Krishnamurti Subtitles home


SD72CCTR - Apa itu meditasi?
Percakapan dengan Chugyam Trungpa
San Diego, AS
15 Februari 1972



0:20 Krishnamurti: You know, sir, in all the religions, in the organized religions, with their dogmas, beliefs, traditions, and all the rest of it, personal experience has played a great part. The person has become extraordinarily important, not the teachings, not the reality, but the person. And most people seek personal experiences, and if it is a personal experience of a person, then it has very little validity, because that experience may be merely a projection of one’s own intentions, fears, and hopes, and all the rest of it. So personal experience has very little validity in religious matters. And yet, man, human beings, throughout the world, have emphasized the person. The person represents to them the tradition, the authority, the way of life; through him they hope to attain or reach enlightenment, or heaven, or all the rest of it. Personal experience has really no value at all where truth is concerned. So to negate personal experience is to negate ‘the me’, because ‘the me’ is the very essence of all experience, which is the past. And when religious people go on missions, or come over to this country from India, and so on, they are really doing propaganda, and a propaganda has no value with regard to truth because then it becomes a lie. Krishnamurti:Anda paham, Tuan, di dalam semua agama, agama yang terorganisir, dengan dogma, kepercayaan, tradisi mereka, dan semuanya itu, pengalaman pribadi mengambil peranan yang besar. Pribadi orang telah menjadi teramat penting, bukan ajaran-ajarannya, bukan realitasnya, tapi orangnya. Dan kebanyakan orang mencari pengalaman-pengalaman pribadi, dan jika itu merupakan pengalaman pribadi dari seseorang, maka itu mempunyai nilai amat kecil, karena pengalaman itu bisa jadi hanya... suatu proyeksi dari niat orang itu sendiri, rasa takut, dan harapan orang itu, dan seterusnya. Jadi, pengalaman pribadi mempunyai hanya sedikit nilai... dalam hal-hal religius. Namun demikian, manusia, umat manusia, di seluruh dunia, mengutamakan orangnya. Pribadi orang menjadi wakil mereka dalam... tradisi, otoritas, cara hidup; melalui dia, mereka mengharapkan untuk mendapatkan atau mencapai... pencerahan, atau surga, atau semua lainnya. Pengalaman pribadi benar-benar tidak bernilai sama sekali... dalam kaitannya dengan kebenaran. Jadi untuk menegasi pengalaman pri- badi adalah untuk menegasi 'si aku', karena 'si aku' adalah intinya dari semua pengalaman, yang adalah masa lampau. Dan sewaktu orang-orang religius melakukan misi mereka, atau datang ke negara ini dari India, dan seterusnya, mereka benar-benar melakukan propaganda, dan propaganda tidak mempunyai nilai sehubungan dengan kebenaran, karena, itu menjadi dusta.
3:36 So if one puts aside totally, completely, all experiences of men, of human beings, and their systems, their practices, their rituals, their dogmas, their concepts – that is, if one can actually do it, not theoretically, but factually, saying, wipe it all out, then what is the quality of the mind that’s no longer held in the matrix of experience? Because truth isn’t something you experience, truth isn’t something towards which you gradually progress, it isn’t that through infinite days of practice, sacrifice, control, discipline, you come to it. If you do, then it is personal experience, and when there is that personal experience, then there is the division between ‘the me’, the person, and the thing which you experience, though you may try to identify yourself with that experience, with that thing, there is still division. Seeing all this, how organized religions have really destroyed truth, giving human beings some absurd myth to make them behave; seeing all this, and if one can put aside all this, what place has meditation in all this? What place a guide, a guru, a saviour, a priest? Jadi, jika seseorang menyisihkan secara total, lengkap, semua pengalamanan dari manusia, dari umat manusia, dan sistem-sistem mereka, praktik- praktik mereka, ritual-ritual mereka, dogma-dogma mereka, konsep-konsep mereka... - yakni, jika seseorang dapat secara aktual melakukannya, tidak secara teoritis, tapi secara faktual, dan menghapus semua itu, lalu, apakah kualitas dari batin... yang tidak lagi ditahan... dalam matriks dari pengalaman? Sebab kebenaran bukanlah sesuatu yang Anda alami, kebenaran bukanlah sesuatu ke arah mana Anda secara bertahap maju, itu bukanlah sesuatu yang melalui... praktik berhari-hari tak terhingga jumlahnya, pengorbanan, pengendalian, disiplin, Anda tiba si situ. Jika Anda melakukannya, maka itu adalah pengalaman pribadi, dan ketika ada pengalaman pribadi di situ, maka di situ ada pemisahan antara 'si aku', orangnya, dan hal yang Anda alami, meskipun Anda boleh mencoba mengidentifikasi diri Anda... dengan pengalaman itu, dengan hal itu, tetap ada pemisahan. Melihat semua ini, bagaimana agama yang terorganisir benar-benar telah menghancurkan... kebenaran, memberi manusia beberapa mitos yang menyesatkan agar mereka berperilaku; melihat semua ini, dan jika seseorang bisa menyisihkan semua ini, apakah tempat bagi meditasi dalam semua ini? Tempat apakah bagi seorang pemandu, guru, juru selamat, pendeta?
