Krishnamurti Subtitles home


MA81S1 - Apa yang akan memutuskan rantai dalam mana otak terperangkap?
Pertemuan Seminar ke-1
Madras (Chennai), India
14 Januari 1981



0:18 Achyut Patwardhan (AP): Sir, if I may start. There has been a widespread degeneration, observable all over the world in many countries, but particularly in this country it seems that we are reaching a point of crisis where the very survival of this culture seems to be in jeopardy. But reflective minds have come to realize that though there is a great deal of attention being paid to the misuse of resources like water pollution and the pollution of air, and all the other forms of pollution, basic to this is a certain degeneration at the very source of the human mind, at the source of the human brain. Would it be possible for us to explore whether this source of degeneration can be traced, can be located, and a process of cleansing it be found; whether there is or there is an alternative process of regeneration upon which we might come, in trying to discover the nature and extent of this vast process which seems to be bringing the entire civilization of our times to an end. Achyut Patwardhan (AP): Tuan, jika saya boleh memulai. Telah terjadi degenerasi yang meluas, dapat diamati di seluruh dunia di banyak negara, tetapi khususnya di negara ini, sepertinya kita sedang mendekati suatu titik krisis di mana kelangsungan hidup budaya ini tampaknya dalam bahaya. Tetapi pikiran reflektif telah menyadari bahwa meskipun ada banyak perhatian yang diberikan terhadap penyalahgunaan sumber daya seperti polusi air dan polusi udara, dan semua bentuk polusi lainnya, mendasar pada ini adalah suatu degenerasi tertentu di sumber batin manusia, di sumber otak manusia. Apakah mungkin bagi kita untuk menjelajahi, apakah sumber degenerasi ini dapat dilacak, dapat ditemukan, dan suatu proses membersihkannya ditemukan; apakah ada atau ada suatu proses regenerasi alternatif yang mungkin dapat kita ketemukan, dalam mencoba menemukan sifat dan tingkat proses yang luas ini, yang tampaknya membawa seluruh peradaban zaman kita berakhir.
2:35 Krishnamurti (K): Go on, sirs, I'll come in a little later, you carry on. Krishnamurti (K):Teruskan, Tuan, saya akan masuk nanti, Anda lanjutkan.
2:53 Questioner (Q): If I may go into that question Patwardhanji has raised, the question of degeneration. It seems to be everywhere, but here it seems to be more than anywhere else. This question was asked last year and it has set quite a few people thinking I have gone into this question and I should like to say, before we go into this question with regard to this culture, this Indian culture, whether we love. I'm asking this very important question because this is fundamental to the question that has been raised now. The word love seems to be a rare word in our culture. In Rig Veda, in the Upanishads and even in the Gita there is no mention of the word love. Now, coming down to the anthropological reality, language, I speak two languages, Telugu and Kannada. In these two languages, and I think is is true of most of the Indian languages, there is no word about love. We borrow a word, a Sanskrit word, and we add a suffix to it and make it into a word. This is true of two languages that I know. For instance, we have this word prema and we use the suffix isu or madu, which is premisu or premamadu, which is 'love do'. That's how you use that term. And I think, even in Hindi, I think the people who know the language should correct me, the usual word that we come across, even in films is, prem karna, mohabbat karna. Once again we use a word do, we borrow the word from Sanskrit, love, and we say, 'love do'. And I think it's a very serious kind of a lack with us. We know there are certain cultures where they don't have the word lying. If they are so primitive, perhaps, they are so primitively honest that they don't have the need to prevaricate, to tell a lie. And we also know last year that among the Eskimos they don't have this word competition. So if we, in this culture, have the need of the word, the word love, how is it that we don't have this word? Does it point to you something very fundamentally serious, a certain very profound lack in us? I should like to discuss this. Penanya (T): Jika saya boleh masuk ke dalam pertanyaan yang diangkat oleh Patwardhanji, persoalan tentang degenerasi. Sepertinya ada dimana-mana, tetapi di sini tampaknya lebih dari di mana pun. Persoalan ini ditanyakan tahun lalu dan telah membuat cukup banyak orang berpikir, saya telah masuk ke dalam persoalan ini dan saya ingin mengatakan, sebelum kita masuk ke dalam persoalan ini sehubungan dengan budaya ini, budaya India ini, apakah kita mencintai. Saya menanyakan hal yang sangat penting ini, karena ini mendasar bagi persoalan yang telah diangkat sekarang. Kata cinta sepertinya merupakan kata yang langka dalam budaya kita. Di Rig Veda, di Upanishad dan bahkan di Gita, tidak ada penyebutan kata cinta. Sekarang, masuk ke realitas antropologis, bahasa, saya berbicara dalam dua bahasa, Telugu dan Kannada. Dalam dua bahasa ini, dan menurut saya adalah benar untuk sebagian besar bahasa India, tidak ada kata tentang cinta. Kami pinjam suatu kata, kata Sansekerta, dan kami tambahkan sufiks padanya dan membuatnya menjadi sebuah kata. Ini adalah benar untuk dua bahasa yang saya tahu. Misalnya, kita mempunyai kata prema dan kita pakai akhiran 'isu' atau 'madu', yakni premisu atau premamadu, yang berarti 'cinta melakukan'. Begitulah cara Anda menggunakan istilah itu. Dan saya pikir, bahkan dalam bahasa Hindi, Saya pikir, orang yang tahu bahasa itu seyogianya mengoreksi saya, kata yang biasa kita temui, bahkan di film adalah, prem karna, mohabbat karna. Sekali lagi kami menggunakan kata 'do', kami pinjam kata itu dari Sansekerta, 'love', dan kami katakan, 'love do'. Dan saya pikir itu suatu jenis keku- rangan yang amat serius dengan kami. Kami tahu ada budaya-budaya tertentu, di mana mereka tidak memiliki kata berbohong. Jika mereka begitu primitif, mungkin, mereka begitu jujur, sehingga mereka tidak merasa perlu untuk berdusta, berbohong. Dan kita juga tahu tahun lalu bahwa di antara orang Eskimo, mereka tidak punya kata persaingan. Jadi jika kita, dalam budaya ini, membutuhkan kata itu, kata cinta, bagaimana mungkin kita tidak memiliki kata ini? Apakah itu menunjukkan pada Anda sesuatu yang serius amat mendasar, suatu kekurangan yang sangat besar dalam diri kita? Saya ingin membahas ini.
5:58 AP: I think this would side-track the discussion altogether because our whole question must be focused on what is. You have yourself begun by a statement that we don't have this. When we don't have it, anything we say about it is just speculative. So I say set it aside for the time being and let us start with where we are, which is, that we accept the fact of degeneration, and if we knew the causes we would deal with it. So I say we do not know the causes of it. Is it possible for us to start our exploration with a mind which says, 'I see the fact of degeneration, I don't know its causation, I am willing to explore'? AP: Saya pikir ini akan mengalihkan diskusi ini sama sekali ke hal lain, karena seluruh penyelidikan kita harus difokuskan pada apa adanya. Anda sendiri memulai dengan pernya- taan bahwa kita tidak memiliki ini. Ketika kita tidak memilikinya, apa pun yang kita katakan tentang itu, hanyalah spekulatif. Jadi saya katakan, sisihkan itu untuk saat ini dan mari kita mulai dengan di mana kita berada, yaitu, bahwa kita menerima fakta degenerasi, dan jika kita tahu penyebabnya, kita akan menyelesaikannya. Jadi saya katakan, kita tidak tahu penyebabnya. Mungkinkah kita memulai penjelajahan kita dengan batin yang berkata, 'Saya melihat fakta degenerasi, saya tidak tahu penyebabnya, saya bersedia untuk mengeksplorasi '?
6:59 Brij Khare (BK): I think this is too fast for me, because when a carpenter begins his work in the morning he sharpens his chisels and examines his hammer, and I am wondering if we can do the same thing at this time before we get into the content as to what we are going to make. What is it that really is our tool that the carpenter has? This would be my interest or as Krishnaji says... Brij Khare (BK): Saya pikir ini terlalu cepat bagi saya, karena saat tukang kayu memulai pekerjaannya di pagi hari, dia mengasah pahatnya dan memeriksa palunya, dan saya bertanya-tanya apakah kita bisa melakukan hal sama saat ini, sebelum kita masuk ke konten yang akan kita buat. Apakah yang benar-benar alat kita, yang tukang kayu punya? Ini akan menjadi minat saya atau seperti yang dikatakan Krishnaji
7:36 PJ: What would you consider the tools of enquiry? PJ: Apa yang Anda anggap sebagai alat penyelidikan?
7:39 BK: Yes, this is what I'd like to find out. Personally, I think it has been indicated, along with the observation of the problem, and that is it's the human brain. BK: Ya, ini yang ingin saya cari tahu. Secara pribadi, saya pikir itu telah ditunjukkan, bersama dengan observasi dari masalah, dan itu adalah otak manusia.
7:52 PJ: No, the tool. That is, is the brain the tool of enquiry? PJ: Tidak, alatnya. Artinya, apakah otak adalah alat untuk mencari tahu?
8:01 PJ: No, if the brain is the tool of enquiry and the enquiry is into the movement of the brain, PJ: Tidak, jika otak adalah alat untuk mencari tahu, dan penyelidikannya adalah ke dalam pergerakan otak,
8:13 BK: This is the characteristic for the human mind or brain to really be an observer for itself. BK: Ini adalah ciri dari batin atau otak manusia untuk benar-benar menjadi pengamat bagi dirinya sendiri.
8:23 AP: I can see your point. All that I said was that I open a map, and then I say that we start from a point which is shared by all of us, that there is this fact, you cannot explain it away, the fact of a very rapid process of degeneration which might almost threaten the survival of this culture. I start with this and I say, is it possible for us, without any other hypothesis, to explore in such a way that we can discover whether it is possible to cleanse the brain of that source from which this pollution starts. AP: Saya mengerti maksud Anda. Semua yang saya katakan adalah bahwa saya membuka suatu peta, dan lalu saya katakan, kita mulai dari titik yang kita semua berbagi, bahwa ada fakta ini, Anda tidak dapat menjelaskannya, fakta dari proses degenerasi yang sangat cepat, yang mungkin hampir mengancam kelangsungan budaya ini. Saya mulai dengan ini dan saya berkata, apakah mungkin bagi kita, tanpa hipotesis lain apa pun, untuk menjelajahi sedemikian rupa sehingga kita dapat menemukan, apakah mungkin untuk membersihkan otak dari sumber, dari mana polusi ini dimulai.
9:15 PJ: But taking these two questions together, is it possible to say, are the tools which are available to us adequate to view even this pollution which, as we were talking about, are they adequate to even go into the nature of the pollution? If they are of the essence of pollution themselves, can they investigate the pollution, and therefore can we investigate the tools? I think that is the... PJ: Tapi dengan menggabungkan dua pertanyaan ini, apakah mungkin untuk mengatakan, apakah alat-alat yang tersedia bagi kita memadai untuk melihat bahkan polusi ini yang, seperti yang kita bicarakan, apakah mereka memadai untuk bahkan masuk ke sifat pencemaran? Jika mereka itu adalah esensi dari pencemaran itu sendiri, dapatkah mereka menyelidiki polusi, dan oleh karena itu dapatkah kita menyelidiki alat-alatnya? Saya pikir itu adalah
9:51 BK: Yes, precisely. The carpenter has to examine what sort of tool he has, what he needs, he has to sort it out-the chisel, the hammer and what not. What do we have today, at this moment in time, to examine precisely the question that has been raised? BK: Ya, tepat sekali. Tukang kayu harus memeriksa jenis alat-alat apa yang dia miliki, apa yang dia butuhkan, dia harus memeriksa-pahat, palu dan yang lain-lain. Apa yang kita miliki hari ini, pada saat ini, untuk memeriksa dengan tepat pertanyaan yang telah diajukan?
10:08 Q: I was wondering whether that might be even a more difficult question, that is, the question of the tools themselves, whether one can take up something which we can see, open the map as it were, and get to an area where we see disorder, shall we say, and then ask what flows from that, and see what sort of causes and so on. But there was one point- I was thinking about this question of degeneration itself, somehow it seems to import a sort of time-scale. For instance, one can look at the same facts and say that it is not degeneration but it's an evolutionary process or something like that, clearly there is a disorder, perhaps, there is disorder, yes, but degeneration... T:Saya pikir, apakah itu bahkan bukan suatu pertanyaan yang lebih sulit, yaitu, persoalan tentang alat-alat itu sendiri, apakah seseorang dapat memungut sesuatu yang dapat kita lihat, seperti membuka peta, dan pergi ke area di mana kita melihat kekacauan, dan kemudian bertanya apa yang mengalir dari itu, dan melihat apa penyebabnya dan sebagainya. Tapi ada satu hal- Saya sedang memikirkan tentang persoalan degenerasi itu sendiri, entah bagaimana, tampaknya menandakan semacam skala waktu. Misalnya, seseorang dapat melihat fakta yang sama dan mengatakan bahwa itu bukanlah degenerasi, tetapi ini adalah suatu proses evolusi atau semacamnya, jelas ada kekacauan, mungkin, ada kekacauan, ya, tapi degenerasi
11:10 B K: I'm sorry, but you have moved away from the examination of the tool. You're talking about the making of it. B K: Maaf, tetapi Anda telah menjauh dari pemeriksaan alat. Anda sedang berbicara tentang pembuatannya.
11:16 Q: I know but I was wondering whether the examination of the tools by itself takes us anywhere. T:Saya tahu tapi saya bertanya-tanya apakah pemeriksaan alat itu saja tidak membawa kita kemana-mana.
11:26 PJ: I don't think the two questions are independent of each other. PJ: Menurut saya kedua pertanyaan itu bukannya tidak saling terkait.
11:29 Q: That's right, it's not. T: Benar, tidak.
11:31 G. Narayan (GN): And speaking of the tool, I think the language is a very important tool. G. Narayan (GN): Dan berbicara tentang alat, Saya pikir bahasa adalah alat yang sangat penting.
11:34 AP: I don't want to bring in any issues to prejudice the enquiry. That's why I did not raise the question of any tools or anything, but I say, I discover that the tool is inadequate. I put it aside. AP:Saya tidak ingin membawa masalah apa pun yang merugikan penyelidikan. Itulah mengapa saya tidak mengajukan pertanyaan tentang alat atau apa pun, tetapi saya katakan, saya temukan bahwa alat tidak memadai. Saya kesampingkan.
11:50 Sunanda Patwardhan (SP): But before you do that, he says, 'What are the tools of enquiry and what are we examining?' Sunanda Patwardhan (SP): Tapi sebelum Anda melakukan itu, dia berkata, 'Apakah alat penyelidikan dan apa yang kita selidiki?'
11:55 AP: I will say that I can only open the map that there is this very rapid process of degeneration which threatens survival. Now, how do we understand it? AP: Saya akan mengatakan bahwa saya hanya bisa membuka peta, bahwa ada proses degenerasi yang sangat cepat ini, yang mengancam kelangsungan hidup. Sekarang, bagaimana kita memahaminya?
12:11 BK: Suppose I disagree with your observation. BK: Misalkan saya tidak setuju dengan pengamatan Anda.
12:13 AP: You disagree that there is a degeneration? AP: Anda tidak setuju bahwa ada degenerasi?
12:15 BK: Suppose I do, then the question... BK: Seandainya ya, maka pertanyaannya
12:17 K: You can't suppose, sir, either you say there is no degeneration, not suppose. K:Anda tidak bisa menduga, Tuan, atau Anda katakan tidak ada degenerasi, bukan menduga.
12:25 AP: If you say there is no degeneration, this problem is totally imaginary, that is one position, which is quite arguable, but I feel that... AP: Kalau Anda katakan tidak ada degenerasi, masalah ini sepenuhnya adalah imajiner, itu satu posisi, yang amat bisa diperdebatkan, tapi saya merasa bahwa
12:35 PJ: But Achyutji, you must see this point of Dr Khare. There is some validity in that point. That is, we are stating that there is a state of degeneration, you are stating that there is a state of degeneration, both outside and within; that it is part of the very condition of man today, the degenerative process having itself accelerated and therefore degeneration being at our doorstep and within one. He says with what will we enquire into this, because unless you ask yourself the question, with what you will enquire, you will keep on going round within the circle of degeneration. So the question is not incorrect. PJ: Tapi Achyutji, Anda harus melihat poin Dr Khare ini. Ada validitas tertentu dalam hal itu, artinya, kami menyatakan bahwa ada keadaan degenerasi, Anda menyatakan bahwa ada keadaan degenerasi, baik di luar maupun di dalam; bahwa itu adalah bagian dari kondisi manusia saat ini, yang dirinya sendiri mempercepat proses degeneratif dan karenanya, degenerasi berada di depan pintu kita dan di dalam orang. Dia berkata dengan apa kita akan menyelidiki ini, karena kecuali jika Anda bertanya pada diri sendiri, dengan apa Anda akan menyelidiki, Anda akan terus berputar di dalam lingkaran degenerasi. Jadi pertanyaannya tidak salah.
13:27 AP: As I see it, man is continuing a process of technological advancement which is gathering momentum and he is caught up in that process so that at one end he seems to be really advancing, but at the core, the core is decaying, and this decay at the core is the cause of all the conflicts, all the confusion, all the disintegration of society that we see, and I say, is it possible not to be taken up, not to be caught up in the illusion that because man has gone to Saturn, etc. or sent a satellite to Saturn, not to be caught up in a phoney movement which seems to be progress, but to come to the source, which is that at the root something is dying, and that is something vital, which has given meaning. When we start this enquiry, I want to start it with minimal assumptions, minimal pre-suppositions and the tools will reveal themselves. No tool is barred. AP: Seperti yang saya lihat, manusia meneruskan proses kemajuan teknologi, yang sedang menghimpun momentum dan dia terjebak dalam proses itu, sehingga di satu sisi dia tampak benar-benar maju, tapi pada intinya, intinya membusuk, dan kerusakan pada intinya ini adalah penyebab semua konflik, semua kebingungan, semua disintegrasi masyarakat yang kita saksikan, dan saya katakan, apakah mungkin untuk tidak diliput, tidak terjebak dalam ilusi, oleh karena manusia telah pergi ke Saturnus, dll., atau mengirim satelit ke Saturnus, untuk tidak terjebak dalam gerakan palsu yang tampaknya sedang maju berkembang, tetapi untuk datang ke sumbernya, yaitu bahwa pada akarnya ada sesuatu yang sekarat, dan itu adalah sesuatu yang penting, yang memberi makna. Saat kita memulai penyelidikan ini, saya ingin memulainya dengan asumsi yang minimal, pra-anggapan yang minimal dan alat-alatnya akan menampakkan diri. Tidak ada alat yang dilarang.
