Krishnamurti Subtitles home


MA81S2 - Tetap berada dengan arus kesedihan
Pertemuan Seminar ke-2
Madras (Chennai), India
15 Januari 1981



0:18 Krishnamurti (K): Sir, should we continue where we left off yesterday, or start totally new a subject? Krishnamurti (K): Tuan, akankah kita lanjutkan apa yang kita tinggalkan kemarin, atau benar-benar memulai baru suatu topik?
0:27 Pupul Jayakar (PJ): I think Upadhyayaji has, I think, a question which has relevance to not only what we were saying yesterday but to the whole teaching as such. Pupul Jayakar (PJ): Saya kira Upadhyayaji mempunyai, saya pikir, suatu pertanyaan yang memiliki relevansi dengan, tidak hanya dengan apa yang kita perbincangkan kemarin tetapi untuk keseluruhan ajaran seutuhnya.
0:48 K: All right... K: Baiklah...
0:49 PJ: And if he could state his question... PJ: Dan jika dia bisa menyatakan pertanyaannya...
0:52 K: All right, sir. K: Baiklah, Tuan.
0:53 PJ: ...we could discuss it because it is relevant. PJ:...kita bisa membahasnya karena relevan.
1:04 Achyut Patwardhan: He can read it. Achyut Patwardhan: Dia bisa membacanya.
1:05 PJ: Yes, he can read it. PJ: Ya dia bisa membacanya.
1:21 Jagannath Upadhyaya (JU): (In Hindi for 2 minutes). Jagannath Upadhyaya (JU): (Dalam bahasa Hindi 2 menit).
3:25 PJ: You want me to translate what you have said? PJ: Anda ingin saya menerjemahkan apa yang Anda katakan?
3:28 JU: Yes. JU: Ya.
3:30 PJ: Panditji has said, sir, that in Varanasi, you have been talking over the years and two types of people have been listening to what you have been saying The one group which has listened to you, both these streams of people who have come to listen have been serious, have been scholars and the intention has been to understand. One of these groups of people have been those who have been committed to total revolution at all levels. The other, to the status quo that is, to the whole stream of tradition as it flows into today and the status quo of that stream of tradition. He says both these types of people go away from listening to you satisfied, they feel that they have received an answer to what has been their queries. Now... PJ: Pak Panditji bilang bahwa di Varanasi, Anda telah berbicara selama bertahun-tahun dan dua tipe orang telah mendengarkan apa yang Anda katakan. Satu kelompok yang mendengarkan Anda, kedua kelompok orang yang datang untuk mendengarkan adalah serius, adalah orang-orang terpelajar dan niatnya adalah untuk memahami. Salah satu dari kelompok orang ini adalah mereka yang telah berkomitmen untuk revolusi total dalam semua tingkatan. Yang lainnya, mempertahankan status quo, tiada perubahan, yakni, ke seluruh aliran tradisi yang mengalir saat ini dan status quo aliran tradisi itu. Dia mengatakan, kedua tipe orang ini pergi dari mendengarkan Anda dengan puas, mereka merasa telah mendapatkan jawaban untuk apa yang menjadi pertanyaan mereka. Sekarang...
4:56 JU: (Hindi for 4 minutes 25 seconds). JU: (Hindi selama 4 menit 25 detik).
9:21 PJ: He says, Krishnaji, in your teaching, you say that when all thought, all self-centred activity, the movement of the mind as the 'me' has ended, has totally, completely ended in consciousness. PJ: Dia berkata, Krishnaji, dalam ajaran Anda, Anda mengatakan, ketika semua pikir- an, semua aktivitas terpusat-diri, gerak batin sebagai si 'aku' telah berakhir, secara total, benar-benar telah berakhir dalam kesadaran.
9:48 K: Who says this? K: Siapa yang mengatakan ini?
9:49 PJ: You. PJ: Anda.
9:50 K: Yes. K: Ya.
9:51 PJ: Then you speak of a state of benediction a state which is endless joy -please let me put it-endless joy which is bliss... PJ: Kemudian Anda berbicara tentang suatu keadaan benediksi suatu keadaan yang merupakan kebahagiaan tanpa akhir -izinkan saya mengungkapkannya- suka cita tanpa akhir, yang adalah kebahagiaan yang mendalam...
10:14 Q: Beauty and love. T: Keindahan dan cinta.
10:15 PJ: ...which is beauty and which is a love which has no frontiers. Now, the man listening to you, the man who is listening to you with the mind which is rooted in the status quo, listens, and.. placing his mind on what you have said regarding that eternal, he goes back to his own... PJ:…yang adalah indah dan yang merupakan cinta tiada berbatas. Sekarang, orang yang mendengarkan Anda, orang yang mendengarkan Anda dengan pikiran yang berakar pada status quo, mendengarkan, dan .. menempatkan pikirannya pada apa yang Anda katakan tentang yang abadi itu, dia kembali ke miliknya sendiri...
10:50 K: Tradition. K: Tradisi.
10:52 PJ: all the great teachings which have also posited a state of eternal bliss, joy, beauty, love. And then he posits, that alone is important, a transformation of society today is unnecessary, you can make slight changes here and there, but they are transient, of no importance, and therefore they can remain as they are. That neither a transformation in the self nor the transformation in society I thought that is important. PJ: semua ajaran agung yang juga mengemukakan suatu keadaan kebahagiaan abadi, kesuka-citaan. cinta. Dan kemudian dia berpendapat, itu saja yang penting, suatu transformasi masyarakat saat ini tidak diperlukan, Anda dapat membuat sedikit perubahan di sana-sini, tapi itu bersifat sementara, tidak penting, dan karena itu mereka dapat tetap saja seperti itu. Tiada transformasi dalam diri maupun transformasi dalam masyarakat Saya pikir itu penting.
11:34 K: Yes, so what is the question? K: Ya, jadi apa pertanyaannya?
11:36 PJ: He then goes on to say, if you were to say- which you imply in a sense... Achyut Patwardhan (AP): No, you do say it. PJ: Dia kemudian melanjutkan dengan mengatakan, jika Anda mengatakan- yang Anda isyaratkan dalam arti tertentu... Achyut Patwardhan (AP): Tidak, Anda mengatakannya.
11:44 PJ: You say it, if you were to say that when all thought, all self-centred activity has ended, then there is a direct contact with this great river of sorrow, not the sorrow of individual man, but the river of sorrow. Being in direct contact with this river of sorrow, from this will arise a karuna, a compassion, beauty and love which will demand transformation... PJ: Anda mengatakannya, jika Anda bilang bahwa ketika semua pikiran, semua aktivitas berpusat-diri telah berakhir, maka ada kontak langsung dengan sungai besar kesedihan ini, bukan kesedihan manusia individual, tapi sungai kesedihan. Dengan kontak langsung dengan sungai kesedihan ini, dari sini akan muncul karuna, welas asih, keindahan dan cinta, yang akan menuntut transformasi...
12:23 K: In society. K: Dalam masyarakat.
12:25 PJ: ...in here and now. PJ: ...di sini dan sekarang.
12:26 K: Yes, quite. K: Ya, tepat.
12:27 PJ: And it will end this emphasis on an eternal bliss, which ultimately is an illusion. PJ: Dan ini akan mengakhiri penekanan pada kebahagiaan abadi, yang pada akhirnya adalah ilusi.
12:41 K: Quite right. K: Benar sekali.
12:43 PJ: This is... PJ: Ini adalah ...
12:54 JU: (Hindi for 1 minute 20 secs). JU: (Hindi 1 menit 20 detik).
14:14 PJ: Panditji says that he is a person who stands for total transformation of man and society He takes a stand on that and on the human position, his is the human position and he says ... PJ: Panditji mengatakan bahwa dia adalah orang yang mengedepankan transformasi total dari manusia dan masyarakat. Dia mengambil sikap itu dan pada posisi manusia, dia adalah posisi manusia dan dia berkata...
14:32 K: I don't quite understand 'human position'. K: Saya tidak begitu mengerti 'posisi manusia'.
14:34 PJ: Human position is he is concerned with man. PJ: Posisi manusia adalah, dia peduli dengan manusia.
14:37 K: With humanity. K: Dengan kemanusiaan.
14:38 PJ: Humanity. He says, as he has heard you, he says neither in the teaching nor in the being of it today, is there a place in your teaching for this concept of eternal... PJ: Kemanusiaan. Dia berkata, karena dia telah mendengar Anda, dia berkata baik dalam ajaran maupun dalam keberadaannya hari ini, ada tempat dalam ajaran Anda untuk konsep kekekalan ini ...
15:05 K: Ah, ah-bananas. K: Ah, ah-berlebihan. (bananas).
15:08 PJ: Eternal state of... no, I won't say bananas but eternal state of bliss, benediction. PJ: Keadaan kekal dari... tidak, saya tidak akan katakan berlebihan, tapi keadaan kebahagiaan yang abadi, berkat
15:15 K: Yes. K: Ya.
15:16 PJ: That it just has no place. PJ: Bahwa itu tidak mempunyai tempat.
15:19 Radha Burnier (RB): Neither that is eternal nor is the world eternal. That idea... Radha Burnier (RB): Tiada yang abadi, maupun dunia yang abadi. Ide itu...
15:24 K: Sir, what is the question? K: Tuan, pertanyaannya apa?
15:26 AP: Sir, if I may say so, the question really arises out of the understanding between the time and the timeless. The traditionalist has taken his stand on the fact of time and therefore he is saying that whatever you are saying has to be lived in time, therefore it's a gradual process, and must lead ultimately to bliss, which is out of time or timeless, etc. What Pandit Jagannath Upadhyaya is saying is, that as far as he understands, in your view there is no room for gradualism and time to come. AP: Tuan, kalau boleh saya bilang, pertanyaannya benar-benar muncul dari pemahaman antara waktu dan tiada-waktu. Kaum tradisionalis telah mengambil pendirian atas fakta waktu dan karena itu dia mengatakan apa pun yang Anda katakan harus dijalani dalam waktu, oleh karena itu prosesnya bertahap, dan pada akhirnya harus mengarah pada kebahagiaan, yang berada di luar waktu atau tiada-waktu, dst. Apa yang dikatakan Pandit Jagannath Upadhyaya adalah, bahwa sejauh yang dia mengerti, menurut Anda tidak ada ruang untuk tahapan dan waktu yang akan datang.
16:21 K: Yes, sir. K: Ya, Tuan.
16:22 RB: No, I think it is more than that. What, so far as I can understand, he implies is, that, that which is timeless is not the eternal, the never-ending. RB: Tidak, menurut saya lebih dari itu. Apa, sejauh yang saya dapat pahami, maksudnya adalah, bahwa, yang tiada-waktu bukanlah yang abadi, yang tidak pernah berakhir.
16:42 K: So what is the basic...? K: Jadi apa yang mendasar...?
16:44 PJ: The question is, sir, a clarification of what your teaching is because today more and more people are hearing you, reading you and if this contradiction... PJ: Pertanyaannya Tuan, adalah klari- fikasi tentang apa ajaran Tuan itu, karena hari ini semakin banyak orang yang mendengarkan Anda, membaca Anda dan jika kontradiksi ini...
16:58 K: Which is contradiction, where? K: Yang kontradiksi, di mana?
16:59 PJ: The contradiction is the man who stands for the status quo, takes your teaching and puts it into his... PJ: Kontradiksinya adalah orang yang membela status quo, mengambil ajaran Anda dan memasukkannya ke dalam ...
17:06 K: Naturally. K: Tentu.
17:08 PJ: So he says that contradiction needs clarification. What does your teaching stand for? PJ: Jadi dia bilang kontradiksi itu butuh klarifikasi. Ajaran Anda itu mengedepankan apa?
17:17 K: Shall we take one by one? K:Akan kita ambil satu per satu?
17:19 AP: Sir, may I be permitted to say to Upadhyayaji... AP: Pak, bolehkah saya berbicara kepada Upadhyayaji ...
17:22 K: What? K: Apa?
17:23 AP: May I be permitted to say to him before we start dissecting this question, that he is a little unfair to the school to which he does not belong. After all, both positions have to be stated fairly, in their own context. You can't just denigrate one, and then denounce it. So, if you have to state the Vedantist position, the Vedantist's position says that gradualism is inescapable. They are not for status quo, they are also for change. AP: Bolehkah saya diizinkan untuk berbicara kepadanya sebelum kita mulai membedah pertanyaan ini, bahwa dia sedikit tidak adil terhadap bukan kelompoknya. Bagaimanapun, kedua posisi tersebut harus dinyatakan secara adil, dalam konteks masing-masing. Anda tidak bisa begitu saja memburuk- kan satu, dan kemudian mencela itu. Jadi, jika Anda harus mengetengahkan posisi Vedantist, posisi Vedantist mengatakan bahwa unsur tahapan tidak bisa dihindari. Mereka tidak membela status quo, mereka juga untuk perubahan.
18:02 K: I understand, sir, I understand that. Then what is the other? K: Saya mengerti Pak, saya mengerti itu. Lalu apa yang lainnya?
18:07 AP: Whereas he says that you stand for instant change. AP: Sedangkan dia bilang Anda membela perubahan seketika.
18:10 K: Yes. Is that the question? K: Ya. Apakah itu pertanyaannya?
18:13 AP: Radhaji, correct me if you think I am misinterpreting. AP: Radhaji, koreksi saya jika menurut Anda saya salah tafsir.
18:16 RB: The Vedantist does not accept evolution... RB: Vedantis tidak menerima evolusi...
18:20 RB: ...so you can't put it like that. RB: ... jadi Anda tidak bisa mengatakan seperti itu.
18:24 JU: (Hindi 1 min 20 secs). JU: (Hindi 1 mnt 20 dtk).
19:49 PJ: What he says is, he is a student, he is learning, and in this process of learning he sees a contradiction, and the contradiction is, when you posit, when you speak about, you may not even posit it, when you speak about a state which is beyond... PJ: Yang dia katakan adalah, dia seorang siswa, dia sedang belajar, dan dalam proses belajar ini dia melihat suatu kontradiksi, dan kontradiksinya adalah, ketika Anda mengemukakannya, ketika Anda berbicara tentang, Anda bahkan mungkin tidak mengemukakannya, ketika Anda berbicara tentang keadaan yang berada di luar...
20:09 K: Cut that out. K: Hentikan itu.
20:10 PJ: No, he can't. He says you don't cut it out, it figures very much in every time you speak, when you posit a state which is beyond, which is bliss, which is etc.. PJ: Tidak, dia tidak bisa. Dia bilang Anda tidak menghentikan itu, itu amat jelas setiap kali Anda berbicara, ketika Anda mengedepankan keadaan yang berada di luar, yang adalah kebahagiaan, yang adalah dll.
