Krishnamurti Subtitles home


MA83S2 - Apakah kecerdasan itu?
Pertemuan Seminar ke-2
Madras (Chennai), India
4 Januari 1983



0:19 K: We are going to discuss, this morning, what is intelligence. The root meaning of that word, etymologically, is to gather information, to collect various forms of conclusions, and also, it means 'interlegere', to read between, not only what is printed in the book but also, read between the lines or between two people who are trying to express themselves in certain ways. So, as far as one can understand, that word is to collect information, to gather various forms of data, to interpret, to convey a significance of any subject and also, to read between two people who are talking not quite openly, not quite in total communication. So, the word 'intelligence' implies all that, according to a good dictionary. So, perhaps, we are going to discuss what is intelligence, what is its place in daily life and where does it dwell? What is its abode, in the human heart, in the human mind or elsewhere? Right, sir? K: Kita pagi hari ini akan mendiskusikan, apakah 'intelligence', kecerdasan itu. Arti dasar dari kata itu, intelligence, secara etimologis, adalah untuk mengumpulkan informasi, untuk mengumpulkan berbagai bentuk kesimpulan, dan juga, itu berarti 'interlegere', untuk membaca yang tersirat, tidak hanya apa yang tercetak di dalam buku, tetapi juga membaca yang tersirat... atau antara dua orang... yang mencoba mengekspresikan diri dengan cara tertentu. Jadi, sejauh yang bisa dipahami, kata itu artinya adalah untuk mengumpulkan informasi, untuk mengumpulkan berbagai bentuk data, untuk menafsirkan, untuk menyam- paikan signifikansi subjek apa pun, dan juga, untuk membaca antara... dua orang yang berbicara tidak cukup terbuka, tidak cukup dalam komunikasi total. Jadi, kata 'intelligence' (kecerdasan ) menyiratkan semua itu, menurut kamus yang bagus. Jadi, mungkin, kita akan membahas apa kecerdasan itu, di mana tempatnya dalam kehidupan sehari-hari dan di mana ia berada? Apa tempat tinggalnya, di dalam hati manusia, di dalam pikiran manusia, atau di tempat lain? Benar, Tuan?
2:39 Achyut Patwardhan: I suggest we should start from the intellect. Because there is a common misunderstanding that there is some kind of a kinship between intellect and intelligence, that intelligence is only a refined form of the intellect. Whereas, the intellect may prevent you from being intelligent, from having intelligence. Achyut Patwardhan: Saya menyarankan kita harus mulai dari intelek. Karena ada kesalahpahaman yang umum, bahwa ada semacam hubungan kekera- batan antara intelek dan kecerdasan, bahwa kecerdasan hanyalah bentuk intelek yang halus. Padahal, intelek dapat mencegah Anda menjadi cerdas, dari memiliki kecerdasan.
3:10 K: According to dictionary meaning of 'intellect' is capacity to discern, capacity to reason, capacity to investigate, capacity to analyse, draw a conclusion from analysis, to choose, to understand. All those words are implied in 'intellect'. K: Menurut kamus arti dari 'intelek' adalah kapasitas untuk membedakan, kapasitas untuk bernalar, kapasitas untuk menyelidiki, kapasitas untuk menganalisis, menarik kesimpulan dari analisis, memilih, memahami. Semua kata itu tersirat dalam 'intelek'.
3:42 AP: The intellect is a very valuable tool because with the intellect we have fought superstition, credulity, tradition, belief. So, the intellect is a very prestigious faculty because these rationalist associations and all the people who believe that reason is a very safe and a necessary aid to prevent man from falling in the trap of superstition, they stick to the intellect. But a point comes, like causality, that you cannot just permit yourself to be imprisoned in the circuit of that reason. I would like you to throw some light on the limit of the intellect. AP: Intelek adalah alat yang sangat berharga, karena dengan intelek kita telah melawan takhayul, mudah tertipu, tradisi, kepercayaan. Jadi, intelek adalah kemampuan yang sangat bergengsi, karena asosiasi rasional tersebut... dan semua orang yang percaya... bahwa kemampuan berpikir itu sangat aman dan bantuan yang diperlukan... untuk mencegah manusia jatuh ke dalam perangkap takhayul, mereka tetap berpegang pada intelek. Tapi suatu hal datang, seperti kausalitas, bahwa Anda tidak bisa begitu saja mengizinkan diri sendiri... untuk dipenjara di sirkuit kemampuan berpikir itu. Saya ingin Anda menjelaskan tentang batas intelek.
4:43 K: Intellect? K: Intelek?
4:50 AP: The actual 'what is' today, among the intellectuals, among the so-called intellectuals in all the universities, everywhere - I am taking the cross-section of society that lives by the intellect, that lives by its learning. AP: 'Apa' yang sebenarnya ada hari ini, di antara para intelektual, di antara apa yang disebut para intelektual... di semua universitas, di mana pun, Saya mengambil penampang dari masya- rakat yang hidup dengan intelek, yang hidup dengan 'learning' (pendidikan) nya.
5:09 K: When you use 'learning', again we come to a totally different question. Perhaps Dr. Sudarshan who is a scientist, all the rest of it, he will explain perhaps what is the intellect. K: Saat Anda menggunakan 'pendidikan', sekali lagi kita sampai pada per- tanyaan yang sama sekali berbeda. Mungkin Dr. Sudarshan yang merupakan seorang ilmuwan, dia mungkin akan menjelaskan intelek itu apa.
5:24 George Sudarshan: No, I won't explain, but I saw Prof. Weber smiling. She also makes a living using intellect. I would like her to say something.

K: Then there are all of you.
George Sudarshan: Tidak, saya tidak akan menjelaskan, tapi saya melihat Prof. Weber tersenyum. Dia juga mencari nafkah dengan menggunakan intelek. Saya ingin dia mengatakan sesuatu.

K: Kalau begitu ada kalian semua.
5:41 Renée Weber: What is the question? Renée Weber: Apa pertanyaannya?
5:44 GS: Achyutji wanted to know what is the role of the intellect, the role of the intellectual, and the limits of being intellectual? GS: Achyutji ingin tahu apa peran intelek, peran intelektual, dan batasan menjadi intelektual?
5:55 AP: I personally feel that we cannot enter upon this subject until we have a clear understanding of the limits of the intellect, that it only goes up to this point, not beyond that point, this helps us to it because the intellect is connected with thought. AP: Saya pribadi merasa bahwa kita tidak bisa memasuki topik ini, sampai kita memiliki pemahaman yang jelas tentang batas-batas intelek, bahwa itu hanya sampai pada titik ini, tidak melampaui titik itu, ini membantu kita untuk itu, karena intelek terkait dengan pikiran.
6:15 RW: All right. It's become clearer, certainly to people in the field of philosophy, that the intellect is, by definition, limited. That is accepted by modern philosophers and that its peculiar strength RW: Baiklah. Ini menjadi lebih jelas, tentunya bagi orang-orang di bidang filsafat, bahwa intelek, per definisi, terbatas. Itu diterima oleh para filsuf modern, dan itu adalah kekuatannya yang khas.
6:48 K: To discern.

RW: Yes. It classifies. It tries to be clear, logical, knows it operates in space and in time, since Kant and philosophers of that sort, that is accepted, and it is not assumed that the intellect can do more than that. I think the intellect is properly classified as a limited instrument that cannot know the real. That's true in philosophy for 300 years.
K: Untuk membedakan.

RW: Ya. Itu mengklasifikasikan. Ia mencoba untuk menjadi jelas, logis, tahu ia beroperasi dalam ruang dan waktu, sejak Kant dan filsuf semacam itu, yang diakui, dan tidak diasumsikan bahwa intelek dapat melakukan lebih dari itu. Saya pikir intelek telah... dengan tepat diklasifikasikan sebagai instrumen terbatas, yang tidak bisa mengetahui yang sebenarnya, yang asli. Itu demikian dalam filsafat selama 300 tahun.
7:20 AP: Would Bertrand Russell subscribe to that view? AP: Akankah Bertrand Russell menganut pandangan itu?
7:23 RW: Yes. For them, there is nothing to know beyond that, and in any case, we do not have the instrument to know reality. RW: Ya. Bagi mereka, tidak ada yang perlu diketahui di luar itu, dan bagaimanapun, kita tidak punya instrumen untuk mengetahui realitas.
7:33 GS: This is very much like the case of a liberator, a person who is trying to remove you from tyranny, coming over and taking over a popular revolution, then becoming the dictator himself. The intellect, in some sense, having liberated us from things, has imposed its own benign dictatorship. GS: Ini sangat mirip dengan kasus seorang pembebas, seseorang yang mencoba untuk mengeluarkan Anda dari tirani, datang dan mengambil alih suatu revolusi populer, kemudian menjadi diktatornya sendiri. Intelek, dalam arti tertentu, telah membebaskan kita dari banyak hal, telah memberlakukan kediktatoran jinaknya sendiri.
7:56 Pupul Jayakar: May I interrupt, and say one thing? Pupul Jayakar: Bolehkah saya menyela, dan mengatakan satu hal?
8:01 K: Pupulji, would you wait? This lady began. K: Pupulji, dapatkah Anda menunggu? Wanita ini yang memulai.
8:06 Q: It seems, in my profession which is also university teaching, that there is an occupational hazard of words and of thought, just like black lung disease is an occupational hazard for miners. And it seems, also, that although we articulate that we have this limit, that isn't what we live in practice, that there's a difference between even our intellectual understanding of what we're saying and what we are actually living in our lives. T: Sepertinya, dalam profesi saya yang juga mengajar di universitas, bahwa ada bahaya-kerja dari kata-kata dan pikiran, seperti penyakit paru-paru hitam adalah bahaya kerja para penambang. Dan sepertinya, juga, bahwa meskipun kita menyatakan bahwa kita memiliki batas ini, bukan itu yang kita jalani dalam praktik, bahwa ada perbedaan... bahkan antara pemahaman intelektual kita tentang apa yang kita katakan... dan apa yang sebenarnya kita jalani dalam hidup kita.
8:46 GS: Even intellectuals occasionally transcend limitations of intellect. GS: Bahkan kaum intelektual kadang- kadang melampaui batasan intelek.
8:52 RW: No. The opposite. I think that even when we say we are transcending, and we are moving in that direction verbally, that quite often we are really deluding ourselves, and it's not transcending. It's a new delusion. RW: Tidak. Sebaliknya. Saya pikir, bahkan ketika kita mengatakan kita melampaui batas, dan kita bergerak ke arah itu secara lisan, bahwa cukup sering kita benar- benar menipu diri sendiri, dan itu tidak melampaui. Itu adalah khayalan baru.
9:16 K: Pupulji was talking. K: Pupulji sedang berbicara.
9:21 PJ: Just before this discussion started, I asked both Dr. Sudarshan and my son-in-law, Hans Herzberger, a question as to what did Gödel really say? Gödel who was one of the great scientists. And they told me - correct me if I'm wrong - that knowledge is never complete. No knowledge is ever complete. PJ: Tepat sebelum diskusi ini dimulai, saya menanyakan baik kepada Dr. Sudarshan... dan menantu laki-laki saya, Hans Herzberger, suatu pertanyaan tentang apa yang sebenarnya Gödel katakan? Gödel yang merupakan salah satu ilmuwan hebat. Dan mereka mengatakan kepada saya - perbaiki saya jika saya salah - bahwa pengetahuan itu tidak pernah lengkap. Tidak ada pengetahuan yang pernah lengkap.
9:55 GS: Computable propositions or deductive propositions do not ever exhaust a system.

PJ: So, it's never complete.
GS: Dalil-dalil yang dapat dihitung atau dalil-dalil deduktif... tidak pernah menguras habis sistem.

PJ: Jadi tidak pernah lengkap.
10:03 K: Would you put it for a layman? K: Apakah Anda mau menjelaskannya untuk orang awam?
10:07 GS: Gödel proved a theorem, that if you have any mathematical logic which can be arithmetised, in which things can be listed and a category can be made, then you can always show that there are certain propositions which can be stated within the scheme which can neither be proved nor disapproved within the system. There could be no clearer evidence of the fact that the system is open, since the human mind is able to construct a system, it is quite clear that the human mind is not necessarily restricted by the same restrictions as a propositional calculation. GS: Gödel membuktikan sebuah teorema, bahwa jika Anda memiliki suatu logika matematika apa pun, yang bisa dihitung, di mana hal-hal dapat didaftarkan dan suatu kategori dapat dibuat, maka Anda selalu dapat menunjukkan bahwa ada dalil-dalil tertentu, yang dapat dinyatakan dalam skema itu, yang tidak dapat dibuktikan atau ditolak dalam sistem itu. Tidak mungkin ada bukti yang lebih jelas... dari fakta bahwa sistem tersebut terbuka, karena pikiran manusia mampu membangun sebuah sistem, adalah cukup jelas bahwa pikiran manusia tidak perlu terbatasi... dengan batasan yang sama seperti suatu perhitungan proposisional.
10:44 K: You invent a system and that system is open therefore the inventor has also the capacity to be open. K: Anda menciptakan suatu sistem dan sistem itu terbuka, oleh karena itu penemunya juga memi- liki kapasitas untuk menjadi terbuka.
10:55 GS: And Dr. Herzberger further pointed out that what this means in philosophy is simply to recognise that therefore the human mind could not be arithmetised and therefore could not be mechanical, like an ordinary mechanical system is. GS: Dan Dr. Herzberger lebih lanjut menunjukkan, bahwa apa yang dimaksud dalam filsafat hanyalah untuk mengakui, bahwa oleh karena itu pikiran manusia tidak dapat dihitung, dan karena itu tidak bisa bersifat mekanis, seperti sistem mekanikal biasa.
11:15 PJ: He's here. Hans, why don't you come for half an hour? He has got to go at 11, but you can come till then. He's got to go for his daughter's eye. But till then, come. PJ:Dia di sini. Hans, kenapa Anda ti- dak datang untuk selama setengah jam? Dia harus pergi pada jam 11, tetapi Anda bisa datang sampai waktu itu. Dia harus pergi untuk mata putrinya. Tapi sampai waktu itu, datanglah.
11:49 K: Gödel. K: Gödel.
11:51 GS: Words have been put into your mouth. You could deny them. You heard what Pupulji has said?

PJ: No, you explained what he said.
GS: Kata-kata telah dimasukkan ke dalam mulut Anda. Anda bisa menyangkalnya. Anda mendengar apa yang dikatakan Pupulji?

PJ: Tidak, Anda menjelaskan apa yang dia katakan.
12:06 GS: You said that what Gödel's theorem implies for contemporary philosophy and generally, is that the mind is probably not mechanical because the mind can conceive of a system which transcends that particular proposition. GS: Anda mengatakan apa yang disiratkan oleh teorema Gödel... untuk filsafat kontemporer dan umumnya, adalah bahwa pikiran mungkin tidak mekanis, karena pikiran dapat menyusun suatu sistem, yang melampaui dalil tertentu itu.
12:22 Hans Herzberger: Yes, it is a disputed point but this is one interpretation, that the mind cannot be a closed system or a mechanical system or a formal system or a computer. Hans Herzberger: Ya, ini adalah poin yang diperdebatkan, tapi ini adalah satu interpretasi, bahwa pikiran tidak bisa menjadi suatu sistem tertutup, atau suatu sistem mekanis atau suatu sistem formal atau suatu komputer.
12:37 K: Is this merely a theory or factual in daily life? K: Apakah ini sekedar teori atau faktual dalam kehidupan sehari-hari?
12:41 Sunanda Patwardhan: How have they come to this, that there is a possibility that the mind is not a closed system? Sunanda Patwardhan: Bagaimana mereka bisa sampai ke ini, bahwa ada kemungkinan pikiran bukanlah suatu sistem yang tertutup?
12:47 HH: It's merely a theorem. There's a mathematical fact but the interpretation of that is merely a theory, hypothesis and very much disputed.