14:50 Q: Don't you think it is a... T: Tidakkah menurut Anda ini adalah
14:52 S. Rinpoche (SR): What is the real intention of regeneration? That is not very clear to me. S. Rinpoche (SR): Apakah maksud sebenarnya dari regenerasi? Itu tidak terlalu jelas bagi saya.
15:07 AP What is the intention of degeneration? AP: Apakah maksud dari degenerasi?
15:10 SR: We are speaking of regeneration, we are speaking of regeneration only a process of change, that all this exists, that we may call a regeneration or we may call it evolution. And also we are speaking of the tools of examination. If we are trapped in the differentiation of the tools of examination and the degeneration as a separate thing, then we may not arrive at any conclusion. SR: Kami berbicara tentang regenerasi, kita berbicara tentang regenerasi ha- nya sebagai suatu proses perubahan, bahwa semua ini ada, yang dapat kita sebut regenerasi, atau kita bisa menyebutnya evolusi. Dan juga kita berbicara tentang alat-alat penyelidikan. Jika kita terjebak di dalam diferensiasi dari alat-alat penyelidikan dan degenerasi sebagai hal yang terpisah, maka kita mungkin tidak sampai pada kesimpulan apapun.
15:48 K: Quite right. K: Benar sekali.
15:50 SR: So I think we should approach the question with some different angle and different viewpoint. SR: Jadi menurut saya kita harus mendekati persoalan itu dengan penjuru dan sudut pandang yang berbeda.
16:03 K: May I also interrupt? I think we have more or less, all of us have agreed there is degeneration, there is corruption morally, intellectually and also almost physically. There is chaos, confusion; the wars bring misery, bring despair, where to think is to be full of sorrow. Now, do we approach this present condition as a Christian, or as a Buddhist or as a Hindu, Vedantist, Islam and so on, so on, or do we approach this problem without taking any stand, without taking any position as a communist who goes up to a certain point, he agrees that sorrow is the burden of mankind, but he says to change that sorrow you must recondition society. So if we could put aside-I am just, I am respectfully suggesting this -if we could put aside all our stands, our positions, then perhaps we would be able to look at the problem clearly. The problem is fairly simple. Knowledge, either in the technological world or knowledge in the psychological world, knowledge which is handed down both scientifically in the technological world and knowledge handed down through tradition, through books and so on, may be, knowledge may be the root of all this. I am proposing this, please discuss this. I am not laying down, the speaker has no position, he doesn't take any position, as a Hindu, Buddhist, Christian or any other-communist, socialist and all the rest of it. One perceives this chaos throughout the world: mismanagement economically, socially, at the government level, at the poorest, lowest level, there is utter confusion and despair, uncertainty. Right, sir? Now, that is the problem. How do we approach it? Right, Achyutji, may I...? K: Bolehkah saya juga menyela? Saya pikir kita telah lebih atau kurang, kita semua telah setuju, ada kemerosotan, ada korupsi secara moral, secara intelektual dan juga hampir secara fisik. Ada kekacauan, kebingungan; perang membawa kesengsaraan, keputusasaan, di mana berpikir adalah penuh dengan kesedihan. Sekarang, apakah kita dekati kondisi sekarang ini sebagai seorang Kristen, atau sebagai seorang Budhis atau sebagai seorang Hindu, Vedantis, Islam, dan seterusnya, atau apakah kita mendekati masalah ini tanpa mengambil sikap apa pun, tanpa mengambil posisi apapun seperti seorang komunis, yang pergi ke suatu titik tertentu, dia setuju bahwa kesedihan, adalah beban umat manusia, tetapi dia mengatakan, untuk mengubah kesedihan itu, Anda harus memperbaiki masyarakat. Jadi jika kita bisa mengesampingkan - saya sekadar, saya dengan hormat menyarankan ini, jika kita bisa kesampingkan semua tempat pijakan kita, posisi kita, lalu mungkin kita bisa melihat masalahnya dengan jelas. Masalahnya cukup sederhana. Pengetahuan, baik dalam dunia teknologi atau pengetahuan di dunia psikologis, pengetahuan yang diturunkan, kedua-duanya, secara ilmiah di dunia teknologi dan pengetahuan yang diturunkan melalui tradisi, buku dan sebagainya, mungkin, pengetahuan mungkin adalah akar dari semua ini. Saya mengusulkan ini, tolong diskusikan ini. Saya tidak sedang menentukan, pembicara tidak memiliki posisi, dia tidak mengambil posisi apapun, sebagai orang Hindu, Budhis, Kristen, atau apa pun lainnya, komunis, sosialis dan lain-lain. Orang melihat kekacauan ini di seluruh dunia: salah urus di bidang ekonomi, sosial, di tingkat pemerintah, di tingkat yang paling miskin dan paling rendah, ada kebingungan dan keputusasaan luar biasa, ketidakpastian. Benar, Tuan? Nah, itulah masalahnya. Bagaimana kita mendekatinya? Benar, Achyutji, bolehkah saya...?
19:02 AP: Yes, sir, that's why I did not want to posit any other problem about which tools we should use, which tools we should reject, I said all this will reveal itself in the ongoing process of the enquiry if the enquiry is sustained by a critical, sceptical spirit, which is quite clear that I do not have any answer to this degeneration with me. If I have, if I imagine that I have read Vedanta and the answer is in this, or if I imagine that I have Marxism and there is an answer in this, and there is some-only modifications are necessary and that something has... we need a revival in which some deadwood should be cut, that means we are starting with some kind of a conditioning which one is willing to modify under the compulsion of the enquiry. This position, I feel, would vitiate our enquiry. Therefore I did not want to say anything beyond stating the problem which is based on a fact, of observable fact, and in the course of the enquiry the limitation of each tool will reveal itself. AP: Ya Tuan, itu sebabnya saya tidak mau mengajukan masalah lain tentang alat mana yang harus kita gu- nakan, yang mana harus kita tolak, saya mengatakan semua ini akan terungkap dengan sendirinya dalam proses penyelidikan yang sedang berlangsung, jika penyelidikannya ditopang oleh semangat kritis dan skeptis, yang cukup jelas bahwa saya tidak punya jawaban apa pun untuk kemerosotan ini dengan diri saya. Jika saya punya, jika saya membayangkan, bahwa saya telah membaca Vedanta dan jawabannya ada di sini, atau jika saya membayangkan bahwa saya memiliki Marxisme dan ada jawabannya di sini, dan hanya ada beberapa modifikasi yang diperlukan, dan sesuatu itu kita membutuhkan kebangkitan di mana beberapa kayu mati harus dipotong, itu berarti kita mulai dengan semacam pengondisian, yang seseorang bersedia untuk diubah di bawah tekanan penyelidikan. Posisi ini, saya rasa, akan merusak penyelidikan kita. Karena itu saya tidak ingin mengata- kan apapun yang melebihi daripada menyatakan, bahwa masalahnya didasarkan pada suatu fakta, fakta yang dapat diamati, dan selama proses penyelidikan, batasan setiap alat akan menampakkan dirinya.
20:29 PJ: But Krishnaji has brought in a very- a statement, an element into this enquiry which you have posited, which demands a great deal of examination. That is, that knowledge per se, technological knowledge, skill -see the implications of it-technological knowledge, skill, all that the human brain has acquired through millennia, is itself the source of the degeneration. First I must take that challenge. He has put a challenge into the situation. And how do I respond to that challenge? PJ: Tapi Krishnaji telah membawa sesuatu yang amat- suatu pernyataan, suatu unsur ke dalam penyelidikan ini, yang telah Anda lakukan, yang menuntut banyak pemeriksaan, yakni, pengetahuan itu sendiri, pengetahuan teknologi, keterampilan -lihat implikasi dari itu- pengetahuan teknologi, keterampilan, semua itu yang telah diperoleh otak manusia selama ribuan tahun, itu sendiri adalah sumber degenerasi/kemerosotan. Pertama-tama saya harus menerima tantangan itu. Dia telah memberikan tantangan pada situasi tersebut. Dan bagaimana saya menanggapi tantangan itu?
21:34 K: That challenge may be utterly wrong. K: Tantangan itu mungkin sama sekali salah.
21:36 PJ: No, I must respond to it, I must either discover the truth of it or the... PJ: Tidak, saya harus tanggapi itu, Entah saya harus menemukan kebenarannya atau...
21:45 BK: I still say that perhaps we are anatomically, biologically, physiologically inadequate to deal with the situation: social, economic, political, and we don't have - I'm afraid to use the word- appropriate tools, because obviously we have created a behemoth all over the world, not just in India, but the pollution in Madras is not as bad as in Los Angles. That is more killing than this pollution. What I'm suggesting perhaps is, if we can really see if there is a root cause to all of this. BK: Saya tetap bilang bahwa kita mungkin secara anatomis, biologis, secara fisiologis tidak memadai untuk menghadapi situasi: sosial, ekonomi, politik, dan kita tidak punya - saya takut untuk menggunakan kata- alat-alat yang sesuai, karena jelas kita telah menciptakan raksasa di seluruh dunia, tidak hanya di India, tapi polusi di Madras tidak seburuk di Los Angles. Itu lebih membunuh daripada polusi (di s-)ini. Apa yang saya sarankan, mungkin, adalah, jika kita sungguh dapat melihat jika ada akar penyebab dari semua ini.
22:32 K: That's what we are asking ourselves, sir. What is the root cause of it? K: Itu yang kita sedang tanyakan pada diri kita , Tuan. Apakah akar penyebabnya?
22:44 AP: I would agree with what he says now. AP: Saya setuju dengan apa yang dia katakan sekarang.
22:47 K: That is, what is the root cause of it? Let's stick to that for the moment. Not introduce words like tools and all the rest of it. K: Yakni, apa akar penyebabnya? Mari kita pegang itu untuk saat ini. Tidak melibatkan kata-kata seperti alat-alat dan lainnya.
22:53 BK: Alright, root cause. BK: Baiklah, akar masalah.
22:55 K: And what is the root cause. Root cause. We are not examining the symptoms. K: Dan apa akar masalahnya. Penyebab utama. Kita tidak memeriksa gejalanya.
23:01 BK: No. BK: Tidak.
23:02 K: We all know the symptoms. Can we find out, through sceptical investigation, what is the root of all this. K: Kita semua tahu gejala-gejalanya. Bisakah kita mencari tahu, melalui penyelidikan skeptis, apa akar dari semua ini.
23:20 SR: The effect of knowledge on our mind or on our brain is to be examined I think. SR: Pengaruh pengetahuan pada batin kita, atau di otak kita, perlu untuk diperiksa saya kira.
23:29 K: Yes, sir. K: Ya Tuan.
23:31 SR: And then the root cause, perhaps, from somewhere may be found out. Our approach, our consideration about knowledge, acquiring knowledge are under the conditions of the knowledge and tradition. We've put our mind far from the reality and what is the effect of knowledge on our mind perhaps could be discussed more clearly. SR: Dan kemudian akar penyebabnya, mungkin, dari suatu tempat bisa ditemukan. Pendekatan kita, pertimbangan kita tentang pengetahuan, perolehan pengetahuan, berada di bawah kondisi pengetahuan dan tradisi. Kita telah menempatkan batin kita jauh dari realitas dan apa pengaruh pengetahuan pada batin kita, mungkin bisa dibahas lebih jelas.
24:22 K: Sir, could we discuss, if I may suggest, what do we mean by that word knowledge? K: Tuan, bisakah kita berdiskusi, jika saya boleh menyarankan, apa yang kita maksud dengan kata pengetahuan itu?
24:31 K: Sir, I beg your pardon, sorry, sorry. Jagannath Upadhyaya (JU): Will Now Speak in Hindi - 1 min 40 secs Translation attempt by AP follows.. AP (Translates) There are two points from which we look at this problem. One is the individual and the other is society. Problems arise in the individual and problems arise in society and they confront the individual. The individual in himself is partly an entity in himself but largely he is the product of society. So... K: Tuan, saya mohon maaf, maaf, maaf. Jagannath Upadhyaya (JU): Sekarang akan berbicara dalam bahasa Hindi - 1 men 40 dtk Upaya penerjemahan oleh AP mengikuti .. AP (menerjemahkan) Ada dua poin dari mana kita melihat masalah ini. Yang satu adalah individu dan yang lainnya adalah masyarakat. Masalah muncul dalam diri individu dan masalah muncul dalam masyarakat, dan mereka berhadapan dengan individu. Individu dalam dirinya sebagian meru- pakan entitas dalam dirinya sendiri, tetapi sebagian besar dia adalah produk masyarakat. Jadi
27:10 JU: (In Hindi) JU: (Dalam bahasa Hindi)-
27:20 PJ: I think Kapila wants to translate it. PJ: Saya kira Kapila ingin menerjemahkannya.
27:23 K: I don't understand... K: Saya tidak mengerti
27:25 PJ: I think they would both know Hindi very well... PJ:Saya pikir mereka berdua tahu bahasa Hindi dengan sangat baik
27:33 Kapila Vatsyayan (KV): What Jagannath Upadhyayaji has said is that we have to begin this enquiry from two points: one, the individual and the society. The individual has one dimension which is an intrinsic dimension and there, he is free-the word that he used. At the same time there is the other dimension of the individual which is in constant interaction with society. And in order to examine the question, therefore, he wishes to draw our attention to the problems of the individual and the society first separately, then the individual in relation to himself on one level, the individual in relation to society on the other level, and the relationship of the processes within the society. That's it. Kapila Vatsyayan (KV): Apa yang Jagannath Upadhyayaji telah katakan, adalah kita harus memulai penyelidikan ini dari dua poin: satu, individu dan masyarakat. Individu memiliki satu dimensi yang merupakan dimensi hakiki dan di sana, dia bebas -kata yang dia gunakan. Pada saat yang sama ada dimensi lain dari individu, yang selalu berinteraksi dengan masyarakat. Dan untuk memeriksa persoalan, oleh karena itu, dia ingin menarik perhatian kita ke masalah-masalah individu dan masyarakat pertama-tama secara terpisah, kemudian individu dalam hubungannya dengan dirinya pada satu tingkat, individu dalam hubungannya dengan masyarakat pada tingkat lain, dan hubungan dari proses-proses itu dalam masyarakat. Demikian.
28:40 JU: (Hindi - for 1 min 24 secs). JU: (Hindi - selama 1 mnt 24 dtk).
30:05 KV: He wishes us not to go back into the ancient past but is confining himself to the last three or four hundred years of civilization, and the problems that have arisen in civilisation during the last three, four hundred years. And he believes that if we do that perhaps we might be able to identify the causes, and in this he wants to stress that it is the nature of the relationship between the individual and the society, and what are the moments when the individual acquires greater importance and what are the moments when society acquires greater importance. And what is the nature of that relationship with one to the other, and where the balances are disturbed. Earlier he had made one other statement, which is probably relevant to what he has said now, and that is that the transmission of whether it is knowledge or experience, that also has to be seen in relation to these two points that he has made. KV: Dia berharap kita tidak mundur ke masa kuno, tetapi membatasi dirinya pada tiga atau empat ratus tahun terakhir dari peradaban, dan masalah-masalah yang muncul dalam peradaban selama tiga, empat ratus tahun terakhir. Dan dia percaya jika kita melakukan itu, mungkin kita dapat mengidentifikasi penyebab-penyebabnya, dan dalam hal ini dia ingin menekan- kan bahwa adalah sifat alami hubungan antara individu dan masyarakat, dan saat-saat apa ketika individu memperoleh kedudukan lebih penting dan saat-saat apa ketika masyarakat menjadi lebih penting. Dan apa sifat dari hubungan itu satu dengan yang lain, dan di mana keseimbangan terganggu. Sebelumnya dia telah membuat satu pernyataan lain, yang mungkin terkait dengan apa yang dia katakan sekarang, dan itu adalah transmisi dari apakah itu pengetahuan atau pengalaman, itu juga harus dilihat dalam kaitan dengan dua poin yang telah dia buat.
31:30 K: May I? I question whether there is individual at all. I question-when I say I question I am not asserting anything- I question whether society is not an abstraction. What is actually is human relationship, relationship with each other. You may call that relationship society, but the fact is relationship between him and another, intimate or otherwise. Now, let's begin to find out whether we are individuals, or we are programmed to think we are individuals, which has been encouraged by all the religions: the soul according to the Christians and so on, so on. I am questioning very deeply whether the concept of an individual is actual. You may think you are an individual and you act as an individual and all the problems arising out of that concept as an individual, and then you pose the question, society and the relationship. But society may be a total abstraction. What is real, actual, is the relationship between two human beings, which creates the whole, monstrous society. K: Bolehkah saya? Saya mempertanyakan apakah individu betul ada. Saya mempertanyakan-ketika saya mengatakan saya mempertanyakan saya tidak menegaskan apa pun- saya mempertanyakan apakah masyarakat bukanlah suatu abstraksi. Apa yang aktual adalah hubungan manusia, hubungan satu dengan yang lain. Anda bisa menyebut itu masyarakat-relasi, tapi kenyataannya adalah hubungan antara dia dan yang lainnya, intim atau sebaliknya. Sekarang, mari kita mulai mencari tahu apakah kita ini individu, atau kita terprogram untuk berpikir bahwa kita adalah individu-individu, yang telah didorong oleh semua agama: jiwa menurut orang Kristen dan seterusnya. Saya bertanya dengan sangat dalam apakah konsep individu itu adalah aktual. Anda mungkin berpikir Anda adalah seorang individu dan Anda bertindak sebagai seorang individu dan semua masalah yang timbul dari konsep sebagai individu itu, dan kemudian Anda mengajukan pertan- yaan, masyarakat dan hubungan. Tetapi masyarakat boleh jadi merupakan suatu abstraksi total. Yang nyata, aktual, adalah hubungan antara dua manusia, yang menciptakan seluruh masyarakat yang mengerikan.