20:23 K: Bananas! PJ ...he says that is the contradiction he sees. That is the contradiction because if... K: Berlebihan!

PJ:... dia bilang, kontradiksi itu yang dia lihat. Itu adalah kontradiksinya, karena jika...
20:33 K: That is. K: Itu.
20:34 PJ: ...you cannot... yes, and therefore he says the stream of sorrow and the compassion which arises with direct contact with that is the only reality... PJ:...Anda tidak bisa...ya, dan sebab itu dia katakan aliran kesedihan dan welas asih yang muncul dengan kontak langsung dengan itu adalah satu-satunya realitas...
20:48 K: That's the only... K: Itu satu-satunya...
20:49 PJ: ...in your teaching as he sees it... PJ:... dalam ajaran Anda seperti dia melihatnya...
20:50 K: Quite right. K: Benar sekali.
20:51 PJ: ...and therefore why this contradiction? PJ:...dan oleh karena itu mengapa kontradiksi ini?
20:54 K: I don't quite understand when you say 'contradiction'. K: Saya tidak begitu mengerti ketika Anda mengatakan 'kontradiksi'.
20:58 PJ: Because you posit 'that', 'the otherness'. PJ: Karena Anda mengedepankan 'itu', 'yang lain'.
21:01 SP: The otherness. SP: Yang lain.
21:02 K: Ah, ah. I don't quite see the contradiction. I would like that contradiction explained to me. K: Ah, ah. Saya tidak melihat kontradiksinya. Saya ingin kontradiksi itu dijelaskan kepada saya.
21:12 AP: Sir, what I feel is... AP: Tuan, yang saya rasakan adalah ...
21:13 K: No, would you kindly explain to me what the contradiction is? K: Tidak, maukah Anda menjelaskan kepada saya apa kontradiksinya?
21:18 AP: What I see is that he goes with you up to the point that there is no such thing as personal sorrow... AP: Apa yang saya lihat adalah dia ikut bersama Anda sampai pada titik bahwa tidak ada yang namanya kesedihan pribadi...
21:27 K: I understood, sir. K: Saya paham, Tuan.
21:28 AP: ...because personal sorrow posits the personal sufferer. AP: ...karena kesedihan pribadi mengemukakan penderita pribadi.
21:33 K: Yes, sir. K: Ya, Tuan.
21:34 AP: So there is that the substance of human existence is sorrow. AP: Jadi ada substansi bahwa keberadaan manusia adalah duka.
21:39 K: Yes, I understand that. K: Ya, saya paham itu.
21:40 AP: Out of this perception, there is the arising of compassion... AP: Dari persepsi ini, ada munculnya welas asih ...
21:44 K: I understand. K: Saya mengerti.
21:45 AP: ...which becomes love, which becomes... AP: ... yang menjadi cinta, yang menjadi ...
21:47 K: Yes, carry on, carry on. K: Ya, lanjutkan, lanjutkan.
21:51 AP: He is bogged when you say... AP: Dia macet ketika Anda mengatakan ...
21:55 K: The 'other'. K: 'Yang lain'.
21:57 AP: ...that the perception of sorrow is the birth of compassion. AP:...bahwa persepsi kesedihan adalah kelahiran kasih sayang.
22:03 K: Ah, ah, ah, ah, ah.. un momento, un momento. K: Ah, ah, ah, ah, ah .. sebentar, sebentar.
22:07 PJ: No, no, no, Achyutji. He is seeing the contradiction in Krishnaji making any statement about that... PJ:Bukan, bukan, bukan, Achyutji. Dia melihat kontradiksi di Krishnaji dalam membuat pernyataan apapun tentang itu ...
22:18 K: Ah, now I understand. Now, I got it. K: Ah, sekarang saya mengerti. Sekarang saya paham.
22:21 PJ: Because Krishnaji making any statement of the 'other'... PJ:Karena Krishnaji membuat pernya- taan apapun tentang 'yang lain' ...
22:25 K: Is useless. K: Tidak berguna.
22:26 PJ: ...the mind picks on that, and puts it into its terms of reference. PJ:...pikiran memungutnya, dan mema- sukkannya ke dalam kerangka acuannya.
22:31 K: I understand, I've got it, I've got it. K: Saya mengerti, saya mengerti, saya paham.
22:32 AP: Sir, I want to bring out one other point, sir, that when the professor accepts the position that the substance of human existence is sorrow -not personal sorrow but the sorrow of man- again the conditioning of Marxism or fighting for injustice, of serving the poor and all that endless travail enters into the picture. AP: Tuan, saya ingin mengemukakan satu hal lagi, Tuan, bahwa ketika profesor menerima posisi tersebut bahwa substansi keberadaan manusia adalah kesedihan -bukan kesedihan pribadi tapi kesedihan manusia- sekali lagi pengondisian Marxisme atau berjuang untuk ketidakadilan, melayani orang miskin dan semua kesusahan yang tiada habisnya masuk ke dalam gambaran itu.
23:03 K: Yes, it does. K: Ya, benar.
23:04 AP: The moment you take it out then it appears as though you are escaping from the bedrock of sorrow as we see it. AP: Saat Anda mengeluarkannya, maka itu tampak seolah-olah Anda melarikan diri dari landasan ke- sedihan seperti yang kita melihatnya.
23:14 K: Sir, can we... K: Tuan, bisakah kita ...
23:16 JU: (Hindi). JU: (Hindi).
23:22 PJ: He says you don't bring in this because you will go away to another direction. PJ: Dia bilang Anda tidak membahas ini karena Anda akan pergi ke arah lain.
23:28 AP: This is my commentary... AP: Ini komentar saya ...
23:30 K: You are quite right, sir. You are quite right. First of all, sir, I don't quite see the contradiction personally. I may be wrong, subject to correction, but one thing is very clear, that there is this enormous river of sorrow. That is so. Achyutji, I would like to... K: Anda benar sekali, Tuan. Anda benar sekali. Pertama-tama, Tuan, saya secara pri- badi tidak melihat kontradiksi itu. Saya mungkin salah, tunduk pada ko- reksi, tetapi satu hal sangat jelas, bahwa ada sungai kesedihan yang sangat besar ini. Itu benar adanya. Achyutji, saya ingin ...
24:03 AP: Yes, sir. AP: Ya, Tuan.
24:05 K: That is so. Can that sorrow be ended? And if it ends, what is the result on society? That is the real issue. Is that right? K: Itu benar demikian. Bisakah kesedihan itu diakhiri? Dan jika itu berakhir, apa akibatnya bagi masyarakat? Itu adalah masalah sebenarnya. Apakah itu benar?
24:23 AP: Ending of sorrow... AP: Mengakhiri kesedihan...
24:25 PJ: The river, stream of sorrow. PJ: Sungai, aliran kesedihan.
24:27 AP: The ending of the stream of sorrow... AP: Pengakhiran arus kesedihan...
24:30 PJ: Can it end? PJ: Bisakah itu berakhir?
24:31 AP: ...must be... AP: ...mestinya bisa...
24:32 PJ: No, no, first of all, the question... Can that stream of sorrow end? And if there is an ending, what is its impact on society? PJ: Tidak, tidak, pertama-tama pertanyaannya... Bisakah aliran kesedihan itu berakhir? Dan jika ada pengakhirannya, apa pengaruhnya terhadap masyarakat?
24:47 K: You see, if you are... may I continue? Sorry, continue, sir, sorry. K: Anda lihat, jika Anda...boleh saya lanjutkan? Maaf, lanjutkan Tuan, maaf.
24:53 JU: (Hindi for 1 minute). JU: (Hindi 1 menit).
25:54 PJ: You see, sir, he says there is this vast stream of sorrow. PJ: Anda lihat, Tuan, katanya ada arus kesedihan yang sangat besar.
25:59 K: Agreed. K: Setuju.
26:00 PJ: No-one can posit when this sorrow will totally end. PJ: Tidak ada yang bisa mengemukakan kapan kesedihan ini akan berakhir secara total.
26:06 K: I am positing that. K: Saya mengemukakan itu.
26:10 AP: That's what I think. AP: Itu yang saya pikirkan.
26:12 K: I am not positing-ah, let's be clear. K: Saya tidak mengemukakan-ah, mari kita perjelas.
26:18 PJ: No, no, you see, let me finish what he said. PJ:Tidak, tidak, begini, biarkan saya selesaikan apa yang dia katakan.
26:20 K: Sorry. K: Maaf.
26:21 PJ: There is the stream of sorrow. No one can say at what day and time, at what point that sorrow will totally end. There can be a movement for the ending of sorrow... PJ: Ada aliran kesedihan. Tidak ada yang bisa mengatakan pada hari dan waktu apa, pada titik manakah kesedihan itu akan berakhir sepenuhnya. Mungkin ada gerakan untuk mengakhiri kesedihan...
26:38 K: No... yes... Avanti. K:Tidak ... ya ... Mari (Avanti).
26:39 PJ: A movement for the ending of sorrow but no one can posit when that sorrow of mankind can end. This is what he says. Then you said, you are positing it. PJ: Suatu gerakan untuk mengakhiri kesedihan tetapi tidak ada yang bisa memastikan kapan kesedihan umat manusia itu bisa berakhir. Ini yang dia katakan. Lalu Anda berkata, Anda memastikannya.
26:53 K: I am not positing. PJ Then? K: Saya tidak memastikannya.

PJ: Lalu?
26:55 K: You see, when you say posit, what do you mean by that word? K:Mari, ketika Anda katakan 'posit', apa yang Anda maksud dengan kata itu?
27:00 PJ: Posit means I state it as a fact. PJ: 'Posit' artinya saya nyatakan itu sebagai fakta.
27:08 AP: Sir, if I may say so... AP: Tuan, kalau boleh saya bilang begitu ...
27:10 K: Say anything you like, sir. (Laughter) K: Katakan apa saja yang Anda suka, Tuan. (Tawa)
27:12 AP: No, sir, because, after all, when I make a statement about you, I have to be very careful, whether that statement- because I am not stating what I have to say but I am saying what I have understood you to say. We know life as inseparably built on the fabric of sorrow. Sorrow is the very fabric of our existence. AP: Tidak Tuan, karena bagaimanapun juga, ketika saya membuat pernyataan tentang Anda, Saya harus sangat berhati-hati, apakah pernyataan itu- karena saya tidak menyatakan apa yang harus saya katakan tetapi saya mengatakan apa yang saya mengerti dari apa yang Anda katakan. Kita tahu bahwa hidup secara tidak terpisahkan dibangun di dalam kerangka kesedihan. Kesedihan adalah kerangka utama keberadaan kita.
27:39 K: Yes, sir, we've said all that, move. K: Ya, Tuan, kami sudah mengatakan semua itu, teruskan.
27:42 AP: But you have said that the ending of sorrow can be attained. AP: Tetapi Anda mengatakan bahwa akhir dari kesedihan bisa dicapai.
27:52 K: Yes, there is an ending to sorrow. K: Ya, ada pengakhiran dari kesedihan.
27:54 AP: There is an end to sorrow... AP: Ada akhir terhadap kesedihan...
27:56 K: Yes, sir, move. K: Ya, Tuan, teruskan.
27:57 AP: Now, this statement is not a statement about the sorrow of man ending in time, at what date. It has no future, it has no past. It is a statement that this state itself can end, now, instantly. AP: Nah, pernyataan ini bukan suatu pernyataan tentang kesedihan manusia yang berakhir dalam waktu, pada tanggal berapa. Yang tidak memiliki masa depan, tidak memiliki masa lalu. Ini adalah pernyataan bahwa keadaan ini, dirinya sendiri dapat berakhir, sekarang, seketika.
28:16 K: I don't quite... what is all this about? K: Saya kurang ... tentang apa semua ini?
28:18 P: Sir, he says there is a contradiction in your teaching... P:Tuan, katanya ada kontradiksi dalam ajaran Anda ...
28:22 K: I understood. K: Saya mengerti.
28:23 PJ: ...by positing 'the other', you have brought... PJ: ... dengan mengemukakan 'the other' ('yang lain'), Anda telah bawa ...
28:27 K: I understand, you have stated all that. K: Saya mengerti, Anda telah menyatakan semua itu.
28:28 PJ: Now, he is asking why this contradiction? PJ: Sekarang dia bertanya, kenapa kontradiksi ini?
28:33 K: I don't think it's a contradiction. K: Saya tidak berpikir itu adalah kontradiksi.
28:34 PJ: No, that's why the discussion. PJ: Tidak, oleh karena itu pembahasan ini.
28:36 K: No, but, let's begin, shall we? K: Tidak, tapi mari kita mulai?
28:37 PJ: Yes. PJ: Ya.
28:39 K: May I begin, sir? K: Bolehkah saya mulai, Tuan?
28:40 Many: Yes. Banyak: Ya.
28:43 K: I think we all agree that humanity is in the stream of sorrow- humanity. And that humanity is each one of us-right?- humanity is not separate from me. I am humanity, not representative of humanity, I am humanity. My brain, my psychological structure is humanity. Therefore there is not me and the stream of sorrow. Let us be very clear on that point. K: Saya pikir kita semua setuju bahwa umat manusia berada dalam arus kesedihan- kemanusiaan. Dan kemanusiaan itu ada- lah masing-masing dari kita-benar? - kemanusiaan tidak terpisah dari saya. Saya manusia, bukan perwakilan dari kemanusiaan, saya kemanusiaan. Otak saya, struktur psikologis saya adalah kemanusiaan. Oleh karena itu bukan ada saya dan aliran kesedihan. Mari kita jelas tentang hal itu.
29:23 AP: Yes. AP: Ya.
29:36 PJ: You are saying that there is no stream of sorrow independent of... PJ: Anda mengatakan bahwa tidak ada aliran kesedihan terlepas dari ...
29:40 K: Of the human. K: Dari manusia.
29:44 AP: It is... AP: Demikianlah...
29:46 K: No, let's be very clear, that we understand each other very clearly on this point. Radhaji, I am saying this... K: Tidak, mari agar kita jelas, bahwa kita memahami satu sama lain dengan sangat jelas tentang hal ini. Radhaji, saya mengatakan ini ...
29:53 PJ: You see Jagannath Upadhyayaji suggests that there is a stream of sorrow... PJ: Anda lihat, Jagannath Upadhyayaji mengacukan bahwa ada aliran kesedihan ...
29:58 K: Aha... K: Aha ...
30:00 PJ: ...which is independent to sorrow as it operates... in consciousness. PJ: ... yang independen dari kesedih- an saat beroperasi dalam kesadaran.