6:24 Just now I noticed in the corridor, somebody from India preaching transcendental meditation, and attend his class and you practise every day, and you will have greater energy, and ultimately reach some kind of transcendental experience. It really is quite – I can’t put it too strongly – it is really a great calamity when such things happen to people. When they come over from India, or from China, or Japan, to teach people meditation, they are doing propaganda. And is meditation a thing which you practise daily, practise means conforming to a pattern, imitating, suppressing – you know, what is implied in conformity. Can such conformity to any pattern – it doesn’t matter what it is – can that ever lead to truth? Obviously not. Then what is meditation, if practising a system, however absurd, however noble, practising a transcendental so-called meditation, if you see the falseness of it, actually see the falseness, not just theoretically, actually see that it has no meaning, then what is meditation? Then what is, first of all, the traditional meditation, whether it be Christian meditation, or the Hindu, Buddhist, Tibetan and Zen – you know, the whole varieties of meditations and their schools? For me all that is not meditation at all. Then what is meditation? Perhaps we could discuss that, could we? Baru saja saya melihat di koridor, seorang dari India sedang berkhot- bah mengenai meditasi transendental, dan menghadiri kelasnya... dan Anda mempraktekkannya setiap hari, dan Anda akan mendapat energi yang lebih besar, dan akhirnya mencapai suatu bentuk pengalaman transendental. Ini benar-benar adalah...- saya ti- dak bisa mengatakannya terlalu kuat- ini adalah benar-benar suatu bencana yang besar ketika hal-hal demikian... terjadi pada manusia. Ketika mereka datang dari India, atau dari China, atau Japan, untuk mengajar orang meditasi, mereka sedang melakukan propaganda. Dan apakah meditasi... sesuatu yang Anda praktekkan setiap hari, praktek berarti menyesuaikan pada suatu pola, meniru, menekan - Anda paham, apa yang tersirat dalam penyesuaian. Apakah penyesuaian demikian pada suatu pola apapun... - tidak masalah apa itu - apakah itu pernah dapat membawa ke kebenaran? Tentu tidak. Lalu, apakah meditasi itu, jika mempraktekkan suatu sistem, bagaimana pun tidak masuk akalnya, bagaimana pun agungnya, mempraktekkan sesuatu transendental, yang dinamakan meditasi, jika Anda melihat kepalsuannya, benar-benar melihat kepalsuannya, bukan hanya sekedar secara teori, benar-benar melihat bahwa itu tidak mempunyai arti, lalu, apakah meditasi itu? Lalu apakah, pertama-tama, meditasi tradisional, apakah itu meditasi Kristiani, atau Hindu, Buddhis, Tibetan dan Zen... -Anda tahu, seluruh variasi meditasi dan mazhab-mazhab nya? Bagi saya, semua itu sama sekali bukanlah meditasi. Lalu, apakah meditasi itu? Barangkali kita dapat mendiskusikan itu, dapatkah?
9:30 Chogyam Trungpa Rinpoche: Yes, I think so. Chogyam Trungpa Rinpoche: Ya, saya pikir demikian.