33:34 Q: Does this word individual... T: Apakah kata individu ini...
33:36 K: Just... I don't know... You translate it to him. K: Sebentar... Saya tidak tahu... Anda terjemahkan pada dia.
33:40 AP: No, he understands English, sir, he only doesn't speak. AP: Tidak, dia mengerti bahasa Ing- gris Tuan, dia hanya tidak berbicara.
33:43 K: Forgive me if I... K: Maafkan saya jika saya...
33:44 KV: No, I think that is fine. Mr Upadhyayaji, would you like to say something? KV: Tidak, saya pikir tidak apa-apa. Tuan Upadhyayaji, apakah Anda ingin mengatakan sesuatu?
33:53 Radha Burnier (RB): You are implying then that all relationship is corrupt, because, for every individual the relationship is between what he considers to be himself as an individual and... Radha Burnier (RB): Anda lalu menyiratkan bahwa semua hubungan rusak, karena, untuk setiap individu, hubungan adalah antara apa yang dia anggap sebagai dirinya adalah sebagai individu dan...
34:07 K: That's the whole point. K: Itu adalah intinya.
34:09 KV: And the otherness of the others. KV: Dan yang lainnya adalah dari orang lain.
34:10 K: Of course, that's the whole point. K: Tentu saja, itu intinya.
34:12 RB: So there is no relationship which is not corrupt. RB: Jadi tidak ada hubungan yang tidak rusak.
34:15 K: That's my whole point. K: Itu seluruh inti saya.
34:18 SR: That is the real point which we all must try to understand. SR: Itu adalah hal yang sebenarnya, yang kita semua harus coba pahami.
34:31 JU: (Hindi). JU: (Hindi).
34:47 KV: If I may sir, with your permission. (.. Hindi - 1min 27 secs) KV: Jika boleh Tuan, seizin Bapak. (.. Hindi - 1 mnt 27 dtk)
36:16 JU: (Hindi for 1 min 15 secs). JU: (Hindi selama 1 mnt 15 dtk).
37:32 KV: Sir, what he has submitted is that the individual is not. KV: Tuan, yang dia ajukan adalah individu itu tidak ada.
37:40 SP: Is an illusion. SP: Itu adalah suatu ilusi.
37:43 K: He is agreeing to what I'm saying? K: Dia setuju dengan apa yang saya katakan?
37:45 KV: Yes agreed.. but he says there is the delusion that he is and that there are two level delusions that one is working on. KV: Ya setuju .. tapi dia bilang ada khayalan(delusi) bahwa dia dan bahwa ada dua tingkat khayalan yang sedang dikerjakan seseorang.
37:56 K: Aha, ha, ha. K: Aha, ha, ha.
37:57 PJ: See, if I understand it, he says, individual is not, but he deludes himself that he is. PJ: Begini, kalau saya memahaminya, dia bilang, individual itu tiada, tapi dia menipu dirinya sendiri bahwa dia adalah individu.
38:07 K: Ah, but that's what I said. K: Ah, tapi itu yang saya katakan.
38:09 PJ: Society is not, but there is the delusion that society is. Now, while these two delusions of the individual existence and society's existence exists, this conflict between the two also must be resolved. PJ: Masyarakat tiada, tapi ada khayalan bahwa masyarakat ada. Sekarang, sementara dua delusi ini, keberadaan individu dan keberadaan masyarakat itu ada, konflik antara keduanya juga harus diselesaikan.
38:32 K: Ah, ah, ah... K: Ah, ah, ah...
38:34 PJ: Am I right? PJ: Apakah saya benar?
38:35 Sunanda Patwardhan (SP): You are right. Sunanda Patwardhan (SP): Anda benar.
38:36 K: Is that correct? K: Apakah itu benar?
38:38 SP: Correct. SP: Benar.
38:39 G. Narayan (GN): Do I understand that though the individual is an illusion and society is an illusion, we have made a reality out of it and all the effects of it are fact, is that what...? G. Narayan (GN): Apakah saya mengerti, bahwa meskipun individu adalah ilusi dan masyarakat adalah ilusi, kita telah mewujudkannya menjadi suatu realitas dan semua efek dari itu adalah fakta, apakah itu yang...?
38:55 SP: Yes, that's right, that's... SP: Ya benar itu, yakni...
38:56 PJ: ...deluded ourselves and so it is a real thing. PJ:...menipu diri kita sendiri dan karenanya itu adalah hal yang nyata.
38:59 GN: It's a real thing, though from a more realistic or a deeper appreciation, it is illusion, but as we are in it and it's real to us, all the effects of it are there. GN: Itu adalah hal yang nyata, meskipun, dari apresiasi yang lebih realistis atau lebih dalam, itu adalah ilusi, tetapi karena kita berada di dalamnya dan itu nyata bagi kita, semua efeknya ada di sana.
39:13 K: Are you saying then, all this, my brain which has been programmed -individual, society, and the individual right, individual freedom, individual expression, individual fulfilment, and society opposed to individual, community, all the conflict- are you admitting that the brain has been programmed? Don't call it an illusion... K:Apakah lalu Anda mengatakan, semua ini, otak saya yang telah diprogram -individu, masyarakat, dan hak individu, kebebasan individu, ekspresi individu, pemenuhan individu, dan masyarakat berhadapan dengan individu, komunitas, semua konflik- apakah Anda mengakui bahwa otak telah diprogram? Jangan sebut itu ilusi...
39:41 GN: Programmed, yes. GN: Diprogram, ya.
39:42 SP: That's it, that is right. SP: Benar begitu.
39:44 GN: It's programmed, that is... GN: Sudah diprogram, yaitu...
39:45 K: Now, wait a minute, I haven't finished. Programmed to think in this way. K: Sekarang tunggu sebentar, saya belum selesai. Diprogram untuk berpikir seperti ini.
39:50 GN: Yes. GN: Ya.
39:52 K: Therefore it's not illusion. K: Oleh karena itu, ini bukan ilusi.
39:54 GN: No, the programme is real. GN: Tidak, programnya nyata.
39:55 K: Programme is an illusion, not the result. K: Program adalah ilusi, bukan hasilnya.
40:02 AP: This is the most vital point, sir, this is the most vital point. AP: Ini yang paling penting, Tuan, ini yang paling vital.
40:05 K: What is that? I've forgotten . K: Apa itu? Saya sudah lupa.
40:06 AP: To say that the individual is an illusion or to say that society is an illusion is to say that we have created an imaginary problem which we are discussing speculatively. Actually we are discussing an actual situation of man, the condition of man. The condition of man is a fact, the condition of man is, that he is degenerating, that he is unhappy and in agony, in conflict, and on the point of destroying himself. This fact cannot be denied. AP: Untuk mengatakan bahwa individu adalah ilusi, atau untuk mengatakan bahwa masyarakat adalah ilusi adalah mengatakan bahwa kita telah menciptakan masalah imajiner, yang kita diskusikan secara spekulatif. Sebenarnya kita sedang mendiskusikan situasi manusia yang sebenarnya, kondisi manusia. Kondisi manusia adalah fakta, kondisi manusia adalah, bahwa dia merosot, bahwa dia tidak bahagia dan menderita, dalam konflik, dan pada titik menghancurkan dirinya sendiri. Fakta ini tidak bisa disangkal.
40:39 K You're missing my point, Achyutji, you're missing my point. K. Anda salah menangkap maksud saya, Achyutji, Anda tidak menangkap maksud saya.
40:42 AP: No, Krishnaji says something very important. To the traditionalist he says and to the Marxist he says... AP: Tidak, Krishnaji mengatakan sesuatu yang sangat penting. Kepada kaum tradisionalis dia berkata dan kepada kaum Marxis dia berkata...
40:48 PJ: To me he says... not to the traditionalist. PJ: Pada saya dia bilang... bukan ke tradisionalis.
40:51 AP: No, I used these words because he has brought in a word, programmed which I think is a very key word. AP: Tidak, saya menggunakan kata-kata ini, karena dia telah membawa kata, diprogram yang menurut saya adalah kata yang tepat sekali.
40:59 PJ: But Achyutji, please see this. He says don't call it illusion, it is not illusion in that sense. The brain has not created it. The brain itself is that, because it has been programmed to be that. PJ: Tapi Achyutji, tolong lihat ini. Dia mengatakan jangan menyebutnya ilusi, itu bukan ilusi dalam pengertian itu. Otak belum menciptakannya. Otak itu sendiri adalah itu, karena telah diprogram untuk menjadi itu.
41:25 K: Would you kindly repeat what I said? I've forgotten what he said, would you kindly repeat? K: Maukah Anda mengulangi apa yang telah saya katakan? Saya lupa apa yang dia katakan, maukah Anda mengulanginya?
41:37 RB: It's very simple, you said that it is not an illusion, it is just programming. RB: Sangat sederhana, Anda bilang itu bukan ilusi, itu hanya pemrograman.
41:41 K: Programming, yes. Why do you call it an illusion? If you call it an illusion then the programme is the illusion. So if you admit programming the brain is illusion, you wipe out the whole thing. I don't know if you... Would you kindly explain? K: Pemrograman, ya. Mengapa Anda menyebutnya ilusi? Jika Anda menyebutnya ilusi maka programnya adalah ilusi. Jadi jika Anda mengakui memprogram otak adalah ilusi, Anda menghapus semuanya. Saya tidak tahu apakah Anda... Bisakah Anda jelaskan?
42:06 KV: Now, this word programming is important. KV: Sekarang, kata pemrograman ini adalah penting.
42:13 KV: (Hindi) KV: (Hindi).
43:17 K: That's the word. That's correct. The computer is programmed and we are programmed. K: Itu kata yang tepat. Itu benar. Komputer diprogram dan kita diprogram.
43:22 KV: We are programmed, that is what I'm talking... KV: Kita diprogram, itulah yang saya katakan...
43:24 AP: (Hindi). AP: (Hindi).
43:33 JU: (Hindi). JU: (Hindi).
43:42 K: What is the point? K: Apa intinya?
43:45 SP: He wants to say something now. SP: Dia ingin mengatakan sesuatu sekarang.
43:51 JU: (Hindi). (Various people speaking Hindi) JU: (Hindi). (Berbagai orang berbicara bahasa Hindi).
44:48 PJ: He says if I leave that If I wipe that out then what is relationship? PJ: Dia bilang kalau saya tinggalkan itu Jika saya menghapusnya, lalu hubungan itu apa?
44:56 K: Ah, that's the first thing, not if, not when and if and all the conditional phrases which you use, but do we actually realize, do we actually see the fact, not the theory of the fact, but the actual fact, that we are not individuals. K: Ah, itu yang pertama, bukan jika, bukan kapan dan jika dan semua frasa bersyarat yang Anda gunakan, tetapi apakah kita benar-benar mewaspadai, apakah kita benar-benar melihat faktanya, bukan teori dari fakta, tapi fakta sebenarnya, bahwa kita bukan individu.
45:22 JU: (Hindi for 3 mins 21 secs) JU: (Hindi selama 3 mnt 21 dtk)
48:45 SR: My very basic submission still remains here. My point is that whenever we speak of a relationship we always take for granted there are two points, in between which we speak about the relationship. So my submission is that before examining the relationship, we must examine the two points. Leaving the two points, speaking about relationship, then the whole process becomes sort of academic and this becomes more complicated. So we must come back to the point. SR: Pengajuan saya yang paling mendasar masih tetap di sini. Maksud saya adalah setiap kali kita berbicara tentang suatu hubungan kita selalu menerima begitu saja adanya dua poin, di antara mana kita berbicara tentang hubungan. Jadi pengajuan saya adalah sebelum memeriksa hubungan, kita harus memeriksa kedua poin tersebut. Meninggalkan dua poin tersebut, berbicara tentang hubungan, maka keseluruhan proses menjadi semacam akademis, dan ini menjadi lebih rumit. Jadi kita harus kembali ke intinya.
49:40 PJ: See, sir, as I understand it, Jagannath Upadhyayaji said -then this was the follow-up of that- that you have been saying that the self, the self-centred activity, the individual, has-he elaborated it a little more- has to be negated at every point-wiped out. Therefore it has been brought up. But when we observe whether it is the outer or the inner -outer sometimes predominates, sometimes the inner predominates- but the interaction between the outer and the inner, that is, the interaction between the two-let me bring it into- the interaction between the two is always evident. There is always an interaction between the two. You can call it an individual and society, you can give it any name, but there is an interaction between the two. PJ: Begini Tuan, seperti yang saya pahami, Jagannath Upadhyayaji berkata -lalu ini adalah tindak lanjut dari itu- bahwa Anda telah mengatakan bahwa si diri, aktifitas yang berpusat pada si diri, si individu, telah-dia menjelaskannya sedikit lebih banyak-- harus dinegasikan pada setiap titik, dihapus. Oleh karenanya, itu telah ditampilkan. Tetapi ketika kita mengamati, entah yang di-luar atau yang di-dalam -yang di-luar terkadang mendominasi, terkadang yang di-dalam mendominasi- tetapi interaksi antara yang di-luar dan yang di-dalam, yaitu, interaksi antara keduanya interaksi antara keduanya selalu terlihat. Selalu ada interaksi di antara keduanya. Anda bisa menyebutnya individu dan masyarakat, Anda bisa memberinya nama apa pun, tetapi ada interaksi di antara keduanya.
50:53 K: I question that. K: Saya mempertanyakan itu.
50:54 PJ: This is the point. Therefore if you say wipe out the individual and just talk of relationship, as Rinpocheji said, you cannot do it because you have to examine the two points. PJ: Ini intinya. Oleh karena itu jika Anda mengatakan tiadakan individu dan hanya berbicara tentang hubungan, seperti yang dikatakan Rinpocheji, Anda tidak dapat melakukannya, karena Anda harus memeriksa ke dua poin tersebut.
51:10 K: Yes, that's right, that's right. Yes, sir. I'm not the only speaker here. K: Ya, benar, itu benar. Ya Tuan. Saya bukan satu-satunya pembicara di sini.
51:17 BK: I have a question from Upadhyayaji: does this individual that you speak of, (vyakti-Hindi for individual), does that include the animal? Animal is included? BK: Saya punya pertanyaan dari Upadhyayaji: apakah individu yang Anda bicarakan ini, (vyakti-Hindi untuk individu), apakah itu termasuk hewan? Hewan termasuk?
51:31 K: Oh, yes, oh, yes. K: Oh, ya, oh, ya.
51:35 BK:Therefore when you... BK: Karena itu ketika Anda...
51:38 K: Of course, of course. K: Tentu, tentu saja.
51:40 BK: Because we are describing the symptom of this animalistic mind, let's put it this way, therefore you cannot say that we should talk about only three hundred, four hundred year time period but it goes back to the beginning when we were living in the trees. BK: Karena kita sedang menggambarkan gejala pikiran kebinatangan ini, katakanlah demikian, sebab itu Anda tidak dapat mengatakan bahwa kita harus membicarakan hal ini hanya untuk kurun waktu tiga ratus, empat ratus tahun tapi itu kembali ke awal, ketika kita tinggal di pepohonan.
52:00 K: What is the point, sir? I don't quite follow this argument. K: Apa gunanya Tuan? Saya tidak terlalu mengikuti argumen ini.
52:02 PJ: No, the whole point is, sir, that it is no use your saying that it is programmed. You say it is programmed, and then where do we go from there? PJ:Tidak, seluruh intinya, Tuan, bahwa tidak ada gunanya Anda mengatakan bahwa itu diprogram. Anda bilang itu diprogram, lalu kemana kita pergi dari sana?
52:14 K: Ah, I'll show you where we go from there, if you move. But do we accept that, not...? K:Ah, saya akan tunjukkan ke mana kita pergi dari sana, jika Anda bergerak, tidak terpaku. Tapi apakah kita menerima itu, bukan...?
52:21 PJ: No, we cannot accept... As long as there are two... PJ:Tidak, kita tidak bisa terima... Selama ada dua...
52:24 K: I question that. K: Saya mempertanyakan itu.
52:25 PJ: So, sir, this is the basic difficulty. As long as they are two... PJ:Jadi Tuan, ini adalah kesulitan mendasarnya. Selama mereka itu ada dua...
52:31 SR: That is our question. SR:Itu adalah pertanyaan kami.
52:33 K: Ah, yes, sir, that's our question. K: Ah, ya, Tuan, itu adalah pertanyaan kita.
52:35 PJ: You are saying it is programmed? PJ: Anda bilang itu diprogram?
52:38 K: No, I am saying there is only relationship. K: Tidak, saya katakan hanya ada hubungan.
52:42 PJ: Now, you're removing relationship out of the context of the two. PJ: Sekarang Anda menyingkirkan hu- bungan keluar dari konteks keduanya.
52:48 K: Yes. K: Ya.
52:49 PJ: You see, you're removing... PJ: Anda lihat, Anda menyingkirkan...
52:50 K: That is, the brain relating itself to the past. K: Artinya, otak menghubungkan dirinya dengan masa lalu.
52:57 PJ: Who relating itself? PJ: Siapa yang menghubungkan dirinya sendiri?
52:59 K: The brain itself relating, brain is the past. K: Otak itu sendiri yang berhubungan, otak adalah masa lalu.
53:02 PJ: No. Then who is relating to whom? PJ: Bukan. Lalu siapa yang berhubungan dengan siapa?
53:06 K: It is not relating to anybody. It is functioning within its own circle, with its own area. This is obvious. K: Itu tidak berhubungan dengan siapapun. Ia berfungsi di dalam lingkarannya sendiri, dengan wilayahnya sendiri. Ini jelas.
53:16 SP: Sir, but my brain, this brain is relating itself to the other brain to which it has certain similarities. SP: Tuan, tapi otak saya, otak menghubungkan dirinya dengan otak lain dengan mana ia memiliki kesamaan-kesamaan tertentu.
53:22 K: No, no, no... K: Tidak, tidak, tidak...