30:07 K: No, no, no. I want to, if I may, forgive me, I want to make this perfectly clear. The brain has evolved through time. That brain is not my brain, it's the brain of humanity, genetic, in which time is involved. I don't know if you are following this. In which the heredity principle is involved, which is time. That is part of the brain. That is, the brain is not mine, it's the brain of humanity. That's one point. Second: my consciousness is the consciousness of man. There may be frills but it is the consciousness of humanity, because they suffer, they are anxious, they are proud, vain, cruel, unkind, anxious -this is the common ground of man, which is in the consciousness of man. So there is no individual at all, for me. Right? Right? And the stream of sorrow is humanity. It is not something out there. K: Tidak, tidak, tidak. Saya ingin, jika boleh, maafkan saya, saya ingin membuat ini sangat jelas. Otak telah berkembang seiring waktu. Otak itu bukan otak saya, itu otak umat manusia, genetik, di mana waktu terlibat. Saya tidak tahu apakah Anda mengikuti ini. Di mana prinsip hereditas terlibat, yaitu waktu. Itu adalah bagian dari otak. Artinya, otak bukan milik saya, melainkan otak umat manusia. Itu satu poin. Kedua: kesadaran saya adalah kesadaran manusia. Mungkin ada embel-embel tetapi itu adalah kesadaran umat manusia, karena mereka menderita, mereka gelisah, mereka bangga, angkuh, kejam, tidak ramah, gelisah -ini adalah landasan bersama manusia, yang ada dalam kesadaran manusia. Jadi sama sekali tidak ada individu, bagi saya. Benar? Benar? Dan arus kesedihan adalah kemanusiaan. Itu bukanlah sesuatu di luar sana.
31:47 PJ: No, but where is that ending? Where is that ending taking place? PJ:Tidak, tapi di mana pengakhiran itu? Di mana pengakhiran itu terjadi?
31:52 K: I am coming to that. So if we start on that principle, on that reality, it's not a posit, it's not a statement by somebody crazy, it is logical, it is so. Right? K: Saya sedang menuju ke situ. Jadi jika kita mulai dengan prinsip itu, pada realitas itu, Ini bukan suatu pendapat, ini bukan pernyataan dari seseorang gila, ini logis, memang begitu. Benar?
32:08 Q: Sir, you said that there is violence out there, suffering out there... T:Tuan, tadi Anda bilang bahwa ada kekerasan di luar sana, penderitaan di luar sana ...
32:13 K: I don't say that. K: Saya tidak mengatakan itu.
32:16 Q: But isn't it a fact that there is violence as we see out there? T:Tapi bukankah fakta bahwa ada kekerasan seperti yang kita lihat di luar sana?
32:20 K: Out there, also in here. K: Di luar sana, juga di dalam sini.
32:23 Q: The perception of a person beating a child is... T: Persepsi seseorang yang memukuli anak adalah ...
32:26 K: Child is... K: Anak adalah ...
32:27 Q: I see it, I perceive it. T: Saya melihatnya, saya mempersepsikannya.
32:29 K: Yes, sir. K: Ya Tuan.
32:30 Q: And that perception, I think, is a moment of pity or... T: Dan persepsi itu, menurut saya, adalah momen kasihan atau ...
32:35 K: Yes, sir, yes sir. Yes? K: Ya Tuan, ya Tuan. Iya?
32:37 Q: How do you say, sir, that a person beating a child, I who see that, I am also that sorrow. T:Bagaimana Anda mengatakannya, Tuan, seseorang memukuli seorang anak, Saya yang melihat itu, saya juga adalah kesedihan itu.
32:44 K: Of course. K: Tentu saja.
32:46 Q: I perceive it as... T: Saya melihatnya sebagai ...
32:48 K: Yes, sir, you are missing... K: Ya, Tuan, Anda terlewat...
32:49 Q: ...as an entity... T: ... sebagai suatu entitas ...
32:51 K: Sir, wait a minute, sir, first, don't take immediately a detail. I consider that as a detail-forgive me, I'll come back to the point a little later, may I? K: Tuan, tunggu dulu Tuan, pertama-tama, jangan langsung mengambil suatu detail. Saya menganggap itu sebagai detail -maafkan saya, Saya akan kembali ke pokok masalah itu nanti, bolehkah?
33:04 Q: Yes, sir. I was just telling you... T: Ya, Tuan. Saya sekadar memberitahu Anda ...
33:07 K: I'm not avoiding your question... K: Saya tidak menghindari pertanyaan Anda ...
33:09 Q: But I was taking only a specific instance... T: Tapi saya hanya mengambil contoh spesifik ...
33:11 K: Yes, sir, before you take any specific incident, let's get the ground clear-right? K: Ya, Tuan, sebelum Anda mengambil kejadian tertentu, mari kita buat medannya jelas-benar?
33:18 Q: Yes, sir. T: Ya, Tuan.
33:19 K: Then from there we can move to specific. The ground is, there is no individual. The ground is, the individual has been programmed. K: Kemudian dari situ kita bisa ke spesifik. Dasarnya adalah, tidak ada individu. Dasarnya adalah, individu telah diprogram.
33:39 Q: We are making assumptions. T: Kita membuat asumsi-asumsi.
33:41 K: No, sir, I have made it all very clear, there is no assumption at all on my part. Please, sir. I said, wherever you go in the world, human beings suffer. Right? K: Tidak, Tuan, saya telah membuat semuanya dengan sangat jelas, tidak ada asumsi sama sekali di pihak saya. Tolong pak. Saya berkata, kemanapun Anda pergi di dunia ini, manusia menderita. Benar?
33:59 Q: Yes, sir, that's a fact. T: Ya, Tuan, itu fakta.
34:01 K: That's all. That fact is the consciousness of humanity. K: Itu saja. Fakta adalah kesadaran manusia.
34:11 Q: Aren't we moving further from the fact, sir? That there is suffering, which is a fact... T: Bukankah kita menjauh dari fakta, Tuan? Bahwa ada penderitaan, yang adalah fakta ...
34:18 K: Which is common to all mankind. K: Yang umum bagi seluruh umat manusia.
34:20 Q: Yes, common to all mankind... T: Ya, umum bagi seluruh umat manusia ...
34:22 K: That's all. K: Demikianlah.
34:23 Q: And I see that. T: Dan saya melihat itu.
34:24 K: Wait, sir, wait. Common to all mankind... K: Tunggu, Tuan, tunggu. Umum bagi seluruh umat manusia ...
34:27 Q: Yes. T: Ya.
34:28 K: Suffering, pleasure, fear, anxiety, vanity, cruelty, more, etc. etc., all that is common to man, humanity-common to you, common to the American, common to the Russian, common to the Chinese: common. Right? K: Penderitaan, kesenangan, ketakutan, kecemasan, kesombongan, kekejaman, lebih lagi, dll. dll. semua itu umum bagi manusia, kemanusiaan-umum bagi Anda, umum bagi orang Amerika, umum bagi orang Rusia, umum bagi orang China: umum. Benar?
34:49 Q: Yes, sir. T: Ya, Tuan.
34:50 K: It's not assumption. K: Itu bukan asumsi.
34:52 Q: It's a fact. T: Itu fakta.
34:53 K: It's a fact. So, the consciousness of man is all that, the psychological-if you don't like the word consciousness, the psychological structure is all that, of man. Right? K: Itu fakta. Jadi, kesadaran manusia adalah semua itu, secara psikologis-jika Anda tidak menyukai kata kesadaran, struktur psikologis manusia adalah semua itu. Benar?
35:12 Q: Yes, sir. T: Ya, Tuan.
35:15 K: Where does individuality come into this? K: Dari mana individualitas masuk ke dalam ini?
35:21 PJ: Individuality comes in because I posit that that may be the consciousness of mankind, but I am not cruel, I am not... PJ: Individualitas masuk karena saya mengandaikan itu itu mungkin kesadaran umat manusia, tapi saya tidak kejam, saya tidak ...
35:31 K: Ah, but you are, you are only... K: Ah, tapi Anda adalah, Anda adalah hanya ...
35:32 PJ: You see, this is where the... PJ: Anda lihat, di sinilah ...
35:34 K: No, wait, you may not be cruel, you may be anxious, you may be frightened, you may be vain, that's all... Sir, you see, you take one part and say, I'm not that. K: Tidak, tunggu, Anda mungkin tidak kejam, Anda mungkin cemas, Anda mungkin takut, Anda mungkin angkuh, itu saja ... Tuan, Anda lihat, Anda mengambil satu bagian dan berkata, saya bukan itu.
35:48 RB: I'm not that at that moment, probably. RB: Mungkin saat itu saya tidak seperti itu.
35:50 K: At that moment. K: Pada saat itu.
35:52 Q: You see, sir, the problem now is we are moving into generalities. T: Anda lihat, Tuan, masalahnya seka- rang kita bergerak ke generalisasi.
35:56 K: What? K: Apa?
35:57 Q: We are moving into a world of generalities. T: Kita sedang bergerak ke dunia keumuman
35:59 K: No, no, I'm not moving. K: Tidak, tidak, saya tidak pindah.
36:01 Q: The moment we say the entire humanity is suffering... T: Saat kita mengatakan bahwa seluruh umat manusia menderita ...
36:05 K: Sir, of course it is, what are you- That's not generalisation, that's a fact. K: Tuan, tentu saja, apa yang Anda- Itu bukan generalisasi, itu fakta.
36:12 Q: Sir, the point is that a child is being beaten, I'm watching it... T: Tuan, intinya adalah, ada anak yang dipukul, saya mengamatinya ...
36:15 K: Ah no, don't... sir... K: Ah tidak, jangan ... Tuan ...
36:16 Q: ...and immediately I would like to do something about it. So therefore... T: ... dan segera saya ingin melakukan sesuatu terhadap itu. Jadi karena itu ...
36:20 AP: That's an instance. AP: Itu sebuah contoh.
36:22 Q: Yes, which is... T: Ya, yang adalah...
36:25 PJ: But it does not also... you see, there'll be... I think we are talking at... you cannot deny the fact that this is the fact PJ: Tapi itu juga tidak... Anda lihat, akan ada ... Saya pikir kita berbicara di ... Anda tidak dapat menyangkal fakta bahwa ini adalah fakta
36:39 Q: Fact of sorrow I see, I also see it as a specific thing right in front of my eyes. T:Fakta kesedihan saya mengerti, Saya juga melihatnya sebagai hal yang spesifik tepat di depan mata saya.
36:44 PJ: Yes, so that if there is a specific... PJ: Ya jadi kalau ada yang spesifik ...
36:46 Q: So I who perceive that sorrow... T: Jadi saya yang mempersepsikan kesedihan itu ...
36:48 AP: Excuse me, are you different from what you perceive? Are you not also suffering? AP: Permisi, apakah Anda berbeda dengan apa yang Anda persepsikan? Apakah Anda tidak juga menderita?
36:52 Q: That question comes a little later because... T: Pertanyaan itu muncul sedikit belakangan karena ...
36:54 AP: No, are you not a part of this suffering? AP: Tidak, apakah Anda bukan bagian dari penderitaan ini?
36:56 Q: I am different from that suffering... T: Saya berbeda dari penderitaan itu ...
36:57 AP: How? AP: Bagaimana?
36:58 Q: ...mainly because when the child is being beaten I want to do something about it. T: ...terutama karena saat anak itu dipukuli Saya ingin melakukan sesuatu terhadap itu.
37:02 AP: Forget the child... Just now we have said, one statement was made, that the substance of human existence is sorrow. AP: Lupakan anak itu... Baru saja kita bilang, satu pernyataan telah dibuat, bahwa substansi keberadaan manusia adalah kesedihan.
37:10 PJ: You can't get away from that. PJ: Anda tidak bisa melepaskan diri dari itu.
37:12 AP: Now, you have said yes, that is so, you said yes, that is so. AP: Sekarang, Anda sudah mengatakan ya, itu begitu, Anda mengatakan ya, itu begitu.
37:14 Q: Yes, sorrow is there. T: Ya, ada kesedihan.
37:16 AP: You said that is so. AP: Anda bilang, itu begitu.
37:17 Q: I perceive that sorrow, therefore I call it substance. T: Saya melihat kesedihan itu, karena itu saya menyebutnya substansi.
37:19 AP: No, no, you say that is so. I am saying, are you separate from that sorrow or are you part and parcel of it? AP: Tidak, tidak, Anda berkata bahwa itu begitu. Saya berkata, apakah Anda terpisah dari kesedihan itu atau apakah Anda bagian-tak-terpisahkan dari itu?
37:25 Q: Obviously I'm separate from that sorrow because I see sorrow. T: Jelas saya terpisah dari kesedihan itu karena saya melihat kesedihan.
37:28 PJ: But sorrow also operates in me. PJ: Tapi kesedihan juga bekerja dalam diri saya.
37:30 Q: At the point of perception I am a see-er of that sorrow... T: Pada titik persepsi, saya adalah orang yang melihat kesedihan itu ...
37:35 K: Sir, go slowly, sir. Don't take instance. What are you trying to say? K: Pak, pelan-pelan pak. Jangan ambil contoh. Apa yang Anda coba katakan?
37:39 Q: I am trying to say that there is a stream of sorrow... T: Saya mencoba mengatakan bahwa ada aliran kesedihan ...
37:42 K: Full stop. K: Titik.
37:43 Q: ...there is violence. T: ...ada kekerasan.
37:44 K: All that. K: Semua itu.
37:45 Q: I see it as something out there. T: Saya melihatnya sebagai sesuatu di luar sana.
37:48 K: Wait... K: Tunggu...
37:49 PJ: Outside yourself. PJ: Di luar diri Anda sendiri.
37:50 Q: Outside yourself, because I perceive it. T: Di luar diri Anda, karena saya mempersepsikannya.
37:52 K: Ah, wait, sir. Outside yourself, let's stick to that, which is outside me. Which is what? What are you? You are part of that stream. K: Ah, tunggu, Tuan. Di luar diri Anda, mari kita berpegang pada itu, yang berada di luar diri saya. Apa artinya? Apakah Anda? Anda adalah bagian dari arus itu.
38:07 Q: Precisely because I perceive that stream. T: Justru karena saya mempersepsikan aliran itu.
38:09 K: Ah, no, no. You see, you see what you are... K: Ah, tidak, tidak. Anda lihat, Anda melihat siapa Anda...
38:13 PJ: You see, the fact which separates me from that child, the state of consciousness within me which leads to that perception is also the state of consciousness which in another situation acts in a violent way, it may be... PJ: Anda lihat, fakta yang memisahkan saya dari anak itu, keadaan kesadaran di dalam diri saya yang menggiring ke persepsi itu juga merupakan kondisi kesadaran yang di dalam situasi lain, bertindak dengan cara kekerasan, mungkin ...
38:37 Q: Yes, sir. Now, if I may, I mean, if I may go into it a little farther, I see a certain action going in front of me. If I may take that incidence-instance of a child being beaten... T: Ya, Tuan. Sekarang, jika saya boleh, maksud saya, jika saya boleh masuk lebih dalam, Saya melihat suatu tindakan tertentu terjadi di depan saya. Jika saya boleh mengambil kejadian itu-contoh seorang anak dipukuli ...