9:36 K: Why should one make meditation into a problem? We have got enough problems, human beings, both physically and psychologically, why add another problem about meditation? You follow what I mean? Why give a human being one extra problem when he has got a thousand problems? So is meditation a way of escaping from his problems, an avoiding what actually is, and therefore it is no meditation at all? Or is meditation the understanding of the problem of living? Not avoiding it, of the daily living with all its problems. If that is not understood, if that is not put in order, I mean I can go and sit in a corner and follow somebody who will teach me transcendental or non-sensical meditation, and it will have no meaning at all. Right, sir? So what is it to you to meditate, what does it mean? I hope I have not made it too difficult for you to answer this question because I deny all that, deny all that kind of meditation, of practice, of constantly repeating a word, as they do in India, as they do in Tibet, as they do all over the world – Ave Maria or some other word – repeat, repeat, repeat, it doesn't mean nothing. You make the mind more absurd and grotesque than it is. K:Mengapa orang membuat meditasi menjadi suatu masalah? Kita telah cukup banyak masalah, umat manusia, baik lahiriah dan batiniah, mengapa menambah masalah lainnya perihal meditasi? Anda mengikuti apa maksud saya? Mengapa memberi seorang manusia satu masalah tambahan, ketika dia telah mempunyai seribu masalah? Jadi, apakah meditasi suatu cara pelarian dari masalah-masalah dia, suatu penghindaran dari apa yang sebenarnya, dan karenanya, itu sama sekali bukanlah meditasi? Atau meditasi adalah pemahaman dari masalah kehidupan? Bukan menghindarinya, dari kehidupan sehari-hari dengan segala masalahnya. Jika itu tidak dipahami, jika itu tidak ditertibkan, saya maksudkan, saya bisa duduk di suatu pojok dan mengikuti seseorang, yang akan mengajari saya... meditasi transendental atau meditasi omong-kosong, dan itu tidak akan mempunyai arti apa pun. Benar, Tuan? Jadi, apa meditasi itu bagi Anda, apa artinya? Saya berharap tidak membuat ini... terlalu sulit bagi Anda untuk menjawab pertanyaan ini... sebab saya menolak semua itu, menolak semua jenis dari meditasi itu, dari prakteknya, dari mengulang- ulang suatu kata terus-menerus, seperti yang mereka lakukan di India, seperti yang mereka lakukan di Tibet, seperti mereka lakukan di seluruh dunia... - Ave Maria atau kata lain tertentu - mengulang, ulang, ulang, itu tidak berarti apa pun. Anda membuat batin lebih mustahil dan aneh dari pada apa adanya.
12:00 So if I may, together, inquire into this question. Is it because it is a long established tradition that you must meditate and therefore we meditate? I mean, a Brahmin boy, when I was a small boy, I vaguely remember, being a Brahmin, we went through a certain ceremony, at that time we were told to sit quiet, close your eyes, meditate, think about, you know – the whole thing was set going. So if we could together examine and share what is meditation, what are the implications of it, why should one meditate at all? If it is a problem – you follow what I mean? If you make meditation into another problem, then for God’s sake avoid it! You follow what I mean? Because human beings have a 1,000 problems, why add another one more to it? So could we together, sharing, go into this? Seeing the traditional approaches, and seeing their absurdity. Because, you see, sir, unless man, human being, becomes a light to himself, nothing matters, because if you are depending on somebody, then you are in a state of perpetual anxiety. So could we examine this traditionally, first? Why should one meditate? Jadi jika saya boleh, bersama-sama, menyelidiki persoalan ini. Apakah karena ini adalah suatu tradisi yang sudah lama tertanam, bahwa Anda harus meditasi... dan karenanya kita bermeditasi? Saya maksudkan, seorang anak Brahma- na, ketika saya seorang anak kecil, saya samar-samar ingat, sebagai seorang Brahmana, kami menghadiri suatu acara tertentu, pada waktu itu kami diberitahu untuk duduk diam, menutup mata, bermeditasi, memikir tentang, Anda tahu - semuanya diatur untuk berlanjut. Jadi kalau kita bersama-sama dapat... memeriksa dan membagi apa meditasi itu, apa implikasinya, mengapa seseorang harus bermeditasi? Jika itu merupakan suatu masalah - Anda mengikuti maksud saya? Jika Anda membuat meditasi menjadi suatu masalah lain, lalu, demi Tuhan, hindari itu! Anda mengikuti maksud saya? Sebab manusia mempunyai ribuan masalah, mengapa menambahkan satu lagi padanya? Jadi, dapatkah kita bersama, berbagi, mendalami ini? Melihat pendekatan-pendekatan tradisional, dan melihat kemustahilannya. Karena, Anda lihat, Tuan, kecuali orang, manusia, menjadi cahaya bagi dirinya sendiri, tiada hal lainnya yang penting, karena jika Anda tergantung pada orang lain, maka Anda berada dalam keadaan gelisah yang terus-menerus. Jadi, dapatkah kita memeriksa yang tradisional ini, pertama-tama? Mengapa kita harus bermeditasi?