53:23 PJ: You see what he's saying? You are never related to another. PJ: Anda lihat apa yang dia katakan? Bahwa Anda tidak pernah berhubungan dengan orang lain.
53:27 K: Never. K: Tidak pernah.
53:28 PJ: The brain itself creates the other and relates to that other. PJ: Otak itu sendiri menciptakan yang lain dan berhubungan dengan yang lain itu.
53:33 K: Yes, that's right, that's the whole point. K: Ya, itu benar, itu adalah seluruh intinya.
53:36 BK: But, sir, you said... BK: Tapi Tuan, Anda bilang...
53:38 K: Ah, wait, let's get this clear, I am not quite clear myself. K: Ah, tunggu, mari kita perjelas, saya sendiri tidak begitu jelas.
53:44 SP: No, we have to get this. SP: Tidak, kita harus mengambil ini.
53:47 GN: There is, he has said that the brain... GN: Ada, dia mengatakan bahwa otak...
53:50 K: Repeat what I said, would you mind? K: Ulangi apa yang saya katakan, maukah Anda?
53:53 PJ: No, just now what was said... PJ: Tidak, barusan apa yang dikatakan...
53:54 GN: I am repeating, I'll come to what you said. GN: Saya ulangi, saya akan tiba pada apa yang Anda katakan.
53:56 K: Yes, please, just a minute. K: Ya, tolong, tunggu sebentar.
53:58 PJ: Just now what was said. PJ: Barusan apa yang dikatakan.
54:01 GN: May I say something so that... GN: Bolehkah saya mengatakan sesuatu sehingga...
54:02 AP: No, he wants you to repeat what he said, first. AP: Tidak, pertama-tama dia ingin Anda mengulangi apa yang dia katakan.
54:06 GN: You are saying that there is no relationship because the brain creates the other and then relates. In fact there is only the human brain. GN: Anda mengatakan bahwa tidak ada hubungan karena otak menciptakan yang lain dan kemudian berhubungan. Nyatanya hanya ada otak manusia.
54:21 K: Sir, No, the brain is only concerned with itself-right? -its own security, its own problems, its own sorrow, its own... And the other is also, but the brain is never related to anything. There is no other. The other is the image created by thought which is the brain. I don't know if you... K: Tuan, tidak, otak hanya mementingkan dirinya sendiri-benar? -keamanannya sendiri, masalahnya sendiri, kesedihannya sendiri. Dan yang lainnya juga, tapi otak ti- dak pernah berhubungan dengan apapun. Tidak ada yang lain. Yang lainnya itu adalah gambaran yang diciptakan oleh pikiran, yang adalah otak. Saya tidak tahu apakah Anda...
54:57 BK: I see that, I see that. BK: Saya melihat itu, saya melihat itu.
54:59 K: Let's go slowly, sir, let's go slowly. K: Mari kita perlahan-lahan Tuan, mari kita perlahan-lahan.
55:02 RB: You are saying that relationship itself is part of the programming. RB: Anda mengatakan bahwa hubungan itu sendiri adalah bagian dari pemrograman.
55:07 K: No, no, I wouldn't call it programming. Move away from that word for the moment. K: Tidak, tidak, saya tidak akan menyebutnya pemrograman. Menjauhlah dari kata itu untuk saat ini.
55:11 RB: There is no other. There is no relationship. RB: Tidak ada yang lain. Tidak ada hubungan.
55:16 K: That's right. No, there is no relationship. K: Itu benar. Tidak, tidak ada hubungan.
55:20 RB: Yes, relationship is always between two... RB: Ya, hubungan selalu antara dua...
55:23 K: But there is no relationship, I've said that. K: Tapi tidak ada hubungan, saya sudah mengatakan itu.
55:25 SR: Yes, that is the point. SR: Ya itu intinya.
55:27 SP: You mean, the other does not exist? SP: Maksud Tuan, yang lain tidak ada?
55:29 RB: There is no other. RB: Tidak ada yang lain.
55:31 K: There is no other You exist, but my relationship with you is created by the image I have created about you, and therefore my relationship is with the image which I have. Therefore it is my brain which... etc. , etc... K: Tidak ada yang lain Anda ada, tapi hubungan saya dengan Anda dibuat oleh imaji yang saya buat tentang Anda, dan karena itu hubungan saya adalah dengan imaji yang saya miliki. Oleh karena itu otak saya yang... dll, dll...
55:54 PJ: The whole happening is within my brain. PJ: Semua yang terjadi ada di dalam otak saya.
56:01 K: Oh, obviously, Pupul, it's so clear! K: Oh, jelas Pupul, jelas sekali!
56:04 BK: Sir, is there a part of the brain that is also questioning it? BK: Tuan, adakah bagian otak yang juga mempertanyakannya?
56:07 K: Ah, wait, sir, wait. No, no... Let's get this clear first, before we go into a little more... Is this clear, sir: my relationship to you is based on the thought which I have about you, the image that I have created about you? The relationship is not with you, with the image which I have, therefore there is no relationship. K: Ah, tunggu, Tuan, tunggu. Tidak tidak... Mari kita perjelas ini dulu, sebelum kita membahas lebih lagi... Apakah ini jelas, Tuan: hubungan saya dengan Anda didasarkan pada pikiran yang saya miliki tentang Anda, imaji yang telah saya buat tentang Anda? Hubungannya bukan dengan Anda, dengan imaji yang saya miliki, oleh karena itu tidak ada hubungan.
56:41 SR: Yes, it's very clear. SR: Ya, jelas sekali.
56:44 JU: I would like to understand this. JU: Saya ingin memahami ini.
56:48 K: My God, do you realise, Pupul? Pupulji, do you realise what we are saying? That's a tremendous... I don't think I capture it. K: Ya Tuhan, apakah Anda mewaspadainya, Pupul? Pupulji, apakah Anda mewaspadai apa yang kita bicarakan? Itu luar biasa... saya rasa saya tidak menangkapnya.
57:00 PJ: I think it is clear. PJ: Menurut saya sudah jelas.
57:01 Q: Very clear. T: Sangat jelas.
57:03 K: No, sir, it's clear but I don't think we see the immense significance of it. K: Tidak, Tuan, sudah jelas, tapi saya rasa kita tidak melihat makna yang luar biasa dari hal ini.
57:08 Q: ...the immensity of it, yes, sir. T:...yang luar biasanya dari ini, ya, Tuan.
57:11 BK: What I do not understand, sir, is how does the programming... BK: Yang saya kurang paham Tuan, bagaimana pemrogramannya...
57:15 K: Oh, no... Programming comes in the sense that...Sir, the computer is programmed. It will believe in God, it will believe in the Vedas, it will believe in this, that,the other thing. It will say there is God, it will say there is no God, it will say anything that has been told to it. That is the programming. My brain has also been programmed that way: I'm a Hindu, I'm a Buddhist, I'm a Christian, I believe in God, I don't believe, you follow? K: Oh, tidak... Pemrograman dalam arti bahwa... Tuan, komputer diprogram. Itu akan percaya pada Tuhan, ia akan percaya pada Veda, ia akan percaya pada ini, itu, hal lain. Ia akan mengatakan ada Tuhan, ia akan mengatakan tidak ada Tuhan, ia akan mengatakan apapun yang telah diberitahu padanya. Itulah pemrogramannya. Otak saya juga telah diprogram seperti itu: saya seorang Hindu, saya seorang Buddhis, Saya seorang Kristen, saya percaya pada Tuhan, saya tidak percaya, Anda mengikuti?
57:42 BK: Yes. BK: Ya.
57:43 K: So, let's leave that for the moment. We are saying, is that correct that there is no other, and therefore there is no relationship with the other. K: Jadi, mari kita tinggalkan itu untuk saat ini. Kita katakan, apakah itu benar bahwa tidak ada yang lain, dan karena itu tidak ada hubungan dengan yang lain.
58:00 AP: Sir, I question this. AP: Tuan, saya mempertanyakan ini.
58:01 K: Wait, sir, just a minute, let me finish, you'll question as much as you like. I'm just examining it, please, I may be wrong-you follow? I don't think I am wrong. I am going to stick to this. Prove to me that I'm wrong, then I'll change. My brain-the brain, which is the common brain of humanity-right? -it's not my brain, it's the common brain of humanity, the common brain which has existed for five, ten million years, has, through experience, knowledge, etc. etc., that brain has established for itself an image about the world and the image about my wife. Right? The wife is only a means of my pleasure, my loneliness, my, etc., she doesn't exist as far as I am concerned. As far as I am concerned, she exists as an image in me which thought has created. Therefore there is no relationship. If I admit that-not admit it- but actually see it and change the whole movement, then perhaps we'll know what love is. Then I have a relationship. No, then relationship is totally different. K: Tunggu Tuan, sebentar, biarkan saya selesaikan, Anda boleh mempertanyakan sebanyak yang Anda suka. Saya hanya menyelidikinya, tolong, saya mungkin salah-Anda ikuti? Saya tidak berpikir saya salah. Saya akan tetap berpegang pada ini. Buktikan kepada saya bahwa saya salah, lalu saya akan ubah. Otak saya, yang merupakan otak umum umat manusia-betul? -itu bukan otak saya, itu otak umum umat manusia, otak umum yang telah ada selama lima, sepuluh juta tahun, telah, melalui pengalaman, pengetahuan, dll., otak itu telah membangun bagi dirinya sendiri sebuah imaji tentang dunia dan imaji tentang istri saya. Betul? Istri hanyalah sarana kesenangan saya, kesepian saya, dll., dia tidak ada sepanjang urusan saya. Sepanjang yang menyangkut diri saya, dia ada sebagai imaji dalam diri saya yang telah diciptakan pikiran. Karena itu tidak ada hubungan. Jika saya mengakuinya -tidak mengakuinya- tapi benar-benar melihatnya dan mengubah seluruh gerakan, maka mungkin kita akan tahu apa cinta itu. Kemudian saya mempunyai suatu hubungan. Bukan, hubungan lalu sama sekali berbeda.
59:45 AP: Sir, I question this position... AP: Tuan, saya mempertanyakan posisi ini...
59:48 K: Ah, no, no, it's not a position. K: Ah, tidak, tidak, itu bukan posisi.
59:50 AP: No, sir, this statement. AP: Tidak Tuan, pernyataan ini.
59:52 K: Ah, ah, ah... K: Ah, ah, ah...
59:55 AP: No, sir, you have stated something as though it is a description of a fact. AP: Tidak Tuan, Anda sudah menyatakan sesuatu seolah-olah itu adalah deskripsi suatu fakta.
1:00:06 K: It's a description to communicate a fact to me. K: Itu adalah deskripsi untuk mengkomunikasikan fakta kepada saya.
1:00:10 AP: That's right. Now, I say... AP: Benar. Sekarang, saya katakan...
1:00:12 K: Ah, no, wait. Question the fact, not the description. K: Ah, tidak, tunggu. Pertanyakan faktanya, bukan deskripsinya.
1:00:17 AP: No, I am questioning the fact. I say the fact is that the world is full of so many people, they are divided into nationalities, they have divided themselves into various things. I cannot permit an over-simplification of a situation in which the problem itself is reduced to what is happening within me, because I say something is happening outside, something is happening within me, and there is an interaction, and that is the problem. AP: Tidak, saya mempertanyakan faktanya. Menurut saya, faktanya adalah dunia ini penuh dengan begitu banyak orang, mereka terbagi menjadi bangsa-bangsa, mereka telah membagi diri menjadi beraneka ragam hal. Saya tidak bisa membenarkan penyeder- hanaan berlebihan dari suatu situasi di mana masalah itu sendiri direduksi menjadi apa yang terjadi dalam diri saya, karena saya mengatakan, sesuatu sedang terjadi di luar, sesuatu terjadi dalam diri saya, dan ada interaksi, dan itulah masalahnya.
1:00:59 K: You are saying, the world, that is, not the nature, not the beauty of the earth and all that... K: Anda mengatakan, dunia, bukan alam, bukan keindahan bumi dan semua itu...
1:01:07 AP: No, man. AP: Tidak, manusia.
1:01:08 K: Man. You are saying, as far as I understand, that there is interaction between the psychological world and my world -right? -this is what you're implying. I say there is only one world, my psychological world. K: Manusia. Anda mengatakan, sejauh yang saya mengerti, bahwa ada interaksi antara dunia psikologis dan dunia saya -Benar? - ini adalah apa yang Anda maksud. Saya mengatakan hanya ada satu dunia, dunia psikologis saya.
1:01:29 AP: Sir, your psychological world... AP: Tuan, dunia psikologis Anda...
1:01:31 K: It's not over-simplification, on the contrary. K: Itu bukan penyederhanaan yang berlebihan, sebaliknya.
1:01:36 Q: If I may say, you said that my relationship with my wife is my idea or whatever. But how does that image come? For the coming of the image there should be that individual, there is a point of triggering of the image. T: Jika saya boleh berkata, Anda mengatakan bahwa hubungan saya dengan istri saya adalah ide saya atau apa pun. Tapi bagaiman imaji itu datang? Sebab kedatangan imaji, harus ada individu itu, ada titik pemicu imaji itu.
1:01:54 K: Ah, ah, no, sir. Look, sir... K: Ah, ah, tidak, Tuan. Lihat, Tuan...
1:01:56 Q: I'm sorry, there's a point of triggering that image. You see wife out there, I have created an image of her. For the creation of the image she has to be there as an object. T: Maaf, ada titik yang memicu imaji itu. Anda lihat, istri di luar sana, saya telah membuat imaji dirinya. Untuk penciptaan imaji, dia harus berada di sana sebagai objek.
1:02:08 K: No. K: Tidak.
1:02:09 Q: But something has to trigger that. T: Tetapi sesuatu harus memicu itu.
1:02:11 K: Sir, look, my wife, I have married her, she is there. I have a sexual relationship with her. That sexual relationship is recorded. K: Tuan, lihat, istri saya, saya telah menikahinya, dia ada di sana. Saya sudah mempunyai hubungan seksual dengannya. Hubungan seksual itu direkam.
1:02:25 Q: Yes, sir. T: Ya, Tuan.
1:02:27 K: Recorded, it is a sensory reaction, sensual reaction, recorded. So I have created-that becomes the centre of my senses. I am right in this. K: Tercatat, itu adalah reaksi sensorik, reaksi sensual, terekam. Jadi saya telah menciptakan- itu menjadi pusat dari indera saya. Saya benar dalam hal ini.
1:02:45 Q: If I may, sir, before I meet my wife... T: Jika boleh Tuan, sebelum saya bertemu dengan istri saya...
1:02:49 K: There is the-sir, sir, sir, follow it up-from the animal, the procreation instinct is there, that is the biological instinct. K: Di situ ada, Tuan, ikuti dari hewan, naluri prokreasi ada di sana, itu adalah naluri biologis.
1:03:03 Q: Yes, sir, before the recording takes place, there is a meeting- I am coming to that point-there is a meeting of an unknown individual... T: Ya Tuan, sebelum rekaman berlangsung, ada pertemuan- Saya sedang menuju ke titik itu- ada pertemuan dari suatu individu, yang tidak dikenal...
1:03:12 K: Ah, a woman. K: Ah, seorang wanita.
1:03:14 Q: A woman, yes, woman. T: Seorang wanita, ya, wanita.
1:03:15 K: Don't call it unknown individual. K: Jangan menyebutnya individu yang tidak dikenal.
1:03:18 Q: Woman, and... T: Wanita, dan...
1:03:22 K: With a name and a form. Carry on. K: Dengan suatu nama dan suatu bentuk. Lanjutkan.
1:03:24 Q: And before this process, whatever the process, is set in motion, there has to be a physical object. T: Dan sebelum proses ini, apa pun prosesnya, dimulai, harus ada objek fisik.
1:03:34 K: There is, the woman is there. K: Ada, wanita itu di sana.
1:03:36 Q: And that's... what's that? T: Dan itu...apa itu?
1:03:39 K: What? I don't follow. K: Apa? Saya tidak mengikuti.
1:03:43 Q: My point is, sir, you have now taken away the object. T: Maksud saya, Tuan, Anda sekarang telah menyisihkan objek itu.
1:03:47 K: I have not. K: Saya tidak.
1:03:48 PJ: No, he has not taken away... PJ: Tidak, dia tidak menyisihkan...
1:03:49 Q: Before the process is set in... T: Sebelum proses berlangsung...
1:03:50 K: Sir, look, sir, there is that woman-let's face simple facts, sir- there is that woman and man, the woman, the man is attracted sexually, sensorily. K: Tuan, lihat, ada wanita itu-mari kita hadapi fakta sederhana, Tuan- ada wanita dan pria itu, wanita itu, pria itu, tertarik secara seksual, secara sensorik.
1:04:09 Q: Yes, sir, this precisely implies, if you can go into it very scientifically, attraction implies two things... T: Ya, Tuan, ini secara tepat menyiratkan, jika Anda bisa mendalaminya dengan sangat ilmiah, daya tarik menyiratkan dua hal...
1:04:16 K: What? K: Apa?
1:04:18 Q: Attraction implies an object. T: Atraksi menyiratkan suatu objek.
1:04:20 K: I said, sir, there is a woman and there is a man. K: Saya bilang, Tuan, ada perempuan dan ada pria.
1:04:23 PJ: If I may say so, I don't think Krishnaji... PJ:Jika saya boleh berkata demikian, saya kira Krishnaji tidak...
1:04:26 Q: I am not questioning, sir... T: Saya tidak bertanya, Tuan...
1:04:27 PJ: No, but I don't think that there is a... I don't think the question that six human beings exist is being questioned PJ: Tidak, tapi saya tidak berpikir adanya... Saya tidak berpikir bahwa pertanyaan keberadaan enam manusia sedang dipertanyakan
1:04:37 Q: No, but that's the point of discussion because it says the whole thing is a process of... T: Tidak, tapi itu adalah inti dari diskusi karena dikatakan bahwa semuanya adalah suatu proses...
1:04:42 Q: No, no, that is not being questioned. T: Tidak, tidak, itu tidak dipertanyakan.
1:04:44 PJ: See, it's not that the six human beings are being -saying that there are no six human beings, but the degeneration is not the fact of six human beings, the degeneration is what is taking place... PJ: Lihat, bukan enam manusia itu yang sedang -mengatakan bahwa tidak ada enam manusia, tetapi degenerasi bukanlah fakta dari enam manusia, degenerasi adalah apa yang sedang terjadi...