38:50 K: Oh, for God's sake... Yes, sir, I've got it, sir. (Laughter) K: Oh, demi Tuhan... Ya, Tuan, saya mengerti, Tuan. (Tawa)
38:53 Q: Yes, sir. And the perception of it will give rise to another action... The perception of the fact of a child is being beaten gives rise to another action. T: Ya, Tuan. Dan persepsinya akan memunculkan tindakan lain... Persepsi fakta seorang anak sedang dipukuli menimbulkan tindakan lain.
39:04 K: Yes. K: Ya.
39:06 Q: So therefore there are two actions. T: Jadi ada dua tindakan.
39:08 K: We are not talking about action. K: Kita tidak berbicara tentang tindakan.
39:11 PJ: But you see, the problem is arising because we see ourselves as a fragment, we see ourselves seeing that child being beaten but we don't see that same consciousness being rude to someone else, and causing pain to someone else. PJ: Tapi Anda lihat, masalah muncul karena kita melihat diri kita sebagai sebuah fragmen, kita melihat diri kita sedang melihat anak itu dipukuli tapi kita tidak melihat kesadaran yang sama itu bersikap kasar terhadap orang lain, dan menyebabkan rasa sakit pada orang lain.
39:30 Q: Are there two processes...? T: Apakah ada dua proses...?
39:32 K: Sir, sir, humanity is part of that child, part of the act of beating the child. K: Tuan, tuan, kemanusiaan adalah bagian dari anak itu, bagian dari tindakan memukuli anak.
39:41 Q: Why are we moving to that...? T: Mengapa kita pindah ke itu...?
39:43 K: I am coming to that, sir. We are part of all this-the war, beating... K: Saya akan ke situ, Tuan. Kita adalah bagian dari semua ini -perang, memukul...
39:50 Q: That's an assumption, sir, before this fact of seeing something like a child... T: Itu asumsi, Tuan, sebelum fakta melihat sesuatu seperti anak kecil...
39:55 K: I'm not, sir, would you kindly drop your child, drop your perception? K:Saya tidak Tuan, maukah Anda mele- pas anak Tuan, melepas persepsi Anda?
40:02 PJ: But, if I may say so, sir, then take the perception a little back and see who is it that sees. PJ: Tapi kalau boleh saya bilang begini, Tuan, lalu tarik mundur persepsi itu dan lihat siapa yang melihat.
40:11 Q: I don't know, this is getting into a different realm I'm afraid. T: Saya tidak tahu, saya kuatir ini memasuki dunia yang berbeda.
40:16 PJ: No, because obviously that is the question: who is it that perceives the child being beaten? Who? PJ: Tidak, karena jelas itu pertanyaannya: siapa yang melihat anak itu dipukuli? Siapa?
40:21 Q: No, my point is, can't we make something really concrete and as specific as possible and start... T: Tidak, maksud saya adalah, tidak dapatkah kita membuat sesuatu yang benar-benar konkret dan sespesifik mungkin dan mulai...
40:28 K: I'm making it as specific... we'll come to that, sir. Which is... K: Saya membuatnya sespesifik... kita akan ke situ, Tuan. Yang mana...
40:34 Q: Why do we have to come to that, sir? Why can't we start from that? T: Mengapa kita harus sampai pada itu, Tuan? Mengapa kita tidak bisa mulai dari itu?
40:37 K: What? K: Apa?
40:38 Q: With observation. T: Dengan observasi.
40:40 K: All right, all right. You observe war. K: Baiklah, baiklah. Anda mengamati perang.
40:44 Q: Yes, sir. T: Ya, Tuan.
40:47 K: Right? One of the causes of war is nationalism. Come on, sir, move. K: Benar? Salah satu penyebab perang adalah nasionalisme. Mari Tuan, bergeraklah.
41:02 Q: You see, sir, now the trouble is, language. T: Anda lihat, Tuan, sekarang masalahnya adalah, bahasa.
41:04 K: What? No, no... K: Apa? Tidak tidak...
41:05 Q: Words... T: Kata-kata...
41:07 K: Nationalism, which is separatism... K: Nasionalisme, yang adalah separatisme ...
41:09 Q: You see, sir, you said war, and then you went on to nationalism... T: Anda lihat, Tuan, Anda mengatakan perang, dan kemudian Anda melanjutkan ke nasionalisme
41:14 K: I didn't say that. K: Saya tidak mengatakan itu.
41:16 Q: No, no, you said war is caused by nationalism, or whatever... T: Tidak, tidak, Anda mengatakan perang disebabkan oleh nasionalisme, atau apa pun...
41:19 K: No, one of the... sir, please... K: Tidak, salah satu dari... Tuan, tolong...
41:21 Q: One of the causes... T: Salah satu penyebab...
41:22 K: No, you can't-I said war is part of humanity, war... K: Tidak, saya katakan perang adalah bagian dari kemanusiaan, perang ...
41:33 Q: The question arises, sir... T: Muncul pertanyaan, Tuan ...
41:34 K: What? K: Apa?
41:35 Q: ...what is war? T: ...perang itu apa?
41:36 K: Killing another, organised killing... K: Membunuh orang yang lain, pembunuhan terorganisir ...
41:41 Q: That's why I gave a specific instance of... T:Itulah mengapa saya memberikan contoh spesifik...
41:44 K: Sir, Iran and Iraq... K: Tuan, Iran dan Irak...
41:48 AP: Iran and Iraq. AP: Iran dan Irak.
41:51 Q: Yes. T: Ya.
41:52 K: That's very specific. K: Itu sangat spesifik.
41:53 Q: That's very specific, sir, let us stick to that. T: Itu sangat spesifik, Tuan, mari kita teruskan itu.
41:55 K: Wait, I'm sticking. There are these two people killing each other, it's a racial war, Shiites against some other 'ites, it's an economic war, right? It's a war of.. ..you know all the rest of it, I don't have to go into all that. There's a war going on. Right? There has been Second World War, there has been First World War, there has been five thousand wars during the last five thousand years, historically. That is, this war is part of humanity. Right? K: Tunggu, saya bertahan. Ada dua orang ini yang saling membunuh, itu adalah perang rasial, Shiites melawan 'ites lain tertentu, ini adalah perang ekonomi, benar? Ini perang .. ..Anda tahu semuanya, saya tidak harus membahas semua itu. Ada perang yang sedang terjadi. Benar? Ada Perang Dunia Kedua, ada Perang Dunia Pertama, telah terjadi lima ribu perang selama lima ribu tahun terakhir, secara historis. Artinya, perang ada- lah bagian dari kemanusiaan. Benar?
42:46 Q: Yes, sir. T: Ya, Tuan.
42:47 K: Human beings have created this war... K: Manusia telah menciptakan perang ini ...
42:51 Q: Yes, sir. T: Ya, Tuan.
42:53 K: ...because of national, racial, religious, economic causes have brought this-right? And we are saying .. that sorrow that's brought about through war as an instance is the cause, is the stream of sorrow of mankind. Right? That's all we are saying. K: ...karena sebab-sebab nasional, ras, agama, ekonomi, telah membawa ini-benar? Dan kami katakan... bahwa kesedihan yang ditimbulkan melalui perang, sebagai contoh, adalah penyebabnya, adalah arus kesedihan umat manusia. Benar? Itu saja yang kami katakan.
43:19 RB: Sir, I think we should go back to what... RB: Tuan, saya kira kita harus kembali ke apa...
43:22 AP: He has something to say. AP:Dia ingin mengatakan sesuatu.
43:25 K: Yes, sir, please. K: Ya, Tuan, silahkan.
43:32 JU: (Hindi for 46 seconds). JU: (Hindi 46 detik).
44:18 PJ: He says you have said something which is of utmost importance. That is, that there is no such thing as individual sorrow. That individual sorrow is the sorrow of mankind. PJ: Dia bilang Anda mengatakan sesuatu yang paling penting, yakni, tidak ada yang namanya kesedihan individu. Duka individu itu adalah duka umat manusia.
44:38 K: I've said this. K: Saya sudah mengatakan ini.
44:40 PJ: Now, he said that should be investigated... PJ: Sekarang katanya, hal itu harus diselidiki...
44:44 K: Investigate it. K: Diselidiki.
44:46 PJ: That should be investigated... PJ: Itu harus diselidiki...
44:48 PJ: Because unless you understand that, not as a theory PJ:Karena kecuali Anda mengerti itu, bukan sebagai teori
44:53 K: Now, that's what I want... K:Ya, itulah yang saya inginkan...
44:55 PJ: ...but as an actuality. PJ: ...tapi sebagai yang aktual.
45:01 JU: (Hindi for 1 minute). JU: (Hindi 1 menit).
46:05 PJ: I mean, I don't quite know what... but he says one sees the stream of sorrow, the stream of mankind, one sees that it has a direction, it is moving... PJ: Maksud saya, saya kurang tahu apa... tetapi dia mengatakan, seseorang melihat aliran kesedihan, aliran umat manusia, seseorang melihat bahwa itu memiliki arah, itu bergerak...
46:23 K: It's moving, that's all, don't say direction. K: Itu bergerak, itu saja, jangan katakan arah.
46:25 PJ: Yes. He has used the word direction, but it is moving. PJ: Ya. Dia telah menggunakan kata arah, tetapi itu bergerak.
46:28 K: Moving. K: Bergerak.
46:29 PJ: Moving. Now... PJ: Bergerak. Sekarang...
46:31 K: Ah, no, that which is moving has never a direction. K: Ah, tidak, yang bergerak tidak pernah memiliki arah.
46:34 RB: He didn't say direction. RB: Dia tidak mengatakan arah.
46:35 PJ: He used the word direction. PJ: Dia menggunakan kata arah.
46:37 K: I want to make this clear. K: Saya ingin memperjelas ini.
46:38 PJ: He is withdrawing it. PJ: Dia menarik kembali pernyataannya.
46:39 K: No, no, no, it's very important that. Moment it has a direction, that direction creates time. Translate that. K:Jangan, jangan, jangan, itu sangat penting. Saat itu memiliki arah, arah itu menciptakan waktu. Terjemahkan itu.
47:00 PJ: The moment it has a direction, this stream, time is born. PJ: Saat itu memiliki arah, arus ini, waktu terlahir.
47:07 K: Ah, ah... just... I said it, I must investigate myself. Various speakers with JU : (Hindu conversation) K:Ah, ah ...hanya ...Saya mengatakan- nya, saya harus menyelidiki sendiri. Berbagai pembicara dengan

JU: (percakapan Hindu)
47:36 PJ: You see, he says, you must listen to the whole thing. PJ: Anda lihat, katanya, Anda harus mendengarkan seluruhnya.
47:38 K: I'm listening to the whole damn thing. K: Saya mendengarkan semuanya.
47:40 PJ: In the stream which is flowing, it may appear as a stream but the stream is made up of individual drops. This is what... PJ: Di sungai yang mengalir, itu mungkin terlihat sebagai aliran tapi aliran itu terdiri atas tetesan- tetesan individual. Inilah yang...
47:54 K: Ah, ah, I understand, ah, ah. K: Ah, ah, saya mengerti, ah, ah.
47:56 PJ: You see... PJ: Anda lihat ...
47:58 K: Look, Pupulji... K: Lihat, Pupulji ...
47:59 PJ: No, he was saying... PJ: Tidak, dia bilang ...
48:01 K: I understand, I've understood. K: Saya mengerti, saya mengerti.
48:02 PJ: And that means.. when the energy of the sun falls on that stream and draws up, it draws up individual drops, not the whole stream. You see what is implied in it? PJ: Dan itu artinya... ketika energi matahari jatuh pada aliran itu dan menariknya, ia menarik tetesan-tetesan individual, bukan seluruh aliran. Anda melihat apa yang tersirat di dalamnya?
48:18 K: I understand it. K: Saya memahaminya.
48:19 PJ: No, it's a very interesting thing. Does it mean, then, that when ending of sorrow arises, it arises in the individual drop or in the whole stream? PJ: Tidak, ini hal yang sangat menarik. Jadi, apakah itu berarti bahwa ketika muncul pengakhiran kesedihan, itu muncul di tetesan individual atau di seluruh arus?
48:35 SP: The whole stream, that is the question. SP: Seluruh aliran, itu pertanyaannya.
48:37 K: What is this? What is this? K: Apa ini? Apa ini?
48:40 PJ: You see, he says when energy... PJ: Soalnya, katanya saat energi...
48:44 K: Wait, careful, don't use the word energy. K: Tunggu, hati-hati, jangan gunakan kata energi.
48:46 PJ: He used the word sun. PJ: Dia menggunakan kata matahari.
48:48 SP: Light. SP: Sinar.
48:49 PJ: When the light falls on it... PJ: Saat sinar jatuh di atasnya ...
48:51 K: On what? K: Pada apa?
48:53 PJ: The sun. The sun's light falls on it... PJ: Matahari. Cahaya matahari jatuh di atasnya...
48:54 K: On what? K: Pada apa?
48:55 PJ: On the stream of water which is flowing, which is composed of individual drops, it draws up... But just listen, sir. PJ:Di aliran air yang mengalir, yang terdiri dari tetesan-tetesan individual , sinar itu menariknya... Tapi dengarkan saja, Tuan.
49:05 K: I know, I understood, I understood it. Take a river, it has a source. The Rhine has a source, the Ganga has a source. There it starts. The source is sorrow, not drops of sorrow. Swallow that pill. K:Saya tahu, saya paham, saya paham. Misalnya sungai, ia memiliki sumber. Sungai Rhine memiliki sumber, Gangga memiliki sumber. Dari sana ia mulai. Sumbernya adalah kesedihan, bukan tetesan duka. Telanlah pil itu.
49:33 AP: Sir, will you repeat this, I didn't quite understand it. AP: Tuan, tolong ulangi, saya kurang paham.
49:38 K: Just take it slowly, I'm investigating, I withdraw anything I said. I think I'm right. Like a river, Ganga, has a source-right?- like all the great rivers of the world: Mississippi, the Rhine, the Rhone, the Volga and so on, they have a source. It's not a drop... K: Tenang saja, saya sedang menyelidiki, Saya tarik kembali apa pun yang saya telah katakan. Saya pikir saya benar. Seperti sungai, Gangga, punya sumber-benar? - seperti halnya semua sungai besar di dunia: Mississippi, Rhine, Rhone, Volga, dan sebagainya, mereka punya sumber. Itu bukan setetes...
50:09 AP: It is not a drop. AP: Itu bukan setetes.