14:51 C: Don’t you think in the living situation of a man, that meditation happens as part of a live situation? C:Apakah Anda tidak memikirkan, dalam keadaan hidup seorang manusia, bahwa meditasi terjadi sebagai bagian dari suatu keadaan hidup?
15:06 K: Sir, a human being has innumerable problems. Right? He must solve those first, mustn’t he? He must bring order in the house, in the house in which he lives, which is the house which is ‘the me’ – my thoughts, my feelings, my anxieties, my guilt, my sorrow – I must bring order there. Without that order how can I proceed further? K:Tuan, seorang manusia... masalah tidak terhitung banyaknya. Benar? Dia harus selesaikan itu terlebih dahulu, bukankah demikian? Dia harus menertibkan rumahnya, di rumah dalam mana ia tinggal, yang adalah rumahnya, yang adalah 'si aku', - pikiran saya, perasaan saya, kegelisahan saya, rasa bersalah saya, duka cita saya - saya harus mengadakan ketertiban di situ. Tanpa ketertiban itu, bagaimana saya bisa melanjutkan?
15:43 C: The problem is that if you are trying to solve the problem, if you look for order, then you are looking for... it doesn’t seem to be looking for further chaos? C:Masalahnya adalah, jika Anda men- coba untuk menyelesaikan masalahnya, jika Anda mencari ketertiban, maka Anda sedang mencari... apakah itu tidak terlihatnya sebagai mencari kekacauan lebih lanjut?
15:52 K: No, I am not looking for order. I’m inquiring that there’s disorder and I want to know why there is disorder, I am not wanting to find order, then I have all the gurus, and all the gang come in. I don’t want order. I only want to find out why in one’s life there is such chaos and disorder. A human being must find out, not ask somebody to tell him if there is disorder. K:Tidak, saya tidak mencari ketertiban. saya sedang mencaritahu, bahwa di situ ada kekacauan... dan saya ingin tahu, karena apa di situ ada kekacauan, saya tidak sedang menginginkan untuk mencari ketertiban, kemudian saya mempunyai guru-guru, dan semua komplotan akan masuk. Saya tidak menginginkan ketertiban. Saya hanya mau mencaritahu... karena apa... dalam kehidupan seseorang ada ke- kisruhan dan kekacauan seperti itu. Seorang manusia mesti mencaritahu, tidak bertanya pada seseorang untuk memberitahu dia apakah ada kekacauan.
16:34 C: Well, you can’t find out intellectually. C:Ya, Anda tidak bisa mencaritahu secara intelektual.
16:39 K: Intellect is part of the whole structure, you can’t deny the intellect. K:Intelek adalah bagian dari seluruh struktur, Anda tidak dapat menyangkal intelek.
16:44 C: But you can’t use intellect to solve intellectual problems. C:Tapi Anda tidak dapat menggunakan... intelek untuk menyelesaikan masalah-masalah intelektual.
16:48 K: No. You can’t solve these problems at any level except totally.

C: Quite, yes.
K:Tidak. Anda tidak dapat menye- lesaikan masalah-masalah ini... pada setiap tingkatan, kecuali secara total.

C:Tepat, ya.
16:57 K: That is, to solve the human problem of disorder, does that need meditation in the ordinary sense of the accepted word ‘meditation’? K:Artinya, untuk menyelesaikan masalah kekacauan manusia, apakah itu memerlukan meditasi... dalam arti biasa dari kata 'meditasi' yang umum diterima?
17:15 C: I wouldn’t say in the ordinary, conventional sense of meditation, but meditation in the extraordinary sense. C:Saya tidak mau mengatakan medi- tasi dalam arti biasa, konvensional, tapi meditasi dalam arti luar biasa.
17:24 K: What do you mean by that, if I may ask? K:Apa yang Anda maksudkan, kalau saya boleh bertanya?
17:27 C: Extraordinary sense of meditation is trying to find, to see the disorder as part of the direction. C:Meditasi dalam arti luar biasa adalah usaha untuk menemukan, untuk melihat kekacauan sebagai bagian dari haluan.
17:40 K: To see disorder. K:Untuk melihat kekacauan.
17:42 C: To see disorder as order, if you like. C:Untuk melihat kekacauan sebagai ketertiban, jika Anda suka.
17:44 K: Ah, no. K:Ah, tidak.