1:04:58 K: Taking place here. K: Berlangsung di sini.
1:05:00 KV: My idea of what you are... KV: Ide saya tentang siapa Anda...
1:05:02 SP: The process of recording and responding from that recording. SP: Proses merekam dan menanggapi dari rekaman itu.
1:05:06 AP: To which I said that this is an oversimplification because there is an interaction between individuals... AP:Terhadapa apa saya katakan ini terlalu menyederhanakan karena ada interaksi antar individu...
1:05:15 K: Between two human-woman and man. K: Antara dua manusia -perempuan dan pria.
1:05:18 AP: No, between woman and man, between Russians and Americans... AP: Tidak, antara wanita dan pria, antara Rusia dan Amerika...
1:05:21 K: Stick to for the moment, woman and man. K: Tetaplah, untuk saat ini, pada wanita dan pria.
1:05:25 AP: All right, sir. Sir, the trouble is that the moment you reduce it to two individuals, instead of to a group of individuals... AP: Baik Tuan. Tuan, masalahnya adalah saat Anda membatasi menjadi dua individu, bukannya kepada sekelompok individu...
1:05:35 K: I am going to... later on, I can... the whole world is... I can come to that, but begin with that, sir. K: Saya akan... nanti, saya bisa... seluruh dunia adalah... Saya bisa sampai pada titik itu, tapi mulai dengan ini, Tuan.
1:05:45 AP: Sir, I feel that the moment you use the word interaction... AP: Tuan, saya merasa begitu Anda menggunakan kata interaksi...
1:05:52 K: I am not using the word, you are using the word. K: Saya tidak menggunakan kata itu, Anda yang menggunakan kata itu.
1:05:58 Q: Yes, yes... T: Ya, ya...
1:06:00 PJ: Achyutji, I would like to ask you one thing. Anyone who has observed the mind in operation sees the validity of what he says. I am not going beyond that, I am saying the validity of this, that you may be physically a human being, but you in terms of me exist as an image in my mind, and my relationship is to that image in my mind, in my brain. PJ: Achyutji, saya ingin menanyakan Anda satu hal. Siapapun yang telah mengamati pikiran dalam beroperasi melihat validitas dari apa yang dia katakan. Saya tidak akan melampaui itu, saya mengatakan validitas dari ini, bahwa Anda mungkin secara fisik adalah manusia, tetapi Anda dalam kaitan dengan saya, ada sebagai imaji dalam pikiran saya, dan hubungan saya adalah dengan ima- ji itu di batin saya, di otak saya.
1:06:38 AP: My point is... AP: Maksud saya adalah...
1:06:39 K: Therefore there is no interaction. Therefore there is no 'you' I interact with. K: Oleh karena itu tidak ada interaksi. Oleh karena itu, tidak ada 'Anda' yang berinteraksi dengan saya.
1:06:45 AP: You see, that is where... I have a difficulty at the starting point. I say that unless you accept the existence of the other individual as valid an entity as yourself, there is no relationship. AP: Soalnya, disitulah...saya meng- alami kesulitan pada titik awalnya. Saya mengatakan bahwa, kecuali Anda menerima keberadaan individu lain sebagai entitas yang valid seperti Anda, tidak ada hubungan.
1:07:02 K: I said that. K: Saya mengatakan itu.
1:07:04 KV: It's not what he is questioning. KV: Bukan itu yang dia pertanyakan.
1:07:05 K: Yes, you explain it, madame. Fight him, go on, madame. K: Ya, Anda jelaskanlah, Nyonya. Lawan dia, lanjutkan, Nyonya.
1:07:08 AP: Please do, please do, because what I say is, that if you were to say that me, my image, my reaction to that image, the moment you do this, you are by implication devaluing or negating what arises as a challenge from the other, because what arises as a challenge from the other is as great a reality as my own urges or responses. My urges and responses are no more valid than that of the other person. AP:Silahkan lakukan, silahkan, karena yang saya katakan adalah, bahwa jika Anda mengatakan bahwa saya, imaji saya, reaksi saya terhadap imaji itu, saat Anda melakukan ini, Anda berimplikasi mendevaluasi atau meniadakan apa yang muncul sebagai tantangan dari pihak lain, karena apa yang muncul sebagai tantangan dari pihak yang lain adalah realitas yang sama pentingnya seperti dorongan atau tanggapan saya sendiri. Dorongan dan tanggapan saya tidak lebih valid dari pada punya pihak orang lain.
1:07:54 Q: I suppose, sir, that is a very valid point because you are taking away the object which sets something in motion, which is a reality. T: Saya kira, Tuan, itu adalah poin yang sangat valid karena Anda menyingkirkan objek yang menggerakkan sesuatu, yang merupakan suatu kenyataan.
1:08:04 GN: Achyutji, I think there is a difference... GN: Achyutji, menurut saya ada perbedaan...
1:08:10 AP: Any of you can answer. She can also answer. AP: Kalian semua bisa menjawab. Dia juga bisa menjawab.
1:08:13 GN: Now, the main thing is, if I understand it right, the brain creates its own image and is related to that image, and that makes for a great deal of difficulty and prevents real relationship. That is the point. In fact, when the brain is related to its own image, all the problems are caused and there is no interaction. And if there has to be an interaction-am I right?... GN:Sekarang, yang utama adalah, jika saya memahaminya dengan benar, otak menciptakan imajinya sendiri dan terkait dengan imaji itu, dan itu membuat banyak kesulitan dan mencegah hubungan yang nyata. Itulah intinya. Faktanya, ketika otak terkaitkan dengan imajinya sendiri, semua masalah disebabkan dari itu dan tidak ada interaksi. Dan jika harus ada interaksi -apakah saya benar?...
1:08:46 K: Yes, sir. K: Ya Tuan.
1:08:48 GN: ...right kind of relationship, unless this ceases, the other is interpreted according to my convenience and comfort and... GN:...jenis hubungan yang benar, kecuali jika ini berhenti, pihak yang lain ditafsirkan menurut kemudahan dan kenyamanan saya dan...
1:08:55 K: Of course, it's so simple, what... K: Tentu saja, demikian sangat sederhananya, apa...
1:08:57 AP: But the moment you use the word programming... AP: Tapi saat Anda menggunakan kata pemrograman...
1:09:00 K: Ah, I've moved away from that. K: Ah, saya sudah tinggalkan itu.
1:09:03 AP: You have moved away from it, sir, but what happens to you, because you talked of the brain. No, I say, it is the movement arising with the image sui generis in the brain or is it a response to a challenge from outside? I say it's a response to a challenge from outside. AP: Anda sudah tinggalkan itu Tuan, tapi apa yang terjadi pada Anda, karena Anda berbicara tentang otak. Tidak, menurut saya, itu adalah gerak yang timbul dengan imaji yang khas (sui generis) di otak atau apakah ini merupakan tanggapan terhadap tantangan dari luar? Menurut saya ini adalah tanggapan terhadap tantangan dari luar.
1:09:24 K: Yes. K: Ya.
1:09:25 PJ: Achyutji, what are you saying? The response is in the brain. How can it be...? PJ: Achyutji, Anda berbicara apa? Tanggapannya ada di otak. Bagaimana bisa...?
1:09:33 K: Sir, sir, may I just... little...? The centre of the brain is all the reactions; sensory reactions. I see a woman... K: Tuan, Tuan, bolehkah saya... sedikit...? Pusat dari otak adalah semua reaksi; reaksi sensorik. Saya melihat seorang wanita...
1:09:49 AP: Can be anybody. AP: Bisa siapa saja.
1:09:50 K: No, no, no. I see a woman, all the sensory responses awaken. Then the brain creates the image - the woman and the man sleeping and all the sex, all that business. K:Tidak. Saya melihat seorang wanita, semua tanggapan sensorik terbangun. Kemudian otak menciptakan imaji - wanita dan pria yang tidur dan semua seks, semua bisnis itu.
1:10:04 AP: Food also. AP: Makanan juga.
1:10:08 K: Food, food, all right. Oh, for God's sake. K: Makanan, makanan, oke. Oh, demi Tuhan.
1:10:14 AP: More important. AP: Lebih penting.
1:10:15 K: I hope not south Indian food or north Indian food or anything else. Let's get on with it, sir. Where am I? The sensory responses is stored in the brain. The brain then reacts as thought, through the senses, memory and all the rest of it, then this sensation meets a woman and all the responses, biological responses take place. Then the image is created. The image then becomes all-important, not the woman. The woman may be necessary for my pleasure, for my etc. etc. etc., but there is no relationship with her except physically. That's simple enough. K: Saya harap bukan makanan India Selatan atau makanan India Utara atau yang lainnya. Mari kita lanjutkan, Tuan. Dimana saya? Tanggapan sensorik disimpan di otak. Otak kemudian bereaksi sebagai pikiran, melalui indera, memori dan semua lainnya, lalu sensa- si ini bertemu dengan seorang wanita dan semua tanggapan, tanggapan biologis berlangsung. Kemudian imaji diciptakan. Imaji kemudian menjadi yang paling penting, bukan wanita itu. Wanita itu mungkin diperlukan untuk kesenangan saya, untuk lain-lainnya saya. tetapi tidak ada hubungan dengannya kecuali secara fisik. Itu cukup sederhana.
1:11:13 PJ: Then the question... PJ: Lalu pertanyaannya...
1:11:14 AP: There is a certain fear lurking in my mind, which I must express that is this a process of refined self-centredness? AP: Ada rasa takut tertentu yang mengintai di pikiran saya, yang harus saya ungkapkan yakni, apakah ini proses pemusatan-diri yang diperhalus?
1:11:30 K: It is, I am saying that. K: Ya memang, saya mengatakan itu.
1:11:34 KV: That is logical. KV: Itu logis.
1:11:35 AP: But if it is a process of refined self-centredness it immediately raises before me the nightmare of the Muslims who have denied existence to the woman altogether, it is a man's prerogative. AP: Tetapi jika itu adalah proses pemusatan-diri yang halus hal itu segera memunculkan mimpi buruk kaum Muslimin, yang telah sama sekali menyangkal keberadaan wanita, itu adalah hak prerogatif pria.
1:11:50 K: No, no, no,... come off it, no Muslim can do that, he is a cuckoo if he does that. The woman must be kept in the background but I have the image of it. What are we talking about! K: Tidak, tidak, tidak,... hentikan itu, tidak ada orang Muslim bisa melakukan itu, dia seorang gila jika dia melakukan itu. Wanita harus disimpan di latar belakang tetapi saya memiliki imaji darinya. Apa yang kita bicarakan!
1:12:04 BK: Can we take one more step? Can there be a mental relationship? BK: Bisakah kita mengambil satu langkah lagi? Bisakah ada suatu hubungan mental?
1:12:10 K: What do you mean, mental? K: Apa yang Anda maksudkan, mental?
1:12:11 BK: Image. Images can be refined, modified, manipulated, as time moves, so there can.. BK: Imaji. Imaji dapat diperhalus, dimodifikasi, dimanipulasi, seiring berjalannya waktu, sehingga bisa..
1:12:21 K: The brain is doing that all the time. We are moving away from... K: Otak melakukan itu sepanjang waktu. Kita bergerak pindah dari...
1:12:25 PJ: No, but I think that if we can keep to the central point, the real question then arises, and I would like to ask Krishnaji: what is the action or what is the challenge or what is that which triggers the ending of this image-making machinery so that direct contact is possible? PJ: Tidak, tapi menurut saya, kalau kita bisa bertahan di titik pusat, pertanyaan hakiki kemudian muncul, dan saya ingin bertanya kepada Krishnaji: apa tindakan atau apa tantangannya atau apa yang memicu pengakhiran dari mesin pembuat imaji ini sehingga kontak langsung dimungkinkan?
1:12:51 SR: Yes. SR: Ya.
1:12:53 K: What is that? K: Apa itu?
1:12:54 AP: I'll... I'll go with you the whole way. AP: Saya akan...Saya akan pergi dengan Anda sepanjang jalan.
1:12:56 K: Wait, wait, let me understand it. K: Tunggu, tunggu, biarkan saya memahaminya.
1:12:58 PJ: I say, instead of moving, I say the central fact being so, and I think this is pretty obvious that it is so, what is the trap we are caught in is, we say it is so, but we continue in the same... PJ: Saya katakan, alih-alih bergerak, saya katakan faktanya memang begitu dan saya pikir ini cukup jelas bahwa memang begitu, apa jebakannya, di dalam mana kita terperangkap, kita katakan demikian, tetapi kita terus melanjutkan...
1:13:15 K: That is the real question. K: Itu pertanyaan yang sebenarnya.
1:13:17 PJ: Therefore... PJ: Oleh karena itu...
1:13:18 K: Why is the brain so mechanically functioning this way? K: Mengapa otak berfungsi secara mekanis seperti begini?
1:13:23 PJ: No, then I ask you, what is the action, what is the challenge, what is PJ: Tidak, kemudian saya bertanya pada Anda tindakannya apa, apa tantangannya, apa yang...
1:13:32 K: Yes, yes...? K: Ya, ya...?
1:13:33 PJ: ...that which will end this... PJ:...yang akan mengakhiri ini...
1:13:35 K: Break it. K: Menghancurkan itu.
1:13:37 PJ: ...so that there is direct contact? PJ:...supaya ada kontak langsung?
1:13:39 K: That's all. K: Itu adalah semuanya.
1:13:40 RB: Direct contact with what? RB: Kontak langsung dengan apa?
1:13:42 PJ: Direct contact with 'what is'. PJ: Kontak langsung dengan 'apa adanya'.
1:13:44 K: Wait, let's get the question clear. The brain has been accustomed to this sensory, imaginary movement- imagery movement, not imagination movement-imagery movement. Now Pupulji asks, what will break this chain. That's the question-right, sir? K: Tunggu, mari kita perjelas pertanyaannya. Otak telah terbiasa dengan gerak sensorik, imajiner ini- gerak pencitraan, bukan gerak imajinasi-gerak pencitraan. Sekarang Pupulji bertanya, apa yang akan memutus rantai ini. Itu pertanyaannya-benar, Tuan?
1:14:11 PJ: This is the basic question. PJ: Ini pertanyaan dasarnya.
1:14:13 K: All right, that's very simple, I'll answer it now. Go on, discuss it a little bit. K: Baiklah, itu sangat sederhana, saya akan menjawabnya sekarang. Teruskan, diskusikan ini sedikit lebih lanjut.
1:14:21 PJ: Because this is... PJ: Karena ini adalah...
1:14:25 K: What do you say, sir? K: Tuan berkata apa?
1:14:31 JU: (Hindi for 1 minute). JU: (Hindi untuk 1 menit).
1:15:36 PJ: You see what he is saying, sir. He says, if we accept this as so... PJ: Anda lihat apa yang dia katakan, Tuan. Dia berkata, jika kita menerima ini seperti demikian halnya...
1:15:41 K: Ah, I don't accept it, I don't accept it. K: Ah, saya tidak menerimanya, saya tidak menerimanya.
1:15:43 PJ: Please see this. The implications are that everything that arises, arises out of ourselves, out of the self... PJ:Mohon lihat ini. Implikasinya ada- lah bahwa segala sesuatu yang muncul, itu muncul dari diri kita sendiri, dari diri...
1:15:55 K: That's all. K: Itulah.
1:15:57 PJ: Out of the self. Nothing arises out of the outer challenge. PJ: Keluar dari diri sendiri. Tidak ada yang muncul dari tantangan luar.
1:16:04 K: I said that. There is no outer and inner, there is only the brain responding to certain reactions, which is logical. K: Saya mengatakan itu. Tidak ada luar dan dalam, hanya ada otak yang menanggapi reaksi tertentu, yang adalah logis.
1:16:17 PJ: Did you hear? There is no outer and inner. PJ: Sudah Anda dengar? Tidak ada luar dan dalam.
1:16:21 SP: There is only the brain. SP: Yang ada hanya otak.
1:16:24 JU: (Hindi for 1 minute). JU: (Hindi untuk menit).
1:17:27 PJ: (Hindi). PJ: (Hindi).
1:17:29 JU and Other: (Hindi). JU dan Lainnya: (Hindi).
1:17:37 PJ: In my mind, the two poles are fixed. PJ: Menurut saya dua kutub itu sudah ditentukan.
1:17:46 JU, PK & KP: (Hindi for 2mins plus): JU, PK & KP: (Hindi untuk 2 menit lebih):
1:19:59 PJ: If I may say so, the question he poses is: what are you to us? You have stated this. PJ: Kalau boleh saya katakan begini, pertanyaan yang dia ajukan adalah: Anda itu apa bagi kami? Anda telah menyatakan ini.
1:20:10 K: What? K: Apa?
1:20:12 PJ: You have made a statement, I listen. I listen. What you have said is not part of that movement of my brain. PJ: Anda sudah membuat pernyataan, saya dengar. Saya mendengar. Apa yang Anda katakan bukanlah bagian dari gerakan otak saya.
1:20:24 K: What? K: Apa?
1:20:25 PJ: That there is no outer challenge... PJ: Tidak ada tantangan luar...
1:20:31 K: No... K: Tidak...
1:20:32 PJ: ...that the image is born out of the image-making machinery of the brain itself; that the self projects its images of the other, and then all that which you have said, is not part of my brain. PJ:...bahwa imaji itu lahir dari mesin pembuat imaji dari otak itu sendiri; bahwa si diri memproyeksikan citranya tentang orang lain, dan kemudian semua yang Anda katakan, bukanlah bagian dari otak saya.
1:20:51 K: Why? PJ It's not. It's something new to me. K: Mengapa?

PJ: Itu bukan. Itu sesuatu yang baru bagi saya.
1:20:55 K: No, no, no...! K: Tidak, tidak, tidak...!
1:20:57 BK: Sir, he says that he's programmed differently... BK: Tuan, dia bilang bahwa dia diprogram berbeda...
1:20:59 K: Ah, ah, ah. No, no, no. What are we talking about. K: Ah, ah, ah. Tidak, tidak, tidak. Apa yang kita bicarakan.
