Barat maupun di Timur.
14:03 K: Yes. But you see, Pupulji, I am questioning whether, in their search, from their materialistic outlook - if I may use that word - they are being caught by all kinds of superstitious, romantic, occult ideas, and these gurus that come over here, and all the rest of it. What I want to find out is whether human consciousness, if it is in a crisis, as it is, whether it is possible not only to resolve that crisis, without war destroying humanity, whether human beings can ever go beyond their own limitation. I don't know if I am making myself clear. K: Ya. Tetapi Anda tahu, Pupulji, saya mempertanyakan apakah pencarian mereka, dari pandangan materialistis mereka, - jika saya boleh menggunakan kata itu - mereka tertangkap oleh segala macam takhayul, romantik, gagasan gaib, dan guru-guru mereka yang pernah datang kemari, dan semua itu. Apa yang ingin saya cari tahu yaitu apakah kesadaran manusia, jika sedang dalam krisis, sebagaimana adanya, apakah mungkin untuk tidak hanya menyelesaikan krisis tersebut, tanpa perang yang menghancurkan kemanusiaan, apakah manusia dapat melampaui batasannya. Saya tidak tahu apakah maksud saya cukup jelas.
15:05 P: Sir, may I just…

K: Of course, this is a discussion.
P: Pak, boleh saya bertanya?

K: Tentu saja, ini diskusi.
15:11 P: The outer and inner is like the material and the search within. It's two mirror images of these two directions in which man has moved. The problem really is, if man has to survive, the two have to be...

K: They must live together.
P: Yang "di dalam" dan "di luar" ibarat bahan dan pencarian ke dalam. Seperti dua gambaran cermin dari dua arah ini di mana manusianya telah bergerak. Masalah yang sesungguhnya adalah jika manusia harus bertahan hidup, keduanya harus menjadi...

K: Mereka harus hidup bersama-sama.
15:42 P: Not live together, but a human culture come into being which would contain both. P: Tidak hidup bersama-sama, akan tetapi terwujudnya suatu kebudayaan manusia yang mengandung keduanya.
15:53 K: Now what do you mean by the word 'culture'? What do you mean by culture? K: Apa yang Anda maksud dengan kata 'kebudayaan'? Apa yang Anda maksud dengan kebudayaan?
15:58 P: Isn't culture everything that the brain possesses? P: Bukankah kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipunyai otak?
16:03 K: That is, would you say the training of the brain and refining the brain? K: Memang, apakah anda memaksudkan pelatihan otak dan penghalusan otak?
16:12 P: The training of the brain and the refinement of the brain. P: Suatu pelatihan otak dan penghalusan otak.
16:15 K: And the expression of that refinement in action, in behaviour, in relationship, and also a process of enquiry that leads to something totally untouched by thought? I would say: this is culture. K: Dan ekspresi dari penghalusan tersebut di dalam aksi dalam perilaku, dalam relasi, dan juga proses penyelidikan yang mengarah ke sesuatu yang secara total tidak tersentuh oleh pemikiran? Aku berkata: inilah kebudayaan.
16:42 P: Would you include enquiry in the field of culture? P: Apakah Anda memasukkan penyelidikan ke dalam kebudayaan?
16:51 K: Of course.

P: Isn't culture a closed circuit?
K: Tentu.

P: Tidakkah kebudayaan itu suatu lingkaran tertutup?
16:57 K: You can make of it that way, or you can break it and go beyond. K: Anda dapat membuatnya demikian atau mematahkan hal itu dan melampauinya.
17:04 P: But today culture is a closed circuit, today culture as it exists. P: Namun sekarang ini kebudayaan adalah lingkaran tertutup, saat ini kebudayaan seperti itulah yg eksis.
17:11 K: That's why I want to understand what you mean by the word 'culture'. K: Karena itu saya ingin paham apa yg Anda maksud dgn kata "kebudayaan"?
17:15 P: As we understand it today, Krishnaji, it is our perceptions, the way we look at things, our thoughts, our feelings, our attitudes, the operation of our senses - you could keep on adding to this. P: Seperti yang kita pahami hari ini, Krishnaji, ini merupakan persepsi kita, cara kita memandang suatu hal, pemikiran kita, perasaan kita, perilaku kita, penggunaan indera kita. - Anda bisa terus menambahkan hal-hal.
17:32 K: That is, the religion, faith, belief, superstition. K: Itulah, agama, iman, kepercayaan, takhyul.
17:36 P: The outer and the inner, which keeps on growing. May be growing but it is all growing within that contour, it remains a contour. And when you talk of a search which is no way connected with this, would you include it in... P: Yang "di luar" dan "di dalam yang terus bertumbuh. Dapat bertumbuh namun semuanya bertumbuh dalam watak itu, dan tetap menjadi suatu watak, Dan ketika Anda bicara tentang pencarian yang tidak ada hubungannya dengan ini, apakah Anda akan merangkumnya dalam...
17:58 K: Search? K: Pencarian?
18:00 P: ...well, enquiry, search, observance…

K: I understand.
P: ...penyelidikan, pencarian, pengamatan...

K: Saya mengerti.
18:03 P: …you can use any word.

K: Of course, of course.
P: ...bisa pakai kata apapun.

K: Tentu.
18:05 P: But would you put it into the field of culture? You would. P: Namun apakah Anda akan memasukkannya ke ranah kebudayaan? Ya.
18:10 K: Of course. Would you say - I am just trying to clarify the matter - would you say: the whole movement of culture is like a tide going out and coming in, like the sea, going out and coming in, and the human endeavour is this process of going out and coming in. And never enquiring whether that process can ever stop. You understand? What I mean is: we act and react. That's the human nature. Act and react, like the ebb and flow. I react, and out of the reaction act, and from that action react, it's back and forth. Right? Now, I am asking whether this reaction of reward and punishment can stop and take a totally different turn? We function, we live, and our reactions are based on reward and punishment. Right?

P: Yes.
K: Tentu saja. Apakah yang Anda maksud - saya mencoba mengklarifikasi persoalannya apakah yang Anda maksud itu: seluruh gerakan kebudayaan seperti gelombang datang dan pergi, seperti pasang dan surut. Ikhtiar manusia adalah proses naik dan turun. Dan tidak pernah menyelidiki apakah proses ini bisa berhenti. Anda mengerti? Yang saya maksud adalah: kita bertindak dan bereaksi. Itulah sifat menusia. Bertindak dan bereaksi, seperti pasang surut. Saya bereaksi, dari reaksi itu saya bertindak, kemudian bereaksi lagi bolak-balik. Bukan begitu? Sekarang, saya bertanya apakah reaksi terhadap penghargaan dan hukuman dapat dihentikan dan berubah total? Kita bekerja, kita hidup, dan reaksi-reaksi kita didasarkan pada penghargaan dan hukuman. Benar begitu?

P: Ya.
19:48 K: Both physically, psychologically and every way. And that's all we know, deeply. Now I am asking whether - there is this reaction of reward and the avoidance of punishment, and so on, like the tide - is there another sense of action which is not based on this action/reaction? You understand what I am talking about? K: Baik secara fisik, psikologis, segala cara. Dan hanya itulah yang kita tahu, secara mendalam. Sekarang saya menanyakan - - ada reaksi terhadap penghargaan dan tindakan menghindari hukuman, dan seterusnya, seperti gelombang - apakah ada arah tindakan lain yang tidak didasarkan pada tindakan atau reaksi? Anda memahami apa yang saya maksud?
20:26 P: As this action/reaction is an impulse of the brain cells, it can never be...

K: It is our conditioning.
P: Karena tindakan atau reaksi merupakan impuls sel-sel otak, itu takkan pernah...

K: Itu pengkondisian.
20:39 P: And it is an impulse of the brain cells. P: Dan itu adalah impuls sel-sel otak.
20:41 K: Yes, of course. K: Ya, tentu saja.
20:42 P: It is the way the brain cells respond, and the way they receive through the senses and the way they... Now, the question you ask... P: Begitulah cara sel-sel otak merespon, dan juga menerima melalui indera dan cara... Sekarang, pertanyaan Anda...
20:57 K: Our question is, really, we are enquiring into what is culture. K: Pertanyaan kita adalah, sebenarnya, kita menyelidiki apa itu kebudayaan.
21:02 P: What is culture. And we went into that. P: Apa itu kebudayaan. Dan kita sudah mulai menyelidiki.
21:05 K: A little bit.

P: Little bit. It can be expanded much further, but still it remains within the same field.
K: Sedikit.