K: So, what are we discussing?
HH: Itu hanya teorema. Ada fakta matematis, tetapi interpretasi itu hanyalah teori, hipotesis, dan sangat diperdebatkan.

K: Jadi, apa yang kita bicarakan?
13:01 PJ: Look at the implications of that. If that is scientifically so, and accepted, then the human mind is open-ended. We are talking of it as a closed circuit. PJ: Lihat implikasinya. Jika secara ilmiah demikian, dan diterima, maka pikiran manusia terbuka. Kita membicarakannya sebagai suatu sirkuit tertutup.
13:27 K: What do you mean by the mind? K: Apa yang Anda maksud dengan batin?
13:29 Asit Chandmal: Can I question this a little more? As I understand it, what Gödel said, in very simple terms, is that if you have a number of propositions, then if you can prove everything within that system then the propositions contradict each other and if you don't have any contradictions within the proposition then there are things which the system cannot prove. The system can't be both complete and without contradiction. That, essentially, is what he said. You have propositions. You find you can't prove something, so you add more propositions, and the later propositions start contradicting the earlier ones. Asit Chandmal:Dapatkah saya memperta- nyakan ini sedikit lebih banyak lagi? Seperti yang saya pahami, apa yang dikatakan Gödel, secara sangat sederhana, adalah jika Anda memiliki sejumlah dalil, lalu jika Anda dapat membuktikan semuanya dalam sistem itu, maka dalil-dalil tersebut saling bertentangan... dan jika Anda tidak memiliki kontradiksi dalam dalil itu, maka ada hal-hal yang tidak dapat dibuktikan oleh sistem itu. Sistemnya tidak bisa lengkap dan sekaligus tanpa kontradiksi. Itu, pada dasarnya, adalah yang dia katakan. Anda memiliki dalil-dalil. Anda menemukan tidak dapat membuktikan sesuatu, jadi Anda menambahkan lebih banyak dalil-dalil, dan dalil-dalil berikutnya mulai ber- lawanan dengan dalil sebelumnya.
14:18 AP: Contemporary Indian philosophy, as far as I understand, has not gone beyond Bertrand Russell. Professor, please, correct me. AP: Filsafat India kontemporer, sejauh yang saya pahami, belum melampaui Bertrand Russell. Profesor, tolong, perbaiki saya.
14:28 PJ: Would you accept what he has said? PJ: Apakah Anda menerima apa yang dia katakan?
14:33 HH: Certainly I would accept what he said. Another way of putting it is the truths of arithmetic which we can understand and grasp, can't be captured in a formal system. HH: Pastinya saya terima apa yang dia katakan. Cara lain untuk mengutarakannya... adalah kebenaran-kebenaran aritmatika yang bisa kita pahami dan raih, tidak bisa ditangkap dalam sistem formal.
14:46 K: That's all. K: Itu saja.
14:47 Radha Burnier: I think this is correct and that is the reason why every philosophical system is able endlessly to pick holes in the other systems because each one of them has some contradictions and each one is a well-worked out system. Radha Burnier: Saya rasa ini benar dan itulah alasannya mengapa setiap sistem filosofis... mampu tanpa henti untuk mengorek lubang-lubang di sistem-sistem lain, karena mereka masing-masing memiliki kontradiksi-kontradiksi tertentu, dan masing-masing adalah sistem yang sudah dipikirkan dengan baik.
15:06 PJ: But if you once say that it can never be complete, then the very incompleteness of it makes it open-ended, therefore it is not a closed circuit. It can probably be put in a more scientific language. The very fact that you say knowledge is limited which is a closed circuit. The moment you say knowledge is always limited, never complete - not 'limited', never complete.

K: No, use that word.
PJ: Tapi begitu Anda bilang bahwa itu tidak pernah bisa lengkap, maka ketidaklengkapan itu membuatnya terbuka, oleh karena itu ini bukan sirkuit tertutup. Itu mungkin bisa dimasukkan ke dalam bahasa yang lebih ilmiah. Fakta yang Anda katakan bahwa pengetahuan itu terbatas, merupakan suatu sirkuit tertutup. Begitu Anda mengatakan bahwa pengetahuan... selalu terbatas, tidak pernah lengkap... - tidak 'terbatas', tidak pernah lengkap.

K:Tidak, gunakan kata itu.
15:53 PJ: Then the very incompleteness of it leaves an open door. PJ:Lalu keadaan sangat tidak leng- kapnya itu menyisakan pintu terbuka.
15:59 K: Yes, yes, yes.

PJ: Leaves the door open.
K: Ya, ya, ya.

PJ: Membiarkan pintu terbuka.
16:02 AC: I wouldn't infer that from Gödel. As long as there is no contradiction in your assumptions of knowledge, there are several things you know, which you can't prove. That's all it says. AC: Saya tidak akan menyimpulkan itu dari Gödel. Selama tidak ada kontradiksi dalam asumsi pengetahuan Anda, ada beberapa hal yang Anda ketahui, yang tidak dapat Anda buktikan. Hanya itu yang dikatakan.
16:17 PJ: I just want this particular thing. If a thing is not complete, then the incompleteness of it leaves an open door. PJ: Saya hanya ingin yang khusus ini. Jika sesuatu tidak lengkap, kemudian ketidaklengkapannya menyisakan pintu terbuka.
16:28 AC: Open door to what?

PJ: Open door to the unknown.
AC: Pintu terbuka ke apa?

PJ:Pintu terbuka ke yang tidak diketahui.
16:33 AC: Not to the unknown, to the unprovable. AC: Bukan ke yang tidak diketahui, ke yang tidak dapat dibuktikan.
16:37 GS: That is the very important distinction. The problem is arithmetical systems are not closed, in that their propositions which you know to be true, you cannot prove within that system. You can expand the system to encompass this one, but then new things are true which cannot be proved within the system. But it is always the known which is not provable. GS: Itu adalah perbedaan yang sangat penting. Masalahnya adalah, sistem aritmatika tidaklah tertutup, bahwa dalam dalil mereka yang Anda ketahui adalah benar, Anda tidak dapat membuktikannya dalam sistem itu. Anda dapat memperluas sistem untuk mencakup yang satu ini, tapi kemudian hal-hal baru adalah benar, yang tidak dapat dibuktikan di dalam sistem. Tetapi selalu yang diketahui, yang dikenal, yang tidak dapat dibuktikan.
17:04 PJ: It is the known which is not provable? PJ: Yang dikenal itu yang tidak bisa dibuktikan?
17:07 GS: So, it is known but not so that you can drive it home to somebody who does not want to know it. GS: Jadi, itu diketahui... tapi tidak sedemikian rupa bahwa Anda bisa meyakinkan... kepada orang yang tidak ingin mengetahuinya.
17:18 AP: I'd like to bring the discussion to a more pedestrian level. Pedestrian level of universities' philosophical teaching, in our Indian universities. They do not begin today to question the limits of the intellect. Any approach to intelligence is not possible, unless it performs the highest function it is capable of, that is, to see its limitation. I would like you to help us to see the limit of intellect. The intellect must first see that this cannot be got through the intellect. If you say everything can be got by the intellect... AP: Saya ingin membawa diskusi ke tingkat orang biasa. Pengajaran filsafat dari universitas tingkat orang biasa, di universitas-universitas India kita. Mereka tidak memulai untuk memper- tanyakan batas-batas dari intelek. Pendekatan apa pun ke intelijensi tidaklah mungkin, kecuali ia menjalankan fungsi tertinggi yang mampu dilakukannya, yaitu, untuk melihat keterbatasannya. Saya ingin Anda membantu kami untuk melihat batas intelek. Intelek harus terlebih dulu melihat, bahwa ini tidak dapat diperoleh melalui intelek. Jika Anda mengatakan semuanya bisa didapat oleh intelek ...
18:08 K: Would you admit, however reasoned, a reason has always a limit. Would you admit to that? K: Apakah Anda akan mengakui, bagaimanapun dipikirkannya, pemikiran selalu ada batasnya. Apakah Anda akan mengakuinya?
18:20 AP: Yes, I will.

K: Right? Then you have shown it but it can go on expanding.
AP: Ya, saya terima.

K: Benar? Maka Anda telah mempertunjukkannya, tetapi itu bisa terus berkembang.
18:27 AP: No, the intellect itself has to realise its own limitation. This is the discipline of the mind, which the universities discourage. AP: Tidak, intelek itu sendiri harus menyadari keterbatasannya sendiri. Ini adalah disiplin dari batin, yang tidak dianjurkan oleh universitas.
18:40 K: Sir, before we get too bogged down, I'd like to ask, what's the difference between the mind and the brain? What is the quality of the mind and what is the function of the brain? You understand my question? If we could be little bit clear about that matter. What is the mind? We have used the word 'mind' so much. The meaning of that word, according to the dictionary, again, mind is that which is capable of reason and so on. Right? I would like to discuss this. You may want to discuss something else, one is free to discuss what one wants. When you are using the word mind, mind, mind, intellect, what's the difference between mind, the intellect and the brain? K: Tuan, sebelum kita terlalu terbuntu, Saya ingin bertanya, apa perbedaan antara batin dan otak? Bagaimanakah kualitas dari batin... dan apakah fungsi dari otak? Anda paham pertanyaan saya? Jika kita bisa agak jernih tentang masalah itu. Apa batin itu? Kita telah sering menggunakan kata 'mind' ('batin'). Arti kata itu, menurut kamus, sekali lagi, batin adalah apa yang mampu bernalar dan sebagainya. Betul? Saya ingin membahas ini. Anda mungkin ingin mendiskusikan hal lain, seseorang bebas mendiskusikan apa yang diinginkannya. Saat Anda menggunakan kata batin, batin, batin, intelek, apa perbedaan antara batin, intelek dan otak?
19:58 GS: The last one is very easy to say. Brain is a piece of tissue. Very specialised, and very skilled, but rather non-adaptable tissue. GS: Yang terakhir sangat mudah untuk diungkapkan. Otak adalah sepotong jaringan. Jaringan yang sangat ter- spesialisasi, dan sangat terampil, tetapi agak tidak dapat beradaptasi.
20:10 GS: Which we, by common consent, associate with certain processes. GS:Yang kita, dengan persetujuan ber- sama, kaitkan dengan proses tertentu.
20:16 K: Sensory responses.

GS: And information processing.
K: Respons-respons sensorik.

GS: Dan pemrosesan informasi.
20:20 GS: So, it's probably like a computer. The English word 'mind' is really a very amorphous word, it's a portmanteau word. GS: Jadi, mungkin seperti suatu komputer. Kata bahasa Inggris 'mind' ( batin )... sebenarnya adalah kata yang sangat tidak berbentuk, itu kata yang mengandung berbagai makna.
20:31 K: I know, that's why I want to pin it down a little bit. K: Saya tahu, itulah mengapa saya ingin agak memantapkannya.
20:35 GS: We use the computer part, the deductive, the precise, the legal part of functioning, we call it 'mind'. We talk about the discrimination part, which appreciates what has been proved, what has not been proved, whether the method is fast or slow, whether it's acceptable or not, what would be called discrimination, also, within mind. Then the processes of intuition or the transition between the known and the expressed known and the unexpressed felt, unexpressed known. That connection also is called 'mind'. In normal English usage anything that's not connected with sensory perception, is called 'mind'. GS: Kita gunakan bagian komputer, yang deduktif, yang saksama, bagian yang sesuai dengan fungsinya, kita menyebutnya 'batin'. Kita berbicara tentang bagian diskriminasi nya, yang menghargai apa yang telah dibuktikan, apa yang belum terbukti, apakah metodenya cepat atau lambat, apakah itu dapat diterima atau tidak, apa yang akan disebut diskriminasi, membeda-bedakan, juga, dalam batin. Kemudian proses intuisi, atau transisi antara yang dikenal dan pengungkapkannya, dan rasa yang tak terekspresikan, yang dikenal yang tak terekspresikan. Hubungan itu juga disebut 'batin'. Dalam penggunaan bahasa Inggris normal, segala sesuatu yang tidak ber- hubungan dengan persepsi sensorik, disebut 'batin'.
21:26 K: Then what is the relationship between thought, brain, mind? Are we off? You look rather worried and displeased. K: Lalu apa hubungan antara pikiran, otak, batin? Apakah kita sedang tidak hadir? Anda terlihat agak khawatir dan tidak senang.
21:45 PJ: We have discussed this way...

K: I'm not discussing, just asking.
PJ: Kita telah membahas begini...

K: Saya tidak sedang berdiskusi, hanya bertanya.
21:52 PJ: He has raised one more issue which I think is very important. Because he has described that part of the brain, which is held within limits. PJ: Dia mengangkat satu masalah lagi yang menurut saya sangat penting. Karena dia telah menggambarkan bagian itu dari otak, yang terkurung dalam batas-batas.
22:10 K: Sensory responses. K: Tanggapan-tanggapan sensorik.
22:12 PJ: Is there that in the brain or the mind which is not confined within this? But I still think that the question I wanted to ask and go through has certain very important implications on what you are saying. PJ: Apakah ada di otak atau batin... yang tidak terbatasi, terkurung, di dalam ini? Tapi saya tetap berpikir bahwa pertanyaan... yang ingin saya ajukan dan hayati... memiliki suatu implikasi sangat pen- ting pada apa yang Anda katakan.
22:37 GS: The implications of what you're saying. GS: Implikasi-implikasi dari apa yang Anda katakan.
22:40 K: What am I saying?

PJ: Asit, would you describe it?
K: Apa yang saya katakan?

PJ: Asit, mau dijelaskan?
22:48 AC: This theorem called Gödel's Theorem, in this century, is supposed to be the greatest argument of the human mind, at least, in mathematical logic - it's a very, very complex, very rigorously argued thing in which it proves that a system can either be complete but with contradictions, or it has no contradictions, but it's incomplete. Pupul maasi's interpretation of it is worth following up, sir, because it rigorously, mathematically proves what you are saying. You are saying that a mind which is free of contradiction is infinite. It also knows a lot of things, but cannot communicate it to us, or prove it to us. AC: Teorema ini yang disebut Teorema Gödel, dalam abad ini, dianggap argumen terbesar dari batin manusia, setidaknya, dalam logika matematika... - ini adalah hal yang sangat, sangat kompleks, diperdebatkan dengan sangat ketat, yang membuktikan bahwa suatu sistem bisa lengkap, tetapi dengan kontradiksi, atau ia tidak mempunyai kontradiksi, tetapi tidak lengkap. Tafsir Pupul dari itu patut ditindaklanjuti Tuan, karena dengan cermat, secara matematis membuktikan... apa yang Anda katakan. Anda mengatakan, bahwa batin yang bebas dari kontradiksi adalah tidak terbatas. Ia juga mengetahui banyak hal, namun tidak bisa mengkomunikasikannya kepada kita, atau buktikannya kepada kita.
23:36 K: Yes, yes. K: Ya, ya.
23:40 AC: Mathematically, what you're saying has been proved in this century. AC: Secara matematis, apa yang Anda katakan... telah dibuktikan di abad ini.
23:44 SP: But what is this knowing?

AC: Exactly. Wait, wait. So, the only thing one can do is to be free of contradiction. If one is free of contradiction, then the system is open-ended. You know a great deal of things, so you can never prove it or communicate it. What happens to us is also what you are saying. We are operating in limited, complete systems, full of contradictions, which is outside of Gödel's theorem, that you can create a complete system which proves everything within itself but it is contradicting itself. So, all of us are living in limited, complete systems, full of contradiction. And you are living in an unlimited state without any contradiction.
SP: Tapi apakah hal mengetahui ini?