50:11 K: ...if the water is coming from the source. Right? Does our sorrow have a source? Not individual drops that make up the stream- you follow what I'm saying? but is the source of our being sorrow? K: ...jika air berasal dari sumbernya. Benar? Apakah kesedihan kita mempunyai sumber? Bukan tetes-tetes individual yang membentuk aliran- Anda mengikuti apa yang saya katakan? Tapi apakah sumber keberadaan kita kesedihan?
50:39 Q: (Inaudible) T: (Suara tidak terdengar)
50:41 K: Un momento, sir, just let me finish. Because to me individuality doesn't exist. My body may be tall, may be dark, light, pink, whatever colour: certain inherited genetic trappings. Basically there is no such thing as an individual. If you accept that as a fact, you cannot then say the source is made up of individual drops. K: Sebentar Tuan, biarkan saya selesaikan. Karena bagi saya individualitas tidak ada. Tubuh saya mungkin tinggi, gelap, terang, merah muda, apa pun warnanya: perangkap genetik tertentu yang diwariskan. Pada dasarnya tidak ada apa yang namanya individu. Jika Anda menerima itu sebagai fakta, Anda lalu tidak bisa mengatakan bahwa sumber terdiri dari tetesan-tetesan individual.
51:26 BK: Sir, you said the source is the sorrow. BK: Tuan, tadi Anda bilang bahwa sumbernya adalah duka itu.
51:28 K: I said, may be. K: Saya katakan, boleh jadi.
51:31 BK: May be... BK: Boleh jadi...
51:32 K: Wait, careful, sir. K: Tunggu, hati-hati Tuan.
51:33 BK: If we translate it in human terms, that really means that human beings are condemned... BK: Kalau kita terjemahkan dalam bahasa manusia, itu benar-benar berarti bahwa manusia dikutuk ...
51:40 K: Are born of sorrow. K: Terlahir dari kesedihan.
51:41 BK: Yes, are condemned also. BK: Ya, dikutuk juga.
51:43 K: No, no, no, no. I am not condemning it. K: Tidak, tidak, tidak, tidak. Saya tidak mengutuknya.
51:47 BK: So there is no such thing... BK: Jadi tidak ada...
51:48 K: I am not condemning. I am saying that's a fact. You can't condemn a fact. K: Saya tidak mengutuk. Saya katakan itu fakta. Anda tidak bisa mengutuk fakta.
51:54 BK: But if we put value judgements to it... BK: Tapi kalau kita beri nilai, penilaian...
51:55 K: Ah, then you are off. K: Ah, maka Anda selesailah sudah.
51:57 BK: Yes, right. But there is no... does it also mean that there is such a thing as the original sin, because of the sorrow? BK:Ya benar. Tapi tidak ada... apakah itu juga berarti bahwa ada yang namanya dosa asal, karena kesedihan itu?
52:05 K: Ah... no, no, no, no, that's a Christian idea of original sin, and having invented that idea, you must have a saviour. K: Ah... tidak, tidak, tidak, tidak, itu adalah gagasan Kristen tentang dosa asal, dan setelah menciptakan ide itu, Anda harus memiliki seorang juru selamat.
52:14 BK: Of course. BK: Tentu saja.
52:16 K: And you must have all the baptism, all the circus round it. But I am not admitting anything. K:Dan Anda harus memiliki semua per- mandian, semua sirkus sekitar itu. Tapi saya tidak mengakui apapun.
52:23 BK: There has to be a solution to solve... BK: Harus ada solusi untuk menyelesaikan ...
52:24 K: Wait, sir. My God, you don't even listen, any of you. K: Tunggu, Tuan. Ya Tuhan, Anda bahkan tidak mendengarkan, tiada satu dari Anda.
52:28 BK: Sorry. BK: Maaf.
52:29 K: Sorry. Is this so? Is it a fact that we are not individuals? Is that a fact? K: Maaf. Apakah demikian? Apakah fakta bahwa kita bukanlah individu? Apa itu fakta?
52:49 Q: How many of us here, sir, can really say that? T: Berapa banyak dari kita di sini, Tuan, yang benar-benar bisa mengatakan itu?
52:52 K: What, sir? K: Apa, Tuan?
52:53 Q: How many of us here-speaking for myself-how many of us can... We can see the theoretical aspect. T: Berapa banyak dari kita di sini, -berbicara untuk saya sendiri- berapa banyak dari kita dapat... Kita bisa melihat aspek teoritisnya.
52:59 K: Ah, I'm not-theory, to me theory is a poison. K: Ah, saya bukan-teori, bagi saya teori adalah racun.
53:02 Q: I understand that, sir, but for myself. Now, I see, I see the theoretical concept of a stream of not-self, the individual. How many of us here, when we are listening to you, we are listening with also certain of the fact that we're also conscious of ourselves, and whatever we listen, we are listening and receiving through that. T: Saya paham itu, Tuan, tapi untuk diri saya sendiri. Sekarang, saya paham, saya melihat konsep teoretis dari aliran bukan-diri, individu. Berapa banyak dari kami di sini, saat kami mendengarkan Anda, kami mendengarkan dengan juga yakin akan fakta bahwa kita juga sadar akan diri kita, dan apapun yang kita dengarkan, kami mendengarkan dan menerima melalui itu.
53:33 K: I understand that, sir. K: Saya mengerti itu, Tuan.
53:35 Q: Is it-coming back-is it possible in a discussion like this to get, for us, for myself, to get closer to some sort of understanding of the self... T: Apakah-kembali ke semula- apakah mungkin dalam diskusi seperti ini, mendapatkan, untuk kita, untuk diriku sendiri, untuk lebih dekat ke semacam pemahaman tentang diri...
53:54 K: Now, just a minute, sir. Are you saying this: when we hear, we make an abstraction of it, that becomes a theory, that becomes the idea to be pursued and so on. But without making an abstraction of it, can you listen? You've understood? You're a lawyer, I come to you. I say please listen to me, I'll tell you the whole truth that I committed murder, that I was this, I was that, and you listen to me. Right? You don't make a theory of it. Right, sir? Right? Now, in the same way, can you listen to the fact, to something without an abstraction? Apparently that seems to be the most difficult thing. Can we go on? K: Sebentar Tuan, Apakah Anda menga- takan ini: ketika kita mendengar, kita membuat abstraksi darinya, itu menjadi teori, itu menjadi ide yang harus dikejar dan seterusnya. Tetapi tanpa membuat abstraksi darinya, dapatkah Anda mendengarkan? Anda sudah paham? Anda seorang penga- cara, saya datang kepada Anda. Saya katakan, tolong dengarkan saya, Saya akan memberitahu Anda seluruh kebenaran, bahwa saya melakukan pembunuhan, bahwa saya adalah ini, saya adalah itu, dan Anda mendengarkan saya. Benar? Anda tidak membuat teori tentang itu. Benar, Tuan? Benar? Sekarang, dengan cara yang sama, dapatkah Anda mendengarkan fakta, pada sesuatu tanpa abstraksi? Tampaknya itu hal yang paling sulit. Bisakah kita melanjutkan?
55:11 PJ: No, sir, I want to ask you a question in this. There is the stream of sorrow. You say... PJ: Tidak Tuan, saya ingin bertanya tentang hal ini. Ada aliran kesedihan. Anda bilang...
55:20 K: Why do we accept that even? K: Mengapa itu pun kita terima?
55:22 PJ: No, but I am questioning it, I'm not accepting, I've not come to the state when I accept it. So let us say... PJ: Tidak, tapi saya mempertanya- kannya, saya tidak menerimanya, Saya tidak tiba dalam keadaan me- nerimanya. Jadi mari kita katakan ...
55:30 K: May I say something? I want to start with a clean slate. I am not a Vedantist, Buddhist, Hindu, Tibetan, this, that, I am not. I wipe out all that, and I say I watch, I observe what is happening around me, I observe what is happening inside me. Just a minute. I observe that the 'me' is that. K:Bolehkah saya mengatakan sesuatu? Saya ingin mulai dengan baru, bersih. Saya bukan seorang Vedantis, Budhis, Hindu, Tibet, ini, itu, saya bukan. Saya hapus semua itu, dan saya katakan saya memperhatikan, saya mengamati apa yang terjadi di sekitar saya, saya mengamati apa yang terjadi di dalam diri saya. Tunggu sebentar. Saya mengamati bahwa 'saya' adalah itu.
56:00 PJ: I observe what, sir? I observe... PJ: Saya perhatikan apa, Tuan? Saya mengamati ...
56:02 K: Wait, wait, wait. I observe war is going on. I take that as an instance-right?- I observe how that war is being fought, why it is being fought, I observe that, read about it, know, investigate, think and look at it. Now, am I a Hindu against the Muslim? If I am, I am the result... I'll produce war. I'm going step by step. So 'I' am the result of time. Right? K: Tunggu, tunggu, tunggu. Saya mengamati perang sedang berlangsung. Saya mengambil itu sebagai contoh-benar? - saya mengamati bagaimana perang itu dilakukan, mengapa itu dilakukan, Saya amati itu, membacanya, tahu, selidiki, memikirkan dan melihatnya. Sekarang, apakah saya seorang Hindu melawan Muslim? Jika ya, saya adalah hasilnya... Saya akan menghasilkan perang. Saya akan maju selangkah demi selangkah. Jadi 'Aku' adalah hasil dari waktu. Benar?
56:47 PJ: Sir, your leaps are... PJ:Tuan, lompatan Anda adalah...
56:49 K: Ah, I'm making it very simple. Wait, I'm not... I'm making it very simple. I, am the result of thought, of experience, knowledge stored up in memory. That is, I am the result of thousands of generations. K: Ah, saya membuatnya sangat sederhana. Tunggu, saya tidak... Saya membuatnya sangat sederhana. Saya, adalah hasil pemikiran, pengalaman, pengetahuan disimpan dalam memori. Artinya, saya adalah hasil dari ribuan generasi.
57:10 PJ: Yes, that I see. PJ: Ya, itu saya mengerti.
57:11 K: Now, that's a fact. Right? I have discovered that as a fact, not as a theory. Right? I have discovered that. K: Nah, itu fakta. Benar? Saya telah menemukan itu sebagai fakta, bukan teori. Benar? Saya telah menemukan itu.
57:23 PJ: Yes, but... PJ: Ya, tapi ...
57:24 K: Wait a minute, move, wait, wait. K: Tunggu sebentar, tunggu, tunggu.
57:27 S: May I interrupt you, sir, at that moment, I'm sorry... S: Bolehkah saya menginterupsi Anda, Tuan, pada saat itu, maaf...
57:29 K: What? K: Apa?
57:30 S: May I interrupt you, sir, at that moment? S: Bolehkah saya menginterupsi Anda, Tuan, pada saat itu?
57:31 K: Yes, sir. K: Ya Tuan.
57:32 S: When I say that I, as a fact, that I know that I have come through the whole mankind... S: Ketika saya mengatakan bahwa saya, sebagai fakta, bahwa saya tahu, bahwa saya telah menjalani seluruh umat manusia ...
57:40 K: Of course, sir, that's so simple. K: Tentu saja Tuan, itu sangat sederhana.
57:41 S: ...and so on. I am seeing that, and when I ask who is seeing, it is I... S: ...dan seterusnya. Saya melihat itu, dan ketika saya bertanya siapa yang melihat, itu adalah saya ...
57:46 K: Ah, wait, I am coming to that, I'm coming to that. K: Ah, tunggu, saya datang ke itu, saya akan datang ke itu.
57:49 S: And I'm seeing it through my parents... S: Dan saya melihatnya melalui orang tua saya...
57:50 K: Am I seeing it as an idea or a fact which is happening in me, in this brain cell? You understand what I'm...? To me an abstraction is a poison. K: Apakah saya melihatnya sebagai ide, atau fakta yang terjadi dalam diri saya, di dalam sel otak ini? Anda mengerti apa yang saya...? Bagi saya abstraksi adalah racun.
58:15 S: I see that, sir. S: Saya melihat itu, Pak.
58:19 K: Therefore I am not moving in that direction at all. I am only concerned with what is happening round me and in me. Right? In me is what is happening out there. I am that-the worries, the anxieties, the misery, the confusion, the uncertainty, the desire for security, the psychological world which thought has built, is mankind. My God, this is so simple. K: Karena itu saya sama sekali tidak bergerak ke arah itu. Saya hanya peduli dengan apa yang terjadi di sekitar saya dan di dalam diri saya. Benar? Dalam diri saya adalah apa yang terjadi di luar sana. Saya adalah itu-kekhawatiran, kecemasan, kesengsaraan, kebingungan, ketidakpastian, keinginan akan keamanan, dunia psikologis yang telah dibangun oleh pikiran, adalah umat manusia. Ya Tuhan, ini demikian sederhananya.
59:00 PJ: Please, sir If it were so simple, we'd be floating in the air. Sir, how is it important? The importance is the movement of sorrow as it arises in me, the movement of violence as it arises in me. PJ: Tolong Tuan Jika sesederhana itu, kita akan amat bahagia. Tuan, bagaimana pentingnya itu? Pentingnya adalah gerak kesedihan selagi itu muncul dalam diriku, gerak kekerasan selagi itu muncul dalam diri saya.
59:24 K: Yes, all right, in you. K: Ya, baiklah, di dalam diri Anda.
59:26 PJ: How is it important? I'd really like to ask that question, how is it important whether that movement is part... PJ: Bagaimana pentingnya itu? Saya sangat ingin menanyakan itu, sepenting apakah gerakan itu merupakan bagian...
59:35 K: Of that. K: Dari itu.
59:36 PJ: ...is one with the movement or is sorrow? I mean, to me that is sorrow. PJ: ...adalah satu dengan gerakan atau apakah kesedihan? Maksud saya, bagi saya itu adalah kesedihan.
59:41 K: Ah, sorrow. K: Ah, kesedihan.
59:42 PJ: I know nothing about the movement. PJ: Saya tidak tahu apa-apa tentang gerakan itu.
59:44 K: I quite agree. So, you are concerned with sorrow. I am concerned, my brother dies, I am shedding tears. Right? Wait a minute. And I watch my neighbour whose husband has gone- tears, loneliness, despair, misery, which I am going through. So I recognize a common thread between that and me. K: Saya amat setuju. Jadi, Anda prihatin dengan kesedihan. Saya prihatin, saudara laki-laki saya meninggal, saya meneteskan air mata. Benar? Sebentar. Dan saya mengamati tetangga saya yang suaminya telah pergi- air mata, kesepian, putus asa, kesengsaraan, yang saya alami. Jadi saya mengenali benang merah antara itu dan saya.
1:00:14 P: How is that important? P: Bagaimana pentingnya itu?
1:00:15 K: Wait, I'm coming to that. It is important because when I see it's a common factor, there is immense strength. K: Tunggu, saya akan ke situ. Ini penting karena saat saya melihat ini adalah faktor umum, ada kekuatan yang luar biasa.