P: Sedikit. Ini dapat diperluas lebih lanjut, namun tetap berada di ranah yang sama.
21:11 K: In the same field but you can enlarge the field. K: Di ranah yang sama namun dapat diperluas.
21:15 P: Would you say then that culture is that which is contained in the brain cells? P: Apakah Anda hendak mengatakan bahwa kebudayaan adalah apa yang terkandung dalam sel-sel otak?
21:21 K: Of course.

P: Anything else?
K: Tentu saja.

P: Ada yang lain?
21:27 K: All our past memories. K: Semua ingatan masa lampau kita.
21:29 P: Yes, so if you take all that, is there anything else? P: Ya, jika Anda mengambil semua itu, apakah ada yang lain?
21:36 K: I understand. Now, this is a difficult question because one must be careful, very careful. If there is something else - if - then that something else can operate on the brain cells which are conditioned. Right? If there is something in the brain. Then the activity of that something else can bring about freedom from this narrow, limited culture. But is there something else? Within the brain. K: Saya paham. Sekarang, ini adalah pertanyaan yang sulit karena seseorang harus berhati-hati, sangat hati-hati jika ada hal lain - jika - maka hal lain tersebut dapat bekerja dalam sel-sel otak yang terkondisi. Benar? Jika ada suatu hal dalam otak. Maka aktivitas hal yang lain itu dapat membawa kebebasan dari kebudayaan yang sempit dan terbatas ini. Namun adakah suatu hal lain? Di dalam otak.
22:17 P: But even physiologically they are saying, Krishnaji, that the operation of the brain cells today is a very, very, very minute portion of its capacity. P: Bahkan mereka mengatakan bahwa secara psikologis, Krishnaji, kerja sel-sel otak saat ini hanyalah bagian yang sangat kecil dari kapasitasnya.
22:28 K: Of it's capacity - why? K: Dari kapasitasnya - mengapa?
22:31 P: Because conditioning limits it, and it has never been free of those processes which… P: Karena pengkondisian membatasinya, dan ia takkan pernah bebas dari proses-proses yang...
22:40 K: …limit it. Which means thought is limited. K: ...membatasinya. Yang berarti bahwa pikiran itu terbatas.
22:46 P: Yes. It has put all its eggs in one basket. P: Ya, seperti seluruh telur yang diletakkan dalam satu keranjang.
22:51 K: Thought is limited. And we are all functioning within that limitation, because thought, experience is limited, knowledge is limited for ever, and memory, and thought. So thought is limited. K: Pikiran itu terbatas. Dan kita semua bekerja dalam keterbatasan itu, karena terbatasnya pikiran, juga pengalaman, pengetahuan juga selamanya terbatas, juga ingatan, dan pikiran. Jadi pikiran itu terbatas.
23:12 P: What place have the senses and the perceptive processes in this? P: Di mana tempat indera dan proses perseptif dalam hal ini?
23:18 K: No, that brings another question which is: can the senses operate without the interference of thought? You understand my question? K: Bukan, ini membawa pada pertanyaan lain yaitu: dapatkah indera-indera bekerja tanpa campur tangan pikiran? Anda paham maksud saya?
23:33 P: As they operate today, Krishnaji, they seem to have one root. The movement of the senses, as they operate, is the movement of thought. P: Sebagaimana mereka bekerja saat ini, Krishnaji, mereka seperti punya 1 sumber. Pergerakan indera, ketika bekerja, adalah pergerakan pikiran.
23:46 K: That's all. Therefore it is limited! K: Itu saja. Karenanya itu terbatas!
23:50 P: So when you ask a query, is it possible for them... What does one do with a question of that type? P: Jadi ketika Anda bertanya, apakah memungkinkan bagi mereka... Apa yang dilakukan seseorang dengan pertanyaan seperti itu?
24:03 K: I am enquiring. I am enquiring with a lot of hesitation and a certain amount of scepticism, whether the brain - which has evolved through thousands of years, experienced untold sorrow, loneliness, despair, and all the rest of it, and its search to escape from its own fears through every form of religious endeavour - whether those brain cells, in themselves, can ever change, bring about a mutation in themselves. Otherwise a totally different 'new culture'... K: Saya menyeldiki, saya menyelidiki dengan banyak keraguan dan sejumlah tertentu skeptisisme, apakah otak - yang telah berkembang ribuan tahun, mengalami kesedihan, kesepian, dan keputusasaan tak terkatakan , dan semua sisanya, dan pencariannya untuk melepaskan diri dari ketakutannya sendiri melalui tiap ikhtiar religius - apakah sel-sel otak tersebut, di dalam diri mereka, dapat berubah, menyebabkan mutasi dalam diri mereka. Sebaliknya 'kebudayaan baru' yang sama sekali berbeda...
24:53 P: But if they don't bring about a mutation in themselves and there is nothing else... P: Tapi jika itu tidak menyebabkan mutasi dalam diri mereka dan tidak ada hal lain...
25:03 K: Yes, I understand your question. K: Ya, saya memahami pertanyaan Anda.
25:05 P: You see, this is a paradox. P: Anda tahu, ini adalah suatu paradoks.
25:08 K: Yes, this is also an everlasting question. I mean, the Hindus raised it long ago, many, many centuries ago - you probably know much more about it than I do - but they raised this question, which is, is there an outside agency, God, the highest principle and so on and so on, the higher self - that's a wrong way of... 'higher self'... we'll use it for the moment. K:Ya, ini juga merupakan pertanyaan tiada akhir. Maksud saya, umat Hindu mengajukannya sejak lama, berabad-abad lalu - Anda mungkin tahu jauh lebih banyak daripada saya - tapi mereka mengajukan pertanyaan ini, yang adalah, apakah ada suatu perantara asing, Tuhan, prinsip tertinggi dan seterusnya, diri yg lebih tinggi - itu adalah cara yg salah untuk... 'diri yang lebih tinggi' kita akan gunakan utk saat ini.
25:41 P: Highest principle, maybe. P: Prinsip tertinggi, mungkin.
25:44 K: Whether that can operate on the conditioned brain. K: Apakah itu dapat bekerja dalam otak yang terkondisi.
25:51 P: Or is it, sir, that: can it awaken within the brain? There are two things. One is an outside... P: Ataukah, Pak, bahwa: itu dapat dibangkitkan dalam otak? Terdapat dua hal. Pertama adalah kerja...
26:02 K: ...agency operating.

P: ...agency, or energy operating. Or, from within the brain cells, the untapped portion of the brain cells, an awakening which transforms.

K: I understand this question. Yes. I understand this question. Let's enquire into it, let's discuss it. Is there an outside agency, - outside energy let's call it for the moment - that will bring about a mutation in the brain cells which are conditioned? Right?
K: ...perantara asing.

P: ...perantara, atau energi yang bekerja. Atau, dari dalam sel-sel otak, bagian yang belum dimanfaatkan dari sel-sel otak, suatu kebangkitan yg mentransformasikan.

K: Saya memahami pertanyaan ini. Ya. Saya paham pertanyaan ini. Mari menyelidikinya, mari mendiskusikannya. Apakah ada perantara asing, - mari menyebutnya energi asing untuk saat ini - yang akan menyebabkan mutasi di sel-sel otak yang terkondisi? Benar?
26:44 P: May I say something?

K: Please.
P: Boleh saya mengatakan sesuatu?

K: Silahkan.
26:48 P: The problem is that energy really never touches the brain cells. There are so many obstacles one has built that the flow of energy from nature, from... P: Masalahnya adalah energi benar-benar tak pernah menyentuh sel-sel otak. Ada sangat banyak rintangan yang dibuat seseorang sehingga aliran energi dari alam, dari...
27:05 K: Energy. K: Energi.
27:06 P: Energy never seems to touch and create. Create! P: Energi seakan tak pernah menyentuh dan mencipta. Mencipta!
27:18 K: What are we two discussing, Pupulji? K: Apa yg sedang kita diskusikan, Pupulji?
27:20 P: We are discussing the possibility of a human culture. P: Kita sedang mendiskusikan kemungkinan dari kebudayaan manusia.
27:25 K: A culture which is not... K: Kebudayaan yang tidak...
27:27 P: ...either of India or of the West, which contains all mankind, if I may say so. P: ...baik kebudayaan India atau Barat, yang memuat seluruh umat manusia, jika saya boleh berkata demikian.
27:37 K: All humanity. Which is not Western, or Eastern or... K: Seluruh kemanusiaan. Bukan hanya Barat, atau Timur atau...
27:41 P: And has insights. The division between the outer and the inner ends. And insight is insight, not insight into the outer or insight into the inner. P: Dan memiliki wawasan. Pembagian antara yang di luar dan di dalam berakhir. Dan wawasan adalah wawasan, bukan wawasan yg masuk ke yg di luar, maupun bukan wawasan yg masuk ke yg di dalam.
27:57 K: So what is the question? K: Jadi apa pertanyaannya?
27:59 P: So, for that, the instrument is the brain cell, the tool which operates is the brain cell. P: Maka, untuk itu, alatnya adalah sel-sel otak, sarana yang bekerja adalah sel-sel otak.
28:07 K: Is the brain.