AC: Tepat. Tunggu tunggu. Jadi, satu-satunya hal yang dapat dilakukan orang... adalah menjadi bebas dari kontradiksi. Jika orang bebas dari kontradiksi, maka sistemnya terbuka. Anda tahu banyak hal, jadi Anda tidak akan pernah bisa mem- buktikan atau mengkomunikasikannya. Apa yang terjadi pada kami adalah juga apa yang Anda katakan. Kami beroperasi dalam sistem yang terbatas, lengkap, penuh kontradiksi, yang berada di luar teorema Gödel, bahwa Anda dapat membuat sistem yang lengkap, yang membuktikan segala sesuatu di dalam sistemnya sendiri, tetapi ia bertentangan dengan dirinya sendiri. Jadi, kita semua hidup dalam sistem yang lengkap, terbatas, penuh dengan kontradiksi. Dan Anda hidup dalam keadaan tidak terbatas, tanpa suatu kontradiksi.
24:34 K: What do you want to discuss? K: Apa yang ingin Anda diskusikan?
24:36 AC: If that is so, the only thing that matters is to be free of contradiction. AC: Kalau demikian adanya, satu-satunya hal yang penting adalah bebas dari kontradiksi.
24:41 K: What is contradiction? Let's start... K: Apakah kontradiksi itu? Mari kita mulai...
24:45 PJ: Then it is also breaking through one of the statements of Krishnaji, that the brain can only move within a certain circuit. Because it is not complete, the very incompleteness of it, is the doorway. PJ: Kemudian ini juga menerobos salah satu pernyataan Krishnaji, bahwa otak hanya dapat bergerak dalam suatu sirkuit tertentu. Karena ia tidak lengkap, justru keadaan yang tidak lengkap itulah merupakan pintunya.
25:12 AC: As long as it is free of contradiction. AC: Asalkan itu bebas dari kontradiksi.
25:16 K: That's all. Would you agree to all that, sir? I am a layman. K: Sekianlah. Anda setuju dengan semua itu, Tuan? Saya orang awam.
25:20 GS: I agree with all the things. But in the process, we have been complete and limited. Let's be incomplete but unlimited. Earlier you said intelligence - not intellect - intelligence means to read between the lines. GS: Saya setuju dengan semua itu. Namun dalam proses itu, kita telah tuntas dan terbatas. Marilah kita menjadi tidak lengkap tetapi tidak terbatas. Sebelumnya Anda mengatakan kecerdasan - bukan intelek - kecerdasan... -intelligence-berarti membaca yang tersirat.
25:38 K: That's the dictionary meaning - 'interlegere' - in Latin. K: Itu arti kamus - 'interlegere' - dalam bahasa Latin.
25:44 GS: So, all these statements about proof are within the system. Your major premise, your minor premise, your conclusion or if you are a little more complete, a major premise, an illustration, a minor premise, a conclusion, a verification of the conclusion. But these are still within well-defined things. These days, somebody will construct a computer to do the job for you. Or you hire graduate students or research assistants to do the job, and they can be relied on. But the real purpose of the human mind, brain, body, soul is to be able to go beyond that which is expressed. To be able to comprehend - again, 'comprehend' somehow means limit. But to be part of, or to go on to, not to comprehend that which is not expressed but which is known. 'Known' in the sense in which Adam knew Eve. Somehow or other, become, to grow by being with it. Pupulji mentioned earlier about causality in that context. Again, if you look at the purpose of causality, in natural philosophy in science, it has never really been as it is public advertised, to connect everything together. This is simply a prelude to be able to consider them as one, and then find out what is not connected with it. It is always the gap between the things which is important. the gap which can be transcended, but not by reason. You must get between the lines. You see a line drawing. If you are concentrating on the lines, you will never see the drawing. When you can see not the lines but the picture, then you have seen it. What is it, sir, in us, which makes us see it? You don't see the lines, and we ask which line will show the picture? GS: Jadi, semua pernyataan tentang pembuktian ini ada di dalam sistem. Premis utama Anda, premis minor Anda, kesimpulan Anda, atau jika Anda sedikit lebih lengkap, suatu premis utama, suatu ilustrasi, suatu premis minor, suatu kesimpulan, suatu verifikasi dari kesimpulan. Tapi ini masih dalam hal-hal yang didefinisikan dengan baik. Hari-hari ini, seseorang akan merancangkan... sebuah komputer untuk melakukan pekerjaan untuk Anda. Atau Anda mempekerjakan mahasiswa pascasarjana atau... asisten peneliti untuk melakukan pekerjaan itu, dan mereka bisa diandalkan. Tapi tujuan sebenarnya dari batin manusia, otak, tubuh, jiwa... adalah untuk mampu melampaui apa yang diungkapkan. Untuk dapat memahami - lagi, 'mema- hami' entah bagaimana berarti batas. Tetapi menjadi bagian dari, atau melanjutkan, bukan untuk memahami... apa yang tidak diungkapkan tetapi apa yang diketahui. 'Dikenal' dalam arti Adam mengenal Hawa. Entah bagaimana, menjadi, tumbuh dengan bersamanya. Sebelumnya Pupulji telah menyinggung tentang kausalitas dalam konteks itu. Sekali lagi, jika Anda melihat tujuan dari kausalitas, dalam filsafat alam, dalam sains, tidak pernah seperti yang diiklankan secara publik, untuk menghubungkan bersama semuanya. Ini hanyalah awal untuk dapat meng- anggap mereka sebagai satu kesatuan, dan kemudian cari tahu apa yang tidak berhubungan dengannya. Sela antara hal-hal yang selalu merupakan yang penting, celah yang bisa dilampaui, tetapi tidak dengan pikiran. Anda harus masuk ke dalam yang tersirat dari baris kata-kata. Jika Anda berkonsentrasi pada baris-baris, Anda tidak akan pernah melihat gambarnya. Jika Anda dapat melihat bukan baris-barisnya, tetapi gambarnya, maka Anda telah melihatnya. Ada apa, Tuan, di dalam diri kita, yang membuat kita melihatnya? Anda tidak melihat garis-garisnya, dan kami bertanya, garis mana yang akan menampilkan gambar itu?
27:59 K: Could we discuss, sir, whether the contradictions in the human mind, brain, body, whatever word one likes to use, could we discuss whether there is an end to contradiction in human relationship? Begin there. In human endeavour, in human struggle. Would you agree to that? K: Bisakah kita berdiskusi, Tuan, apakah kontradiksi dalam batin manusia, otak, tubuh, kata apapun yang suka digunakan, dapatkah kita membahas apakah ada akhir dari kontradiksi... dalam hubungan manusia? Mulailah dari sana. Dalam usaha manusia, dalam perjuangan manusia. Apakah Anda setuju?
28:31 PJ: That, yes. Because contradiction is, it exists within me. But when you start with a statement, that all knowledge is limited and I'm continually moving in limit, this mind of mine can never see that. PJ: Itu, ya setuju. Karena kontradiksi, itu ada di dalam diri saya. Tapi saat Anda mulai dengan suatu pernyataan, bahwa semua pengetahuan terbatas dan saya terus bergerak dalam batas, Batin saya ini tidak akan pernah bisa melihat itu.
28:55 K: What? K: Apa?
28:57 PJ: Can never actually - it may prove it - but the seeing of it, in actuality, is impossible. It can see contradiction. PJ: Tidak pernah secara aktual - ia mungkin membuktikannya - tetapi melihatnya, dalam kenyataannya, tidak mungkin. Ia bisa melihat kontradiksi.
29:14 AC: It is contradiction. AC: Ia adalah kontradiksi.
29:18 K: Could we discuss why we human beings live in contradictions? Not Gödel's theories, and go through all that. Just to find out if a human being can live without contradictions. Then, perhaps, we can go much further. Right, sir? Is that possible? What is contradiction? K:Bisakah kita membahas mengapa kita, manusia, hidup dalam kontradiksi? Bukan teori Gödel, dan bahas semua itu. Sekadar untuk mencari tahu apakah manusia bisa hidup tanpa kontradiksi. Kemudian, mungkin, kita bisa melangkah lebih jauh. Benar, Tuan? Apakah itu mungkin? Apakah kontradiksi itu?
29:54 PJ: In very simple language, the process of becoming. PJ: Dalam bahasa yang sangat sederhana, proses menjadi.
29:59 K: Contradiction. See the meaning of the word. K: Kontradiksi. Lihat arti kata tersebut.
30:07 GS: Obviously, you are going to do the etymology. GS: Jelas, Anda akan menggunakan etimologi.
30:09 K: Go on, sir. I don't have to do it. You know it. K: Lanjutkan, Tuan. Saya tidak harus melakukannya. Anda tahu itu.
30:13 GS: Contradiction means the statement and the state do not coincide. GS: Kontradiksi artinya pernyataan... dan keadaan tidak sejalan.
30:20 K: Contradict, dicere - to say, contra that. K: Menyanggah, dicere (Latin) - untuk mengatakan, kontra itu.
30:26 GS: The problem is therefore not in the state of things but in the statement of the state of things. GS: Oleh karena itu, masalahnya bukan pada keadaan-keadaan, tetapi dalam pernyataan dari keadaan.
30:33 K: Don't complicate it for me, please. K: Tolong, jangan merumitkan saya.
30:37 AC: To say one thing and do another.

K: That's all. Contradicere. To say something and do something else. To think something and act totally differently.
AC: Mengatakan satu hal dan melakukan hal lain.

K: Itulah. Bertentangan. Mengatakan sesuatu dan melakukan sesuatu yang lain. Memikirkan sesuatu dan bertindak sangat berbeda.
30:54 SP: To want and not to want at the same time. SP: Mau dan tidak mau pada saat bersamaan.
30:57 K: No, just go slowly into it, please. K: Bukan, silakan dalami secara perlahan.
31:05 PJ: I think the greatest contradiction is the movement from the actual to the illusion. To move from what exists, to what I would like to exist. That is the greatest contradiction in the human mind, for me. PJ: Saya pikir kontradiksi terbesar... adalah gerakan dari yang sebenarnya ke ilusi. Untuk berpindah dari apa yang ada, ke apa yang saya inginkan untuk ada. Itu adalah kontradiksi terbesar dalam batin manusia, bagi saya.
31:33 K: Pupulji, we all know what a contradiction is. We don't have to - I want, I don't want. I desire, I don't desire. There is in one, the whole living is a process of contradiction. Contradiction means to do something and think something else. I am, but I would like to be something else, so, there is contradiction. On that, lots of philosophies are based. Right? Duality is based. Advaita, Dvaita, I don't know whatever that may be. I question whether there is duality at all. K: Pupulji, kita semua tahu suatu kontradiksi itu apa. Kita tidak harus - Saya mau, saya tidak mau. Saya ingin, saya tidak menginginkan. Ada dalam satu, seluruh kehidupan adalah suatu proses kontradiksi. Kontradiksi artinya melakukan sesuatu dan memikirkan sesuatu yang lain. Saya begini, tapi saya ingin menjadi sesuatu yang lain, jadi, ada kontradiksi. Padanya, banyak filsafat yang mendasarinya. Benar? Beralaskan dualitas. Advaita, Dvaita, saya tidak tahu apa pun itu. Saya mempertanyakan apakah dualitas benar ada.
32:28 GS: But we always keep asking you.

K: Darling, wait! Right, sir? I know there is darkness and light, man and woman, tall and short and so on. What is duality? Something opposite to what is. I'm putting it in my own simple language. 'What is' cannot be understood, cannot be resolved, so thought invents the opposite. Then the conflict arises, there's a contradiction. If I could dissolve the problem of something, without the opposite, there is no contradiction. Am I making myself clear? I'm violent. I've invented non-violence. If there was no such an ideal or opposite, there is only what is. I am unhappy. I am unhappy and I want to be happy. There's a contradiction, immediately. But if I understood the nature of unhappiness, looking at it, living with it, letting it move, seeing what it is - the story of it, then I may accept the whole story and live with unhappiness or, with the understanding of the causation, I'm out of it. There is no - to me - psychological opposite. Subject to going into contradiction and the investigation.
GS: Tapi kami selalu bertanya pada Anda.

K: Sayang, tunggu! Benar, Tuan? saya tahu ada kegelapan dan terang, pria dan wanita, tinggi dan pendek dan sebagainya. Apakah dualitas itu? Sesuatu yang berlawanan dengan yang ada. Saya menyusunnya dalam bahasa saya yang sederhana. 'Apa adanya' tidak bisa dipahami, tidak bisa diselesaikan, jadi pikiran menciptakan lawannya. Lalu konflik muncul, ada kontradiksi. Jika saya bisa mengakhiri masalah dari sesuatu, tanpa lawannya, kontradiksi tiada. Apakah saya membuat diri saya jelas? Saya keras. Saya telah menemukan non-kekerasan. Jika tidak ada yang ideal atau yang berlawanan, yang ada hanya apa adanya. Saya tidak bahagia. Saya tidak bahagia dan saya ingin bahagia. Ada kontradiksi, dengan seketika. Tetapi jika saya memahami hakikat dari ketidakbahagiaan, melihatnya, hidup dengan itu, membiarkannya bergerak, melihat apa itu - kisahnya, maka saya dapat menerima keseluruhan kisah... dan hidup dengan ketidakbahagiaan, atau, dengan pemahaman tentang penyebabnya, saya berada di luar itu. Tidak ada - bagi saya - lawan psikologisnya. Tunduk pada kontradiksi dan penyelidikannya.
34:47 PJ: There's no psychological opposite. PJ: Tidak ada lawan psikologisnya.
34:50 K: At all. K: Sama sekali.
35:01 Ravi Ravindra: I wish to seek some clarification on this. Not merely a linguistic game, but it seems to me you've already assumed a conclusion.

K: I've not assumed it.
Ravi Ravindra: Saya ingin mencari klarifikasi tentang ini. Bukan hanya suatu permainan linguistik, tapi menurut saya, Anda sudah mengambil kesimpulan.

K: Saya tidak mengasumsikan itu.
35:23 RR: Let me say how I see it. Supposing one said that reality are, what are, are. Why does one say 'what is'? The moment one says what is, then one immediately says there's unity and change from it is duality and contradiction. RR: Izinkan saya mengatakan bagaimana saya melihatnya. Seandainya orang berkata bahwa realitas adalah, apa adalah, adalah. Mengapa orang mengatakan 'apa adanya'? Saat mengatakan apa adanya, lalu orang langsung mengatakan adanya kesatuan.... dan perubahan darinya adalah dualitas dan kontradiksi.
35:47 K: No, sir. I don't think... K: Tidak, Tuan. Saya tidak berpikir...
35:51 RR: Maybe I've not have understood what you're saying. RR: Mungkin saya belum mengerti apa yang Anda katakan.
35:54 K: I'm not contradicting you. Perhaps explaining. I am envious. Right? Envy is comparison, measurement. Right? I'm envious. Then, I have been told from childhood or because I read some stupid religious book which says, 'Don't be covetous'. So, the book I accept, the condition and so on I accept, and then I have a battle, struggle, strive between envy and 'I should not be envious'. I am saying, I may be mistaken, subject to all your corrections, that the 'must not be' is merely a non-reality. Right? The 'must not', the 'should not'. K: Saya tidak menentang Anda. Mungkin menjelaskan. Saya sirik. Betul? Sirik adalah pembandingan, pengukuran. Betul? Saya sirik. Lalu, saya telah diberitahu sejak kecil... atau karena saya membaca buku agama tertentu yang bodoh, yang mengatakan, 'Jangan sirik'. Jadi, buku saya terima, syarat dan sebagainya saya terima, dan lalu saya bertempur, berjuang, berusaha... antara iri hati dan 'Saya seharusnya tidak iri'. Saya berkata, saya mungkin salah, tunduk pada semua koreksi Anda, bahwa 'seharusnya tidak' hanyalah suatu non-realitas. Benar? 'seharusnya tidak', 'tidak boleh'.
37:06 RR: It seems an ethical reality.