1:21:09 PJ: Sir, the question is, what is your relationship to me or to Jagannath Upadhyayaji or to X? Are you not a challenge to me, and therefore is it not something...? PJ: Tuan, pertanyaannya adalah, apa hubungan Anda dengan saya atau dengan Jagannath Upadhyayaji atau dengan X? Apakah Anda bukan tantangan bagi saya, dan karena itu, apakah itu bukan sesuatu...?
1:21:28 K: Now, what do we mean by you? K: Sekarang, apa yang kita maksud dengan Anda?
1:21:32 PJ: Krishnaji. Is Krishnaji's statement or what he has been saying.. which I'm listening to, not a challenge to this very brain itself? PJ:Krishnaji. Apakah pernyataan Krishnaji atau apa yang dia katakan, yang saya dengarkan, bukan tantangan bagi otak ini sendiri?
1:21:44 K: It is. K: Memang begitu.
1:21:45 PJ: If it is so... PJ: Kalau begitu...
1:21:47 K: Wait, I know what you're going to say, yes. K: Tunggu, saya tahu apa yang akan Anda katakan, ya.
1:21:49 PJ: If it is so, then there is a movement which is other than the movement of the brain. PJ: Kalau demikian halnya, maka ada gerakan lain selain gerakan otak.
1:21:56 K: Wait, wait. K makes a statement. It's a challenge to you only when you can respond to it, otherwise it's not a challenge. Right? K: Tunggu, tunggu. K membuat pernyataan. Ini adalah tantangan bagi Anda hanya jika Anda dapat menanggapinya, kalau tidak, itu bukan tantangan. Benar?
1:22:22 PJ: I don't get that. PJ: Saya tidak mengerti itu.
1:22:24 AP: That is certain. You see, somebody walking on the road makes no impression on me, there is no record, therefore is no response. AP: Itu sudah pasti. Begini, seseorang yang berjalan di jalan tidak membuat kesan pada saya, tidak ada catatan, oleh karena itu tidak ada tanggapan.
1:22:32 PJ: I am listening to him. PJ:Saya sedang mendengarkan dia.
1:22:33 AP: No, listen, there is a possibility of something happening and my not responding in any way. There is another, that he says something and immediately it evokes... AP: Tidak, dengar, ada kemungkinan sesuatu terjadi dan saya tidak menanggapi dengan cara apa pun. Ada yang lain, yang dia katakan sesuatu, dan segera membangkitkan...
1:22:49 K: A reaction. K: Suatu reaksi.
1:22:50 AP: ...a reaction. AP:...suatu reaksi.
1:22:51 K: Now, I want to challenge you all. Right? That's my life. I want to challenge you. How do you respond to the challenge? Either as a Buddhist, as a Christian, as a Hindu, Muslim or as a politician, as a blah, blah, blah. So, how do you respond to a challenge? Either you respond at the same intensity as the challenge or you don't respond at all. Hai capito? I was speaking Italian. You pose a challenge to me. I either understand the challenge, respond to it as intensely as your challenge, or it doesn't affect me at all. To meet a challenge you and I must face each other-right?- not bodily, but face each other. K: Sekarang, saya ingin menantang Anda semua. Benar? Itulah hidup saya. Saya ingin menantang Anda. Bagaimana Anda menanggapi tantangan itu? Baik sebagai Budhis, sebagai Kristen, sebagai Hindu, Muslim atau sebagai politisi, sebagai bla, bla, bla. Jadi, bagaimana Anda menanggapi tantangan? Entah Anda merespons dengan inten- sitas yang sama seperti tantangan atau Anda tidak menanggapi sama sekali. Hai Capito (Anda paham)? Saya berbicara bahasa Italia. Anda mengajukan tantangan pada saya. Atau saya memahami tantangannya, menanggapi itu sekuat tantangan Anda, atau itu tidak mempengaruhi saya sama sekali. Untuk menghadapi tantangan, Anda dan saya harus saling berhadapan-benar? bukan badaniah, tapi saling berhadapan.
1:24:10 PJ: You see, then he goes further and says: If you are a challenge, then why are you denying that there can be a challenge from the outer? PJ: Ya, lalu dia melangkah lebih jauh dan berkata: Jika Anda adalah suatu tantangan, lalu mengapa Anda menyangkal bahwa mungkin ada tantangan dari luar?
1:24:25 K: Ah, entirely different. K: Ah, sangat berbeda.
1:24:29 PJ: This is the question. You say... PJ: Ini pertanyaannya. Anda bilang...
1:24:33 K: I've got it, I've got it, I've got it. K: Saya mengerti, saya menangkapnya, saya mengerti.
1:24:39 JU: ( Translated) Can you make this clear with the help of an example? JU: (Diterjemahkan) Dapatkah Anda membuat ini jelas dengan bantuan sebuah contoh?
1:24:51 K: The outside challenge is the challenge which thought has created. I don't know if I make that clear. K:Tantangan dari luar adalah tantang- an yang diciptakan oleh pikiran. Saya tidak tahu apakah saya telah membuatnya jelas.
1:25:03 SP: Yes, sir. SP: Ya Tuan.
1:25:05 K: Right? Achyutji? You're not sure. K: Benar? Achyutji? Anda tidak yakin.
1:25:08 AP: Not sure. AP: Tidak yakin.
1:25:10 K: Let's begin again. The communist challenges the believer. The communist is a believer, and therefore he is challenging another belief, so it becomes a protection, a reaction against another belief. That's not a challenge. K:Mari kita mulai lagi. Orang komunis menantang orang berkepercayaan. Orang komunis adalah seorang berkepercayaan, dan karena itu dia menantang kepercayaan lain, jadi itu menjadi suatu perlindungan, reaksi terhadap kepercayaan lain. Itu bukan tantangan.
1:25:40 AP: That's not a challenge. AP: Itu bukan tantangan.
1:25:41 K: No, that's not a challenge. K: Tidak, itu bukan tantangan.
1:25:43 AP: I agree, there's no difficulty in agreeing to this. AP: Saya setuju, tidak ada kesulitan untuk menyetujui ini.
1:25:45 K: Now, this man has no belief, no-all that. K: Sekarang, orang ini tidak memiliki kepercayaan, tidak-semua itu.
1:25:52 AP: No stance. AP: Tidak ada sikap.
1:25:54 K: And from that point he challenges, which is entirely different from the challenge from the outside, from the communist. I don't know if I made that clear. K: Dan dari titik itu dia menantang, yang sama sekali berbeda dengan tantangan dari luar, dari komunis. Saya tidak tahu apakah saya sudah membuaynya jelas.
1:26:07 PJ: What is this challenge of what you call.. which is the challenge of the no-centre? PJ: Apakah tantangan ini, yang Anda sebut... yang merupakan tantangan dari non-pusat (no-centre)?
1:26:13 K: That is the difference. K: Itulah perbedaannya.
1:26:14 PJ: The challenge of the no-centre. PJ: Tantangan dari non-pusat.
1:26:16 K: If you challenge me, because you are challenging my reputation, my blah, blah, blah, then I react to it because I am protecting the image which I have about myself, and you are challenging out of your image about you, etc. It's a challenge between two images thought has created. Right? But if you challenge me, which is the challenge of absoluteness vous avez compris? I mean, you understand? -it's entirely different. If Mr Upadhyaya challenges me, and I am a Buddhist or a Hindu, his challenge is a process of defending, contradicting and attacking-right? and when he challenges me, if I am a Hindu, Buddhist, whatever it is, it is the same process going on. This is not a challenge! A challenge is from something totally different. It's a challenge to a politician who is absorbed in nationalism, to say rot, nationalism is the very destruction of humanity. He says, 'Buzz off'. To him it's not a challenge because he is merely living in a fortress and refuses any attack. I don't know if I've made my point clear. K: Jika Anda menantang saya, karena Anda menantang reputasi saya, bla, bla, bla, lalu saya bereaksi terhadapnya karena saya melindungi citra yang saya miliki tentang diri saya, dan Anda menantang dari citra Anda tentang Anda, dll. Ini adalah tantangan antara dua imaji yang telah diciptakan pikiran. Benar? Tetapi jika Anda menantang saya, yang adalah tantangan kemutlakan vous avez compris (Anda paham)? Maksud saya, Anda paham? -itu sama sekali berbeda. Jika Tuan Upadhyaya menantang saya, dan saya seorang Buddhis atau Hindu, tantangannya adalah proses bertahan, membela diri, menentang dan menyerang-benar? dan ketika dia menantang saya, jika saya seorang Hindu, Budhis, apapun, itu adalah proses yang sama yang sedang terjadi. Ini bukan tantangan! Suatu tantangan berasal dari sesuatu yang sama sekali berbeda. Ini tantangan bagi seorang politisi yang asyik dengan nasionalisme, bisa dikatakan busuk, nasionalisme adalah kehancuran umat manusia. Dia berkata, 'Pergi sana,'. Baginya itu bukan tantangan, karena dia hanya tinggal di dalam benteng dan menolak serangan apapun. Saya tidak tahu apakah saya telah membuat jelas maksud saya.
1:28:15 PJ: Sir, I think we need to go back to... PJ: Tuan, saya kira kita perlu kembali ke...
1:28:19 K: Corruption. K: Kerusakan.
1:28:20 PJ: No. Yes. ...we started because you know, we're getting... PJ: Tidak. Ya.... kami mulai karena Anda tahu, kami mendapatkan...
1:28:25 K: I'm willing to go back to corruption. K: Saya bersedia kembali ke kerusakan.
1:28:28 KV: How do you break this chain... KV: Bagaimana Anda memutuskan rantai ini...
1:28:32 K: I'll answer that. K: Saya akan menjawabnya.
1:28:34 SP: Sir, my brain responds to the image-making machinery of the other in the same way as the challenge created by a person like you. Does it respond in the same way? P: Tuan, otak saya merespon mesin pembuat imaji yang lain dengan cara yang sama seperti tantangan yang diciptakan oleh orang seperti Anda. Apakah itu merespons dengan cara yang sama?
1:28:50 K: Yes, yes. K: Ya, ya.
1:28:51 SP: That is the difficulty also. SP: Kesulitannya juga begitu.
1:28:53 PJ: No, no, the whole point is that one can answer. If an image is formed then it is part of the same thing, but the thing which I really Krishnaji, how is it that this movement... PJ: Tidak, tidak, intinya adalah seseorang bisa menjawab. Jika suatu imaji terbentuk maka itu adalah bagian dari hal yang sama, tapi hal yang saya benar-benar, Krishnaji, bagaimana bisa gerakan ini...
1:29:13 K: To end. That's what you have been saying. How is this cycle of-just a minute, let's be clear- cycle of experience, knowledge, memory, thought, action, action again coming back to knowledge: this is the circle in which you are caught-right, sir? K: Untuk mengakhiri. Itulah yang Anda katakan. Bagaimana siklus ini - sebentar, agar jelas - siklus pengalaman, pengetahuan, memori, pikiran, tindakan, tindakan, kembali lagi ke pengetahuan: ini adalah lingkaran di dalam mana Anda tertangkap-benar, Tuan?
1:29:42 SR: Clear, sir. SR: Jelas Tuan.
1:29:44 PJ: Causation, it is really, it's really asking that how is the stream of causation... PJ: Hubungan sebab dan akibat, ini benar-benar, ini benar-benar menanyakan bagaimana aliran sebab-akibat...
1:29:50 K: I'm going to go into it but I want first to be clear on this matter. K: Saya akan mendalaminya, tapi saya ingin pertama-tama menjadi jelas tentang masalah ini.
1:29:57 JU: (Hindi). JU: (Hindi).
1:30:11 PJ: This process goes you have taken it to action, challenge, sensation, perception, etc-action. PJ: Proses ini berjalan, Anda telah membawanya ke tindakan, tantangan, sensasi, persepsi, dll -tindakan.
1:30:21 K: Learn from that action, back again knowledge. K: Belajar dari tindakan itu, kembali lagi pengetahuan.
1:30:25 PJ: No, yes. Therefore you learn from that action. Does that learning of that action return and get stored to...? PJ: Tidak, ya. Oleh karena itu Anda belajar dari tindakan itu. Apakah belajar tentang tindakan itu kembali dan disimpan ke...?
1:30:32 K: Of course, of course. K: Tentu, tentu saja.
1:30:34 K: Obviously, obviously, this is what we are doing. K: Jelas sekali, inilah yang kita lakukan.
1:30:39 JU: (Hindi). JU: (Hindi).
1:30:54 K: I understand. K: Saya mengerti.
1:30:56 PJ: It acts. In between many causes have flown in. PJ: Itu bertindak. Di antara itu, banyak penyebab telah masuk.
1:31:03 K: I agree, now, wait a minute, Listen, Pupulji, it's fairly clear. K: Setuju, sekarang tunggu sebentar. Dengar Pupulji, itu cukup jelas.
1:31:09 JU: (Hindi). JU: (Hindi).
1:31:19 PJ: The whole thing which comes back and is stored again... PJ: Semuanya yang kembali dan disimpan lagi...
1:31:23 K: Not 'comes back'. K: Bukan 'kembali'.
1:31:25 GN: May I say something? You have been saying that the programme works this way: experience, knowledge, memory, thought, action, action further strenthening experience the whole cycle is repeated. GN: Bolehkah saya mengatakan sesuatu? Anda telah mengatakan bahwa program tersebut bekerja seperti ini: pengalaman, pengetahuan, memori, pikiran, tindakan, tindakan lebih lanjut memperkuat pengalaman, seluruh siklus diulang.
1:31:42 K: That's all, that's all I'm saying. K: Itu saja, itu saja yang saya katakan.
1:31:44 GN: What I'm suggesting is, whatever the flux.. GN: Yang saya sarankan adalah, apapun alirannya..
1:31:48 K: Is within that. K: Adalah di dalam itu.
1:31:50 GN: That is included in this curriculum. GN: Itu termasuk dalam kurikulum ini.
1:31:56 K: Curriculum, you're perfectly right! K: Kurikulum, Anda benar sekali!
1:32:05 JU: (Hindi 48 seconds). JU: (Hindi 48 detik).
1:32:35 PJ: (Hindi) PJ: (Hindi)
1:32:36 JU: (Hindi - 45 secs) JU: (Hindi -45 detik)
1:33:22 PJ: You see, these are... PJ: Anda lihat, ini adalah...
1:33:24 K: Wait, Pupulji... K: Tunggu, Pupulji...
1:33:25 SR: What I understand, the whole thinking process of Upadhyayaji is just one fixed: there is an inner and there is an outer which you have already fixed there, and you are just repeating this. So if we think it, just about this, then it is easier to understand. SR: Yang saya pahami, seluruh proses berpikir Upadhyayaji hanyalah satu hal yang pasti: ada yang dalam dan ada yang luar yang telah Anda pastikan demikian, dan Anda hanya mengulangi ini. Jadi jika kita memikirkannya, hal ini saja, maka lebih mudah dipahami.
1:33:55 GN: I don't know, I just want to say one or two things. You are not denying the reality of the outer world, GN: Saya tidak tahu, saya hanya ingin mengatakan satu atau dua hal. Anda tidak menyangkal realitas dunia luar,
1:34:04 K: There it is, how can... K: Itu dia, bagaimana bisa...
1:34:06 GN: Plus there is nature, the other human beings... GN: Ditambah ada alam, manusia lain...
1:34:09 K: And war. K: Dan perang.
1:34:10 GN: ...they are things, all this is real. GN:... mereka adalah benda, semua ini nyata.
1:34:12 K: And war is real. K: Dan perang adalah nyata.
1:34:13 GN: War, everything is real. GN: Perang, semuanya nyata.
1:34:15 K: Nationality... K: Kebangsaan...
1:34:16 GN: So the other person is real. But what you are implying is that because of this image-making process and this circuitry which is repeating itself all the time, there is really no contact, but only contact with our own images. GN: Jadi orang lain itu nyata. Tetapi apa yang Anda maksudkan adalah karena proses pembuatan imaji ini dan siklus ini yang berulang sepanjang waktu, sebenarnya tidak ada kontak, tetapi kontak hanya dengan imaji-imaji kita sendiri.
1:34:33 K: And, yes, yes. K: Dan, ya, ya.
1:34:35 GN: And this makes for no contact, (a), and (b), it also makes a lot of mischief. GN: Dan ini memastikan tiadanya kontak, (a), dan (b), itu juga membuat banyak keonaran.
1:34:43 K: That's all. K: Itu dia.
1:34:45 PJ: Basically, don't you see what it implies is that at no point is there real freedom. PJ: Pada dasarnya, apakah Anda tidak melihat bahwa apa yang diisyaratkan adalah tiadanya kebebasan sejati pada titik mana pun.
1:34:54 K: There is no freedom. K: Tidak ada kebebasan.
1:34:56 PJ: Because we're caught in this, there is no freedom. PJ: Karena kita terjebak dalam hal ini, maka tidak ada kebebasan.
1:34:59 GN: But what I'm trying to say is that this does not deny the existence of the outer world that we must see, otherwise we go through me and the society. GN: Tapi yang ingin saya katakan adalah bahwa ini tidak menyangkal keberadaan dunia luar... yang harus kita lihat, jika tidak, kita melalui saya dan masyarakat.
1:35:08 K: Ah, ah, ah... K: Ah, ah, ah...
1:35:09 KV: You can't deny. KV: Anda tidak bisa menyangkal.
1:35:10 K: I'm not denying... K: Saya tidak menyangkal...
1:35:12 GN: I want to get clarification on this. GN: Saya ingin mendapatkan klarifikasi tentang ini.
1:35:13 K: Oh, of course, I'm not denying, we're not denying that. K: Oh, tentu saja, saya tidak me- nyangkal, kami tidak menyangkal itu.
1:35:15 GN: We're not denying the outer world as an illusion. GN: Kami tidak menyangkal dunia luar sebagai ilusi.
1:35:17 K: Uh? We are not denying the reality of the outer world as an illusion, we are not denying the reality of the outer world. K: Uh? Kami tidak menyangkal realitas dari dunia luar sebagai suatu ilusi, kami tidak menyangkal realitas dunia luar.
1:35:26 K: Not at all. K: Sama sekali tidak.