P: Is the brain. Now, something has to happen in the brain!
K: Sel-sel otak.

P: Sel-sel otak. Sekarang, sesuatu harus terjadi di otak!
28:15 K: Yes. I say it can happen. Without the idea that there is outside agency that will somehow cleanse the brain which has been conditioned, or invent an outside agency, as most religions have done, right? Or, can the conditioned brain awaken to its own conditioning and so perceive its own limitation, and... stay there for a moment? I don't know if I make my point clear. You see, we are all the time, are we not, trying to do something. Which is, the doer is different from that which is being done. Right? I realise, for example, suppose I realise that my brain is conditioned and so all my activity, my feelings, and my relationship with others, is limited. I realise that. And then I say: that limitation must be broken down. So I am operating on the limitation. But the 'I' is also limited, the 'I' is not separate from the other. If we can bridge that, that the 'I' is not separate from the limitation which he is trying to break down. Right? Both the limitation of the self and the limitation of the conditioning are similar, they are not separate. The 'I' is not separate from its own qualities. K: Ya. Saya katakan itu dapat terjadi. Tanpa gagasan tentang adanya perantara luar yang entah bagaimana akan membersihkan otak yang telah terkondisi, atau menciptakan perantara luar, seperti yang telah dilakukan sebagian besar agama, benar? Atau, dapatkah otak yang terkondisi terbangun dari pengkondisiannya dan dengan demikian mencerap keterbatasannya, dan... tetap di sana untuk beberapa saat? Saya tidak tahu apakah maksud saya jelas. Anda lihat, setiap waktu, bukankah, kita mencoba melakukan sesuatu. Sesuatu yang pelakunya berbeda dari apa yang dilakukan. Benar? Saya menyadari, misalnya, seandainya saya menyadari bahwa otak saya terkondisi dan karenanya seluruh aktivitas saya, perasaan saya, dan relasi saya dengan orang lain, itu terbatas, saya menyadarinya. Dan kemudian saya berkata: batasan itu harus dipatahkan. Maka saya bertindak terhadap keterbatasan itu. Namun 'saya' juga terbatas, 'saya' tidak terpisah dari yang lain. Jika kita dapat menjembataninya, bahwa 'saya' menjadi tidak terpisah dari keterbatasan yang hendak dipatahkan. Benar? Keterbatasan diri maupun keterbatasan pengkondisian, keduanya sama saja, mereka tidak terpisah. 'Saya' tidak terpisah dari sifat-sifatnya sendiri.
30:51 P: And from what it observes. P: Dan dari apa yang diamatinya.
30:56 K: And one part observes the other part. K: Dan satu bagian mengamati bagian lain.
31:06 P: When you say we're all the time trying to do something... P: Ketika Anda berkata bahwa kita setiap saat mencoba melakukan sesuatu...
31:12 K: Operate on the other.

P: ...operate on the other…
K: Bertindak pada yang lainnya.

P: ...bertindak pada yang lainnya...
31:19 K: After all, our whole life is that, apart from the technological world and so on. I am this and I must change that. So the brain is now conditioned in this division, the actor is different from the action. K: Bagaimanapun juga, seluruh hidup kita adalah demikian, selain dari dunia teknologi dan seterusnya. Saya adalah ini dan saya harus mengubah itu. Maka otak sekarang terkondisi dengan pembagian ini, pelaku berbeda dari tindakan yang dilakukannya.
31:48 P: That of course, yes. P: Tentu saja demikian, ya.
31:51 K: And so that condition goes on. But when one realises the actor is the action, then the whole outlook changes altogether. Let's come back for the moment. We are asking, Pupulji, are we not, what brings about a change in the human brain? K: Dan begitulah pengkondisian berlangsung. Namun ketika seseorang menyadari bahwa pelaku adalah tindakannya, maka seluruh pandangan sama sekali berubah. Mari kita kembali sejenak untuk saat ini. Bukankah kita menanyakan, Pupulji, apa yang membawa perubahan pada otak manusia?
32:25 P: That is really the crucial point. What is it that makes it end? P: Itulah poin penting yang sebenarnya. Apakah yang membuatnya berakhir?
32:40 K: Yes. Let's go into it a little bit more. Man has lived on this earth for a million years, more or less. And we are as primitive as we were before, psychologically. And we have not basically changed very much. We are killing each other, we are seeking power, position, we are corrupt - everything that human beings are doing in the world today, psychologically. And, what will make human beings, humanity, change all that? K: Ya. Mari kita lebih mendalaminya. Manusia telah hidup di bumi selama kurang lebih jutaan tahun. Dan kita masih seprimitif dulu, secara psikologis. Dan kita pada dasarnya belum banyak berubah. Kita saling membinasakan, kita mencari kekuasaan, jabatan, kita korup - segala hal yang dilakukan umat manusia di dunia pada saat ini, secara psikologis. Dan, apa yang akan membuat umat manusia, kemanusiaan, mengubah semua itu?
33:24 P: Great insight.

K: Wait. Insight. Now, is so-called culture preventing all this? You understand my question? Indian culture, take Indian culture: few people, like great thinkers in India, have gone into this question, right? And the majority of the people just repeat, repeat, repeat, repeat - just tradition, a dead thing, and they are living with a dead thing. Right? Now, and here too, tradition plays a tremendous part...
P: Wawasan luas.

K: Sebentar. Wawasan. Sekarang, apakah kebudayaan mencegah semua ini? Anda memahami pertanyaan saya? Budaya India, mari kita ambil contoh budaya India: beberapa orang, seperti para pemikir hebat di India, sudah pernah mempertanyakan hal ini, bukan? Dan mayoritas orang hanya mengulang, mengulang, mengulang, mengulang - hanya tradisi, hal yang mati, dan mereka hidup dengan hal yang mati. Benar? Sekarang, dan di sini juga, tradisi memainkan bagian besar...
34:12 P: Yes, because it is the other way - a few have great insights into science, and then the rest is... P: Ya, karena itu merupakan jalan lain - beberapa orang memiliki wawasan luas dalam sains, dan kemudian sisanya...
34:22 K: So looking at all this, what would make human beings radically bring about a mutation in themselves? Culture has tried to bring about certain changes in human behaviour. Right? I mean religions have said, 'Behave this way, don't do this, don't kill', but they go on killing, 'Be brotherly' and they are not brotherly, 'Love one another' and they don't - you follow? There are the edicts, the sanctions, and we are doing everything quite the opposite. K: Sehingga melihat semua ini, apa yang menyebabkan umat manusia secara radikal menyebabkan mutasi dalam diri mereka? Kebudayaan telah mencoba menghasilkan perubahan semacam itu pada perilaku manusia. Benar? Maksud saya agama mengatakan, 'Berperilakulah seperti ini, jangan lakukan ini, jangan membunuh', namun mereka terus membunuh, 'jadilah bersahabat' dan mereka tidak bersahabat, 'Saling mengasihi satu sama lain' dan mereka tidak - pahamkah Anda? Terdapat maklumat, sanksi, dan kita melakukan semua yang berlawanan.
35:09 P: But cultures have collapsed really. P: Namun kebudayaan benar-benar telah runtuh.
35:12 K: That's what I want to find out. Whether it has collapsed and it has no value at all any more, and so man is now at a loss. If you go to America, for example, they have no tradition. Right? Each one is doing what he likes, he is doing his thing. And they are doing the same thing here in a different way. So what will bring about a mutation in the brain cells, which then… K: Itulah yang ingin saya ketahui. Apakah kebudayaan telah runtuh dan tak lagi bernilai sama sekali, dan manusia sekarang berada dalam kebingungan. Jika Anda pergi ke Amerika, misalnya, mereka tidak punya tradisi. Benar? Setiap orang melakukan hal yg mereka suka, ia melakukan yang ia inginkan. Dan mereka melakukan hal yang sama di sini dengan cara berbeda. Jadi apa yang akan menyebabkan mutasi pada sel-sel otak, yang kemudian...
35:52 P: So what you are saying really is that it doesn't matter whether the Indian matrix is different, or the Western matrix is different...

K: Not at all.
P: Jadi apa yang Anda katakan adalah bahwa itu benar-benar tak masalah apakah matriks India berbeda, atau matriks Barat berbeda...