K: No, no. Ethical reality is only 'I am envious'. To be ethical, there must be freedom from envy. Right? I cannot be free if I pursue the opposite. I don't know, I may be wrong.
RR: Itu sepertinya suatu kenyataan etis.

K: Tidak, tidak. Realitas etis hanyalah 'Saya sirik'. Agar etis, harus ada kebebasan dari kesirikan. Benar? Saya tidak bisa bebas jika saya mengejar yang sebaliknya. Saya tidak tahu, saya mungkin salah.
37:34 RR: If I may just stay with this, because it will help me understand. I see I am envious. RR: Jika saya boleh sekadar tetap dengan ini, karena akan membantu saya mengerti. Saya melihat saya sirik.
37:46 K: Stay there! Stay there. K: Tetaplah berada di situ! Tetap di situ.
37:54 Radha Burnier: Sir, it sounds as if there are the 'I' and the opposites. But the opposites are the 'I'. Radha Burnier: Tuan, kedengarannya ada 'saya' dan lawan-lawannya. Tapi lawan-lawannya adalah 'saya'.
38:05 K: Therefore, there is only - if one opposite... Is the opposite born from its own opposite? Wait, wait, wait. Right, sir? Would you agree to that? K: Karena itu, hanya ada - jika satu lawannya... Apakah lawannya itu lahir dari lawannya sendiri? Tunggu, tunggu, tunggu. Benar, Tuan? Apakah Anda setuju?
38:22 GS: I would like to hear the next sentence. GS: Saya ingin mendengar kalimat berikutnya.
38:25 K: You're all so damn clever, that's what's the matter. Would you admit that any opposite - let's take good and evil. If evil is the opposite of the good, then the good still contains the evil. Somebody agree with me, for God's sake. K: Kalian semua sangat pintar, itulah masalahnya. Apakah Anda akan mengakui bahwa setiap lawan dari apa pun- mari kita ambil baik dan jahat. Jika kejahatan berlawanan dengan kebaikan, maka kebaikan masih mengandung kejahatan. Seseorang setuju dengan saya? Demi Tuhan.
39:01 GS: I completely agree with you.

K: You mean it?
GS: Saya setuju sepenuhnya dengan Anda.

K: Anda serius?
39:05 GS: Yes, I completely agree.

K: If you really mean it, then there is only envy, nothing else. Right? Then the problem arises, is it possible to be free,
GS: Ya, saya setuju sepenuhnya.

K: Jika Anda sungguh-sungguh, maka hanya ada rasa sirik, tidak ada yang lain. Benar? Kemudian masalahnya muncul, apakah mungkin untuk bebas.
39:27 K: But to be free of it, which is totally different from being... K: Tetapi untuk bebas darinya, yang sama sekali berbeda dari menjadi...
39:33 GS: I speak for myself and Ravindra, saying that we are concerned that at that time we are not even concerned about our envy. You say, 'Be there. Be with envy. Therefore, you are free of envy'. GS: Saya berbicara untuk diri saya sendiri dan Ravindra, mengatakan bahwa kami prihatin, bahwa pada saat itu kami bahkan tidak peduli dengan rasa sirik kami. Anda berkata, 'Beradalah di situ. Beradalah dengan sirik. Karena itu, Anda bebas dari rasa sirik '.
39:48 K: No, no, no. No! Then the whole problem arises, can you look at envy without the idea, the constant repetition of parents - 'Don't be envious'? Can I be free to look at envy, a word, associated with the past so that the past doesn't interfere with my observation? All that's implied! Not just, 'Stay with it'. That means nothing. K: Tidak, tidak, tidak. Tidak! Lalu seluruh masalah muncul, dapat- kah Anda memandang sirik tanpa ide, pengulangan terus-menerus dari orangtua - 'Jangan iri'? Dapatkah saya bebas untuk melihat sirik, yang adalah sebuah kata, terkait dengan masa lalu, agar masa lalu tidak mengganggu pengamatan saya? Semua itu tersirat! Bukan hanya, 'Tetaplah dengan itu'. Itu tidak ada artinya.
40:27 RR: That is the crucial point. If we can stay with this, I'd feel all this has been worthwhile. Otherwise, we just talk words. It never seems to have clarification. Can we stay with this staying? RR: Itu poin yang krusial. Jika kita bisa tetap dengan ini, saya akan merasa semua ini berharga. Jika tidak, kita hanya berbicara dengan kata-kata. Sepertinya tidak pernah ada klarifikasi. Bisakah kita tetap berada dengan menetap ini?
40:45 K: Ask them, sir. I'm willing to go through all this business. K: Tanya mereka, Tuan. Saya bersedia menjalani semua bisnis ini.
40:50 RR: Can we stay with the staying? Please, agree. George agrees.

GS: I agree with you.
RR: Bisakah kita tetap dengan menetap ini? Tolong, setujui. George setuju.

GS: Saya setuju dengan Anda.
40:56 PJ: What is meant by staying with the staying? PJ: Apa yang dimaksud dengan tetap dengan menetap ini?
41:00 K: I said that. K: Saya katakan itu.
41:01 PJ: When he says, can we stay with the staying. PJ: Ketika dia bilang, dapatkah kita tetap dengan menetap ini.
41:06 K: I said that. He's repeating what I said. K: Saya mengatakan itu. Dia mengulang apa yang saya katakan.
41:10 PJ: But I'm asking him what is meant by that. PJ: Tapi saya tanya pada dia apa yang dimaksud dengan itu.
41:13 RR: What is the nature of this staying? Because it seems everything is resolved in this staying. Insight is in this staying, understanding is in this staying, intelligence is in this staying, as far as I can understand it. RR: Apa sifat dari menetap ini? Karena sepertinya semuanya sudah diselesaikan dalam menetap ini. Wawasan ada di dalam menetap ini, pemahaman ada di dalam menetap ini, kecerdasan ada dalam menetap ini, sejauh yang saya bisa pahami.
41:31 PJ: If I may ask Krishnaji. In my mind, there is a rising of jealousy. Rising of jealousy. You seem to imply that there is an interval after that, when you say 'staying with jealousy', can I remain with jealousy, not move from jealousy? PJ: Jika saya boleh bertanya pada Krishnaji. Dalam batin saya, ada kebangkitan kecemburuan. Bangkitnya kecemburuan. Anda sepertinya menyiratkan, bahwa ada waktu jeda setelah itu, ketika Anda mengatakan 'menetap dengan cemburu', bisakah saya tetap dengan cemburu, tidak menggeser dari cemburu?
42:11 K: Would you kindly, as you pay so much attention to Gödel, also, pay a little attention to what I'm saying? I'm not Mr. Gödel. I'm just an ordinary layman. K: Maukah Anda, karena Anda begitu besar menaruh perhatian pada Gödel, juga, menaruh sedikit perhatian pada apa yang saya katakan? Saya bukan Tuan Gödel. Saya hanya orang awam biasa.
42:27 PJ: You did say, Krishnaji.

K: Wait, wait. Give equal attention, equal thought, equal discussion as you do with Gödel, with this poor chap from Madanapalle.
PJ: Anda memang katakan, Krishnaji.

K: Tunggu, tunggu. Berikan perhatian yang sama, pemikiran yang sama, diskusi yang sama seperti yang Anda lakukan dengan Gödel, dengan pria malang dari Madanapalle ini.
42:47 PJ: Sure, sir. PJ: Tentu, Tuan.
42:51 K: Or Timbuktu would be just as good. I hate the words, 'I am saying', but you will understand, I'm saying that there is no psychological opposite. The psychological opposite is an illusion, it has no reality. K: Atau Timbuktu akan sama baiknya. Saya benci kata-kata, 'Saya berkata', tetapi Anda akan mengerti, Saya mengatakan bahwa tidak ada lawan psikologisnya. Lawan psikologis adalah ilusi, ia tidak memiliki realitas.
43:17 PJ: I would say, yes.

K: You would agree?
PJ: Saya akan menjawab ya.

K: Anda setuju?
43:22 PJ: Yes.

K: Yes. Then there is only the arising of that sensation which we call 'envy'. That reaction of measurement - you live in Delhi and I live in Madanapalle. So, there is that measurement which is comparison. Now, is it possible for me to be free of measurement, which is the very nature of envy? Help me out, go on, sir.

GS: I was going to say, the trouble that Pupul has is the trouble we all have. It's not clear from your statement to us. Is it a statement about that which has already happened, to those for whom it has happened, or is it an instruction to those for whom it has not happened to help them?
PJ: Ya.

K: Ya. Maka hanya ada timbulnya... sensasi yang kita sebut 'iri'. Reaksi pengukuran itu... - Anda hidup di Delhi dan saya hidup di Madanapalle. Jadi, ada ukuran yang merupakan perbandingan. Sekarang, mungkinkah saya bebas dari pengukuran, yang mana adalah hakikat dari iri hati? Bantu saya, teruskan, Tuan.

GS: Saya akan mengatakan, masalah yang Pupul miliki adalah masalah yang kita semua miliki. Tidak jelas dari pernyataan Anda kepada kami. Apakah ini suatu pernyataan tentang apa yang telah terjadi, kepada mereka yang hal ini telah terjadi, atau itu suatu instruksi bagi mereka... yang hal itu tidak terjadi, untuk membantu mereka?
44:30 K: No, it has happened and it is happening for all of us, measurement. K: Tidak, hal itu sudah terjadi... dan hal itu terjadi pada kita semua, pengukuran.
44:36 K: I see you as a great scientist or a great man, and I am envious of you. It is happening all through life.

GS: But you don't mean it.
K: Saya melihat Anda... sebagai ilmuwan hebat atau orang hebat, dan saya iri pada Anda. Itu terjadi sepanjang hidup.

GS: Tapi Anda tidak bermaksud demikian.
44:56 K: I'm not envious of you, sir. You can have all the glory in the world. I'm a poor chap from that village. Or rather, just the hyphen between the philosopher and the sage. Right, sir? No, seriously. I compare. My whole life is comparison. In school it begins. More marks than - etc., in college, in university. Apparently, all living has become a measurement, which means envy. We agree to that definition. Then we have invented the idea of becoming non-envious, becoming, having no measurement. Then we struggle with having no measurement. But the speaker is saying there is no psychological opposite, only envy, and I say, 'Stay with it'. Now, what does one mean by 'staying with it'? 'Staying with it' means the word 'envy' has an enormous significance. Right? I am always comparing. To stay with it means understand the nature of measurement, the nature of becoming something, from what you are, to something else. Right? So, can one be free of the word 'envy'? The moment you use the word 'envy', you've already taken it into the past. Therefore, you're still contradicting. That's it. Got it! Yes, sir. Just a minute. If you understand, catch it really quickly. You've got a quick brain. The moment I use the word 'envy', I've already translated the feeling from the past, which is contradiction. K: Saya tidak iri pada Anda, Tuan. Anda dapat memiliki semua kemuliaan di dunia. Saya orang miskin dari desa itu. Atau lebih tepat, hanya tanda peng- hubung antara filsuf dan orang bijak. Benar, Tuan? Serius, saya membandingkan. Seluruh hidup saya adalah pembandingan. Itu dimulai di sekolah. Lebih banyak berciri daripada - dll., di perguruan tinggi, di universitas. Nyatanya, semua kehidupan sudah menjadi suatu ukuran, yang artinya, iri hati. Kita setuju dengan definisi itu. Kemudian kita menemukan ide untuk tidak iri, menjadi, tidak memiliki ukuran. Kemudian kita berjuang dengan tidak memiliki pengukuran. Tapi pembicara mengatakan, tidak ada lawan-psikologisnya, hanya iri hati, dan saya berkata, 'Tetaplah dengan itu'. Sekarang, apa yang dimaksud dengan 'tetap bersamanya'? 'Tetap bersamanya' berarti, kata 'iri hati' memiliki arti yang sangat besar. Benar? Saya selalu membandingkan. Untuk tetap bersamanya berarti memahami hakikat pengukuran, hakikat dari menjadi sesuatu, dari siapa Anda, ke sesuatu yang lain. Benar? Jadi, bisakah seseorang terbebas dari kata 'iri'? Begitu Anda menggunakan kata 'iri', Anda telah membawanya ke masa lalu. Oleh karena itu, Anda masih berkontradiksi. Itu dia. Paham! Ya, Tuan. Tunggu sebentar. Jika Anda mengerti, tangkap itu dengan sangat cepat. Anda mempunyai otak yang cepat. Saat saya menggunakan kata 'iri', Saya sudah menerjemahkan perasaan itu dari masa lalu, yang merupakan kontradiksi.
48:15 GS: The contradiction is, in fact, in retaining the past. GS:Kontradiksi itu sebenarnya adalah dalam mempertahankan masa lalu.
48:24 K: And so, can I look at that reaction without the word? You asked me what it means to stay. Without the word, without escaping, suppressing it, all that. You understand? Just to be totally aware of it, without any choice. That's what I mean by 'staying with it', in which there is no choice. An awareness that... when you translate that feeling, which is 'new', and put it back into the background of the past, you've already created the duality and therefore contradiction. And so, can you do that? Sir, I have a precious diamond, a thing that is sparkling, extraordinarily beautiful. I look at it. I don't say, 'I must have it, how beautiful', I look at it. It's a marvellous thing, without saying, 'I must have it, I mustn't', all the rest of it. What do you say, sir? K: Jadi, dapatkah saya melihat reaksi itu tanpa kata? Anda bertanya kepada saya apa artinya menetap. Tanpa kata, tanpa melarikan diri, tanpa menekannya, semua itu. Anda paham? Hanya untuk sekadar mewaspadai sepenuhnya, tanpa pilihan apa pun. Itulah yang saya maksud dengan 'tetap bersamanya', di mana tidak ada pilihan. Suatu kewaspadaan bahwa... ketika Anda menerjemahkan perasaan itu, yang adalah 'baru', dan mengembalikannya ke latar belakang masa lalu, Anda telah menciptakan dualitas dan karenanya kontradiksi. Jadi, bisakah Anda melakukan itu? Tuan, saya memiliki berlian yang berharga, sesuatu yang berkilau, luar biasa indah. Saya lihat padanya. Saya tidak mengatakan, 'Saya harus memilikinya, betapa indahnya', Saya lihat padanya. Itu merupakan sesuatu yang luar biasa, tanpa mengatakan, 'Saya harus memili- kinya, saya tidak boleh', semua itu. Pandangan Anda bagaimana, Tuan?
50:17 GS: Earlier, when you talked about measurement, we thought you are talking about the future, 'I am envious now, I would like to create an image of myself not being envious'. But you're now saying that it is not the future which is dangerous, but the past.

K: Yes.
GS: Sebelumnya, ketika Anda berbicara tentang pengukuran, kami pikir Anda sedang berbicara tentang masa depan, 'Saya iri sekarang, Saya ingin membuat imaji tentang diri saya yang tidak iri '. Tapi Anda sekarang mengatakan bahwa bukan masa depan yang berbahaya, tapi masa lalu.

K: Ya.
50:35 GS: The moment you say, 'I am envious, or I have been envious', by naming it, by keeping it apart from me, I have created an object, and I'm staying there instead of going on wherever I should be going. GS: Saat Anda berkata, 'Saya iri, atau saya pernah iri', dengan menamainya, dengan memisahkannya dari diri saya, saya telah menciptakan sebuah objek, dan saya tinggal di sana alih-alih pergi ke mana pun saya harus pergi.
50:50 K: That is the contradiction.

GS: That's the contradiction.
K: Itu kontradiksinya.

GS: Itu kontradiksinya.
50:57 PJ: May I ask? PJ: Bolehkah saya bertanya?
50:59 RR: Can we pursue this?

K: Oh, pursue it.
RR: Bisakah kita meneruskan ini?

K: Oh, teruskan.
51:10 K: Not change.