1:35:27 AP: You are not denying the reality of the outer world as things, but you are denying the reality of the outer world as persons. AP: Anda tidak menyangkal realitas dunia luar sebagai benda, tetapi Anda menyangkal realitas dunia luar sebagai pribadi.
1:35:35 PJ: No. PJ: Tidak.
1:35:36 K: Ah, no, you have gone off to something else. K: Ah, tidak, Anda telah melenceng ke sesuatu lain.
1:35:39 PJ: You are denying the reality of the images my mind has made of the outer world. PJ: Anda menyangkal realitas imaji-imaji yang dibuat batin saya tentang dunia luar.
1:35:48 K: Yes, sir. Achyutji, come on, sir. K: Ya Tuan. Achyutji, marilah, Tuan.
1:35:53 JU: (Hindi - 48 secs) JU: (Hindi - 48 detik)
1:36:42 PJ: (Hindi 38 seconds) PJ: (Hindi 38 detik)
1:37:20 K: Sir, all that I am saying is, knowledge as we exist now, psychological knowledge, is the corruption of the mind, brain. And he says, please, I understand this process, very well, which is experience and all that. How is that chain to be broken, that is the central issue. Right? K: Tuan, semua yang saya katakan adalah, pengetahuan seperti yang kita ada sekarang, pengetahuan psikologis, adalah kerusakan dari batin, otak. Dan dia berkata, mohon, saya mengerti proses ini, sangat baik, yang merupakan pengalaman dan semua itu. Bagaimana memutuskan rantai itu, itu adalah masalah utama. Benar?
1:37:51 AP: I think that is the central issue. AP: Saya kira itu masalah sentralnya.
1:37:53 K: Central, which is-no, which is corrupting the brain and therefore corrupting the world. K: Sentral, yaitu-tidak, yang merusak otak dan karena itu merusak dunia.
1:37:59 AP: That is right. AP: Itu benar.
1:38:00 K: Corrupting the rivers, corrupting the skies, corrupting relation... it's corrupting everything-right. Now, how is this chain of whatever you call it, to be broken. Why do you ask that question? K: Merusak sungai, merusak langit, merusak hubungan, itu merusak segalanya-benar? Nah, bagaimana rantai ini, apapun Anda sebut itu, diputuskan. Mengapa Anda mengajukan pertanyaan itu?
1:38:26 BK: Sir, Achyutji's question then is... BK: Tuan, lalu pertanyaan Achyutji adalah...
1:38:28 K: Ah, no, I'm asking a question: Why do you want to break this chain? That's a logical question, a valid question. Why? K: Ah, tidak, saya mengajukan pertanyaan: Mengapa Anda ingin memutuskan rantai ini? Itu adalah pertanyaan yang logis, pertanyaan yang absah. Mengapa?
1:38:40 Satyendra (S): Because basically there seems to be conflict and pain. Because basically there is a feeling of conflict within oneself... Satyendra (S): Karena pada dasarnya ada konflik dan rasa sakit. Karena pada dasarnya ada perasaan konflik dalam diri sendiri...
1:38:49 K: Of? K: Dari?
1:38:50 S: A feeling of pain. S: Perasaan sakit.
1:38:52 K: Which is... K: Yang adalah...
1:38:54 S: a feeling of pain. S: suatu rasa sakit.
1:38:55 K: Hang on, sir, this is an important question, just go into it a little bit more. Has the breaking of the chain a cause, a motive? If it has, you are back in the same chain. That's all my point. Right, sir? K: Tunggu, Tuan, ini pertanyaan penting, dalami sedikit lagi. Apakah memutuskan rantai mempunyai penyebab, motif? Jika ya, Anda kembali ke rantai yang sama. Itu maksud saya semuanya. Benar, Tuan?
1:39:20 Q: Agreed. T: Setuju.
1:39:21 K: Ah, no, not agree, just see... I mean, to me... K: Ah, tidak, bukan setuju, lihat saja...maksud saya, bagi saya...
1:39:24 AP: I see, sir, I say... AP: Saya paham, Tuan, saya bilang...
1:39:26 K: No, sir, on the contrary, just- if it's causing me pleasure, I say, 'Please, leave me alone.' K: Tidak Tuan, sebaliknya, hanya- jika itu membuat saya senang, saya berkata, saya berkata, 'Mohon, tinggalkan saya sendirian.'
1:39:47 AP: No... AP: Tidak...
1:39:48 K: Now, just a minute, sir, let me finish, you'll have your turn. So I must be very clear in myself, - I can't persuade you to be clear- in myself that I have no direction or motive or hope out of this. Right? I must be absolutely clear. Are we? K:Nah, sebentar Tuan, biar saya sele- saikan, Anda akan mendapat giliran. Jadi saya harus sangat jelas dalam diri saya, - Saya tidak bisa membujuk Anda untuk menjadi jelas- dalam diri saya, bahwa saya tidak memiliki arah atau motif atau harapan dari ini. Benar? Saya harus benar-benar jelas. Apakah kita?
1:40:15 Q: I'm not sure. T: Saya tidak yakin.
1:40:17 K: Then what are we playing at? K: Lalu apa yang kita lakukan?
1:40:20 Q: Suppose there... Sorry, sir... Q: Misalkan di sana... Maaf Tuan...
1:40:22 K: Ah, ha, ha, ha... Look, sir, you're a lawyer, I come to you, you want all the facts from me as your client, the truth-right?- and you say, 'What's your motive?' also. It's the same thing here. K: Ah, ha, ha, ha... Lihat, Tuan, Anda seorang pengacara, saya datang kepada Anda, Anda ingin semua fakta dari saya se- bagai klien Anda, kebenaran- betul? - dan Anda juga berkata, 'Apa motif Anda?'. Di sini sama saja.
1:40:46 Q: May I ask a question? T: Bolehkah saya mengajukan pertanyaan?
1:40:47 K: Sir... K: Tuan...
1:40:49 S: Because in many ways it's central to the-it's central, and people keep asking the question : How it is that one can break, and I can see the answer also in some way that you give. But can I ask this question: is it possible, given each one of us, given the brains that we have, given the brain that I have... S: Karena dalam banyak hal itu sentral pada, dan orang terus mengajukan pertanya- an: Bagaimana orang dapat memutus, dan saya juga dapat melihat jawaban- nya mirip dengan cara Anda berikan. Tetapi dapatkah saya mengajukan pertanyaan ini: apakah memungkinkan, mengingat masing-masing dari kita, mengingat otak yang kita miliki, mengingat otak yang saya miliki...
1:41:14 K: Ah, ah, ah, I don't agree. No! You see, you have already started on the wrong foot. K: Ah, ah, ah, saya tidak setuju. Tidak! Anda tahu, Anda sudah mulai dengan langkah yang salah.
1:41:21 S: Right, but I am conscious of myself, as it is, may I only ask a question in this way: is it basically a way of looking at things... S: Benar, tapi saya sadar akan diri saya, apa adanya, bolehkah saya mengajukan pertanyaan dengan cara ini: apakah pada dasarnya cara memandang sesuatu...
1:41:36 K: mm, mm, mm mm.. K: mm, mm, mm mm ..
1:41:37 S: No, it is not. S: Tidak, bukan demikian.
1:41:38 K: This is a fact. K: Ini suatu fakta.
1:41:40 S: It is not, is it a matter of reason? No, no... It's not certainty. It is not a matter of logic, S: Bukan demikian, apakah ini masalah kemampuan berpikir? Tidak tidak... Ini bukan kepastian. Ini bukan masalah logika,
1:41:51 K: It is not a matter of logic, it's not a matter of analysis... K: Ini bukan masalah logika, ini bukan masalah analisis...
1:41:54 S: It is not a matter of analysis. S: Ini bukan soal analisis.
1:41:55 K: It's not a matter of- wait a minute, sir, don't brush it off so quickly . You see... K: Ini bukan masalah- Tunggu sebentar, Tuan, jangan menga- baikannya begitu cepat. Anda lihat...
1:42:01 S: It's not a matter of logic. S: Ini bukan masalah logika.
1:42:03 K: No.. K: Tidak ..
1:42:06 K: It's a matter of plain observation of what's going on. K: Ini masalah pengamatan biasa dari apa yang terjadi.
1:42:14 S: Without the image. Without the mind forming an image. S: Tanpa imaji. Tanpa pikiran membentuk imaji.
1:42:19 K: No, sir, no. K: Bukan, Tuan, bukan.
1:42:20 S: No? S: Bukan?
1:42:22 K: The point is this: the brain is the centre of all the sensory responses. Right? The sensory responses which has created memory, the experience, thought, all that, thought, action and it's caught in that. And the brain being caught in that, which is-I won't go into it- which is partial, it's never complete-right?- and therefore it is polluting everything it does: my relationship, my-everything it does. If you admit that once, as a fact, not as a theory, not as... Right? Then how is that circle to be broken? That is the whole point, which we're all asking. K: Intinya begini: otak adalah pusat dari semua respons sensorik. Betul? Respons-respons sensorik yang telah menciptakan memori, pengalaman, pikiran, semua itu, pikiran, tindakan, dan ia terperangkap di dalamnya. Dan otak terperangkap di dalamnya, yang-saya tidak akan mendalaminya- yang adalah parsial, tidak pernah lengkap-betul? - dan karena itu mencemari semua yang dilakukannya: hubungan saya, segalanya yang dilakukannya. Jika Anda sekali mengakuinya, sebagai fakta, bukan sebagai teori, bukan sebagai... sebagai fakta, bukan sebagai teori, bukan sebagai... Betul? Lalu bagaimana lingkaran itu dipatahkan? Itulah seluruh intinya, yang kita semua tanyakan.
1:43:25 PJ: Sir, maybe it might throw some light if I ask you a question, and that is: practically every teaching... which has been concerned with the mediative processes, has regarded the senses as an obstruction.. PJ: Tuan, mungkin menjadi lebih jelas kalau saya bertanya, dan itu adalah: praktis setiap ajaran... yang terkait dengan proses mediasi, menganggap indra sebagai penghalang ..
1:43:50 K: Mm, yes, yes. K: Mm, ya, ya.
1:43:51 PJ: ...to the ending of, or the breaking of (inaudible)... PJ:...untuk pengakhiran, atau pemutusan (tidak terdengar)...
1:43:57 PJ: Sir, I am asking you what role, what role... PJ: Tuan, saya tanyakan peran apa, peran apa...
1:44:03 K: R-O-L-E? K: R-O-L-E? (peran)
1:44:04 PJ: R-O-L-E, do you give to the senses in freeing the mind. You see... No... PJ: R-O-L-E, peran apakah Anda berikan pada indera dalam membebaskan batin. Anda lihat...Tidak...
1:44:16 K: Ah, ah, ah... K: Ah, ah, ah...
1:44:17 PJ: You see, I understand, I'm maybe putting it wrongly... PJ: Anda tahu, saya paham, saya mungkin salah mengatakannya...
1:44:21 K: Yes. K: Ya.
1:44:22 PJ: ...but what role do you give the senses? Full stop. PJ:...tapi peran apa yang Anda berikan pada indra? Titik.
1:44:25 K: That's all, full stop. K: Itu cukup, titik.
1:44:26 RB: I think, Pupulji, you are not correct in saying that all of them have regarded the senses as obstructive because when they said senses they included the mind. RB: Menurut saya Pupulji, Anda tidak benar dalam mengatakan bahwa mereka semua menganggap indra sebagai penghalang sebab ketika mereka mengatakan indra, batin mereka masukkan ke dalamnya.
1:44:38 PJ: No, but they also regarded the senses. PJ: Tidak, tapi mereka juga memperhatikan indra.
1:44:41 RB: No, but they never separated the mind from the senses. RB: Tidak, tetapi mereka tidak pernah memisahkan batin dari indera.
1:44:44 PJ: Maybe they did not separate. After all, all austerities, all tapas, all yogic practices were-as I have understood, I may have been wrong- were to see that that movement of the sense out towards object.. was destroyed. PJ: Mungkin mereka tidak memisahkan. Bagaimanapun, semua pertapaan, semua tapas, semua praktik yoga adalah -seperti yang saya pahami, saya mungkin salah- adalah untuk memastikan bahwa gerak indra keluar ke arah objek... telah dimusnahkan.
1:45:10 K: No, I wouldn't- K: Tidak, saya tidak akan-
1:45:15 K: I don't know what the ancients have said... K: Saya tidak tahu apa yang dikatakan orang dahulu...
1:45:18 PJ: Now, what do you say? PJ: Sekarang, bagaimana menurut Anda?
1:45:20 KV: I think that perhaps our understanding of, at least some movements in- this is a purely historical interpretation that I... not in terms of our discussion, that at least in what is broadly called the Hindu or, I wouldn't say even Hindu but I would say ancient Indian thought the senses are not to be denied. KV: Saya pikir, mungkin pemahaman kita tentang, setidaknya beberapa gerakan di- ini adalah murni interpretasi sejarah yang saya, tidak dalam hal diskusi kita, bahwa setidaknya dalam apa yang secara luas disebut Hindu atau, saya bahkan tidak akan mengatakan Hindu, tetapi saya akan mengatakan pemikiran India kuno, indra tidak bisa disangkal.
1:45:48 KV: That is very crucial to the whole culture and where he began, that the first thing is the sensory perception. If you go back to this image that we have spoken about several times of the Kathopanishad... that no chariots move without horses, horses are primary. KV: Itu sangat penting untuk seluruh budaya dan di mana dia memulai, bahwa yang pertama-tama adalah persepsi sensorik. Jika Anda kembali ke imaji ini yang telah kita bicarakan beberapa kali mengenai Kathopanishad...bahwa tidak ada kereta yang bergerak tanpa kuda, kuda adalah yang utama.
1:46:15 AP: Senses are primary. AP: Indra adalah yang utama.
1:46:17 KV: Senses are primary, therefore they are not to be destroyed. KV: Indra adalah yang utama, karena- nya indra tidak untuk dimusnahkan.
1:46:21 PJ: Then what is their role? PJ: Lalu apa peran mereka?
1:46:22 KV: They are to be understood, controlled... KV: Mereka harus dipahami, dikendalikan...
1:46:25 K: Ah, ah, ah... K: Ah, ah, ah...
1:46:26 SP: Not controlled but understood. SP: Tidak dikontrol tapi dimengerti.
1:46:30 KV: I am sorry for that, but they are not to be destroyed, I mean, they are primary. They are like the factors, he says, of the outer reality. He is not denying the outer. KV: Saya minta maaf untuk itu, te- tapi mereka tidak untuk dihancurkan, Maksud saya, mereka yang utama. Mereka seperti unsur, ia berkata, dari realitas luar. Dia tidak menyangkal yang di luar..
1:46:43 PJ: No, that is what I am trying to get at. I am saying: what is the role of the senses? PJ: Tidak, itu yang saya coba gapai. Saya berkata: apa peran indra?
1:46:50 KV: Ah, that is fine, that is fine. KV: Ah, itu bagus, itu bagus.
1:46:51 PJ: You see, maybe my interpretation of the Indian position is incorrect, I'll withdraw it, but... PJ: Anda lihat, mungkin interpretasi saya tentang posisi India salah, Saya akan membatalkannya, tapi...
1:46:58 K: I'll tell you. The senses-if thought, which creates desire- I don't know if I'm making myself clear- if the senses without the interference of thought with its image about the senses, then the senses have very little importance. K: Saya akan memberi tahu Anda. Indra- -jika pikiran, yang menciptakan keinginan- saya tidak tahu apakah saya membuat diri saya jelas, jika indra tanpa gangguan dari pikiran dengan imajinya tentang indra, maka indra memiliki arti yang amat kecil..
1:47:25 PJ: Senses have very little importance. PJ: Indra mempunyai arti yang amat kecil.
1:47:27 K: Importance. Wait a minute, let me explain a little more, go slowly, slowly, slowly. I am exploring myself. I am clear about it, but the expression, and to put it into language a little bit. The senses have their place-right? -I am not- If you put a pin, I must react; if I see a beautiful tree, I mean, it is beauty. The beauty of a tree is astonishing. If I see a woman, if I am inclined, sensory, sensual responses, I- Now, where does desire interfere with senses? That is the whole point, not whether the senses are important or unimportant-where desire begins. If one understands that, sensory... you say, yes, why such colossal importance to it, or not importance. What? Have I slipped out of it? Right? No, I haven't slipped... K:Arti pentingnya. Tunggu sebentar, biar saya jelaskan sedikit lagi, dengan perlahan, perlahan, perlahan. Saya menjelajahi diri saya sendiri. Saya jelas tentang itu, tetapi ekspresi nya, dan memasukkannya ke dalam bahasa. Indra memiliki tempatnya, benar? -Saya tidak- Jika Anda menusuk jarum, saya harus bereaksi; jika saya melihat pohon yang indah, maksud saya, itu keindahan Keindahan pohon sangat mencengangkan. Jika saya melihat seorang wanita, jika saya tertarik, respons sensorik, sensual, saya- Sekarang, di manakah keinginan mengganggu indera? Itulah intinya, bukan apakah indra itu penting atau tidak penting-di mana hasrat dimulai. Jika orang mengerti itu, indrawi... Anda berkata, ya, mengapa begitu luar biasa penting untuk itu, atau tidak penting. Apa? Apakah saya sudah terpeleset ke luar? Benar? Benar? Tidak, saya tidak terpeleset...
1:48:57 RB: It sounds as if a little bit that you are contradicting yourself because... RB: Kedengarannya seperti Anda sedkit berkontradiksi karena...
1:49:03 K: Uh? You are...? K: Uh? Anda...?
1:49:07 RB: It sounds as if you're contradicting yourself because... RB: Kedengarannya Anda bertentangan dengan diri Anda sendiri karena...
1:49:11 K: No, no, I'll show it to you. K: Tidak, tidak, saya akan tunjukkan kepada Anda.
1:49:13 RB: No, sir, may I? Because you have said, not just now, but you have said that if you can observe with all your senses... RB:Tidak Tuan, bolehkah saya? Sebab Anda telah mengatakan, bukan baru sekarang, tetapi Anda telah mengatakan bahwa jika Anda dapat mengamati dengan semua indra Anda...