1:00:30 PJ: Immense strength? PJ: Kekuatan luar biasa?
1:00:31 K: Strength. Have you understood that, sir? I'm questioning-you follow? I won't move anything from theory. I say when you are concerned with your little sorrow, you are weakening -I don't know if you follow-you are losing the tremendous energy that comes from the perception of the whole of sorrow. K: Kekuatan. Apakah Anda memahami itu, Tuan? Saya sedang mempertanyakan-Anda ikuti? Saya tidak akan mengetengahkan apapun dari teori. Saya berkata ketika Anda prihatin dengan kesedihan picik Anda, Anda melemah -Saya tidak tahu apakah Anda mengikuti- Anda kehilangan energi yang luar biasa yang datang dari persepsi seluruh kesedihan.
1:01:09 AP: (Hindi) AP: (Hindi)
1:01:35 PJ: I just thought of something, I must ask him. Achyutji is saying... PJ: Saya baru saja memikirkan sesuatu, saya harus bertanya kepadanya, Achyutji mengatakan...
1:01:38 K: Ah, you see, no, ah, let me finish. This sorrow of the individual is a fragmentary sorrow. Therefore that which is fragmented has not the tremendous energy of the whole. K: Ah, Anda lihat, tidak, ah, biarkan saya selesaikan. Dukacita individual ini merupakan dukacita yang terfragmentasi. Karenanya, yang terfragmentasi itu tidak memiliki energi yang luar biasa dari yang utuh.
1:02:02 PJ: Now, I'll ask you a question... PJ: Sekarang, saya akan mengajukan pertanyaan...
1:02:04 K: You... first see that, and then ask the question. K: Anda... pertama-tama lihat itu, lalu ajukan pertanyaan.
1:02:08 PJ: You see, sir, I must ask you this question in order to see that. To see... PJ: Tuan, saya harus menanyakan ini kepada Anda untuk melihat itu. Untuk melihat...
1:02:17 K: Wait, wait, let him translate, sir You see, that which is fragment -a fragment is a fragment, whatever it does, it's still within a small radius and therefore its sorrow is weakening. This actually happens, I don't know if you've noticed it. If I am suffering because my brother is dead, I get more and more involved, with more and more tears, more and more... K: Tunggu, tunggu, biarkan dia menerjemahkan, Tuan Anda lihat, apa yang merupakan fragmen -sebuah fragmen adalah fragmen, apapun fungsinya, itu masih dalam radius kecil dan karena itu kesedihannya melemah. Ini benar-benar terjadi, saya tidak tahu apakah Anda menyadarinya. Jika saya menderita karena saudara laki-laki saya meninggal, Saya semakin terlibat, dengan semakin banyak air mata, semakin banyak...
1:03:02 AP: I get depleted. AP: Saya terkuras.
1:03:05 K: Yes, use that word. I'm losing, but the fact is I am part of this enormous stream. Ah, see, sir, what it means. K: Ya, gunakan kata itu. Saya menghabiskan, tapi kenyataannya, saya adalah bagian dari arus yang sangat besar ini. Ah, lihat, Tuan, apa artinya.
1:03:20 Q: May we ask a question, sir? T: Bolehkah kami bertanya, Tuan?
1:03:21 K: Ah, no, no, no. K: Ah, tidak, tidak, tidak.
1:03:27 BK: Sir, if this line of thinking is complete, I'd like to go back to what you said earlier about theorising and how our brain perpetuates itself. BK: Tuan, kalau alur pemikiran ini sudah lengkap, Saya ingin kembali ke apa yang Anda katakan sebelumnya tentang berteori dan bagaimana otak kita melanggengkan dirinya sendiri.
1:03:42 K: Abstraction. K: Abstraksi.
1:03:43 BK: Yes. BK: Ya.
1:03:44 PJ: But this is not complete. Because we have not... Have we? Have we understood it? If we have not understood it, it's not complete. PJ: Tapi ini tidak lengkap. Karena kita belum... Benarkah? Apakah kita sudah memahaminya? Kalau kita belum memahaminya, maka belum lengkap.
1:03:53 K: What is the point? K: Apa intinya?
1:03:55 PJ: And, sir, what is it- You see, when my brother is dead and I observe my mind, I see the movement of sorrow. PJ: Dan Tuan, apakah ini- Anda lihat, ketika saudara laki-laki saya meninggal dan saya mengamati batin saya, Saya melihat gerakan kesedihan.
1:04:14 K: Not the movement, I am in sorrow. K: Bukan gerakannya, saya dalam kesedihan.
1:04:16 PJ: I am in sorrow. PJ: Saya dalam kesedihan.
1:04:17 K: Yes. K: Ya.
1:04:19 PJ: But that feeling of sorrow of mankind... PJ: Tapi perasaan duka umat manusia itu ...
1:04:23 K: Ah, you don't know anything about it. K: Ah, Anda tidak tahu apa-apa tentang itu.
1:04:24 PJ: I know nothing about it. PJ: Saya tidak tahu apa-apa tentang itu.
1:04:25 K: Therefore stop there. I mean, I am not-we are not talking about the stream of sorrow. My brother dies, and I am in sorrow-right?- tears, loneliness, despair, a sense of colossal loss. Right? And I see this happening to my neighbour on the left and right. Right? Right? So I see this happening right through the world. Right? It's not only my neighbour left and right but the neighbour of a thousand miles-right? They are going through the same agony, not at the moment I go through, but they go through the same agony as I have been through. Right? Right? So I discover something, which is, it is not only me that suffers, mankind suffers. Right? What is the difficulty in this? K: Oleh karenanya berhenti di situ. Maksud saya, saya tidak - kita tidak sedang berbicara mengenai arus kesedihan. Saudara saya meninggal, dan saya dalam kesedihan-benar? - air mata, kesepian, keputusasaan, ra- sa kehilangan yang amat besar. Benar? Dan saya melihat ini terjadi pada tetangga saya di kiri dan kanan. Benar? Benar? Jadi saya melihat ini terjadi di seluruh dunia. Benar? Bukan hanya tetangga saya di kiri dan kanan tapi tetangga dari seribu mil-benar? Mereka mengalami penderitaan sama, tidak pada saat saya mengalaminya, tetapi mereka mengalami penderitaan yang sama seperti yang saya alami. Benar? Benar? Jadi saya menemukan sesuatu, yaitu, bukan hanya saya yang menderita, umat manusia menderita. Benar? Apa kesulitannya?
1:05:57 K: Ah, it is much more poignant to me than the little man suffering in a little corner. K: Ah, itu jauh lebih pedih bagi saya daripada pria kecil yang menderita di sudut kecil.
1:06:06 PJ: That poignancy does not arise. I do not weep at the world's sorrow. PJ: Kepedihan itu tidak muncul. Saya tidak menangisi kesedihan dunia.
1:06:13 K: No, because-follow this, see why don't I look at the world- because I am so concerned with myself, which I have been concerned all my life: I go to the office, concerned with myself; I go to the temple, myself; my relationship with another is myself; so I have reduced all this life to a little corner which I call myself. And my neighbour does the same, he does the same, everybody is doing the same. This is a fact. Right, sir? K: Tidak, karena-ikuti ini, lihat mengapa saya tidak melihat dunia- karena saya sangat peduli dengan diri saya sendiri, yang saya prihatinkan sepanjang hidup saya: saya pergi ke kantor, prihatin dengan diri saya sendiri; Saya ke kuil, diri saya sendiri; hubungan saya dengan orang lain adalah diri saya sendiri; jadi saya telah mereduksi seluruh hidup ini menjadi sebuah sudut kecil yang saya sebut diri saya sendiri. Dan tetangga saya melakukan hal sama, dia melakukan hal yang sama, semua orang melakukan hal yang sama. Ini fakta. Benar, Tuan?
1:06:57 PJ: Yes, this we see, this is possible to see. PJ: Ya, ini kita lihat, ini mungkin untuk dilihat.
1:07:00 K: No, this is so. K: Bukan, ini memang begitu.
1:07:01 PJ: Yes, this is so. PJ: Ya, begitulah.
1:07:03 K: So, I say, then I discover it's a stream, it's a thing that has been going on for generations. K: Jadi, demikian saya katakan, lalu saya temukan itu adalah suatu aliran, itu adalah hal yang telah berlangsung dari generasi ke generasi.
1:07:19 JU: (Hindi for 1minute 40secs). JU: (Hindi 1 menit 40 detik).
1:09:00 PJ: He first asks the question, and please correct me if I'm wrong. Is the particular and the stream... PJ: Dia pertama-tama menanyakan itu, dan tolong koreksi jika saya salah. Apakah yang khusus dan aliran...
1:09:13 K: Are they the same. K: Apakah mereka sama.
1:09:14 PJ: Are they one? PJ: Apakah mereka satu?
1:09:15 K: Yes. K: Ya.
1:09:17 PJ: He says... PJ: Dia bilang...
1:09:19 K: There is no particular. K: Tidak ada yang khusus.
1:09:20 PJ: No, I'm just saying this. The particular is manifest... PJ:Bukan, saya hanya mengatakan ini. Yang khusus adalah nyata...
1:09:29 K: What? K: Apa?
1:09:30 PJ: The particular is experienceable, let me put it. PJ: Yang khusus itu bisa dialami, izinkan saya katakan demikian.
1:09:34 K: Ah ha, ah ha - Ah! K: Ah ha, ah ha - Ah!
1:09:36 PJ: Listen, sir, particular is experienceable, the stream... PJ: Dengarkan, Tuan, yang khusus bisa dialami, arus...
1:09:44 K: Is not. K: Tidak bisa.
1:09:46 PJ: Even when we say we see the stream, we see it as particulars put together. PJ: Bahkan ketika kami mengatakan, kami melihat aliran itu, kami melihatnya sebagai detail yang digabungkan.
1:09:53 K: No. K: Tidak.
1:09:54 PJ: You understand what I am saying? PJ: Anda paham apa yang saya katakan?
1:09:55 K: I understand, I understand, I've got it. K: Saya mengerti, saya mengerti, saya paham.
1:09:57 PJ: Am I correct...? PJ: Apakah saya benar...?
1:09:59 JU: (Hindi for 37 seconds). JU: (Hindi 37 detik).
1:10:36 PJ: He says as long as the self is, the particular will have to be. PJ: Dia bilang selama ada diri, yang khusus harus ada.
1:10:43 K: Just a minute, Pupul, I've understood all this, if you give me a little. I understand that, sir. Now, wait a minute, sir. I keep to this fact-my brother dies, I shed tears, I am desperate-you understand, sir? This is a fact, it's not a theory. And I see my neighbour going through the same thing as I am-right? and the neighbour right and left and forward, back, thousand miles, neighbours, they go through the same thing. So what happens? Either I'm so caught in my little sorrow or I perceive this enormous sorrow of man. Right? Right? Wait... K: Sebentar, Pupul, Saya paham semua ini, jika Anda memberi saya sedikit waktu. Saya mengerti itu, Tuan. Tunggu sebentar, Tuan. Saya lanjutkan fakta ini - saudara saya meninggal, Saya meneteskan air mata, saya putus asa - Anda paham, Tuan? Ini fakta, ini bukan teori. Dan saya lihat tetangga saya mengala- mi hal yang sama seperti saya-benar? dan tetangga kanan dan kiri dan depan, belakang, ribuan mil, para tetangga, mereka mengalami hal yang sama. Lalu apa yang terjadi? Entah saya begitu terperangkap dalam kesedihan kecil saya atau saya mempersepsikan kesedihan manusia yang luar biasa ini. Benar? Benar? Tunggu...
1:11:44 JU: (Hindi). JU: (Hindi).
1:11:47 PJ: He says even when you see this in thousand miles, you see them as separate. PJ: Dia berkata, bahkan ketika Anda melihat ini dalam ribuan mil, Anda melihatnya sebagai terpisah.
1:11:52 K: No. K: Tidak.
1:11:53 PJ: No, then I ask you, what is the factor, what is the instrument, what is the intelligence... PJ:Tidak, terus saya tanya Anda, faktornya apa, apa instrumennya, apa kecerdasannya...
1:12:02 K: That's just it, I'm coming to that, for God's sake, give me a chance! I'm coming to that. Right, sir? See what has happened to me. K:Itulah, saya sedang ke situ, demi Tuhan, beri saya kesempatan! Saya sedang ke itu. Benar, Tuan? Lihat apa yang terjadi pada saya.
1:12:14 Q: If I may ask a question... T: Jika saya boleh mengajukan pertanyaan ...
1:12:15 K: Sir, just a minute, sir. See what's happened to my mind, to my brain. My brain has been concerned with the loss of its own brother. Right? Right, sir? And the brain, eye-visual eye-hearing, sees this enormous suffering in my neighbour thousand miles. Right? How does it see it? That's the point you are coming to. You understand, sir? How does it see the fact that my neighbour is me, who is going through hell-right? and neighbours all over the world are my neighbours. This is not a theory. I recognize it, I see it. I walk down the street, there is a man crying because he has lost his son-right? I see the fact, not a theory. K:Tuan, tunggu sebentar. Lihat apa yang terjadi pada batin saya, pada otak saya. Otak saya prihatin dengan kehilangan saudaranya sendiri. Benar? Benar, Tuan? Dan otak, mata-penglihatan, pendengaran, melihat penderitaan luar biasa ini di tetangga saya ribuan mil. Benar? Bagaimana cara melihatnya? Itulah poin yang Anda tuju. Anda paham, Tuan? Bagaimana ia melihat fakta bahwa tetangga saya adalah saya, yang mengalami penderitaan luar biasa-benar? dan tetangga di seluruh dunia adalah tetangga saya. Ini bukan teori. Saya mengenalinya, saya melihatnya. Saya berjalan di jalan, ada seorang pria menangis karena dia telah kehilangan putranya-benar? Saya melihat faktanya, bukan teori.
1:13:32 JU: (Hindi interrupted after 14 secs). JU: (Hindi disela setelah 14 detik).
1:13:47 RB: No, but we have to come to this question: how do we see? RB: Tidak, tapi kita harus sampai pada pertanyaan ini: bagaimana kita melihat?
1:13:49 K: I'm coming to that. K: Saya datang ke itu.
1:13:50 RB: He is going on to something else. RB: Dia sedang melanjutkan sesuatu yang lain.
1:13:55 PJ: He's talking of seeing. PJ: Dia berbicara tentang melihat.
1:13:57 JU: (Hindi for 1min 53 seconds) JU: (Hindi 1 menit 53 detik)
1:15:51 PJ:He says when Krishnaji talks of the thousand miles, of seeing people dying and the sense of sorrow which he sees as sorrow, not individual sorrow. PJ: Dia berkata ketika Krishnaji berbicara tentang ribuan mil, tentang melihat orang sekarat dan rasa duka yang dilihatnya sebagai duka, bukan duka individual.