RR: I'm not thinking of change. I'm just a little concerned that there are certain words that are not allowed in here, so I'm trying to use some others. A quality of attention, in which time does not play a part.
K: Tidak merubah.

RR:Saya tidak memikir untuk merubah. Saya hanya sedikit prihatin bahwa ada kata-kata tertentu... yang tidak diperbolehkan di sini, jadi saya coba gunakan kata-kata yang lain. Suatu kualitas perhatian, dalam mana waktu tidak berperan.
51:35 K: Past is the time.

RR: Either past or future. Rightly or wrongly, practically all classical disciplines say that this quality of attention can be developed.
K: Masa lalu adalah waktu.

RR: Baik masa lalu atau masa depan. Benar atau salah, secara praktis semua disiplin klasik berkata, bahwa kualitas perhatian ini dapat dikembangkan.
51:54 K: Ah! The moment... You got it? K: Ah! Saat... Anda paham?
51:59 GS: I got it but it is a problem which we all have. You would not want me to quote, but in Patanjali - I won't quote. The very first 'sutra' makes a certain statement as to what yoga is. The question is, can you get there? Or are you already there? If you're already there, you don't need the book. If you can't get there, then you need the book, but you're not getting there, you only have the book. In the same sense, here, the statement seems to be, 'Don't have a past'. If you have a past, then you're keeping on looking at it, and instead of going, you are staying there, 'I'm still far from the destination, I want to go somewhere, I'm here'. But our question is that a lot of good people here, all of us, we seem to be not wanting to be envious, and when we are envious, we're unhappy. We don't think it is right. We don't always get out of it. Sometimes we do, mostly we don't. Is it that we are forever destined to be here? GS:Saya menangkapnya tetapi itu ada- lah masalah yang kita semua miliki. Anda tidak ingin saya mengutip, tetapi di Patanjali - saya tidak akan mengutip. 'Sutra' yang paling pertama membuat pernyataan tertentu.... tentang apa itu yoga. Pertanyaannya adalah, bisakah Anda sampai di sana? Atau apakah Anda sudah di sana? Jika Anda sudah berada di sana, Anda tidak membutuhkan bukunya. Jika Anda tidak bisa ke sana, maka Anda membutuhkan bukunya, tetapi Anda tidak sampai di sana, Anda hanya memiliki bukunya. Dalam pengertian yang sama, di sini, pernyataan itu sepertinya, 'Tidak punya masa lalu'. Jika Anda memiliki masa lalu, maka Anda terus akan melihatnya, dan alih-alih pergi, Anda tinggal di sana, 'Saya masih jauh dari tujuan, saya ingin pergi ke suatu tempat, saya di sini.' Tapi pertanyaan kami adalah, banyak orang baik di sini, kami semua, kita sepertinya tidak ingin iri, dan saat kita iri, kita tidak bahagia. Kami pikir itu tidak benar. Kami tidak selalu keluar dari situ. Terkadang kami melakukannya, sebagian besar tidak. Apakah kami selamanya ditakdirkan untuk berada di sini?
53:14 K: No, I think we are slack.

GS: We are slack.
K: Tidak, saya pikir kita kendur.

GS: Kami lamban.
53:18 RR: Precisely. Now we're getting somewhere. He's repeating the same thing. RR: Tepat sekali. Sekarang kita pergi ke suatu tempat. Dia mengulangi hal yang sama.
53:46 K: No, sir. No, sir. Just a minute, sir. Dr. Sudarshan makes a statement, 'Stay with it'. He explains what it means. Right? Did you actually listen to him? K: Tidak, Tuan. Tidak Tuan. Tunggu sebentar, Tuan. Dr. Sudarshan membuat pernyataan, 'Tetaplah bersamanya'. Dia menjelaskan apa artinya. Benar? Apakah Anda benar-benar mendengarkan dia?
54:07 RR: I think so. This is always the problem. RR: Saya kira begitu. Ini selalu masalahnya.
54:11 K: He is making a statement, 'Stay with it'. He explained what it means. Have I listened to him, so that what he is saying - not the words - the reality of what he is saying. You understand? Have I seen the truth of it, or whatever words you like to use, or I'm discussing in my mind, 'I wonder if he's right, Do you listen? K: Dia membuat pernyataan, 'Tetaplah dengannya'. Dia menjelaskan apa artinya. Apakah saya mendengarkan dia, sehingga apa yang dia katakan... - bukan kata-katanya - realitas dari apa yang dikatakannya. Anda paham? Apakah saya lihat kebenarannya, atau kata apa pun yang Anda suka pakai, ataukah saya berdiskusi dalam batin saya, 'Saya bertanya-tanya apakah dia benar, Apakah Anda mendengarkan?
54:59 RR: Krishnaji, the difficulty seems to be, whatever you say, I listen sometimes.

K: No, no. Now! I'm asking you, sir, have you listened to what Dr. Sudarshan says? He says something. Is your heart in it? Or only the mind that is listening, the idea, listening is forming the idea. And the idea is not what he is saying!
RR: Krishnaji, tampaknya kesu- litannya, apapun yang Anda katakan, Saya kadang-kadang mendengarkan.

K: Tidak, tidak. Sekarang! Saya bertanya kepada Anda, Tuan, apakah Anda sudah mendengarkan apa yang dikatakan Dr. Sudarshan? Dia mengatakan sesuatu. Apakah ada kepekaan Anda di dalamnya? Ataukah hanya batin yang mendengarkan, idenya, mendengarkan membentuk ide. Dan idenya bukanlah apa yang dia katakan!
55:42 AC: Sir, I think that's a very unfair question. AC: Tuan, menurut saya itu pertanyaan yang sangat tidak adil.
55:46 K: What is unfair?

AC: Your question, because any answer to that has to be wrong. Any answer to that question is wrong.
K: Apa yang tidak adil?

AC: Pertanyaan Anda, karena jawaban apa pun pasti salah. Setiap jawaban atas pertanyaan itu salah.
55:55 K: Why?

AC: It is based on memory.
K: Mengapa?

AC: Ini didasarkan pada memori.
55:57 K: No. Asit, just a minute.

AC: Yes. Yes, sir! Is listening based on memory? That's all I am saying. You say all listening is based on memory.
K: Tidak. Asit, tunggu sebentar.

AC: Ya. Ya Tuan! Apakah mendengarkan berdasarkan me- mori? Itu saja yang saya katakan. Anda mengatakan semua mendengarkan didasarkan pada memori.
56:13 AC: No, I said when you ask him a question, 'Have you listened?' any answer he gives has to be wrong, sir. AC: Tidak, saya berkata ketika Anda mengajukan pertanyaan kepadanya, 'Apakah Anda mendengarkan?' jawaban apapun yang dia berikan pasti salah, Tuan.
56:20 K: No! He made a statement - 'X', and he explains it, very carefully. To him it is a reality, which means I must be at the same level, at the same time, with the same intensity. Otherwise it's just words. The word then is merely an idea. Now, can I meet him? That's my question. K: Tidak! Dia membuat pernyataan - 'X', dan dia menjelaskannya dengan sangat hati-hati. Baginya itu adalah kenyataan, yang berarti saya harus berada di level yang sama, pada saat yang sama, dengan intensitas yang sama. Kalau tidak, itu hanya kata-kata. Lalu kata itu hanyalah sebuah gagasan. Sekarang, bisakah saya bertemu dengannya? Itu pertanyaan saya.
57:02 AC: No, sir, your question is, did you meet him? AC: Tidak Tuan, pertanyaan Anda ada- lah, apakah Anda bertemu dengan dia?
57:06 K: I did.

AC: How do you know?
K: Benar, saya lakukan.

AC: Bagaimana Anda tahu?
57:10 K: What he said is true. Therefore, it's not mine or his. K: Apa yang dia katakan itu benar. Oleh karenanya, itu bukan milik saya atau milik dia.
57:14 AC: No, when you ask that question, it is already in the past tense. AC:Tidak, ketika Anda mengajukan per- tanyaan itu, itu sudah di waktu lalu.
57:19 K: Don't quibble over it, Asit.

AC: No, it's important, sir. Because then you're immediately out of it, again.
K: Jangan berdalih, Asit.

AC: Tidak, ini penting Tuan. Karena dengan begitu Anda langsung keluar dari itu, lagi.
57:27 K: No. Would you - You made a statement, just now. Can a human being live without contradiction? Right? How do I receive that question? How do I approach that question? Right, sir? I don't want to talk all the time, somebody jump in, help me out. That's my question, which is basically his question, how do I approach a question? K: Tidak. Maukah Anda - Anda baru saja membuat pernyataan. Bisakah manusia hidup tanpa kontradiksi? Benar? Bagaimana saya menerima pertanyaan itu? Bagaimana saya mendekati pertanyaan itu? Benar, Tuan? Saya tidak ingin berbicara sepanjang waktu, seseorang masuk, bantu saya. Itulah pertanyaan saya, yang pada dasarnya adalah pertanyaan dia, bagaimana cara saya mendekati suatu pertanyaan?
58:21 PJ: May I say something, sir? The basic contradiction, then, is not greed or becoming but the way the mind listens or sees. That's the contradiction. There is a contradiction there, because when you bring in greed or envy or anything, the attention moves to greed or envy, and not to this state. PJ: Bolehkah saya mengatakan sesuatu Tuan? Kontradiksi dasar, lalu, bukanlah keserakahan atau keinginan menjadi sesuatu, tetapi cara batin mendengarkan atau melihat. Itulah kontradiksinya. Ada kontradiksi disana, karena ketika Anda membawa kese- rakahan atau iri hati atau apapun, perhatian bergerak ke keserakahan atau iri hati, dan tidak ke keadaan ini.
58:58 K: Forgive me, Pupulji. Have you answered my question? He made a statement, Gödel and you all made a statement, 'Human beings live in contradiction'. Right? Our minds and all that, live in contradiction. Contradiction exists when there is a division. Right? Where there is a division, time exists. The very nature of time is to divide and disperse and all the rest of it. Right, sir? Now, I listen to that, and I say, is there a contradiction in me? Just a minute, follow it. And I see there is. Right? And he goes on to tell me what is the nature of contradiction and I'm watching in myself the movement of contradiction. Are you following what I'm saying? I hope you are. I'm watching it. I'm not denying it, not accepting it, I'm watching the nature of contradiction. I realise contradiction only exists when there is an opposite. The opposite is created, as we said, by the past, dividing time as the past, present and future, dividing time as the fact and contradiction to that fact. I see all that, instantly. Immediately, I see how extraordinary that is. Right, sir? I may be wrong, I may be in a state of illusion. If I may mention, Napoleon, when he was fighting the Austrians - I used to read as a boy, for fun - his battles, he told the General his order, and the General had to be with him right to the last word. Right? Otherwise - the General had to meet Napoleon at the same level, at the same time, with the same passion. Then the message was not Napoleon's - it was a message. K: Maafkan saya, Pupulji. Sudahkah Anda menjawab pertanyaan saya? Dia membuat pernyataan, Gödel dan Anda semua membuat pernyataan, 'Manusia hidup dalam kontradiksi'. Benar? Batin kita dan semua itu, hidup dalam kontradiksi. Kontradiksi terjadi jika ada pembagian. Benar? Di mana ada pembagian, waktu ada. Hakikat waktu adalah untuk membelah dan membubarkan serta semua lainnya. Benar, Tuan? Sekarang, saya mendengarkan itu, dan saya berkata, apakah ada kontradiksi dalam diri saya? Tunggu sebentar, ikuti. Dan saya melihat ada. Benar? Dan dia selanjutnya memberi tahu saya apa sifat kontradiksi... dan saya mengamati dalam diri saya gerak kontradiksi. Apakah Anda mengikuti apa yang saya katakan? Saya harap demikian. Saya sedang mengamatinya. Saya tidak menyangkalnya, tidak menerimanya, Saya mengamati sifat kontradiksi. Saya memahami kontradiksi hanya ada jika ada suatu oposisi. Oposisi itu diciptakan, seperti yang kami katakan, oleh masa lalu, membagi waktu sebagai masa lalu, sekarang dan masa depan, membagi waktu sebagai fakta dan kontradiksi terhadap fakta tersebut. Saya melihat semua itu, secara instan. Seketika, saya melihat betapa luar biasanya hal itu. Benar, Tuan? Saya mungkin salah, saya mungkin dalam keadaan ilusi. Jika boleh saya sebutkan, Napoleon, ketika dia melawan Austria... -saya, selagi anak muda, biasa memba- ca untuk kesenangan - pertempurannya, dia beritahu perintahnya kepada Jedralnya, dan Jenderal harus bersamanya sampai kata terakhir. Benar? Jika tidak - Jenderal harus bertemu Napoleon pada level yang sama, pada saat yang sama, dengan gairah yang sama. Maka pesan itu bukan milik Napoleon - itu adalah pesan.
1:01:53 PJ: Sir, this I understand.

K: Ah, ah, ah. No!
PJ: Tuan, ini saya mengerti.

K: Ah, ah, ah. Tidak!
1:01:59 PJ: No, please listen, sir. This I understand. When you say, 'Can you look at jealousy without the word?' Please listen to what I'm saying.

K: That's all explanations.
PJ: Tidak, tolong dengarkan, Tuan. Ini saya mengerti. Ketika Anda berkata, 'Bisakah Anda melihat cemburu tanpa kata?' Tolong dengarkan apa yang saya katakan.

K: Semua itu penjelasan.
1:02:14 AC: Sir, if I were to ask you, 'Are you listening?', would you answer that question?

K: Yes.
AC: Tuan, jika saya bertanya, 'Apakah Anda mendengarkan?', maukah Anda menjawab pertanyaan itu?

K: Ya.
1:02:27 RR: Sir, then I wish to take it from here. RR: Tuan, kalau begitu saya mau ambil dari sini.
1:02:33 K: Including myself. K: Termasuk saya sendiri.
1:02:35 RR:...have been conversing with you, arguing with you and in my case, I would even say fighting with you, for many years.

K: Why?
RR: ...telah berbicara dengan Anda, berdebat dengan Anda dan dalam kasus saya, saya katakan, bahkan berkelahi dengan Anda, selama bertahun-tahun.

K: Mengapa?
1:02:52 RR: Shall I tell you honestly? I think I'm in love with you. RR: Akan saya beritahu Anda dengan jujur? Saya pikir saya sayang Anda.
1:02:56 K: What?

RR: I'm in love with you. And you frustrate me to the nth degree. But I can't get away. This is why I am listening to you.

K: Fall in love with somebody else.
K: Apa?

RR: Saya sayang pada Anda. Dan Anda membuat saya frustrasi sampai tingkat ke-n. Tapi saya tidak bisa kabur. Inilah kenapa saya mendengarkan Anda.

K: Cintalah orang lain.
1:03:24 RR: But I still really wish to come to this question. Every time I have been with you, somebody, including myself, raises more or less the same question. You say you listen to us, and I accept it. But I don't really have the impression that you understand my difficulty. RR: Tapi saya masih sangat ingin sampai pada pertanyaan ini. Setiap kali saya bersama Anda, seseorang, termasuk saya, mengajukan pertanyaan yang kurang lebih sama. Anda mengatakan Anda mendengarkan kami, dan saya menerimanya. Tapi saya tidak benar-benar mendapat kesan, bahwa Anda memahami kesulitan saya.
1:03:50 K: Oh, yes, sir. What is the difficulty? I'm asking most seriously, sir, I'm not trying to quibble over it. What is my difficulty? You say to me, 'Stay with it'. I don't quite understand the meaning of that, or the implications of it, so you have explained to me. Don't escape, don't put it in, etc. And I find it terribly difficult to do that. Right? And I say, why? Why is it difficult? Go on, sir.