1:49:24 K: That's it. K: Itu dia.
1:49:25 RB: That's it, therefore you can't deny importance to the senses. RB: Ya, oleh karena itu Anda tidak dapat menyangkal pentingnya indera.
1:49:28 K: No, I don't... I did not deny, you have misunderstood then. K: Tidak, saya tidak... Saya tidak menyangkal, Anda telah salah paham.
1:49:32 Q: Desires. T: Hasrat-hasrat.
1:49:34 K: No, I said-careful-I said if one responds to that tree, look at it, with that sunlight on it after the rain, it is full of beauty. K: Tidak, saya berkata, hati-hati, saya berkata jika orang menanggapi pohon itu, melihat padanya, dengan matahari menyinarinya setelah hujan, itu penuh keindahan.
1:49:45 RB: Yes. RB: Ya.
1:49:46 K: I respond, I mean, when there is total response to that beauty, to that, there is no me, there is no thought, there is no centre from which it is responding. K: Saya menanggapi, maksud saya, ketika ada tanggapan total terhadap keindahan itu, terhadap itu, tidak ada aku, tidak ada pikiran, tidak ada pusat dari mana ia merespons.
1:49:57 RB: Yes. RB: Ya.
1:49:59 Mary Zimbalist (MZ): And no desires. Mary Zimbalist (MZ): Dan tidak ada hasrat.
1:50:00 K: That is beauty, not the painting, not the poem, not the ... The total response of all your senses to that. We can't, we don't, because thought creates the image from which desire arises. Then that desire becomes-all the rest of it. K: Itu keindahan, bukan lukisannya, bukan puisi, bukan... Tanggapan total dari semua indra Anda pada itu. Kita tidak bisa, kita tidak lakukan, karena pikiran menciptakan citra, dari mana keinginan muncul. Kemudian keinginan itu berwujud -semuanya itu.
1:50:33 K: There is no contradiction. K: Tidak ada kontradiksi.
1:50:35 PJ: If I may ask Upadhyayaji, how would the Buddhists regard the senses? I would be very interested to know what is the place of the senses for Buddhists-or Rinpocheji. PJ: Jika saya boleh bertanya kepada Upadhyayaji, bagaimana umat Budhhis memandang indra? Saya akan sangat tertarik untuk mengetahui apa tempat indera bagi umat Buddhis -atau Rinpocheji.
1:50:52 K: Buddhist or a Vedantist or a Christian or... Go on, sir, go on, I was only joking, sir. K: Buddhis atau Vedantis atau Kristen atau... Lanjutkan, Tuan, lanjutkan, saya hanya bercanda, Tuan.
1:51:00 AP: (Hindi) AP: (Hindi)
1:51:12 JU: (Hindi). JU: (Hindi).
1:51:32 PJ: Without the observer there can be no observation. According to Vedanta, without the observer there can be no observation. PJ: Tanpa pengamat tidak mungkin ada observasi. Menurut Vedanta, tanpa pengamat tidak akan ada pengamatan.
1:51:44 K: Ah, that's nonsense... I mean... K: Ah, itu tidak masuk akal... maksud saya...
1:51:58 JU: (Hindi 1 min 18 secs). JU: (Hindi 1 mnt 18 dtk).
1:53:16 AP: In Vedanta. AP: Di Vedanta.
1:53:18 PJ: (To KV): You translate that. PJ: (Kepada KV): Anda terjemahkan itu.
1:53:29 K: Madame, please. K: Nyonya, tolong.
1:53:32 KV: I think it is quite clear, sir, but, in that he is making the Vedantic position in terms of the observer, the observed. There cannot be any observation unless there is the observer. This is the first proposition. The second proposition is that out of the observer and that which is observed, it produces-here he uses the word darshan, KV: Menurut saya cukup jelas, Tuan, namun, dalam hal itu dia mendudukkan Vedantik terkait dengan pengamat, yang diamati. Tidak mungkin ada pengamatan kecuali ada pengamat. Ini adalah proposisi pertama. Proposisi kedua adalah, bahwa yang keluar dari pengamat dan yang diamati, itu menghasilkan-di sini dia menggunakan kata darshan,
1:54:09 AP: That which is. but Darshan as, he's using it as a definitional term here, he's not using it as emphasis, it is within the framework of Vedanta that he has used that word darshan... AP: Yang adalah apa adanya, tapi Darshan, seperti yang dia guna- kan di sini, adalah sebagai definisi, dia tidak memakai itu sebagai penekanan, adalah dalam kerangka Vedanta dia menggunakan kata darshan itu...
1:54:23 GN: Seeing. GN: Melihat.
1:54:24 KV: and that therefore the darshan and atma (soul) then become indivisible. KV: dan karena itu darshan dan atma (jiwa) lalu menjadi tak terpisahkan.
1:54:32 PJ: And the Buddhist? PJ: Dan Buddhis?
1:54:36 JU: (Hindi). JU: (Hindi).
1:54:52 SP: There is only seeing when the seer is not. SP: Hanya ada melihat jika yang melihat tiada.
1:54:54 K: What? K: Apa?
1:54:55 SP: There is seeing only when the seer is not. SP: Ada hanya melihat kalau yang melihat tiada.
1:54:57 K: Of course! K: Tentu saja!
1:55:05 JU: (Hindi). JU: (Hindi).
1:55:14 SP: There is no difference between seer and seeing. SP: Tidak ada perbedaan antara yang melihat dan melihat.
1:55:17 K: The observer is the observed. K: Pengamat adalah yang diamati.
1:55:19 SP: The observer is the observed, that's right, sir. SP: Pengamat adalah yang diamati, itu benar, Tuan.
1:55:21 K: Right, sir? K: Benar, Tuan?
1:55:22 PJ: That's it. PJ: Itu dia.
1:55:25 K: Now, may I, sir? Now, just look, what is happening here. We stick to the Vedantist attitude and the Buddhist attitude. We don't move out of that field at all. Right, sir? I am not criticising him or anything. Now, let's come back. Now, this is the whole point. The brain is caught in this movement, this movement is time; this movement is the movement of thought. Right, sir? And you are asking, how is that chain which is built by thought, and thought-please see-thought being limited itself, because it's born of knowledge, and knowledge is incomplete always, never it can be complete, therefore thought is incomplete, therefore the chain created by thought is incomplete. Right, sir? K: Sekarang, saya boleh, Tuan? Sekarang, lihat saja, apa yang terjadi di sini. Kita melekat pada sikap Vedantis dan sikap Buddhis. Kita sama sekali tidak keluar dari bidang itu. Benar, Tuan? Saya tidak mengkritik dia atau apapun. Sekarang, kita kembali. Sekarang, inilah seluruh intinya. Otak terjebak dalam gerakan ini, gerakan ini adalah waktu; gerakan ini adalah gerakan pikiran. Benar, Tuan? Dan Anda bertanya, bagaimana rantai yang dibangun oleh pikiran itu, dan pikiran-tolong lihat-pikiran yang terbatas sifatnya, karena ia lahir dari pengetahuan, dan pengetahuan selalu tidak lengkap, tidak pernah bisa lengkap, oleh karena itu pikiran tidak lengkap, sebab itu, rantai yang diciptakan oleh pikiran tidaklah lengkap. Benar, Tuan?
1:56:48 Q: Yes. T: Ya.
1:56:49 K: Just a minute, let me finish. K: Tunggu sebentar, biarkan saya selesaikan.
1:56:51 PJ: The chain created by thought is incomplete. PJ: Rantai yang diciptakan oleh pikiran adalah tidak lengkap.
1:56:55 K: Of course. K: Tentu saja.
1:56:56 AP: Because knowledge is incomplete. AP: Karena pengetahuan tidak lengkap.
1:56:58 KV: Because knowledge is incomplete. KV: Karena pengetahuan tidak lengkap.
1:57:00 K: Knowledge has created this chain. Put it ten different ways. Right? Then you ask the question: how is the chain to break? Now, just a minute, careful, we must go into this a little carefully. Who is asking this question? K: Pengetahuan telah menciptakan rantai ini. Katakanlah dengan sepuluh cara berbeda. Benar? Lalu Anda mengajukan pertanyaan: bagaimana rantai itu putus? Nah, hati-hati, kita harus masuk ke dalam ini sedikit berhati-hati. Siapa yang menanyakan pertanyaan ini?
1:57:30 KV: The prisoner is asking that question. KV: Yang terpenjara yang menanyakan pertanyaan itu.
1:57:34 K: Ah, ha. You are that. K: Ah, ha. Anda adalah itu.
1:57:39 SP: Quite so. SP: Persis.
1:57:41 K: So who is asking the question? K: Jadi siapa yang bertanya?
1:57:44 Q: The same person who thought that knowledge was incomplete. T: Orang yang sama yang berpikir bahwa pengetahuan itu tidak lengkap.
1:57:47 K: Ah, ah, ah, you are missing the point. K: Ah, ah, ah, Anda tidak paham intinya.
1:57:49 PJ: That which is itself incomplete... PJ: Adalah yang itu yang dirinya sendiri tidak lengkap...
1:57:52 SP: Is asking itself. SP: Adalah menanyakan dirinya sendiri.
1:57:53 Q: Yes. T: Ya.
1:57:54 SP: Is asking itself. SP: Menanyakan dirinya sendiri.
1:57:55 K: Wait, wait. Are you quite sure? K: Tunggu, tunggu. Apakah Anda amat yakin?
1:57:58 SP: Otherwise... SP: Jika tidak...
1:57:59 K: No, don't, just look at it. The brain is caught in this. Is the brain asking the question, or desire is asking the question, which says, 'I must get out of it'. Am I right? Achyutji, you look doubtful. I don't ask the question See the difference, I don't ask the question. K: Tidak, jangan, lihat saja. Otak terjebak dalam hal ini. Apakah otak mengajukan pertanyaan, atau keinginan mengajukan pertanyaan, yang mengatakan, 'Saya harus keluar dari situ'. Apakah saya benar? Achyutji, Anda terlihat ragu-ragu. Saya tidak mengajukan pertanyaan. Lihat perbedaannya, saya tidak mengajukan pertanyaan itu.
1:58:44 AP: That is it. AP: Itu dia.
1:58:45 K: What? K: Apa?
1:58:46 AP: That is better, that I understand. AP: Itu lebih baik, itu saya mengerti.
1:58:49 K: Ah. Wait, sir, I'm not sure we understand each other. K: Ah. Tunggu, Tuan, saya tidak yakin kita saling memahami.
1:58:53 AP: Sir, when you said, is the brain asking that question, or is desire asking that question... AP: Tuan, ketika Anda bilang, apakah otak menanyakan pertanyaan itu, ataukah keinginan menanyakan pertanyaan itu...
1:59:01 K: Which is the brain. K: Yang adalah otak.
1:59:02 AP: Which is the brain, that's why I bogged, that's why I was bogged and I kept quiet because... AP: Yang adalah otak, itu sebabnya saya macet, itu sebabnya saya macet dan saya diam karena...
1:59:10 K: I don't ask the question. K: Saya tidak mengajukan pertanyaan itu.
1:59:11 AP: ...I saw that and when you said I don't ask that question but I only observe this fact. AP:...saya melihat itu dan ketika Anda mengatakan saya tidak mengajukan pertanyaan itu, tapi saya hanya mengamati fakta ini.
1:59:16 K: No, I'm not saying... I'm not... you follow? You're going ahead of me. K: Tidak, saya tidak mengatakan... saya tidak... Anda mengikuti? Anda mendahului saya.
1:59:19 PJ: Don't we ask the question? I asked the question. PJ: Bukankah kita yang bertanya? Saya mengajukan pertanyaan itu.
1:59:22 AP: If you see... AP: Jika Anda melihat...
1:59:24 K: Ah, ah... Achyutji, Achyutji, careful, be careful. 'If you see...' that's again you are externalizing-two ends. There is only this chain. K: Ah, ah... Achyutji, Achyutji, hati-hati, hati-hatilah, 'Jika Anda melihat...' itu lagi-lagi Anda mewujudkan dua ujung. Hanya ada rantai ini.
1:59:34 AP: There is this chain. AP: Ada rantai ini.
1:59:35 K: That's all. K: Itu saja.
1:59:37 AP: That's all one knows. AP: Hanya itu yang diketahui orang.
1:59:39 K: No! There is only that chain. Right? Don't ask the question. K: Tidak! Hanya ada rantai itu. Benar? Jangan mengajukan pertanyaan.
1:59:46 PJ: You see... PJ: Anda lihat...
1:59:50 K: Moment you ask the question, you are trying to find an answer, you're not looking at the chain. I don't know if I'm making clear. K: Saat Anda mengajukan pertanyaan, Anda mencoba menemukan jawaban, Anda tidak sedang melihat rantainya. Saya tidak tahu, apakah saya membuatnya jelas.
1:59:59 AP: I think that is clear. AP: Saya kira itu jelas.
2:00:00 K: Ah, no, you are not-you are the chain. Right? You are that, you can't ask any question. I am coming to the next point, which is, what happens when you do that? When you do that, there is no movement. Right? Am I right? K: Ah, tidak, Anda tidak- Anda adalah rantainya. Benar? Anda adalah itu, Anda tidak dapat mengajukan pertanyaan apa pun. Saya tiba pada poin berikutnya, yakni, apa yang terjadi jika Anda lakukan itu? Saat Anda melakukan itu, tidak ada gerakan. Benar? Apakah saya benar?
2:00:38 PJ: (Hindi) (To JU): This question which is... PJ: (Hindi) (To JU): Pertanyaan ini yang adalah...
2:00:42 AP: He's got it. AP: Dia telah paham.
2:00:46 K: The movement has created this. I don't know if you... And when there is no movement, that ends. There is a totally different dimension going on. So I have to begin by not asking the question, but is the chain a fact to me-fact,.. .. thing, I see it in operation in daily life. And this chain is desire, desire in the sense, sensory responses. If all the senses respond, there is no desire. Of course. But only when the sensory responses are partial, then thought comes and creates the image, from that image arises desire. Then all the-you know, all the stuff begins. So, is this a fact to me, as pain is a fact, that this is the chain the brain works in. Whatever it does it must operate in this -politically, religiously, anything-it must operate within that area. K: Gerakan itu telah menciptakan ini. Saya tidak tahu apakah Anda... Dan jika tidak ada gerakan, itu berakhir. Ada dimensi yang sama sekali berbeda yang sedang berlangsung. Jadi saya harus mulai dengan tidak mengajukan pertanyaan, tapi apakah rantai itu fakta bagi saya-fakta, .. saya melihatnya beroperasi dalam kehidupan sehari-hari. Dan rantai ini adalah keinginan, has- rat, dalam arti tanggapan sensorik. Jika semua indera merespon, tidak ada keinginan. Tentu saja. Tetapi hanya jika respon sensorik adalah parsial, kemudian pikiran muncul dan menciptakan imaji, dari imaji itu mucul keinginan. Kemudian semuanya, Anda tahu, semua hal dimulai. Jadi, apakah ini fakta bagi saya, seperti rasa sakit adalah fakta, bahwa ini adalah rantai tempat otak bekerja. Apa pun yang dilakukannya, ia harus beroperasi di dalam ini -politis, religius, apapun-itu harus beroperasi di dalam wilayah itu.
2:02:29 BK: I have a question sir, which is... I understand very much what you have been saying and my own question is, really, how to stay more in touch with that observation. BK: Saya ada pertanyaan Tuan, yaitu... Saya sangat mengerti apa yang Anda katakan dan pertanyaan saya sendiri adalah, sungguh, bagaimana untuk lebih berhubungan dengan observasi itu.
2:02:45 PJ: How to stay more in touch with that observation. PJ: Bagaimana untuk lebih berhubungan dengan observasi itu.
2:02:48 K: How to...? K: Bagaimana untuk...?
2:02:50 PJ: Stay in touch with that observation. PJ: Tetap berhubungan dengan observasi itu.
2:02:53 Q: My conditioning is so strong that... T: Keterkondisian saya begitu kuat sehingga...
2:02:55 K: Sir, sir, look, I have physical pain, I immediately take a pill-right? -go to a doctor and so on. The same process is operating-you follow? I wonder if I'm making... Have I made it clear, sir? The process of physical pain, doctor, pill, that same movement is taken over by the psyche. The psyche says, 'What am I to do? Give me a pill, a way out.' But physical pain I can deal with, you know, pill or doctor, but psychological pain, which is this, the brain says, 'That is it. I won't move from there. It is so.' Moment you say, 'I want to get out of it,' then the problem begins. I don't know if I'm... This is separate... K: Tuan, Tuan, lihat, saya mempunyai sakit badaniah, Saya langsung minum pil-benar? -pergi ke dokter dan sebagainya. Proses yang sama beroperasi-Anda iku- ti? Saya berpikir apakah ini jelas... Sudahkah jelas, Tuan? Proses sakit fisikal, dokter, pil, gerakan yang sama diambil alih oleh jiwa. untranslated Batin berkata, 'Apa yang harus saya lakukan? Beri saya pil, suatu jalan keluar.' Tapi sakit fisik saya bisa tangani, Anda tahu, pil atau dokter, tapi sakit psikologis, yaitu ini, otak berkata, 'Itu dia. Saya tidak akan bergerak dari situ. Begitu.' Saat Anda berkata, 'Saya ingin keluar dari situ,' maka masalahnya dimulai. Saya tidak tahu apakah saya... Ini adalah terpisah...
2:04:10 PJ: Sir, I think it's half past eleven. PJ: Tuan, saya kira sekarang jam setengah duabelas.
2:04:13 AP: Half past eleven. AP: Pukul setengah duabelas.
2:04:15 K: Half past eleven? Good, two hours. Please, sirs, I'm not a Delphic oracle. As we said, sceptical research, sceptical investigation, is the true spiritual process, right, sir? -is true religion, if you can say, not all the rest of it. K: Pukul setengah duabelas? Bagus, dua jam. Tolong, Tuan, saya bukan oracle Delphic. Seperti yang kami katakan, penelitian skeptis, penyelidikan skeptis, adalah proses spiritual yang benar, benar Tuan? -adalah religi yang be- nar, jika Anda bisa katakan demikian, bukan semuanya yang lain itu.