K: Tidak sama sekali.
36:02 P: ...the problem is identical: the mutation in the human brain. P: ...permasalahannya mirip: mutasi dalam otak manusia.
36:07 K: Yes, let's stick to that. I mean, after all, Indians, even the poor Indians suffer as they suffer here - lonely, despair, misery, all that - is just the same as here. So let's forget the East and the West and see what prevents this mutation taking place. K: Ya, mari kita berpegang pada hal itu. Maksud saya, bagaimanapun, orang India, bahkan orang India yang miskin pun menderita seperti di sini - kesepian, keputusasaan, penderitaan, semua itu - sama seperti di sini. Jadi marilah kita lupakan Timur dan Barat dan lihat apa yang dapat mencegah terjadinya mutasi ini.
36:43 P: Sir, is there any other way but perceiving the actual? P: Pak, adakah cara selain mencerap hal yang aktual?
36:57 K: The actual. That is what we have been maintaining for sixty years, that the 'what is', the actual, is more important than the idea of the actual. The ideal, the various concepts and conclusions have no value at all because you are away from the facts, from what is going on. Apparently that is tremendously difficult because we are caught up with ideas. K: Yang aktual. Inilah hal yang kita pertahankan selama 60 tahun, bahwa 'what is', yang aktual, lebih penting daripada gagasan tentang apa yang aktual. Acuan, berbagai konsep, dan kesimpulan tidaklah bernilai sama sekali karena Anda jauh dari fakta, dari apa yang terjadi. Kelihatannya itu sangatlah sulit karena kita terperangkap dalam ide-ide.
37:37 P: But in perceiving the actual...

K: Caught up in ideas.
P: Tapi di dalam mencerap yang aktual...

K: Terperangkap dalam ide-ide.
37:47 P: ...there is no movement of the brain. P: ...tidak ada gerakan otak.
37:49 K: That's all I am saying. Facts, if one observes very carefully, in themselves bring about a change. I don't know if I am making… Human sorrow is not Western sorrow or Eastern sorrow. Right? It is human sorrow. And we are always trying to move away from sorrow. Now, could we understand the depth and the meaning of sorrow - not understand intellectually but actually delve into the nature of sorrow? And sorrow is not yours or mine! So what is impeding or blocking the human brain from enquiring deeply within itself? K: Itulah yang saya maksud. Faktanya, jika seseorang mengamati dengan sangat teliti, di dalam diri mereka timbul perubahan. Saya tidak tahu apakah... Duka manusia bukanlah duka Barat maupun duka Timur. Benar? Itu adalah duka manusia. Dan kita selalu mencoba untuk menjauhi duka. Sekarang, dapatkah kita memahami kedalaman dan makna duka - bukan memahami secara intelektual namun benar-benar menggali ke dalam sifat asal duka? Dan duka bukanlah milik Anda maupun saya! Jadi apa yang menghambat atau mengalangi otak manusia dari menyelidiki jauh ke dalam dirinya?
39:09 P: Sir, I want to ask one thing: you used the word 'delving', you used the word 'enquiring into oneself', both are words connected with movement. Yet you say: the ending of movement... P: Pak, saya ingin menanyakan satu hal: Anda menggunakan kata 'menggali', Anda menggunakan kata-kata 'menyelidiki ke dalam diri seseorang', keduanya adalah kata-kata yang berkaitan dengan gerakan. Namun Anda mengatakan: akhir dari gerakan...
39:29 K: Of course, of course. Movement is time, movement is thought... The ending of movement - can that really end, or do we think it can end? You understand my question? After all, the people who have somewhat gone into this kind of thing, both in the past and the present, have always divided the entity that enquires and that which is to be enquired into. That's my objection. I think that is the major block. K: Tentu, tentu saja. Gerakan adalah waktu, gerakan adalah pikiran... Akhir dari gerakan - dapatkah itu benar-benar berakhir, atau apakah menurut kita itu dapat berakhir? Anda memahami pertanyaan saya? Lagipula, semua orang yang pernah memikirkan tentang hal ini, baik di masa lalu maupun sekarang, selalu memisahkan entitas yang menyelidiki dan hal yang diselidiki. Itulah keberatan saya. Menurut saya itu adalah penghalang besar.
40:28 P: So when you use the word 'enquiry', you use it as perception.

K: Perception, observing, watching. Now, we will go into that in a minute, if we have time. But I want to come back to this, if I may: what will make human beings alter - very simply put - the way they behave? Very simply put. This appalling brutality, what will change all this? Who will change it? Not the politicians, not the priests, not the people who are talking about environment, and the ecologists and so on, so on, so on. They are not changing the human being. Who will change it, if man himself will not change, who will change it? The church has tried to change man - right? - and it hasn't succeeded. Religions have tried, throughout the world, to humanise or make man more intelligent, more considerate, affectionate and so on - they have not succeeded. Culture has not succeeded.
P: Jadi ketika Anda menggunakan kata 'penyelidikan', Anda menggunakannya sebagai persepsi.

P: Persepsi, mengamati, memperhatikan. Sekarang, kita akan membicarakannya sebentar lagi, jika kita punya waktu. Namun saya ingin kembali pada hal ini, jika boleh: apa yang akan membuat umat manusia mengubah - sangat sederhananya - cara mereka berperilaku? Sangat sederhananya. Kebrutalan mengerikan ini, apa yang akan mengubahnya? Siapa yang akan mengubahnya? Bukan politisi, bukan pendeta, bukan masyarakat yang bicara soal lingkungan, dan para ahli ekologi, dan seterusnya. Mereka tidak mengubah umat manusia. Siapa yang akan mengubahnya, jika manusia itu sendiri tidak ingin berubah, siapa yang akan mengubahnya? Gereja telah mencoba mengubah manusia - benar? - dan itu tidaklah berhasil. Agama telah mencoba, di seluruh dunia, untuk memanusiakan atau membuat manusia lebih cerdas, lebih peka, memiliki kasih sayang dsb. - mereka tak berhasil. Kebudayaan tidak berhasil.
42:04 P: But you say all this, Krishnaji, but that in itself does not bring man to that perception of fact. P: Anda mengatakan semua ini, Krishnaji, namun hal itu sendiri tidak memberikan manusia pada persepsi tentang fakta tersebut.
42:16 K: So what will make him? You, perhaps, say for instance, you and another have this perception, I may not have it, so what effect has your perception on me? Again, if you have perception and power, position, I worship you or kill you. Right? So I am asking a much deeper question: I want really to find out why human beings, after so many millennia, are like this. One group against another group, one tribe against another tribe, one nation against another nation. The horror that is going on. A new culture, will that bring about a change? Does man want to change ? Or he says, 'Things are all right, let's go on, we will evolve to a certain stage, eventually'. K: Jadi apakah yang membuatnya demikian? Anda, mungkin, contohnya, Anda dan orang lain mempunyai suatu persepsi, saya tidak, jadi apa akibat dari persepsi Anda pada saya? Dan lagi, jika Anda memiliki persepsi dan kekuasaan, jabatan, saya menyembah atau membunuh Anda. Benar? Jadi saya mengajukan pertanyaan yang lebih mendalam: Saya benar-benar ingin tahu mengapa umat manusia, setelah beribu tahun lamanya, menjadi seperti ini. Satu kelompok melawan kelompok lainnya, satu suku melawan suku lainnya, satu bangsa melawan bangsa lainnya. Kengerian yang terus berlangsung. Kebudayaan baru, akankah itu membawa perubahan? Apakah manusia mau berubah? Ataukah mereka akan berkata, 'Semuanya baik-baik saja, mari kita melanjutkannya, kita akan berkembang sampai ke suatu tahap, pada akhirnya'.
43:35 P: Most people feel that. P: Kebanyan orang merasa demikian.
43:36 K: Yes. That's what is so appalling about it. 'Eventually. Give me another thousand years, we will all be marvellous human beings'. Which is so absurd! In the meantime we are destroying each other. K: Ya. Demikianlah hal yang sangat mengerikan mengenai itu. 'Pada akhirnya. Berikan saya seribu tahun, kita semua akan menjadi umat manusia yang menakjubkan. Yang adalah sangat absurd! Sementara itu kita saling menghancurkan satu sama lain.
43:56 P: Sir, may I ask you something? What is the actual moment of facing the fact? What is it actually, the actuality of it? P: Pak, bolehkah saya bertanya pada Anda? Apa momen aktual dalam menghadapi fakta? Apakah sebenarnya, aktualitas dari hal tersebut?
44:18 K: What is a fact, Pupul? We were discussing the other day with a group of people here. Fact is that which has been done, remembered, and that which is being done, now. K: Apa itu fakta, Pupul? Kita kali pernah berdiskusi bersama sekelompok orang di sini. Fakta adalah suatu hal yang telah dilakukan, diingat, dan apa yang sedang dilakukan, sekarang.
44:34 P: Being done now.