RR: In my case, the mind is like a monkey, it's running around.
K: Oh, ya, Tuan. Apa kesulitannya? Saya bertanya dengan sangat serius, Tuan, saya tidak mencoba berdalih tentang itu. Apa kesulitan saya? Anda berkata kepada saya, 'Tetaplah dengan itu'. Saya tidak begitu paham artinya, atau implikasinya, jadi Anda telah menjelaskan ke saya. Jangan kabur, jangan disimpan, dll. Dan saya merasa sangat sulit untuk melakukan itu. Benar? Dan saya katakan, mengapa? Kenapa sulit? Teruskan, Tuan.

RR: Dalam kasus saya, pikiran itu seperti monyet, ia berlarian.
1:04:42 GS: I think I can say something which I have just understood. I've also had the same problem of the continuing, frustrating love affair with Krishnaji. GS:Saya rasa saya bisa mengatakan se- suatu yang baru saja saya pahami. Saya juga punya masalah yang sama, tentang hubungan cinta yang ber- kelanjutan dan membuat frustasi... dengan Krishnaji.
1:04:53 K: For God's sake! K: Demi Tuhan!
1:04:58 GS: What he said seems to be a very peculiar answer between lines with regard to the question, 'How do we get there?'. Also, for the first time, I think I understand what he meant by, 'Don't listen to anybody', and then keep on talking. I've always worried about it - why does he keep on saying, 'Listen to me. Don't listen to anybody'. The point is that the listening must be a process which begins in listening but ends in not listening. You have to be there. In a sense, it is an instruction, even though he likes to say, 'Asit, there is no process'. The process is indescribable. Secondly, when it is listened with that total attention, there is no one who speaks. It is the truth. It is, and you are in it, you are at it, you are with it, it is around you, it is surrounding you, and therefore, there is no one to whom you are listening. You're not, therefore, going to do something, 'Yes, I understand now, therefore, I am going to...' It's not 'going to do something', you have seen it. Now, you may say 'No, I haven't seen it'. But attention is the only process that you can do. And it's not a process, because it is not a step-by-step thing. And it should not become part of one's knowledge, it is not something that Krishnaji has told us, or something that we have asked him, or that we have understood. It is something. Now, of course, the moment of clarity is rapidly fading, but the point is that it is not a process in the ordinary sense. Therefore, one has to read between the lines. And it is the sound, the words - not even the idea. Let me say 'shabda', he doesn't like Sanskrit words, but the sound, the reverberating sound. It covers you up. It becomes so complete that there's no seeing it as different from you, no question of it being a step-by-step thing. But it is something that just is at that moment. GS: Apa yang dia katakan sepertinya... suatu jawaban yang sangat aneh yang tersirat di antara garis-garis... berkenaan dengan pertanyaan, 'Bagaimana kita sampai di sana?'. Juga, untuk pertama kalinya, saya rasa saya paham apa yang dia maksud, 'Jangan dengarkan siapa pun', dan kemudian terus berbicara. Saya selalu khawatir tentang itu - mengapa dia terus berkata, 'Dengarkan saya. Jangan dengarkan siapa pun '. Intinya adalah, mendengarkan haruslah sebuah proses yang dimulai dengan mendengarkan... tetapi berakhir dengan tidak mendengarkan. Anda harus berada di situ. Dalam arti tertentu, itu adalah in- struksi, meski dia suka mengatakan, 'Asit, tidak ada proses'. Prosesnya tidak bisa dilukiskan. Kedua, ketika didengarkan dengan perhatian total itu, tidak ada orang yang berbicara. Ini adalah kebenaran. Benar, dan Anda berada di dalamnya, Anda sedang melakukannya, Anda bersamanya, itu ada di sekitar Anda, itu mengelilingi Anda, dan oleh karena itu, tidak ada seo- rang pun yang Anda dengarkan. Oleh karena itu, Anda tidak akan melakukan sesuatu, 'Ya, saya mengerti sekarang, oleh karena itu, saya akan...' Itu tidak 'akan melakukan sesuatu', Anda telah melihatnya. Sekarang, Anda mungkin berkata 'Tidak, saya belum melihatnya'. Tetapi perhatian adalah satu-satunya proses yang dapat Anda lakukan. Dan ini bukan proses, karena ini bukan hal selangkah demi selangkah. Dan itu seharusnya tidak menjadi bagian dari pengetahuan seseorang, ini bukanlah sesuatu yang dikatakan oleh Krishnaji kepada kita, atau sesuatu yang telah kita tanyakan padanya, atau yang telah kita pahami. Itu adalah sesuatu. Sekarang, tentu saja, momen kejelasan dengan cepat memudar, tetapi intinya adalah bahwa ini bukanlah proses dalam arti biasa. Oleh karena itu, seseorang harus membaca yang tersirat. Dan itu adalah suaranya, kata- katanya - bahkan bukan idenya. Izinkan saya mengatakan 'shabda', dia tidak suka kata-kata Sansekerta, tapi suaranya, suara yang bergema. Itu melingkupi Anda. Itu menjadi demikian lengkapnya... sehingga tiada pandangan hal itu berbeda dari Anda, tidak mungkin itu merupakan hal selangkah demi selangkah. Tetapi itu adalah sesuatu yang baru pada saat itu.
1:07:29 RR: George, you know and I know, you can use all the right words. I can use all the right words. I can give lectures on Krishnamurti. That doesn't help. The fact is, if you don't know this - let me speak about myself - I don't feel that I have this radical insight, or this perception. I may occasionally have a taste of something but then it's not there. The words are all very nice, I can read many books. But there is only - in this audience here, there is only one cat with the meat. Sorry, this is a wrong metaphor in a vegetarian assembly. RR: George, Anda tahu dan saya tahu, Anda dapat menggunakan semua kata yang tepat. Saya bisa menggunakan semua kata yang tepat. Saya bisa memberi ceramah tentang Krishnamurti. Itu tidak membantu. Faktanya adalah, jika Anda tidak mengetahui hal ini, - biarkan saya berbicara tentang diri saya - Saya tidak merasa memiliki wawasan radikal, atau persepsi ini. Saya terkadang boleh jadi merasakan sesuatu, tapi kemudian tidak ada. Kata-katanya sangat bagus, saya bisa membaca banyak buku. Tapi hanya ada - pada para hadirin ini di sini, dagingnya hanya ada pada satu kucing. Maaf, ini adalah metafora yang salah dalam suatu kumpulan para vegetarian.
1:08:23 GS: You could make it the cat with the cream. GS: Anda bisa menjadikannya kucing dengan krim.
1:08:30 RR: But, he denies that he is different. Krishnaji, I'm sorry I'm being so passionate about this. RR: Tapi, dia menyangkal kalau dirinya berbeda. Krishnaji, saya minta maaf karena sa- ya demikian bersemangat tentang ini.
1:08:39 K: Sir, the question really is, if I may repeat, do we ever meet at the same level, at the same time, with the same intensity - ever? Right, sir? That's all my question. If I met you at the - then there's no problem. K: Tuan, pertanyaan sebenarnya, kalau boleh saya ulangi, apakah kita pernah bertemu pada level yang sama, pada saat yang sama, dengan intensitas yang sama--- - pernah? Benar, Tuan? Itu saja pertanyaan saya. Jika saya bertemu Anda di - maka tidak ada masalah.
1:09:01 GS: Please don't go away from there. Once we have met, please don't go away from there, I said. GS: Tolong jangan pergi dari sana. Begitu kita bertemu, tolong jangan pergi dari sana, kata saya.
1:09:15 K: Sir, what are you talking about! What is that state when - you accept the words, at the same level, at the same time, with the same intensity? Don't use the word 'attention'. Don't use the worn-out words, but find out what is that state. Would you agree that state is - I hate these words! - is love? Right, sir? Then words are not necessary. Napoleon's message to the General, the General was the message, he was carrying out the orders of Napoleon. I wonder if you understand. What are you smiling at?

AC: To carry your analysis further, after he receives Napoleon's message and carries it out, he still remains a General and Napoleon remains Napoleon, and he has to keep going back to Napoleon for messages.
K: Tuan, apa yang Anda bicarakan! Apa keadaan itu ketika -Anda menerima kata-kata, pada level yang sama, pada saat yang sama, dengan intensitas yang sama? Jangan gunakan kata 'perhatian'. Jangan gunakan kata-kata yang usang, tetapi cari tahu apa keadaan itu. Apakah Anda setuju bahwa keadaan itu adalah - Saya benci kata-kata ini! - adalah cinta? Benar, Tuan? Maka kata-kata tidak perlu. Pesan Napoleon kepada Jenderal, Jenderal adalah pesannya, dia menjalankan perintah- perintah Napoleon. Saya ingin tahu apakah Anda paham. Apa yang membuat Anda tersenyum?

AC: Untuk melanjutkan analisis Anda, setelah dia menerima pesan Napoleon dan melaksanakannya, dia tetap seorang Jenderal dan Napoleon tetap Napoleon, dan dia harus terus kembali ke Napoleon untuk menerima pesan-pesan.
1:11:04 K: No, no, no.

AC: That's the difference.
K: Tidak, tidak, tidak.

AC: Itu bedanya.
1:11:07 K: No. I understand. Of course, he is the General, but in that relationship when we meet at the same level, there is no General and Napoleon. K: Tidak. Saya mengerti. Tentu saja, dia adalah Jenderalnya, tapi dalam hubungan itu, saat kita bertemu di level yang sama, tidak ada Jenderal dan Napoleon.
1:11:24 AC: Yes, at that moment.

K: Ah, ah! Now, wait, Why do you say at that moment? Because the General has to salute, but those are all functions.
AC: Ya saat itu.

K: Ah, ah! Sekarang tunggu, Mengapa Anda mengatakan pada saat itu? Karena Jenderal harus memberi hormat, tapi itu semua adalah fungsi.
1:11:38 AC: There is that level of intensity meeting at the same level, at the same time. And then, there is a moving away from it. AC: Ada tingkat intensitas itu, bertemu di tingkat yang sama, pada waktu yang sama. Dan kemudian, ada menjauh menjauh darinya.
1:11:49 K: All right. Why does this moving away take place? Tell me. Why?

AC: I really don't know. No, sir, I really don't know. I thought a lot about it.
K: Baiklah. Mengapa gerak menjauh ini terjadi? Katakan padaku. Mengapa?

AC: Saya benar-benar tidak tahu. Tidak, Tuan, saya benar-benar tidak tahu. Saya banyak memikirkannya.
1:12:04 K: Why do I move away from something which I have seen to be extraordinarily beautiful? Why do I move away? Is it attraction, temptation? - I'm using professional words - attraction, temptation, and I can't maintain that. I move away. I've created a contradiction, right away. K: Mengapa saya menjauh dari sesuatu, yang saya luar biasa indahnya? Mengapa saya pindah? Apakah itu ketertarikan, godaan? - Saya menggunakan kata-kata profesional - daya tarik, godaan, dan saya tidak bisa mempertahankannya. Saya menjauh. Saya telah membuat kontradiksi, seketika.
1:12:44 AC: No, sir, it's not so complicated. To find out why you move away, you also have to find out how you came to that point. AC: Tidak, Tuan, masalahnya tidak begitu rumit. Untuk mengetahui mengapa Anda menjauh, Anda juga harus mencari tahu bagaimana Anda sampai pada titik itu.
1:12:52 K: You don't come to it.

AC: You do, sir.
K: Anda tidak datang ke itu.

AC: Anda datang ke itu, Tuan.
1:12:54 K: Darling, you don't come to it.

AC: Please, listen. You do come to it, sir. Please, listen.
K: Sayang, Anda tidak datang ke itu.

AC: Tolong dengarkan. Anda benar-benar datang ke itu, Tuan. Tolong dengarkan.
1:13:01 K: You don't cultivate love.

AC: Not cultivate, sir.
K: Anda tidak menumbuhkan cinta.

AC: Tidak menumbuhkan, Tuan.
1:13:06 K: Move towards it.

AC: No, sir. When I talk to you, I'm not at the same level, etc., etc. But in discussion with you, a point comes when - I might be in illusion -

K: Doesn't matter.
K: Bergerak ke itu.

AC: Tidak, Tuan. Saat saya bicara dengan Anda, saya tidak pada level yang sama, dll. Tetapi dalam diskusi dengan Anda, ada saatnya... -saya boleh jadi dalam keadaan ilusi-

K: Tidak masalah.
1:13:22 AC: I'm at the same level, at the same time, with the same intensity. Then, physically I move away and this falls down. AC: Saya berada di level yang sama, pada saat yang sama, dengan intensitas yang sama. Kemudian, secara fisik saya menjauh dan ini rontok.
1:13:29 K: Why? K: Mengapa?
1:13:31 AC: Because you had brought it to that level. AC: Karena Anda telah membawanya ke level itu.
1:13:36 K: Or, you, yourself, have come to that level. Not 'yourself'. Sir, now, just a minute. Let's go into this a little bit. Can you cultivate love?

AC: No. You can cultivate charity. You can cultivate goodness. You can cultivate every other thing, except that. If you once see that it cannot be cultivated, under any circumstances, what is left? That's what we went through, the other day. Once I see that human problems cannot be solved within the field of known, cannot be solved. If you really grasp that, you've already moved out of it. You don't say, 'How am I to move?' You have moved. In the same way, love is not cultivable. The moment you see that, you've already moved away. Love is not pleasure, not desire, love is not - all the rest of it. Right, sir? What do you mean 'move away'?
K: Atau, Anda, diri Anda sendiri, telah menca- pai tingkat itu. Bukan 'diri Anda'. Tuan, sekarang, tunggu sebentar. Mari kita dalami ini sedikit. Bisakah Anda memupuk cinta?

AC: Tidak. Anda bisa menumbuhkan amal. Anda bisa memupuk kebaikan. Anda dapat mengembangkan setiap hal lainnya, kecuali itu. Jika Anda sekali pernah melihatnya, bahwa itu tidak dapat dikembangkan, dalam keadaan apapun, apa yang tersisa? Itulah yang kita alami tempo hari. Begitu saya melihat... bahwa masalah manusia tidak dapat di- selesaikan dalam bidang yang dikenal, tidak bisa diselesaikan. Jika Anda benar-benar memahami itu, Anda sudah keluar darinya. Anda tidak berkata, 'Bagaimana saya harus bertindak?' Anda telah keluar. Dengan jalan yang sama, cinta tidak bisa dikembangkan. Saat Anda melihatnya, Anda sudah pindah. Cinta bukanlah kesenangan, bukan keinginan, cinta bukanlah - semuanya. Benar, Tuan? Apa maksud Anda 'menjauh'?
1:15:34 AC: Move away from that state of meeting you... AC: Menyingkirlah dari keadaan bertemu dengan Anda...
1:15:39 K: The moment you say, 'move away'... K: Saat Anda mengatakan, 'menyingkir'...
1:15:41 AC: Not 'move away', that state ends. AC: Bukan 'menyingkir', keadaan itu berakhir.
1:15:44 K: No! The moment you say, 'That state ends', you have created a conflict.

AC: Yes, of course. You have, sir. You have created a conflict.
K: Tidak! Saat Anda berkata, 'Keadaan itu berakhir', Anda telah membuat konflik.

AC: Ya tentu saja. Anda sudah lakukan, Tuan. Anda telah membuat konflik.
1:15:57 K: So, you've not really understood the nature of conflict. K: Jadi, Anda belum benar-benar memahami sifat konflik.
1:16:03 AC: I wouldn't say that, because in that state there is no conflict. You don't have to understand it.

K: There is no conflict.
AC:Saya tidak akan bilang begitu, ka- rena dalam keadaan itu konflik tiada. Anda tidak harus memahaminya.