1:16:09 K: Yes, and I cry much more for that than for this. K: Ya, dan saya lebih banyak menangis untuk itu daripada ini.
1:16:12 PJ: Yes, yes... PJ: Ya ya...
1:16:13 K: Ah, get that! K: Ah, pahami itu!
1:16:14 PJ: Sir, listen, sir. He says he can do it because he has negated the self totally, all time totally, there is no movement which is fragmentary in him. When I am in that.. when my brother dies, I cannot see with the same eyes. PJ: Tuan, dengar Tuan. Dia bilang, dia bisa melakukannya karena dia telah menegasikan diri sepenuhnya, sepanjang waktu secara total, tidak ada gerak yang terfragmentasi dalam dirinya. Saat saya dalam hal itu.. saat saudara saya meninggal, Saya tidak bisa melihat dengan mata yang sama.
1:16:39 K: No, of course not. K: Tidak, tentu saja tidak.
1:16:40 PJ: I am standing on the bank of the river.. ..no he is standing on the bank of the river and watching, I am floating in the river. PJ: Saya berdiri di tepi sungai .. ..tidak, dia berdiri di tepi sungai dan mengamati, Saya mengambang di sungai.
1:16:51 K: Yes. What happens, Pupul? Just go through the actuality of it. My brother dies, it's a shock. It takes me a week or two, whatever the shock, to get over it. When the shock is over, I am observing. I see this thing going on round me. This is a fact. This is not K, somebody is free from self and all that. This is happening! K: Ya. Apa yang terjadi, Pupul? Langsung saja ke aktualitas dari itu. Saudara saya meninggal, itu sangat mengejutkan. Saya butuh satu atau dua minggu, tergantung goncangannya, untuk mengatasinya. Ketika goncangan selesai, saya mengamati. Saya melihat hal ini terjadi di sekitar saya. Ini fakta. Ini bukan K, seseorang yang bebas dari diri dan semua itu. Ini terjadi!
1:17:22 PJ: No, but you still have to tell me with what eyes do I see it. PJ: Tidak, tapi Anda masih harus memberitahu saya dengan maya apa saya melihatnya.
1:17:26 K: I'm coming... we're all going back always to the point, you're not giving... K: Saya datang... kita semua selalu kembali ke titik, Anda tidak memberi ...
1:17:33 Mary Zimbalist (MZ): May I say just briefly, to what Pupul said. The very fact of being in this stream of intense sorrow is so intense that it is not that particular, the very pain of sorrow is so strong that one is part of the universality, not the individual loss or death or whatever it is that's causing sorrow. One can perceive without being, in some extraordinary way transformed, one can at that moment, I suggest strongly, see the enormity of it, and be part of that enormity and not just enclosed in one's own sorrow. Mary Zimbalist (MZ): Boleh saya sampaikan secara singkat, terhadap apa yang Pupul katakan. Fakta keberadaan dalam arus kesedihan yang intens ini, begitu intens sehingga itu tidak terlalu khusus, rasa sakit dari duka itu demikian kuatnya, sehingga seseorang menjadi bagian dari universalitas, bukan kehilangan atau kematian individu atau apa pun yang menyebabkan kesedihan. Seseorang dapat mempersepsikan, tanpa, dengan cara tertentu yang luar biasa, bertransformasi, orang pada saat itu, saya tegas sarankan, melihat luar biasanya itu, dan menjadi bagian dari kebesaran itu dan tidak sekadar terkurung dalam kesedihan sendiri.
1:18:23 K: Mariaji, they won't accept all this, let's be simple and factual. Am I so enclosed that I don't see anything except me and something outside of me? That is the first to be established-right?- In discussing this, am I, my thoughts, my feelings, my accidents, seeing the baby being hit and cruel, all the rest of it, am I so enclosed that I refuse to see what is happening outside me? No, this obviously not. K: Mariaji, mereka tidak akan menerima semua ini, mari kita sederhana saja dan faktual. Apakah saya begitu tertutup sehingga saya tidak melihat apa pun kecuali saya dan sesuatu di luar diri saya? Itu yang pertama dibangun-betul? - Dalam membahas ini, apakah saya, pikiran saya, perasaan saya, petaka-petaka saya melihat bayi itu dipukul dan kejam, dan semuanya itu, Apakah saya begitu tertutup, sehingga saya menolak untuk melihat apa yang terjadi di luar saya? Tidak, ini jelas tidak.
1:19:13 PJ: Obviously I see. (.. background conversation inaudible) PJ: Jelas begitu. (.. percakapan latar belakang tidak terdengar)
1:19:20 RB: Krishnaji is continuing. RB: Krishnaji sedang melanjutkan.
1:19:25 K: So, I want to go back to this point: sorrow, when there is this sorrow of my brother dying-there is only sorrow. Right? I don't say it's a stream of sorrow, there is this thing burning in me. K: Jadi, saya ingin kembali ke poin ini: kesedihan, ketika ada kesedihan saudara saya sedang sekarat - hanya ada kesedihan. Benar? Saya tidak mengatakan itu suatu aliran kesedihan, ada sesuatu yang membara dalam diri saya.
1:19:46 PJ: Yes, that we all know. PJ: Ya, itu kita semua tahu.
1:19:50 K: And I see this thing happening left and right, we all know that. Right? Let's move from there. And it's happening to all human beings. I can see that too, theoretically... K:Dan saya melihat hal ini terjadi di kiri dan kanan, kita semua tahu itu. Benar? Mari kita bergerak dari situ. Dan itu terjadi pada semua manusia. Saya bisa melihatnya juga, secara teoritis...
1:20:05 PJ: Theoretically... PJ: Secara teoritis...
1:20:06 K: Wait, wait. Why can't I see it as a fact, as me suffering and therefore the world suffering, why don't we see it? That's the point we are coming to, isn't it? No? K:Tunggu, tunggu. Mengapa saya tidak bisa melihatnya sebagai fakta, ketika saya menderita dan karenanya, dunia menderita, mengapa kita tidak melihatnya? Itulah poin di mana kita tiba, bukan? Tidak?
1:20:24 Q: Yes, sir. T: Ya, Tuan.
1:20:29 PJ: But this is a... The sorrow of another, that that passion, that intensity which is born in me when there is sorrow arising in me, does not arise when I see the sorrow of another. PJ: Tapi ini adalah... Kesedihan orang lain, bahwa gairah itu, intensitas itu yang lahir dalam diri saya ketika kesedihan muncul dalam diri saya, tidak muncul ketika saya melihat kesedihan orang lain.
1:20:56 K: All right, when you are suffering, you've closed your ears and eyes to everything else. Right? Right? K: Baiklah, saat Anda menderita, Anda telah menutup telinga dan mata Anda terhadap segala sesuatu lainnya. Benar? Benar?
1:21:11 PJ: Even if you don't close your ears and eyes... PJ: Meski Anda tidak menutup telinga dan mata Anda...
1:21:14 K: Wait wait, you do actually. When my brother dies, everything is shut. Right? K: Tunggu tunggu, sebenarnya Anda melakukannya. Saat adik saya meninggal, semuanya tertutup. Benar?
1:21:22 PJ: Yes, I understand. PJ: Ya, saya mengerti.
1:21:25 K: And this is the whole point, Pupul. If the mind remains, if the brain says yes, I won't move from that, I won't seek comfort: no movement, right? Saying I'm an individual, I'm suffering, I'm this, my brother -just hold it. Proceed. We don't do that. We talk about my son being... This has actually happened to K. His brother died, and everybody round him said various things, he suddenly did it -held that. He didn't seek comfort, he didn't... all the rest of that nonsense. So what happens to a mind like that? That's all my point. K: Dan ini adalah seluruh intinya, Pupul. Jika batin tetap ada, jika otak berkata ya, saya tidak akan bergerak dari itu, saya tidak akan mencari kenyamanan: tidak ada gerakan, benar? Mengatakan saya adalah individu, saya menderita, saya adalah ini, saudara saya -pertahankan saja... Lanjutkan. Kita tidak melakukan itu. Kita berbicara tentang anak saya adalah... Ini benar-benar terjadi pada K. Saudaranya meninggal, dan semua orang di sekitarnya mengatakan berbagai hal, dia tiba-tiba melakukannya -mempertahankan itu. Dia tidak mencari kenyamanan, dia tidak...semua omong kosong itu. Jadi apa yang terjadi pada batin se- perti itu? Itulah seluruh poin saya.
1:22:38 JU: Krishnaji... JU: Krishnaji...
1:22:39 K: Ah, has he understood? K: Ah, apakah dia paham?
1:22:43 AP: Yes, sir. AP: Ya, Tuan.
1:22:44 PJ: (Hindi). PJ: (Hindi).
1:23:15 K: Ah, you see, when that takes place, you have rejected everything. Oh, come on...! K:Ah, Anda lihat, ketika itu terjadi, Anda telah menolak segalanya. Oh, mari...!
1:23:23 PJ: Just a minute. PJ: Sebentar.
1:23:31 JU: (2 and a half minute exchange in Hindi between JU and PJ) JU: (pembicaraan 2 setengah menit dalam bahasa Hindi antara JU dan PJ)
1:26:00 K: That's the whole point, Pupul. If you remain with sorrow, you have denied everything, that's the beauty of it, you don't see it. K: Itu seluruh poinnya, Pupul. Jika Anda menetap dalam kesedihan, Anda telah menyangkal segalanya, itulah keindahannya, Anda tidak melihatnya.
1:26:11 PJ: He is saying if you remain with sorrow you have denied everything. PJ:Dia katakan, jika Anda tetap dalam kesedihan, Anda menyangkal segalanya.
1:26:13 JU: (Hindi). JU: (Hindi).
1:26:31 RB: He says that is so but only for Krishnaji. RB: Dia bilang memang begitu, tapi hanya untuk Krishnaji.
1:26:33 K: Oh, no... K: Oh, tidak...
1:26:34 JU: (Hindi). JU: (Hindi).
1:26:38 K: Swamiji, panditji...paditji K: Swamiji, panditji...paditji
1:26:42 JU: (Hindi). JU: (Hindi).
1:26:53 K: Panditji, hell to Krishnaji. Throw him away. This is a fact. K: Panditji, persetan Krishnaji. Buang dia. Ini adalah fakta.
1:27:08 AP: Truth is not person-specific. AP: Kebenaran tidak spesifik untuk orang tertentu.
1:27:13 K: We never remain with anything completely. If the brain remains completely with fear, everything is gone. But we don't, we are always searching, moving, asking, questioning. K: Kita tidak pernah menetap dengan apapun sepenuhnya. Jika otak menetap dengan rasa takut sepenuhnya, semuanya hilang. Tapi kita tidak, kita selalu mencari, bergerak, bertanya, mempertanyakan.
1:27:42 Q: Sir, I'd like to ask the same question, then, as yesterday, T:Tuan, saya mau ajukan pertanyaan yang sama, seperti yang kemarin,
1:27:45 K: What, sir? K: Apa, Tuan?
1:27:46 Q: The same question that I asked yesterday might be appropriate, at that point which is, how to approach, staying closer to that... T: Pertanyaan yang sama yang saya ajukan kemarin mungkin tepat, pada titik itu, yang adalah, bagaimana cara mendekati, menetap lebih dekat dengan itu...
1:27:54 K: I said don't escape-Sir, please. My brother dies. I shed tears, do all kinds of things, and suddenly realize there is no answer in anything else-right?- reincarnation, going to the gods, doing this, doing that, nothing remains except that one thing. Right, sir? Have you done it? K: Saya bilang jangan kabur Tuan, mohon. Saudara saya meninggal. Saya menangis, melakukan segala macam hal, dan tiba-tiba menyadari bahwa tidak ada jawaban dalam apa pun-benar? - reinkarnasi, pergi ke para dewa, melakukan ini, melakukan itu, tidak ada yang tertinggal kecuali satu hal itu. Benar, Tuan? Benar, Tuan? Apakah Anda sudah melakukannya?
1:28:30 Q: Yes. T: Ya.
1:28:32 K: What happens then to the brain that has been clattering, making noise about your sorrow, chasing its own tail, and when that chasing stops, what happens? K:Lalu, apa yang terjadi pada otak yang telah bergemerincing, membuat keributan tentang kesedihan Anda, mengejar ekornya sendiri, dan ketika pengejaran itu berhenti, apa yang terjadi?
1:28:51 Q: There is always some other interference. T: Selalu ada gangguan lain.
1:28:56 K: No, there is no-I said, sir, you're all- there is no interference when you observe something totally, which is, to observe totally is to not allow thought to cheat what is being perceived totally. It's simple enough. K: Tidak, tidak ada-saya katakan, Tuan, Anda semua- tidak ada gangguan saat Anda mengamati sesuatu secara total, yakni, mengamati secara total adalah tidak membiarkan pikiran untuk menipu apa yang dipersepsikan sepenuhnya. Cukup sederhana.
1:29:17 JU: (Hindi). JU: (Hindi).
1:29:40 K: What is he saying? Would you translate? K: Apa yang dia katakan? Apakah Anda akan menerjemahkan?
1:29:46 RB: I don't quite understand the question. RB: Saya kurang mengerti pertanyaannya.
1:29:49 JU: (Hindi 2 minutes 40 seconds). JU: (Hindi 2 menit 40 detik).
1:32:33 PJ: He is going back to his original question, sir, which was, you have come to this point of sorrow. In the talks which you have had, you then say that when this is understood totally... PJ: Dia kembali ke pertanyaan yang semula, Tuan, yaitu, Anda telah sampai pada titik kesedihan ini. Dalam pembicaraan-pembicaraan yang telah Anda lakukan, Anda kemudian mengatakan bahwa ketika ini dipahami sepenuhnya...
1:32:55 K: When? What? K: Kapan? Apa?
1:32:56 RB: Sorrow or whatever. RB: Kesedihan atau apapun.
1:32:58 PJ: When sorrow is understood totally. PJ: Saat kesedihan dipahami sepenuhnya.
1:33:00 K: No, there is no understanding sorrow. K: Tidak, tidak ada pemahaman kesedihan.
1:33:03 RB: When you see it totally. RB: Jika Anda melihatnya secara total.
1:33:05 K: Ah, ah, ah. The bell doesn't ring. K: Ah, ah, ah. Bel tidak berbunyi.
1:33:11 PJ: When there is an ending of all man's duality. PJ: Ketika ada pengakhiran semua dualitas manusia.
1:33:16 K: No, wait a minute. This is all theory. K: Tidak, tunggu sebentar. Ini semua teori.