K: Being done now, acting now, and that which has happened yesterday, and remembered that fact - remembrance.
P: Sedang dilakukan sekarang.

K: Sedang dilakukan, bertindak sekarang, dan apa yang telah terjadi kemarin, dan fakta tersebut diingat - ingatan.
44:51 P: Or even arising of a wave of fear, horror, anything. Now, how does one actually... P: Atau bahkan muncul dari gelombang ketakutan, kengerian, apa saja. Bagaimana seseorang secara aktual...
45:01 K: I am saying - no, wait a minute. So let us be clear when you say: 'what is', the fact. Right? The fact of yesterday, or last week's incident, is gone, but I remember it. Right? There is remembrance of something - pleasant or unpleasant - that happened, which was a fact, is stored in the brain. And what is being done now is also a fact, coloured by the past, controlled by the past, shaped by the past. So can I see this whole movement as a fact? K : Saya katakan - tidak, tunggu. Mari kita memperjelas pernyataan Anda: 'apa adanya', fakta. Benar? Fakta tentang hari kemarin, atau insiden minggu lalu, telah pergi, namun saya mengingatnya. Benar? Ada ingatan tentang sesuatu - menyenangkan atau tidak - yang terjadi, yang merupakan fakta, yang tersimpan dalam otak Dan apa yang sedang dilakukan sekarang, juga merupakan fakta, diwarnai masa lalu, dikontrol masa lalu, dibentuk masa lalu. Jadi dapatkah saya melihat seluruh gerakan ini sebagai fakta?
45:52 P: The seeing it as a fact... P: Melihatnya sebagai fakta...
45:54 K: The whole movement - the future, the present, the past. K: Seluruh gerakan - masa depan, masa kini, masa lalu.
45:58 P: The seeing it as a fact is seeing it without a cliche. P: Melihatnya sebagai fakta adalah melihatnya tanpa klise.
46:04 K: Without a cliche, without prejudice, without bias. K: Tanpa klise, tanpa prasangka, tanpa bias.
46:08 P: Or without anything surrounding it. P: Atau tanpa apapun di sekelilingnya.
46:12 K: That's right. Which means what? K: Itu benar. Yang artinya?
46:19 P: Negating, first of all, negating all the responses which arise, surround.

K: Negating the remembrances. Just keep to that for the moment.
P: Meniadakan, pertama-tama, meniadakan semua respons yang muncul, melingkungi.

K: Meniadakan ingatan. Tetap di sana untuk beberapa saat.
46:32 P: The remembrances which arise out of it. P: Ingatan yang muncul dari sana.
46:34 K: Out of the fact of last week's pleasure or pain, reward or punishment. Now, is that possible? K: Dari fakta tentang kenikmatan atau penderitaan minggu lalu, penghargaan atau hukuman. Apakah itu mungkin?
46:46 P: Yes, that is possible.

K: Possible. Why?
P: Ya, itu mungkin.

K: Mungkin. Mengapa?
46:50 P: Because the very attention itself... P: Karena perhatian itu sendiri sebenarnya...
46:56 K: ...dissipates remembrance. Now, that means, can the brain be so attentive that the incident which happened last week, the fact it happened, and end the fact - end it, not carry on in memory. My son is dead. And I have suffered. But the memory of that son is so strongly… has such strong strength in my brain that I constantly remember it. K: ...menghilangkan ingatan. Itu artinya, dapatkah otak menjadi sangat penuh perhatian sehingga insiden yang terjadi pada minggu lalu, fakta bahwa itu terjadi, dan akhir dari fakta tersebut - akhiri, tidak terus ada dalam memori. Anak laki-laki saya meninggal. Dan saya telah sengsara. Namun memori tentang anak lai-laki itu sangatlah... sangat kuat di dalam otak saya sehingga saya terus mengingatnya.
47:47 P: Rises.

K: Rises and disappears. So can the brain say, 'Yes, my son is dead, that is the end of it'.
P: Muncul.

K: Muncul dan lenyap. Jadi dapatkah otak berkata, 'Ya, anak laki-laki saya telah meninggal, dan inilah akhirya.
48:01 P: Does one say that? Or, when there is a rising... P: Apakah orang berkata demikian? Atau, ketika ada kemunculan...
48:07 K: And then ending? Which means an endless arising and ending. K: Dan kemudian suatu akhir? Yg artinya adalah kemunculan dan pengakhiran yg tiada henti.
48:13 P: No, but, there is an arising. P: Tidak, tapi ada yang muncul.
48:17 K: Which is a remembrance. Let's keep to the word currently.

P: Which is a remembrance. Out of that there is a movement of pain.
K: Yaitu ingatan. Mari kita camkan kata tersebut.

P: Yaitu ingatan. Ke luar itu terdapat perasaan sakit.
48:24 K: Pain. K: Sakit.
48:26 P: The negation of that pain ends not only the pain but the arising.

K: Which means what? Go into it a little bit more. What does that mean? My son is dead. I remember all the things that he - etc., etc. And there is a photograph of him on the piano or on the mantelpiece, and there is this constant remembrance - right? - flowing in and flowing out. That's a fact.
P: Meniadakan perasaan sakit itu tidak hanya mengakhirinya, namun juga kemunculannya.

K: Yang artinya? Tolong sedikit diperdalam. Apa artinya itu? Anak laki-laki saya meninggal. Saya mengingat segala hal yang ia - dst., dst. Dan ada fotonya di atas piano atau dalam rak di atas tungku, dan ada ingatan yang terus-menerus - benar? - mengalir masuk dan keluar. Itulah fakta.
49:08 P: But the negating of that pain and the dissolving of this, doesn't it have a direct action on the brain? P: Namun meniadakan perasaan sakit dan mengakhirinya, tidakkah itu merupakan tindakan langsung pada otak?
49:18 K: That's what I am coming to. Which means what? My son is dead, that's a fact - right? - I can't change the fact. He is gone. It sounds cruel to say it, but he is gone. But I am carrying him all the time, right? The brain is carrying him as memory, and the reminder is always there. I am carrying on. I never say, 'He is gone, that's a fact'. But I live on memories, which is a dead thing! Memories are not actual. And I am asking: the ending of the fact. My son is gone. It doesn't mean I have lost love, or anything. My son is gone, that is a fact. K: Itulah yang ingin saya ingin katakan. Yang artinya? Anak laki-laki saya meninggal, itu fakta - benar? - saya tak dapat mengubahnya. Ia telah pergi. Kedengarannya kejam, namun ia memang telah pergi. Namun saya selalu membawanya, bukan? Otak membawanya sebagai memori, dan peringatannya selalu ada di sana. Saya melanjutkan hidup. Saya tak pernah berkata, 'Ia telah pergi, itu faktanya'. Namun saya tinggal dalam memori, yang merupakan hal yang sudah mati! Memori tidaklah aktual. Dan saya menanyakan: akhir dari fakta. Anak laki-laki saya telah pergi. Bukan berarti saya telah kehilangan cinta kasih. Anak laki-laki saya telah pergi, itu faktanya.
50:23 P: But what remains when a fact is perceived? P: Tapi apa yang tersisa ketika suatu fakta dipersepsikan?
50:38 K: May I say something without being shocking? Nothing. My son is gone, or my brother, my wife, whatever it is. Gone. Which is not an assertion of cruelty or denying my affection, my love. Not the love of my son, but the identification of love with my son. I don't know if I'm… K: Dapatkah saya mengatakan sesuatu tanpa harus mengagetkan? Tiada. Anak laki-laki saya telah pergi, atau saudara laki-laki, istri, siapapun. Pergi. Yang bukan merupakan pernyataan tegas dari kekejaman atau menyangkal afeksi saya, cinta kasih saya. Bukan cinta kasih akan anak saya, namun identifikasi cinta kasih pada anak laki-laki saya. Saya tak tahu apakah saya...
51:24 P: You are drawing a distinction between love of my son... P: Anda menggambarkan perbedaan antara cinta kasih akan anak laki-laki saya...
51:31 K: ...and love.

P: And love.
K: ...dan cinta kasih.