K: Tidak ada konflik.
1:16:10 AC: The moment you move away, there is conflict. And you do move away. And then one meets you after some time and it occasionally comes back to that point, then moves away. Would you accept that? AC: Saat Anda menyingkir, ada konflik. Dan Anda betul menyingkir. Dan kemudian seorang bertemu Anda setelah beberapa waktu, dan sesekali kembali ke titik itu, lalu menyingkir. Maukah Anda menerimanya?
1:16:47 RW: It's confusing and it sounds like a contradiction to me. In the example of Napoleon and the General, you said there was a meeting at the same time, at the same level, with the same intensity. And then you said, that's love. RW: Ini membingungkan dan terdengar seperti kontradiksi bagi saya. Dalam contoh Napoleon dan Jenderal, Anda mengatakan ada pertemuan pada saat yang sama, pada level yang sama, dengan intensitas yang sama. Dan kemudian Anda berkata, itu cinta.
1:17:12 K: No, no, not between the General and... Later, I said, when you meet somebody at the same level, at the same time, with the same intensity, that's love. Not General and Napoleon. K: Tidak, tidak, tidak antara Jenderal dan... Kemudian, saya berkata, ketika Anda bertemu seseorang... pada level yang sama, pada saat yang sama, dengan intensitas yang sama, itulah cinta. Bukan Jenderal dan Napoleon.
1:17:35 RW: The reason this assumes some importance in my question Look, he is Napoleon, I am his General. He's telling me something very serious, thousands of lives depend on it. He is telling me that I must do something. His message is not the words, the feeling. His message is the me that's going to act. You understand?

RW: My question is, if the message that he's telling you, where you're meeting at this level
RW: Alasan mengapa ini mengambil tempat penting tertentu... dalam pertanyaan saya...

K: Lihat, dia adalah Napoleon, saya adalah Jenderal-nya. Dia memberitahu saya sesuatu yang sangat serius, ribuan nyawa bergantung padanya. Dia mengatakan kepada saya bahwa saya harus melakukan sesuatu. Pesannya bukanlah kata-kata, perasaan. Pesannya adalah si diri yang akan bertindak. Anda paham?

RW: Pertanyaan saya adalah, jika pesan yang dia sampaikan kepada Anda, di tempat Anda bertemu di tingkat ini...
1:18:33 RW: So, that example does not work. RW: Jadi contoh itu tidak tepat.
1:18:36 Q: That example was given for listening, not for love. The example that you gave was the example of how to listen. T:Contoh itu diberikan berkaitan dengan mendengarkan, bukan cinta. Contoh yang Anda berikan adalah contoh cara mendengarkan.
1:18:44 K: Listen, yes.

Q: It was not the example of love.
K: Dengar, ya.

T: Itu bukanlah contoh cinta.
1:18:46 K: Of course, not, to go and kill a million people? There was no contradiction. No! K: Tentu saja, bukan, berangkat dan membunuh satu juta orang? Tidak ada kontradiksi. Tidak!
1:18:55 RW: So the total listening between the General and Napoleon is not what you mean by love.

K: Napoleon said, 'Listen, Old Boy'. And the General has to immediately listen!
RW: Jadi mendengarkan secara total antara Jenderal dan Napoleon, bukanlah yang Anda maksud dengan cinta.

K: Napoleon berkata, 'Dengar, Old Boy'. Dan Jenderal itu harus segera mendengarkan!
1:19:18 AC: Sir, would you accept that in discussion you activate our brains and minds, enormously, bring it to a level of great intensity. You do it, and then you do communicate something. Would you accept that? AC: Tuan, dapatkah Anda menerima itu dalam diskusi, Anda mengaktifkan dengan sangat otak dan pikiran kita, membawanya ke tingkat intensitas yang tinggi. Anda melakukannya, dan kemudian Anda mengkomunikasikan sesuatu. Maukah Anda menerima itu?
1:19:39 GS: Krishnaji's point seems to be, at least as I understood it, that when the General and Napoleon, when Krishnaji and you are communicating at this level, Krishnaji is not talking to you, you are not listening to him, there is no sayer, no listener, there is only being one. Therefore, my impression is that he is simply refusing even to enter into the question, was he responsible for bringing this about. GS: Maksud Krishnaji tampaknya, setidaknya seperti yang saya pahami, bahwa ketika Jenderal dan Napoleon, ketika Krishnaji dan Anda... sedang berkomunikasi pada level ini, Krishnaji tidak sedang bicara dengan Anda, Anda tidak mendengarkan dia, tidak ada pembicara, tidak ada pendengar, hanya ada satu keberadaan. Oleh karena itu, kesan saya adalah bahwa dia tidak hanya menolak... untuk masuk ke dalam pertanyaan, apakah dia bertanggung jawab untuk mewujudkan ini.
1:20:15 AC: But it is a key question.

GS: I realise that but...
AC: Tapi itu suatu pertanyaan kunci.

GS: Saya menyadarinya tapi...
1:20:18 AC: The General does not reach that state with another General, only with Napoleon. Napoleon has created that state. Would you accept that you're doing the same thing? AC: Jenderal itu tidak mencapai keadaan itu dengan Jenderal lain, hanya dengan Napoleon. Napoleon telah menciptakan keadaan itu. Apakah Anda menerima bahwa Anda melakukan hal yang sama?
1:20:31 K: Would you accept that? Be careful, here, be careful. K: Apakah Anda menerima itu? Hati-hati, di sini, hati-hati.
1:20:36 GS: It is a very dangerous question.

K: I know. Ah, no, don't hedge about. Don't hedge about.
GS: Ini pertanyaan yang sangat berbahaya.

K: Saya tahu. Ah, tidak, jangan mengelak. Jangan mengelak.
1:20:44 GS: I do not want to answer the question on the grounds it will incriminate me. Let me get ready to talk.

K: Fifth amendment?
GS: Saya tidak mau menjawab pertanyaan itu... dengan alasan, itu akan melibatkan saya. Biarkan saya bersiap untuk berbicara.

K:Amandemen Kelima (Fifth Amendment)?
1:20:57 RR: Sir, if I can interject here, but not move away from the question, how can the General himself be crowned? RR: Tuan, kalau saya bisa menyela di sini, tetapi tidak menjauh dari pertanyaan, bagaimana Jenderal sendiri bisa dimahkotai?
1:21:08 K: For God's sake. Forget Napoleon! I said, sir - just a minute, I don't know if you heard it - I used to read Napoleon's battle, - how he arranged his army - I was a boy. So, forget Napoleon.

RR: Forget about the General, then. You speak about something that occasionally makes sense to me, about this very radical insight, a radical change which, perhaps, chemically alters the brain.
K: Demi Tuhan. Lupakan Napoleon! Saya berkata, Tuan - tunggu sebentar, saya tidak tahu apakah Anda mendengarnya - Saya biasa membaca pertempuran Napoleon, - bagaimana dia menyusun tentaranya - saya masih anak-anak. Jadi, lupakan Napoleon.

RR: Jadi, lupakan Jenderal. Anda berbicara tentang sesuatu yang terkadang masuk akal bagi saya, tentang wawasan yang sangat radikal ini, perubahan radikal... yang, mungkin, secara kimiawi mengubah otak.
1:21:49 K: Yes, sir. Yes, sir. K: Ya Tuan. Ya Tuan.
1:21:51 RR: Now, my problem is, and I think this is Asit's problem, in your presence we seem to experience a little bit of this intensity and we can meet with you sometimes at the same level. But then we go away. That radical chemical change has not taken place, does not take place.

K: Yes, sir. That's right. Dr. Sudarshan says, 'I don't want to commit myself' - fifth amendment. Why?
RR: Sekarang, masalah saya, dan menurut saya ini adalah masalah Asit, di hadapan Anda tampaknya kami mengalami... sedikit dari intensitas ini, dan terkadang kami dapat bertemu dengan Anda di level yang sama. Tapi kemudian kami pergi. Perubahan kimiawi radikal itu belum terjadi, tidak terjadi.

K: Ya Tuan. Betul sekali. Dr. Sudarshan berkata, 'Saya tidak ingin berkomitmen', -amandemen ke-lima. Mengapa?
1:22:35 GS: Can I say? I think I will say. That total attention sometimes happens without Krishnaji. In fact, when it comes - it sounds so ungrateful - I do not think he has done it.

K: Of course, not.
GS: Bisa saya katakan? Saya pikir saya akan mengatakannya. Perhatian total itu kadang-kadang terjadi tanpa Krishnaji. Faktanya, ketika itu datang - ter- dengar sangat tidak berterima kasih - Saya tidak berpikir dia telah melakukannya.

K: Tentu saja tidak.
1:22:54 GS: Nevertheless, I then say, 'I must hang around this man, I must somehow hover around him, because it may happen again'. So, I can say, he's not responsible for it. Honestly, I have to say, he's not responsible, but I suspect he is. GS: Namun demikian, saya lalu ber- kata, 'Saya harus dekat orang ini, Entah bagaimana saya harus berada di sekitarnya, karena itu mungkin bisa terjadi lagi'. Jadi, saya bisa katakan, dia tidak bertanggung jawab untuk itu. Sejujurnya, saya harus mengatakan, dia tidak bertanggung jawab, tapi saya curiga dia melakukannya.
1:23:24 K: You're not hurting me, sir. K: Anda tidak menyakiti saya, Tuan.
1:23:27 RR: Even in a quantum mechanical change of state, which itself may be without time, there is a preparation of state. The conditions are prepared, so that this timeless change may take place. This is not so strange in physics. It seems to me you are part of those conditions, in which somehow we get heated up. Our state gets prepared. Maybe you're not responsible for it, wholly. RR: Bahkan dalam perubahan status mekanika kuantum, yang pada dirinya sendiri mungkin tanpa waktu, ada suatu persiapan dalam kondisi. Kondisinya disiapkan, agar peru- bahan tanpa-waktu ini bisa terjadi. Ini tidak begitu aneh dalam fisika. Menurut saya Anda adalah bagian dari kondisi itu, di mana entah bagaimana kita menjadi panas, bergairah. Keadaan kita menjadi siap. Mungkin Anda tidak sepenuhnya bertanggung jawab untuk ini.
1:24:00 GS: I think what seems to be repeatedly said by him is, 'Please don't look at the preparation. Look at it'. If you can look at it, you can say almost anything about the other thing. But if you're only talking about the steps leading to the sanctum, that's no good. If you're at the place, and you experience it, and you accept that is the important thing, and at that moment there is no speaker, no listener, there is no process, etc., etc. Then, we could say almost anything about the rest. But if you don't say this, but pay attention to all the steps, that's when he goes into his tirade against gurus, and about listening, and about books. Isn't that right, Krishnaji?

K: Yes, perfectly.
GS: Saya pikir apa yang sepertinya diucapkan berulang kali olehnya... adalah, 'Tolong jangan lihat persiapannya. Lihat itu'. Jika Anda bisa melihatnya, Anda dapat mengatakan hampir semua hal tentang hal lainnya. Tetapi jika Anda hanya bicara tentang langkah-langkah menuju tempat suci, itu tidak baik. Jika Anda berada di tempat itu, dan Anda mengalaminya, dan Anda menerima bahwa itu yang penting, dan pada saat itu tidak ada pembicara, tidak ada pendengar, tidak ada proses, dll., dll. Kemudian, kita dapat mengatakan hampir semua tentang lain-lainnya . Tetapi jika Anda tidak mengatakan ini, tetapi memperhatikan semua langkahnya, saat itulah dia mengomel melawan para guru, dan tentang mendengarkan, dan tentang buku. Apakah benar, Krishnaji?

K: Ya, sempurna.
1:24:53 GS: I never really understood this way of saying it until now. And, I think he will also agree that the traditional statement that ignorance or fragmentation has no beginning but an end. The end is in the perception. In the end, there are no sequences because until it ended, it was going to end, but it had not ended. GS: Saya tidak pernah benar-benar paham cara... mengatakannya sampai sekarang. Dan, saya pikir dia juga akan setuju, bahwa pernyataan tradisional bahwa ketidaktahuan atau fragmentasi... tidak memiliki awal melainkan akhir. Akhir ada di persepsi. Pada akhirnya tidak ada urutan karena sampai diakhiri, itu akan berakhir, tetapi belum berakhir.
1:25:24 K: Quite right, sir. Are you accepting all this?

GS: At the moment, yes, sir.
K: Tepat sekali, Tuan. Apakah Anda menerima semua ini?

GS: Saat ini, ya Tuan.
1:25:36 K: No, no. No, no. K: Tidak, tidak. Tidak tidak.
1:25:39 GS: At the moment, I'm too moved to be clever. GS: Saat ini, saya terlalu tergerak untuk menjadi pandai.
1:25:43 K: I'm asking you seriously. Are you really accepting all this? K: Saya menanyakan Anda dengan serius. Apakah Anda benar-benar menerima semua ini?
1:25:54 GS: I'm accepting, with a little barrier. GS: Saya menerima, dengan rintangan sedikit.
1:25:56 K: No, no, no. No. Somebody comes and offers you something, you don't take a little bit of it. He says, 'Take the whole'.

GS: I take it. I'll take it.
K: Tidak, tidak, tidak. Tidak. Seseorang datang dan menawarkan Anda sesuatu, Anda tidak mengambil sedikit pun. Dia berkata, 'Ambil seluruhnya'.