1:33:21 PJ: No, but whatever it is, just let me say what he says, then you can say... He says when all duality has ended, when you say, not he... PJ: Tidak, tapi apapun itu, biarkan saya sampaikan apa yang dia katakan, maka Anda dapat mengatakan... Dia mengatakan ketika semua dualitas telah berakhir, ketika Anda mengatakan, bukan dia...
1:33:33 K: I don't know anything about all that. K: Saya tidak tahu apa pun tentang semua itu.
1:33:35 PJ: He doesn't say, he said you have said in other talks, when all has ended... PJ:Dia tidak bilang, dia bilang Anda pernah bicara di pembicaraan lain, ketika semuanya telah berakhir...
1:33:43 K: When sorrow has ended-I will tell you what takes place, when sorrow has completely ended, then there is compassion. K: Ketika kesedihan telah berakhir- saya akan memberi tahu Anda apa yang terjadi, ketika kesedihan telah sepenuhnya berakhir, maka muncullah belas kasih.
1:33:58 PJ: No, that he is not... you see, you must go back to his original question. I don't want to... but he goes back to his original... I think he may discuss it tomorrow. PJ: Tidak, itu dia tidak... begini, Anda harus kembali ke per- tanyaan aslinya. Saya tidak ingin... tapi dia kembali ke awalnya... Saya pikir, dia mungkin akan membahasnya besok.
1:34:11 AP: Sir, I have got the point. AP: Tuan, saya mengerti maksudnya.
1:34:13 K: What, sir? K: Apa, Tuan?
1:34:13 AP: I have got his point. AP: Saya mengerti maksudnya.
1:34:15 K: What is it, would you tell me? K: Apa itu, maukah Anda memberi tahu saya?
1:34:16 AP: Yes, sir, I will tell you. I'll tell you in one minute. AP: Ya Tuan, saya kasih tahu. Saya akan memberitahumu dalam satu menit.
1:34:23 K: Ah, take an hour. K: Ah, ambil satu jam.
1:34:26 AP: Sir, he says that the perception that human existence is sorrow gives rise to compassion. AP:Tuan, dia katakan bahwa persepsi keberadaan manusia adalah kesedihan menimbulkan kasih sayang.
1:34:44 K: Ah, ah... K: Ah, ah...
1:34:45 AP: Just wait. I am only trying to-into quotation marks. Please give me... I am translating what he is saying. I am saying no, the perception of the fact that human existence is sorrow is the ending of sorrow and without the ending of sorrow there is no compassion. That is your position, as I understand it. AP: Tunggu. Saya hanya mencoba- dalam tanda petik. Tolong beri saya...Saya terjemahkan apa yang dia katakan. Saya mengatakan bukan, persepsi fakta bahwa keberadaan manusia adalah ke- sedihan, adalah akhir dari kesedihan dan tanpa akhir dari kesedihan, tidak ada belas kasihan. Itu adalah posisi Anda, seperti yang saya pahami.
1:35:13 K: My position is, I will make it very clear-not position, what to me... K: Posisi saya adalah, saya akan membuatnya sangat jelas- bukan posisi, apa yang bagi saya...
1:35:20 AP: No, but I used the word position to say I should not misrepresent him. AP: Tidak, tapi saya menggunakan kata posisi agar saya tidak salah merepresentasikan dia.
1:35:24 K: No stream of sorrow, mankind, mankind. K: Tidak ada aliran kesedihan, umat manusia, umat manusia.
1:35:27 AP: The perception of the stream is not compassion, the ending of sorrow is the birth of compassion. AP: Persepsi dari arus bukanlah welas asih, pengakhiran dari kesedihan adalah kelahiran welas asih.
1:35:33 K: Yes, that's all. K: Ya, itu saja.
1:35:34 AP: This is your position. AP: Ini adalah posisi Anda.
1:35:35 K: Yes. K: Ya.
1:35:40 JU: (Hindi) JU: (Hindi)
1:35:59 AP: (Hindi) AP: (Hindi)
1:36:02 Q: After sorrow bliss comes. T: Setelah kesedihan, kebahagiaan datang.
1:36:04 K: Ah, ah, ah. I never said, sir, forgive me, I said the ending of sorrow is the beginning of compassion, not bliss, not bananas and all the rest of it. K: Ah, ah, ah. Saya tidak pernah berkata, Tuan, maafkan saya, saya berkata akhir dari kesedihan adalah awal dari welas asih, bukan kebahagiaan, bukan semua lainnya itu.
1:36:23 JU: (Hindi). JU: (Hindi).
1:36:44 SP: He is objecting to this talking about the 'other'. SP: Dia keberatan dengan pembicaraan tentang 'yang lain'.
1:36:48 K: Ah, all right, I won't talk about the 'other'. Do you understand, sir? I won't talk, it's irrelevant. I agree. Right? What are you objecting? K: Ah, baiklah, saya tidak akan bicara tentang 'yang lain'. Anda paham, Tuan? Saya tidak akan bicara, tu tidak penting. Saya setuju. Benar? Apa yang Anda keberatan?
1:37:07 PJ: You see, you must take the question as he started. He said people come to hear your talks and at the end of the talk you say, 'Then there is benediction', 'then there is a state'... PJ: Anda lihat, Anda harus menjawab pertanyaan itu saat dia mulai. Dia berkata bahwa orang datang untuk mendengarkan ceramah-ceramah Anda dan di akhir ceramah Anda berkata, 'Lalu ada berkat', 'lalu ada suatu keadaan'...
1:37:23 K: Yes, yes, yes, I've said it. K: Ya, ya, ya, saya telah mengatakan itu.
1:37:25 PJ: Now, he says that... PJ: Sekarang, dia bilang...
1:37:27 K: Caught me. K: Menangkap saya.
1:37:28 PJ: ...makes them go away feeling that that is the final thing... PJ:...membuat mereka pergi dengan pe- rasaan bahwa itu adalah hal final...
1:37:32 K: No, no, what makes them go away is... K:Bukan, bukan, yang membuat mereka pergi adalah...
1:37:34 SP: What makes them go away? SP: Apa yang membuat mereka pergi?
1:37:36 K: ...is to them that, X, is a theory, which they have accepted from a book as a theory-right?- and say the two mix together. That's all. K: ...bagi mereka bahwa, X, adalah teori, yang mereka terima dari buku sebagai teori-benar? - dan mengatakan bahwa kedua-duanya cocok satu sama lain. Itu saja.
1:37:50 AP: Sir, I will go one step further... AP: Tuan, saya maju selangkah lebih lanjut...
1:37:52 K: So will I. K: Saya juga.
1:37:54 AP: ...and say that the learned professor has listened to the fact that the substance of human existence is sorrow and the perception of this is compassion. This is also a theory, and he seeks corroboration of this when you say this. And that also gives him satisfaction, and I say this satisfaction and that satisfaction are on the same level, so long as we are not willing to face... AP: ...dengan mengatakan bahwa profesor yang terpelajar telah mendengar fakta bahwa substansi keberadaan manusia adalah kesedihan dan mempersepsikan ini adalah welas asih. Ini juga adalah suatu teori, dan dia mencari pembenarannya ketika Anda mengatakan ini. Dan itu juga memberinya kepuasan, dan saya katakan, kepuasan ini dan kepuasan itu berada pada tingkat yang sama, selama kita tidak bersedia menghadapi...
1:38:27 K:I quite agree, sir. I wasn't so rude. K: Saya sangat setuju, Tuan. Saya tidak terlalu kasar.
1:38:33 Q: He is here, therefore... T: Dia ada di sini, oleh karena itu...
1:38:35 K: Yes, sir. K: Ya, Tuan.
1:38:36 AP: I just... AP: Saya hanya...
1:38:38 K: I understand, sir. K: Saya paham, Tuan.
1:38:45 PJ: Sir, it is time. PJ: Tuan, sudah waktu.
1:38:48 K: Sir, I would like to ask something. Are we discussing this as a theory, as something to be learnt, to be studied, to be informed, or is it a fact in our life? -you follow, sir? Which is it, at what level are we discussing all this? If we are not clear on that, we will get messy. For me, I am talking at the lowest level-right, sir?- which is our corruption-right? -our degeneration, and all that, is brought about by knowledge, that's all, because we are always living in the past. Right? That's our life. Past is the knowledge, and keep going round and round in circles. I'm not accusing anybody, please. The speaker says, K says sorrow is an endless thing that man has lived with-right?- whether it is my neighbour, or your child being beaten, and so on, there is endless sorrow. Right? And can it end? Not theoretically, not-Can it end? You come along, that gentleman, or any of you come along and tell me it can end. I either treat it as a theory, or some kind of idiotic statement which has no value, or, I say show it to me, show me the way to it-you understand?- not how, show me the manner it can end. Right? That's all I am interested in. That gentleman says I'll show it to you. We never come to that point. He says to me I will show it to you. Am I willing to listen to him so completely, say Swami, tell me, show me. I am-you follow, sir?- I am willing to listen to him so completely because I want to end this thing. So he says to me, sorrow is the stream, remain with the stream. Don't be off it or on it and under it or over it, just remain with the stream without any movement, because any movement is the cause of sorrow. I don't know if you see that. Right? Right, sir? So he says to me, remain with it. Don't intellectualize, don't get emotional, don't get theoretical, don't seek comfort, just remain with the thing. And that is the most difficult. Right, sir? Therefore we play around with it. And he has been telling me that, ten years. And he also tells me if you go beyond this, there is some beauty that is out of this world. I listen to the 'out of this world'-you follow? Sir, I still insist, it's not a contradiction. Right, sir? I don't know why, if I may most respectfully say, why is it a contradiction? Sir, would you, if you found something astonishingly original, which is in no books, no Vedas, no-all that's gone, you've discovered something of an enormous nature, wouldn't you talk about it, knowing they will do exactly what they have done before, catch on to that and neglect this? Right, sir? Wouldn't you do it? K: Tuan, saya ingin menanyakan sesuatu. Apakah kita membahas ini sebagai teori, sebagai sesuatu untuk dipelajari, untuk diinformasikan, atau apakah ini suatu fakta dalam hidup kita? -Anda ikuti, Tuan? Yang mana, pada level apa kita membahas semua ini? Jika kita tidak jelas tentang itu, kita akan menjadi berantakan. Bagi saya, saya berbicara pada level terendah-benar, Tuan? - yang mana adalah korupsi kita-benar? -degenerasi kita, dan semua itu, dihasilkan oleh pengetahuan, itu saja, karena kita selalu hidup di masa lalu. Benar? Itulah hidup kita. Masa lalu adalah pengetahuan, dan terus berputar-putar. Saya tidak menuduh siapa pun, mohon. Pembicara berkata, K mengatakan, kesedihan adalah hal yang tiada akhirnya, yang manusia telah hidup bersamanya-benar?- apakah itu tetangga saya, atau anak Anda yang dipukuli, dan sebagainya, ada kesedihan yang tak berujung. Benar? Dan bisakah itu berakhir? Tidak secara teoritis, bukan- Bisakah itu berakhir? Anda datang, Tuan itu, atau salah satu dari Anda, datang dan mengatakan pada saya, itu bisa berakhir. Saya memperlakukannya entah sebagai teori, atau semacam pernyataan bodoh yang tidak memiliki nilai, atau, saya katakan, tunjukkan kepada saya, tunjukkan jalan ke sana-Anda paham? - bukan bagaimananya, tunjukkan saya bagaimana itu bisa berakhir. Benar? Hanya itu yang saya minati. Tuan itu berkata, saya akan tunjukkan kepada Anda. Kita tidak pernah sampai pada titik itu. Dia berkata pada saya, saya akan tunjukkan pada Anda. Apakah saya bersedia mendengarkan dia begitu sepenuhnya, mengatakan, Swami, katakan pada saya, tunjukkan pada saya. Saya-Anda mengikuti, Tuan? - Saya bersedia mendengarkan dia begitu sepenuhnya, karena saya ingin mengakhiri hal ini. Jadi dia berkata kepada saya, kesedihan adalah arus, tetaplah bersama arus itu. Jangan keluar darinya atau di atasnya, dan di bawahnya, tetaplah bersama arus tanpa gerakan apa pun, karena setiap gerakan adalah penyebab kesedihan. Saya tidak tahu apakah Anda melihatnya. Benar? Benar, Tuan? Jadi dia berkata pada saya, tetaplah dengan itu. Jangan mengintelektualisasi, jangan menjadi emosional, jangan menjadi teoretis, jangan mencari kenyamanan, tetaplah dengan hal itu. Dan itu adalah yang paling sulit. Benar, Tuan? Oleh karena itu kita bermain-main dengannya. Dan dia telah memberitahu saya itu, sepuluh tahun. Dan dia juga memberitahu saya jika Anda melampaui ini, ada keindah- an tertentu, di luar dari dunia ini. Saya mendengarkan 'di luar dari dunia ini'-Anda ikuti? Tuan, saya masih bertahan, itu bukan suatu kontradiksi. Benar, Tuan? Saya tidak tahu kenapa, jika saya boleh dengan sangat hormat mengatakan, mengapa itu kontradiksi? Tuan, maukah Anda, jika Anda menemukan sesuatu yang sangat asli, yang tidak ada dalam buku, tiada Weda, tidak- semua yang telah hilang, Anda telah menemukan sesuatu yang bersifat luar biasa, tidakkah Anda akan membicarakannya, tahu mereka akan lakukan persis apa yang telah mereka lakukan sebelumnya, meraih itu dan mengabaikan ini? Benar, Tuan? Apakah Anda tidak akan melakukannya?
1:44:47 AP: (Hindi to JU) AP: (Hindi ke JU)
1:45:07 K: What, sir? K: Apa, Tuan?
1:45:08 AP: Merely gave a translation. AP: Hanya sekadar memberi terjemahan.
1:45:14 K: He would do it, sir, because it's part of the whole thing. It's not there and here. It's part of the-uh, sir, it's a part of the tree-right, sir? The tree is the roots, hidden, and the roots, when you look at the beauty of a root, you talk about it, it's not that you are escaping, contradicting, you say the tree is the root, the trunk, the leaf, the flower, the beauty of the whole thing. Sir, please, I'm not imposing my thinking on anybody, I'm just one of the guests here, I'm just passing by. K: Dia akan melakukannya, Tuan, karena ini adalah bagian dari semua- nya. Ini bukan di sana dan di sini. Ini bagian dari-eh, Tuan, ini adalah suatu bagian dari pohon-benar, Tuan? Pohon adalah akar-akarnya, tersembunyi, dan akar, ketika Anda melihat keindahan suatu akar, Anda membicarakannya, bukan karena Anda melarikan diri, bertentangan, Anda berkata bahwa pohon adalah akar- nya, batangnya, daunnya, bunganya, keindahan dari seluruhnya. Tuan, tolong, saya tidak memaksakan pemikiran saya pada siapa pun, saya sekadar hanya salah satu tamu di sini, saya hanya lewat.