P: Dan cinta kasih.
51:34 K: If I love my son in the deepest sense of the word, I love man, humanity. It's not only I love my son, I love the whole human world, the earth, the trees, the whole universe. But that is a different matter. So you are asking a really good question, which is: what takes place when there is the perception, pure perception of fact, without any bias, without any kind of escape and so on, to see the fact completely, is that possible? When I am in sorrow of my son's death, I mean I am lost. It is a great shock. It is something terrible that has taken place. And at that moment you can't say anything to the person. Right? As he comes out of this confusion and loneliness and despair and sorrow, then perhaps he will be sensitive enough to perceive this fact. K: Jika saya mengasihi anak laki-laki saya dalam arti terdalam kata tersebut, saya mengasihi manusia, kemanusiaan. Bukan saja mengasihi anak laki-laki saya, saya mengasihi seluruh manusia, bumi, pepohonan, seluruh jagat raya. Namun itu adalah persoalan yang berbeda. Jadi Anda mengajukan pertanyaan yang sangat bagus, yaitu: apa yang terjadi ketika terdapat persepsi, persepsi murni dari fakta, tanpa bias, tanpa segala macam pelarian dan seterusnya, untuk melihat fakta secara utuh, apakah itu mungkin? Ketika saya berada dalam penderitaan karena kematian anak saya, maksudnya saya merasa kehilangan. Itu adalah guncangan besar. Itu adalah hal buruk yang telah terjadi. Dan ketika itu Anda tak dapat berkata apapun pada orang itu. Benar? Saat ia keluar dari kebingungan, kesepian, keputusasaan, dan penderitaan ini, maka mungkin saja ia akan menjadi cukup peka untuk mempersepsikan fakta.
53:05 P: Now, I come back always to this one thing: this perception of the fact, doesn't it need a... P: Sekarang, saya selalu kembali pada satu hal: persepsi tentang fakta ini, tidakkah membutuhkan
53:17 K: …a tremendous attention.

P: ...a great deal of watching?
K: ...perhatian yang amat besar.

P: ...banyak mengamati?
53:21 K: Watching, of course, of course. K: Mengamati tentu saja, tentu saja.

P: Anda tak dapat mengatakannya pada seseorang yg baru saja kehilangan...
53:25 P: You can't tell a person who has just lost... K: Tidak, itu kejam.
53:27 K: No, that would be cruel. But a man who says, 'My son is dead, what is it all about, death is common to all humanity, why do we exist...' A man who is sensitive, asking, enquiring. He is awake, he wants to find an answer to all this. Namun seseorang yang mengatakan, 'Anak laki-laki saya meninggal, tentang apa semua ini, kematian itu wajar bagi seluruh umat manusia, mengapa kita ada...' Seseorang yang peka, bertanya, menyelidiki, Ia bangkit, ia ingin menemukan sebuah jawaban untuk semua ini.
53:54 P: Sir, at one level it seems so simple. P: Pak, pada suatu tingkat ini terkesan sangat sederhana.
53:59 K: I know. And I think we must keep it simple, not bring about a lot of intellectual theories and ideas into it. K: Saya tahu. Dan saya pikir kita harus membuatnya tetap sederhana, tidak membawa banyak teori dan gagasan intelektual ke dalamnya.
54:09 P: Then why is it - is the mind afraid of the simple? P: Jadi apa sebabnya - apakah batin takut dengan hal yang sederhana?
54:17 K: No, I think we are so highly intellectual, it has been part of our education, part of our culture. Ideas are tremendously important, concepts are essential. It is part of our culture. The man who says, 'Please, ideas are not very important, facts are', he must be extraordinarily simple. K: Tidak, saya pikir kita sangatlah intelektual, itu telah menjadi bagian dari pendidikan kita, budaya kita. Gagasan-gagasan amat sangat penting, konsep-konsep sangat diperlukan. Itu adalah bagian dari kebudayaan kita. Seseorang yang mengatakan, 'Tolong, gagasan tidak begitu penting, faktalah yang sangat penting', ia pasti luar biasa sederhana.
54:47 P: You see, sir, what you are saying, in the whole field of Indian culture the highest is the dissolution of the self. And you say, you talk of the dissolution of the fact, which is essentially the dissolution of the self. P: Anda tahu, Pak, hal yang Anda katakan, di seluruh bidang kebudayaan India yang tertinggi adalah meleburnya diri. Dan Anda berkata, Anda berbicara tentang meleburnya fakta, yang pada intinya merupakan meleburnya diri.
55:08 K: Yes. But the dissolution of the self has become a concept. And we are worshipping a concept, as they are all doing, all over the world. Concepts are invented by thought, or, through analysis and so on, come to a concept and hold that concept as a most extraordinarily important thing. So, come back to the point: what will make human beings, throughout the world, behave? Not behave my way or your way. Behave: don't kill, don't be afraid, don't... - you know - have great affection and so on, what will bring it about? Nothing has succeeded. Knowledge hasn't helped him. Right? K: Ya. Namun meleburnya diri telah menjadi konsep. Dan kita memuja suatu konsep, seperti yang dilakukan orang-orang di seluruh dunia. Konsep diciptakan oleh pikiran, atau, melalui analisis dan seterusnya, menjadi suatu konsep dan berpeganglah pada konsep tersebut sebagai suatu hal yang luar biasa penting. Jadi, kita kembali pada poin: apa yang membuat umat manusia, di seluruh dunia, berkelakuan baik? Bukan berkelakuan seperti saya atau Anda. Berkelakuan baik: jangan membunuh, jangan takut, jangan... - Anda pasti mengerti - memiliki afeksi besar dan sebagainya, apa yang menyebabkan hal itu? Tiada yang berhasil. Pengetahuan tidaklah membantunya. Benar?
56:21 P: Isn't it because fear is his shadow? P: Bukankah itu disebabkan karena rasa takut adalah bayangannya?
56:26 K: Fear, and also we want to know what the future is. K: Ketakutan, dan kita juga ingin mengetahui masa depan.
56:34 P: Which is part of fear.

K: Yes. We want to know because we have - it is simple - we have sought security in so many things and they have all failed. And now we say there must be security somewhere. And I question if there is any security somewhere at all, even in God. That is a projection of one's own fears.
P: Yang adalah bagian dari ketakutan.