GS: Saya menerimanya. Saya akan mengambilnya.
1:26:13 K: And you say, 'No'. That is where you are... You understand what I'm saying? Somebody offers you a house and there's a lovely room in it. And you say, 'Please, I'll take the room, not the house'. That's what you are doing! K: Dan Anda berkata, 'Tidak'. Di situlah Anda berada... Anda paham apa yang saya katakan? Seseorang menawari Anda sebuah rumah... dan ada sebuah ruangan yang indah di dalamnya. Dan Anda berkata, 'Tolong, saya akan mengambil kamarnya, bukan rumahnya'. Itulah yang Anda lakukan!
1:26:44 GS: The real problem is that having been there, one can't stand being away. And it appears it happens. That's what all of us are saying. The cataclysmic total, chemical change, physical transition which ends it all, seems to be not there at times. We have memory of times when it has not been. GS: Masalah sebenarnya adalah karena sudah berada di sana, seseorang tidak tahan untuk tidak hadir. Dan tampaknya itu terjadi. Itulah yang kita semua katakan. Perubahan kimiawi, transisi fisik yang total, dahsyat, yang mengakhiri semuanya, tampaknya tidak ada di waktu-waktu tertentu. Kami memiliki memori saat-saat itu tiada.
1:27:14 K: Ah, that's memory, it's dead. Throw it out. Sir, would you say - I'm asking this seriously, not as a joke - would you say that we have never loved anybody? So, that there are no two individuals, you understand? K: Ah, itu memori, itu sudah mati. Buang. Tuan, apakah Anda ingin mengatakan, - Saya menanyakan ini dengan serius, bukan sebagai lelucon - apakah Anda akan mengatakan bahwa ki- ta tidak pernah mencintai siapa pun? Jadi, tidak ada dua individu, Anda paham?
1:28:13 GS: You ask your question like we ask - 'never loved', it's about the past. But if you have ever loved, how can you ever say that you 'have loved'? GS: Anda mengajukan pertanyaan seperti yang kami ajukan, 'tidak pernah mencintai' ini adalah tentang masa lalu. Tapi jika Anda pernah mencintai, bagaimana Anda bisa mengatakan bahwa Anda 'pernah mencintai'?
1:28:27 K: All right, I ask you. Don't take the fifth amendment. Have you loved, do you love? You understand, sir? That means what? Mr. Sudarshan doesn't exist. Right? The opposite number doesn't exist. There is that quality. That perfume exists, nothing else. Can you move away from it - ever? K: Baiklah, saya menanyakan Anda. Jangan ambil amandemen kelima. Apakah Anda pernah mencintai, apakah Anda mencintai? Anda paham, Tuan? Artinya apa? Tuan Sudarshan tidak eksis. Benar? Angka lawannya tidak ada. Ada kualitas itu. Parfum itu ada, tidak ada yang lain. Bisakah Anda menjauh darinya, - pernah?
1:29:28 GS: When you are in that perfume, you cannot move away. GS: Saat Anda berada dalam parfum itu, Anda tidak bisa menyingkir.
1:29:31 K: No! You see, you're trying to be clever with me. K: Tidak! Anda lihat, Anda mencoba untuk menjadi cerdik dengan saya.
1:29:39 GS: When you ask that question the answer is, 'No, you cannot'. GS: Ketika Anda mengajukan pertanyaan itu, jawabannya adalah, 'Tidak, Anda tidak bisa'.
1:29:43 K: I am saying, then you don't know what love is. You may catch the far-away scent of a jasmine. But move a step away, the perfume is gone. Right? If there is love... when there is love, is there a moving away from that, ever? No. You can move away from pleasure. Displeasure, unhappiness. K: Saya katakan, maka Anda tidak tahu apa cinta itu. Anda mungkin menangkap aroma melati yang jauh. Tapi menjauh selangkah, parfumnya sudah hilang. Benar? Jika ada cinta...ketika ada cinta, apakah pernah ada gerak menjauh dari itu? Tidak. Anda bisa menjauh dari kesenangan. Ketidaksenangan, ketidakbahagiaan.
1:30:48 GS: I am in a dilemma because I... I feel what you say, I understand what you say. In fact... In that context, it becomes impossible to think how you could move away from it, because there is no place to go, there is no one to go. GS: Saya berada dalam dilema karena saya... Saya merasakan apa yang Anda katakan, saya paham apa yang Anda katakan. Kenyataannya... Dalam konteks itu, menjadi tidak mungkin untuk berpikir... bagaimana Anda bisa menjauh darinya, karena tidak ada tempat untuk pergi, tidak ada yang pergi.
1:31:07 K: No, sir. If I understand - you say to me, love is not desire, love is not pleasure, there is no attachment, domination, all the rest of it. Where there is love, there is nothing else. You tell me that. And you ask me, do I love somebody, like that. By that very question, you have awakened something which can never be put out. You understand? Never be put out. By asking me, telling me that love is not this, this, this, you have helped me to light the light. I've lit it, not you. How can that flame ever be put out? It'll be put out if I've said it is pleasure, love, desire, comfort, attachment, then, of course, I'm lost. If none of that is included in this, then I can never move out of it. Not 'I'. You understand? K: Tidak, Tuan. Jika saya mengerti - Anda berkata ke- pada saya, cinta bukanlah keinginan, cinta bukanlah kesenangan, tidak ada kemelekatan, dominasi, semua yang lainnya. Di mana ada cinta, tidak ada yang lain. Anda katakan itu pada saya. Dan Anda bertanya pada saya, apakah saya mencintai seseorang, seperti itu. Dengan pertanyaan demikian itu, Anda telah membangkitkan sesuatu... yang tidak pernah bisa padam. Anda paham? Tidak pernah padam. Dengan bertanya pada saya, memberitahu saya bahwa cinta bukanlah ini, ini, ini, Anda telah membantu saya untuk menyalakan cahaya. Saya yang menyalakannya, bukan Anda. Bagaimana api itu pernah bisa padam? Itu akan padam jika saya katakan itu adalah kesenangan, cinta, keinginan, kenyamanan, kemelekatan, lalu, tentu saja, saya tersesat. Jika tidak ada yang termasuk dalam ini, maka saya tidak akan pernah bisa keluar darinya. Bukan 'saya'. Anda paham?
1:33:07 RB: You started with intelligence. Is it the same thing as intelligence? RB: Anda memulai dengan kecerdasan. Apakah itu sama dengan kecerdasan?
1:33:12 K: What, love? Yes. Love, compassion, is the essence of intelligence. Those are just words - I say so, but - Sir, a question arises from this - love has no effort and all the rest of it - the question is, why don't I understand that thing called love instantly, immediately? You understand? Why? You tell me something extraordinary, and I miss it. Why? I can give various - those are all - the basic reason, why do I move away, all the rest of it. Why? I can give a dozen explanations - laziness, etc., but that is not - So, is it my intellect has so overgrown - if I can use that word - has become so extraordinarily colossal, so strong, that the other thing which is much stronger than that - has no place. You understand what I am saying? Not that we move away. K: Apa, cinta? Ya. Cinta, kasih sayang, adalah inti dari kecerdasan. Itu hanya kata-kata - Saya berkata begitu, tapi - Tuan, pertanyaan muncul dari ini, - cinta tidak memiliki usaha dan lain-lainnya - pertanyaannya adalah, kenapa saya tidak paham akan hal yang disebut cinta... seketika? Anda paham? Mengapa? Anda memberi tahu saya sesuatu yang luar biasa, dan saya tidak menangkapnya. Mengapa? Saya bisa memberikan berbagai alasan - semua itu - persoalan dasarnya, mengapa saya menyingkir, semuanya itu. Mengapa? Saya bisa memberikan selusin penjelasan - kemalasan, dll, tetapi bukan itu - Jadi, apakah itu kecerdasan saya... sudah tumbuh terlalu besar -jika saya bisa pakai kata itu - telah menjadi sangat luar biasa kolosal, begitu kuatnya, bingga hal lain yang jauh lebih kuat dari itu... - tidak mempunyai tempat. Anda paham apa yang saya katakan? Bukan berarti kita menyingkir.
1:35:42 GS: But the total attention, the seeing, the love, shouldn't it dissolve the intellect, too? The intellect functions with a purpose. GS: Tapi perhatian total, pemahaman, cinta, bukankah seharusnya itu melarutkan kecerdasan juga? Intelek berfungsi dengan suatu tujuan.
1:35:54 K: But if you understand that the intellect has been cultivated purposely for all - education. The moment it sees that, the other is flowering, not in time. K: Tapi jika Anda mengerti, bahwa intelek telah dikembangkan sengaja untuk semua - pendidikan. Saat ia melihat itu, yang lain ber- bunga, mekar, bukan dalam waktu.
1:36:09 GS: But how does the intellect then come back? GS: Lalu, bagaimana intelek bisa kembali?
1:36:12 K: It has its place. K: Itu mempunyai tempatnya.
1:36:18 GS: How does it move to serve a place which is not its own? GS:Bagaimana ia bergerak untuk melayani suatu tempat... yang bukan miliknya?
1:36:22 K: Because - you know. We don't know what love is. That's the difficulty. I love you, I'm attached to you, I posses you, I have sex, you know, everything goes on. And I call that 'love' - quarrels, squabbles, rows. This morning I saw the water lilies in bloom. I just stood by for a while, looked at them, and I was so happy. Then I asked myself, 'Would I want to carry this with me?' I said, 'No, I don't want to carry it with me'. But that moment of totally being with those flowers is gone. Now, when I go to US, I wish there would be a little lily pond where there were lilies. The moment I have, that comes back. Then the old feeling of total identification has gone. But why does it come back? Actually, I don't want a water lily!

K: You know the answer!
K: Karena - Anda tahu. Kita tidak tahu cinta itu apa. Itulah kesulitannya. Saya mencintai Anda, saya melekat pada Anda, saya me- miliki Anda, saya berhubungan seks, Anda tahu, semuanya berlangsung. Dan saya menyebutnya 'cinta' - bertengkar, cekcok, ribut.

GS: Pagi ini saya melihat bunga lili air bermekaran. Saya hanya berdiri sebentar, melihat mereka, dan saya sangat bahagia. Lalu saya bertanya pada diri sendiri, 'Apakah saya ingin membawa ini?' Saya berkata, 'Tidak, saya tidak ingin membawanya bersama saya'. Tapi momen kebersamaan total dengan bunga-bunga itu telah hilang. Sekarang, ketika saya ke AS, saya berharap akan ada kolam lili kecil, dimana ada bunga lili. Saat saya memilikinya, itu kembali. Kemudian perasaan lama tentang identifikasi total telah hilang. Tapi mengapa itu kembali? Sebenarnya, saya tidak ingin teratai!

K: Anda tahu jawabannya!
1:37:58 GS: I really, honestly, don't know the answer. GS: Sejujurnya saya tidak tahu jawabannya.
1:38:09 K: Sir, that raises the question, we are always recording. Recording. You see that lily in the pond. It has been recorded. Not to record. No effort - not to record. K: Tuan, itu menimbulkan pertanyaan, kita selalu merekam. Merekam. Anda melihat bunga lili itu di kolam. Itu sudah direkam. Tidak untuk merekam. Tanpa usaha - tidak merekam.
1:38:39 GS: In a sense, back to the same situation. GS: Dalam arti, kembali ke situasi yang sama.
1:38:42 K: No, no!

GS: In the sense that - some time ago I remember having heard you say, 'Grieve, but don't carry the impressions, don't carry the hurt. Leave the impressions behind. Don't go back on them'. Well, when it happens, it is so nice. But it does not always happen.

K: No, my question is not - Is it possible not to record? Of course, you must record going to the office and all the rest of it. But not to record anything psychologically, seeing the lily, the beauty of it, the colour of it, the shape of it, the reflection of it in the water, the perfume of it. You can almost feel it living and it is recorded. Not to record, but only see. The moment you record, the whole past begins.
K: Tidak, tidak!

GS: Dalam artian bahwa - beberapa waktu yang lalu saya ingat pernah mendengar Anda berkata, 'Bersedihlah, tapi jangan bawa kesan-kesan, jangan bawa luka itu. Tinggalkan kesan-kesannya. Jangan kembali pada mereka '. Nah, ketika itu terjadi, itu demikian bagusnya. Tapi itu tidak selalu terjadi.

K:Tidak, pertanyaan saya bukanlah - Apakah mungkin untuk tidak merekam? Tentu saja, Anda harus mencatat waktu pergi ke kantor dan yang lainnya. Tapi tidak merekam apapun secara psikologis, melihat bunga lili, keindahannya, warnanya, bentuknya, pantulannya di dalam air, wanginya. Anda hampir bisa merasakannya hidup dan itu direkam. Bukan untuk merekam, tapi hanya melihat. Begitu Anda merekam, seluruh masa lalu dimulai.
1:39:59 GS: You're saying not only don't record the things which are hurtful, but don't record even those which are pleasurable. No recording at all. Be with it, at that moment.

K: No, no recording. I do need to record the language, my profession, my skill, all the rest of it. But why should I record any psychological activity, any sensory perceptions and so on?
GS:Anda mengatakan tidak hanya tidak merekam hal-hal yang menyakitkan, tetapi jangan merekam bahkan yang menyenangkan. Tidak ada rekaman sama sekali. Bersamalah dengannya, pada saat itu.

K: Tidak, tidak ada rekaman. Saya perlu merekam bahasanya, profesi saya, keahlian saya, semua lainnya. Tetapi mengapa saya harus merekam aktivitas psikologis apa pun, persepsi sensorik apa pun dan sebagainya?
1:40:36 GS: I think I understand. Let me try to restate it. Intellect deals with lines, with things which are stated. Intelligence functions between the lines. Don't make that which is between the lines into another line. So that you again say, 'Now, let me replay it back again'. That is hard.

K: No!
GS:Saya rasa saya paham. Biarkan saya coba untuk merumuskannya kembali. Intelek berurusan dengan kata-kata, dengan hal-hal yang dinyatakan. Intelijensi berfungsi antar-garis, yang tersirat. Jangan membuat yang tersirat dalam kata-kata menjadi kata-kata lain. Sehingga Anda kembali berkata, 'Nah, biarkan saya memutar ulang lagi'. Itu sulit.

K: Tidak!
1:41:04 GS: It's not hard? GS: Tidak sulit?
1:41:05 K: This is where our difficulty lies. K: Di sinilah letak kesukaran kita.
1:41:17 GS: Ravi, does it make sense to you?

RR: Yes, I don't think it's so hard. But it doesn't last!
GS: Ravi, apakah itu masuk akal bagi Anda?

RR: Ya, menurut saya itu tidak terlalu sulit. Tapi itu tidak bertahan lama!
1:41:27 GS: The not-recording does not last? GS: Tiada-perekaman tidak bertahan?
1:41:31 RR: I am constantly - this is part of my problem. Attention is fluctuating. RR: Saya terus-menerus - ini adalah bagian dari masalah saya. Perhatian berfluktuasi.
1:41:39 K: No, sir. No, sir. Attention doesn't fluctuate. Inattention does. Ah, no, no. This is serious. K: Tidak, Tuan. Tidak Tuan. Perhatian tidak berfluktuasi. Kekurangan-perhatian berfluktuasi. Ah, tidak, tidak. Ini serius.
1:41:59 RR: But one is still stuck, though, Krishnaji, either way. RR: Tapi orang masih terpaku, Krishnaji, bagaimanapun juga.
1:42:05 K: No, sir, no, sir. Look, sir, he told me just now, 'Don't record'. There is no need for psychological recording. Right? He tells me that. He also tells me, 'You have to record certain things'. Right? I don't listen. That is my difficulty. He has made a statement which is extraordinary and I immediately create difficulties. 'How is it possible, is it possible? Why do you say that?' I don't receive the whole thing. I don't know if I'm making myself clear. I don't take the whole thing. I never come near him, not physically. I never come near to that statement. If I did, then there is no problem. I don't know if I am making... I stay where I am and he says something, and I say, 'How am I to get out of this?' Right? And he says, 'Look, come near me'. Come near, so that you and I see the same thing. If you remain there and I remain here, we'll... And he is constantly telling me, 'Don't do that, listen to me, come, look together'. Move from where you are. Don't take a position. One does take a position, because that's the safest, most secure thing. Right? He says, 'Look, this is much more secure, Old Boy, than what you think'. But you want him to guarantee it. Right? I think, sir, that is intelligence. What he says is intelligence. It is intelligence speaking. And he says, 'Listen to the intelligence'. The circus is over. K: Tidak, Tuan, tidak, Tuan. Lihat, Tuan, dia baru saja memberitahu saya, 'Jangan rekam'. Tidak perlu perekaman psikologis. Benar? Dia memberitahu saya itu. Dia juga memberi tahu saya, 'Anda ha- rus merekam hal-hal tertentu'. Benar? Saya tidak mendengarkan. Itulah kesulitan saya. Dia telah membuat pernyataan yang luar biasa, dan saya langsung membuat kesulitan. 'Bagaimana mungkin, apakah mungkin? Mengapa Anda mengatakan itu?' Saya tidak menerima keseluruhannya. Saya tidak tahu apakah saya cukup jelas. Saya tidak mengambil keseluruhannya. Saya tidak pernah mendekati dia, tidak secara fisik. Saya tidak pernah mendekat pada pernyataan itu. Jika saya lakukan itu, maka tiada ma- salah. Saya tidak tahu apakah saya... Saya tetap di tempat saya dan dia mengatakan sesuatu, dan saya berkata, 'Bagaimana saya bisa keluar dari ini?' Benar? Dan dia berkata, 'Mari, dekati saya. Mendekatlah, agar Anda dan saya melihat hal yang sama. Jika Anda tetap di sana dan saya tetap di sini, kita akan... Dan dia terus-menerus memberi tahu saya, 'Jangan lakukan itu, dengarkan saya, mari, lihat bersama '. Bergeraklah dari tempat Anda berada. Jangan ambil suatu posisi. Orang mengambil posisi, karena itulah hal yang paling aman dan paling aman. Benar? Dia berkata, 'Lihat, ini jauh lebih aman, Old Boy, dari apa yang Anda pikir'. Tapi Anda ingin dia menjaminnya. Benar? Saya pikir, Tuan, itulah kecerdasan. Apa yang dia katakan adalah kecerdasan. Ini adalah kecerdasan yang berbicara. Dan dia berkata, 'Dengarkan pada kecerdasan'. Sirkus sudah berakhir.