K: Ya. Kita ingin tahu karena kita - sederhana saja - kita mencari jaminan dalam begitu banyak hal dan kita semua telah gagal. Dan sekarang kita mengatakan jaminan harus ada di suatu tempat. Dan saya mempertanyakan apakah memang ada jaminan di suatu tempat, bahkan di dalam Tuhan. Itu adalah proyeksi ketakutan seseorang.
57:06 P: What is the action of this dissolution on the brain cell, on the brain itself? P: Tindakan peleburan apa yang terjadi pada sel-sel otak, pada otak itu sendiri?
57:16 K: I would use the word 'insight'. Insight is not a matter of memory, not a matter of knowledge and time, which are all thought. So I would say insight is the absence, total absence of the whole movement of thought as time and remembrance and thought. So there is direct perception. It is like: I have been going north for the last ten thousand years, my brain is accustomed to enter the north. And somebody comes along and says, 'That will lead you nowhere. Go east.' When I turn round and go east the brain cells have changed. Because I have an insight that the north leads nowhere. Wait, I will put it differently. The whole movement of thought, which is limited, and which is acting throughout the world now, it is the most important action, driven by thought. Thought will not solve any of our problems, except technological. Right? If I see that, I have stopped going north! And I think that the ending of a certain direction, ending of a movement that has been going on for thousands of years, at that moment there is an insight, which brings about a change, a mutation in the brain cells. One sees this very clearly. But one asks what will make humanity change. What will make my son, my daughter change? They hear all this, they read something about all this, from biologists and so on, psychologists, and they continue their old way. Is the past tradition so strong? I have thought about myself for the last thousand years and still I am thinking about myself, 'I must fulfil myself, I must be great, I must become something'. This is my condition, this is my tradition. Is the past so tremendously strong? And the past is incarnating all the time. Right? Is that part of our culture, to continue in our condition? K: Saya akan gunakan kata 'wawasan'. Wawasan bukanlah tentang ingatan, bukan tentang pengetahuan dan waktu, yang merupakan pikiran. Maka saya katakan bahwa wawasan adalah ketidakhadiran total dari seluruh gerak pikiran sebagai waktu dan ingatan dan pikiran. Jadi ada persepsi langsung. Itu seperti halnya: saya telah pergi ke utara selama 10 ribu tahun terakhir, otak saya terbiasa mengarah ke utara. Kemudian seseorang ikut serta dan berkata, 'Itu tidak membawamu ke manapun. Pergilah ke arah timur.' Ketika saya berbalik arah ke timur, sel-sel otak telah berubah. Karena saya memiliki wawasan bahwa pergi utara tak membawa saya ke manapun. Tunggu, saya akan menyampaikannya secara berbeda. Seluruh gerak pikiran, yang terbatas, dan bertindak di dunia sekarang, adalah tindakan yang amat penting, dikendalikan oleh pikiran. Pikiran tak menyelesaikan satu pun masalah kita, kecuali yg sifatnya teknologi. Benar? Jika saya paham, saya pasti telah berhenti mengarah ke utara. Dan saya pikir, pengakhiran dari arah tertentu, pengakhiran suatu gerakan yang sedang berlangsung selama ribuan tahun, pada saat itu terdapat suatu wawasan, yang menyebabkan perubahan, mutasi sel-sel otak. Seseorang sangat jelas memahami hal ini. Namun seseorang menanyakan apa yang membuat kemanusiaan berubah. Apa yang akan membuat anak laki-laki atau anak perempuan saya berubah? Mereka mendengar semua ini, mereka membaca sesuatu tentang hal ini, dari ahli biologi, psikologi, dsb. kemudian mereka melanjutkan cara-cara lama. Apakah tradisi lama sangat kuat? Saya telah memikirkan tentang diri saya selama ribuan tahun terakhir dan saya masih berpikir tentang diri saya. 'Saya harus memenuhi diri saya, saya harus hebat, harus menjadi sesuatu'. Inilah kondisi saya, tradisi saya. Apakah masa lalu amat sangat kuat? Dan masa lalu menjelma sepanjang waktu. Benar? Apakah ini bagian dari kebudayaan kita, melanjutkan kondisi kita?
1:01:46 P: I would say that is part of our culture. P: Menurut saya ini adalah bagian dari kebudayaan kita.
1:01:54 K: Look at it, I mean, I have been watching this very seriously, how tradition has a tremendous stronghold - not tradition of superstition, I am not talking of that - but a continuity of something of the past moving, moving, - you follow? - the past carrying on in its own momentum. And we are that. Culture may be part of our hindrance, religious concepts may be our hindrance. So what is the brain to do? They are saying one part of the brain is the old, and another part of the brain is something totally new, and that, if we can open the door to the new, there might be change. Because, according to these specialists, we are using very, very small part of our brain. K: Lihatlah itu, maksud saya, saya telah mengamati hal ini dengan sangat serius, bagaimana tradisi memliki benteng yang luar biasa - bukan tradisi takhyul, saya tak membicarakan hal itu - tetapi keberlanjutan suatu hal yang bergerak dari masa lalu, - paham? - masa lalu kita bawa terus-menerus. Dan kitalah itu. Kebudayaan dapat menjadi bagian dari rintangan kita, konsep religius dapat menjadi rintangan kita. Jadi apa yang harus dilakukan otak? Orang-orang mengatakan sebagian otak adalah sesuatu yang lama, dan bagian lain otak adalah sesuatu yang sama sekali baru, dan jika kita dapat membuka diri pada sesuatu yang baru, perubahan dapat terjadi. Karena, menurut para ahli ini, kita menggunakan hanya sebagian yang amat kecil dari otak.
1:03:29 P: Obviously, when there is attention, the fragment has ended. P: Jelas, ketika ada perhatian, fragmen telah berakhir.
1:03:36 K: Yes, that's it. We can talk about it like this - what is attention, we can describe, go into it - at the end of it a listener says, 'All right, I understand all this, but I am what I am! I understand this intellectually, verbally, but it hasn't touched the depth of my being!' K: Ya, tepat sekali. Kita dapat mengatakannya seperti ini - apa itu perhatian, kita bisa menjelaskan, memperdalam - pada akhirnya seorang pendengar berkata, 'Baiklah, saya mengerti semua itu, tapi saya adalah saya! Saya mengerti hal ini secara intelektual, verbal, tapi itu tidak menyentuh kedalaman keberadaan saya!'
1:04:02 P: But isn't it a question of that first contact with thought in the mind. P: Tapi bukankah itu merupakan pertanyaan pada kontak pertama dengan pikiran di dalam batin.
1:04:11 K: I don't quite follow that.

P: I have a feeling, sir, that we talk about observing thought. It is an entirely different thing to the actual state of attention...
K: Saya tidak begitu paham.

P: Pak, saya merasa bahwa kita berbicara tentang mengamati pikiran. Itu adalah hal yang sama sekali berbeda dari keadaan memperhatikan yang aktual...
1:04:26 K: That is, thought being aware of itself. K: Yang adalah, pikiran menyadari dirinya sendiri.
1:04:30 P: Yes. That one instant. P: Ya. Seketika itu juga.
1:04:36 K: I understand that. We are going away from… I am afraid we going away from the very central issue. The world is becoming more and more superficial, more and more money-minded, if I may use, money, power, position, fulfilment, identification, me, me, me, me. All this is being encouraged by everything around you, right? Now you, who have travelled, who have seen all this too, what do you make of all this business? There are these extraordinary intelligent people, clever people, and the most stupid people, the neurotic, the people who have come to a conclusion and never move from that conclusion, like the Communists - the totalitarian world is that - they have come to a certain conclusion and that is final! K: Saya paham. Kita menjauh dari... Saya khawatir bahwa kita menjauhi permasalahan pokok. Dunia ini menjadi semakin dangkal, semakin berkiblat pada uang, jika saya boleh mengatakannya, uang, kekuasaan, jabatan, pemenuhan diri, identifikasi diri, saya, saya, saya, saya. Semua ini didorong oleh segala sesuatu di sekitar Anda, benar? Sekarang Anda, yang sudah melakukan perjalanan, sudah melihat semua ini juga, apa yang Anda lakukan terhadap semua perkara ini? Ada orang-orang yang luar biasa cerdas, orang-orang pandai, dan orang-orang paling bodoh, yang neurotik, orang-orang yang telah membuat kesimpulan dan tak pernah pergi dari kesimpulan tersebut, seperti para komunis - dunia totaliter adalah demikian - mereka telah membuat kesimpulan tertentu yang sifatnya final!
1:06:09 P: But those are all commitments which you can't touch. You can only touch the people who are not committed. P: Namun semua itu adalah komitmen yang tak dapat Anda sentuh. Anda hanya dapat menyentuh mereka yang tak berkomitmen.
1:06:18 K: And who are the people who are not committed? K: Dan siapakah orang-orang yang tak berkomitmen itu?
1:06:22 P: I would said today: that is the one sign of health. P: Saya akan katakan hari ini: itu adalah salah satu tanda kesehatan.
1:06:29 K: Are they young people? K: Apakah mereka orang muda?
1:06:32 P: Today, as never before in the last twenty or thirty years, there are people who are not committed to anything. P: Saat ini, yg belum pernah terjadi dalam 20 atau 30 tahun terakhir, ada orang-orang yang tidak berkomitmen pada apapun.
1:06:44 K: I question - I really would like to… K: Saya mempertanyakan - saya sangat ingin...
1:06:46 P: Really, sir, I would say so. On the one hand you see this tremendous deterioration of everything, on the other, somewhere, this movement away from a commitment. They may not know where to turn, they may not have a direction, they may... P: Sungguh, Pak, menurut saya demikian. Di satu sisi Anda melihat kemerosotan luar biasa dari segala hal, di sisi lain, di suatu tempat, ada gerakan yang menjauhi komitmen ini. Mereka bisa saja tak tahu ke mana harus berbelok, mereka mungkin saja tak punya arah, mereka mungkin saja...
1:07:10 K: But don't belong to anything.

P: They don't belong to anything.
K: Tapi mereka bukan bagian dari apa-apa.

P: Bukan bagian dari apa-apa.
1:07:15 K: There are people like that, I know. K: Orang-orang seperti itu ada, saya tahu.
1:07:20 P: I mean they may... P: Maksud saya mereka bisa saja...
1:07:24 K: You see, they become rather vague, they become rather confused. K: Anda lihat, mereka menjadi sedikit kabur, mereka menjadi agak bingung.
1:07:27 P: Yes, because they turn these into concepts. It is so easy to turn what you say into a concept. P: Ya, karena mereka mengubah ini menjadi konsep. Sangat mudah untuk mengubah apa yang Anda katakan menjadi konsep.
1:07:35 K: Of course, of course. K: Tentu, tentu saja.
1:07:39 P: And to have axioms which contain what you say. But a culture which is so living because it is only living on insight… P: Dan untuk membuat dalil yang memuat perkataan Anda. Namun suatu kebudayaan yang sangat hidup karena hanya hidup dalam wawasan...
1:07:49 K: I wouldn't use the word 'culture'. K: Saya tak akan memakai kata 'kebudayaan'.
1:07:53 P: Well, because you started with the word 'culture' as something which contains more than just... therefore I used it. But it is a human culture which perhaps will be the culture of the mind which dwells in insight. P: Karena Anda mulai dengan kata 'kebudayaan' sebagai sesuatu yang memuat lebih dari sekadar... maka saya memakainya. Namun mungkin kebudayaan manusialah yang akan menjadi kebudayaan batin yang berdiam di dalam wawasan.
1:08:19 K: Culture being - yes. K: Budaya yang - ya.
1:08:25 P: In such a state, if I may ask, what happens to all the civilisations which the world has seen and known and contains?

K: Gone. The Egyptian civilisation…

P: No, they may have gone but they are still contained in the human race.
P: Dalam keadaan seperti itu, jika saya boleh bertanya, apa yang terjadi pada seluruh peradaban yang telah dilihat dan diketahui dunia ini dan terkandung di dalamnya?

K: Pergi. Peradaban Mesir...

P: Tidak, mereka mungkin saja pergi namun tetap terkandung dalam ras manusia.
1:08:43 K: Of course, of course, it is the same… K: Tentu, tentu, itu sama dengan...
1:08:48 P: But when you wipe out... P: Tetapi ketika Anda menghapuskannya...
1:08:53 K: Which means, Pupulji, actually, what is freedom? Are we aware that we are prisoners of our own fantasies, imaginations and conclusions, ideas - we are prisoners to that. Are we aware of all that? K: Yang berarti, Pupulji, sebenarnya, apa itu kebebasan? Apakah kita sadar bahwa kita adalah tawanan dari fantasi, imajinasi dan kesimpulan, gagasan kita sendiri - kita adalah tawanan dari hal-hal itu. Apakah kita menyadarinya?
1:09:16 P: I think we are. P: Saya pikir kita menyadarinya.
1:09:20 K: Pupul, if we are aware, if you are attentive to all that, the thing is burnt out. K: Pupul, jika kita menyadarinya, jika Anda penuh perhatian pada semua itu, hal ini terbakar habis.
1:09:27 P: This is, of course, at some point where we can't... because... You don't admit an in-between state! P: Ini, tentu saja,pada titik tertentu di mana kita tak bisa... karena... Anda tidak mengakui keadaan-antara!
1:09:40 K: That is impossible.

P: This is the whole problem.
K: Itu tidak mungkin.

P: Inilah permasalahannya.
1:09:46 K: It is like a man who is violent and trying to be non-violent, in-between state he is violent. K: Itu seperti seseorang yang bengis dan mencoba untuk menjadi tidak bengis, keadaan-antara ia orang bengis.
1:09:58 P: No, not necessarily. Isn't that also a question of this whole movement of time? P: Tidak, belum tentu. Bukankah itu juga merupakan pertanyaan tentang seluruh gerak waktu?
1:10:08 K: Time and thought and so on, which is what? Limiting. If we first acknowledge, or see the fact that thought, in any direction, is limited, in any field - surgery, technology, computers and so on - and also thought enquiring into itself, thought being limited, your enquiry will be very, very, very limited. K: Waktu dan pikiran dan seterusnya, yang merupakan? Pembatasan. Jika kita terlebih dahulu mengakui, atau melihat fakta bahwa pikiran, di segala arah, memang terbatas, dalam segala bidang - ilmu bedah, teknologi, komputer, dan sebagainya - dan juga pikiran menyelidiki dirinya sendiri, pikiran dibatasi, penyelidikan Anda akan menjadi sangat, sangat, sangat terbatas.
1:10:42 P: The difference is, sir, I might see that, but the attention necessary for it to remain alive in my waking day is not there. P: Perbedaannya adalah, Pak, saya mungkin paham, akan tetapi perhatian yg diperlukan untuk tetap hidup tak ada di sana.
1:11:00 K: No. I know.

P: It is the quantum, the capacity, the strength of that attention which...
K: Tidak. Saya tahu.

P: Itu adalah kuantum, kapasitas, kekuatan perhatian yang...
1:11:09 K: You see, how do you have that passion? How do you have that sustained movement of energy that is not dissipated, by thought, by any kind of activity? And I think that only comes when you understand sorrow and the ending of sorrow, then compassion and love and all that. That intelligence is that energy which has no depression, none of the human qualities. K: Anda paham, bagaimana Anda memiliki semangat itu? Bagaimana Anda memiliki gerak energi yang berkelanjutan, yang tidak dihamburkan oleh pikiran, oleh aktivitas apapun? Dan saya pikir itu hanya terjadi ketika Anda memahami penderitaan dan pengakhiran penderitaan, kemudian welas asih dan cinta kasih dan semua itu. Inteligensia itu adalah energi yang tidak akan menurun, bukan salah satu dari kualitas manusia.
1:11:56 P: You mean it neither rises nor falls? P: Maksud Anda itu tidak meningkat maupun menurun?
1:11:58 K: No. How can it? To rise and fall you must be aware that it is arising and falling, and who is it aware, and so on.

P: No, not even that way. But is it possible, throughout the day, to hold that...
K: Tidak. Bagaimana bisa? Untuk meningkat dan menurun Anda harus sadar bahwa hal itu meningkat dan menurun, dan siapakah sadar itu, dsb.

P: Tidak, bahkan tidak demikian. Namun mungkinkah, sepanjang hari, untuk memegangnya...
1:12:21 K: It is there. You don't hold it. It is like a perfume that is there. That's why I think one has to understand the whole conditioning of our consciousness. You know what I mean? I think that is the real study, real enquiry, real exploration into this consciousness, which is the common ground of all humanity. And we never enquire into it. We enquire as a professor or a psychologist enquires, and we study it, but we never say, 'Look, I am going to study this consciousness which is me, I am going to look into it'. K: Itu ada di sana. Anda tidak memegangnya. Itu seperti parfum yang berada di sana. Itulah mengapa saya pikir seseorang harus memahami seluruh perngkondisian kesadaran kita. Anda paham maksud saya? Saya pikir ini adalah studi, penyelidikan, eksplorasi yang nyata terhadap kesadaran, yang merupakan kesamaan dari semua kemanusiaan. Dan kita tak pernah menyelidikinya. Kita menyelidiki seperti seorang profesor atau ahli psikologi menyelidikinya, kemudian kita mempelajarinya, namun tak pernah berkata 'Lihat, saya hendak mempelajari kesadaran yang adalah saya, saya akan memeriksanya'.
1:13:12 P: No, one says that. I can't say that one doesn't. One says that. P: Tidak, ada yg mengatakannya. Saya tak bisa bilang tak ada. Ada yg mengatakannya.
1:13:19 K: But one doesn't.

P: One does it.
K: Tapi seseorang tidak melakukannya.

P: Seseorang melakukannya.
1:13:22 K: Partially. K: Secara parsial.
1:13:24 P: I won't accept that, sir. One does it, one attends, one enquires. P: Saya tak akan menerimanya. Seseorang melakukannya, seseorang mengikutinya, seseorang menyelidikinya.
1:13:30 K: And then what? Have you come to the end of it? K: Lalu apa? Apakah Anda sampai pada ujung akhirnya?
1:13:32 P: No, suddenly one finds that one has been inattentive. P: Tidak, mendadak seseorang mendapati bahwa seseorang tidak memperhatikan.
1:13:41 K: No, I don't think inattention matters. You may be tired, your brain has enquired enough, it is enough for today. There's nothing wrong with it. But you see, again I object to this question of attention and inattention. K: Tidak, menurut saya tiada perhatian bukan masalah. Bisa saja Anda lelah, otak Anda telah cukup menyelidiki, itu sudah cukup untuk hari ini. Tak ada yang salah dengan itu. Namun Anda lihat, lagi-lagi saya keberatan dengan pertanyaan tentang perhatian dan tiada perhatian.
1:14:15 P: But that is the basic question in most of our minds. Basically, if you ask... P: Tapi itu adalah pertanyaan mendasar dalam batin sebagian besar orang. Pada dasarnya, jika Anda bertanya...
1:14:23 K: I would not put it that way. I would say that where there is this ending of something, totally, there is a new beginning which has its own momentum. It has nothing to do with 'me'! That means one must be so completely free of the self. And to be free of the self is one of the most difficult things because it hides under different rocks, different trees, different activities. I think that's enough. K: Saya tak akan mengatakannya demikian. Saya akan katakan bahwa di mana ada pengakhiran dari sesuatu secara total, ada awal baru dengan momentumnya sendiri. Itu tak ada kaitannya dengan 'saya'! Itu artinya seseorang harus sepenuhnya bebas dari diri. Dan bebas dari diri adalah sesuatu yang sangat sulit karena ia bersembunyi di bawah batu-batu yang berbeda, pohon-pohon yang berbeda, aktivitas-aktivitas yang berbeda. Saya kira itu cukup.