17:45 C: To see the disorder as order. C:Untuk melihat kekacauan sebagai ketertiban.
17:47 K: No. To see disorder. K:Bukan. Untuk melihat kekacauan,
17:50 C: Well, if you see the disorder, then it becomes order. C:Baik, jika Anda melihat kekacauan, itu lalu menjadi ketertiban.
17:54 K: First, I must see it. K:Pertama-tama, saya harus melihatnya.
17:59 C: To see it clearly. C:Melihatnya dengan jelas.
18:01 K: So that depends then, how you observe disorder. K:Jadi, itu tergantung pada bagaimana Anda mengamati kekacauan.
18:08 C: Not trying to solve it.

K: Of course, not. Because if you try to solve it, you solve it according to a pattern set.
C:Tidak berusaha untuk menyelesaikannya.

K:Tentu tidak. Karena jika Anda mencoba untuk menyelesaikannya, Anda menyelesaikannya sesuai dengan suatu set pola.
18:18 C: Set pattern. C:Pola terpasang.
18:19 K: Which is the outcome of your disorder, which is the opposite of disorder. So if you try to solve the disorder, it is always according to a preconceived idea of order. That is, the Christian order, Hindu order, whatever order, Socialist order, Communist order. Whereas if you observed entirely, what is disorder, then there is no duality in that. K:Yang adalah hasil dari kekacauan Anda, yang merupakan lawan dari kekacauan. Jadi, jika Anda mencoba menyelesaikan kekacauan, itu selalu sesuai dengan suatu... ide yang sudah digambarkan sebelumnya, yakni, ketertiban Kristiani, keter- tiban Hindu, ketertiban apa pun, ketertiban Sosialis, ketertiban Komunis. Sedangkan, jika Anda mengamati keseluruhannya, apa kekacauan itu, maka dalam pengamatan itu dualitas tidak ada.
19:00 C: Yes, I see. C:Ya, saya paham.
19:01 K: How is one to observe this total disorder, which human beings live? The disorder when you see a television, the commercials, the hectic violence, the absurdities, the human existence is a total disorder – killing, violence, and at the same time talking about peace. So we come to the question: how..? No. What is observation of disorder? Do you see it from ‘the me’ as separate and the thing which is disorder? K:Bagaimana seseorang mengamati kekacauan total ini, di dalam mana manusia hidup? Kekacauan, ketika Anda menonton televisi, iklan-iklan, kekerasan yang riuh rendah, hal-hal yang tidak masuk akal, keberadaan manusia adalah suatu kekacauan yang total... - pembunuhan, kekerasan, dan pada waktu bersamaan membicarakan perdamaian. Jadi kita sampai pada pertanyaan: bagaimana..? Bukan. Apakah pengamatan kekacauan itu? Apakah Anda melihatnya dari 'si aku' sebagai terpisah... dan hal yang adalah kekacauan?
20:10 C: That is already disorder.

K: Isn’t it?! So do I look at disorder with the eyes of my prejudices, my opinions, my conclusions, my concepts, the propaganda of a 1,000 years – you follow? – which is ‘the me’. So do I look at disorder without ‘the me’? And is that possible? So that is meditation. You follow, sir? Not all the rubbish they talk about. To observe without division, to observe without ‘the me’ who is the very essence of the past, ‘the me’ that says, ‘I should’, ‘should not’, ‘I must’, ‘I must not’. ‘The me’ that says, ‘I must achieve’, ‘I must gain in God’, or whatever it is. So can there be an observation without ‘the me’? You see, if that question is put to an orthodox meditator, he will say, ‘There can’t because ‘the me’ is there. So I must get rid of ‘the me’, so to get rid of ‘the me’ I must practise’, which means I am emphasising ‘the me’. So through practice I hope to deny practice, through practice I hope to eradicate the result of that practice, which is still ‘the me’, so you are caught in a vicious circle. So the traditional approach as I see it – as one has observed it, not as I see it – but as one has observed it in the world, is to emphasise ‘the me’ in a very subtle way, but it is to strengthen ‘the me’, ‘the me’ that is going to sit next to God. Think of the absurdity of it! ‘The me’ that is going to experience Nirvana, or Moksha, or heaven, enlightenment – it means nothing. So we see the orthodox approach is really holding man, human beings, in prison of the past, giving him importance in his personal experience. Reality isn’t a personal experience. You can’t personally experience the vastness of the sea, it is there for you to look, it isn’t your sea. So if you put that aside, then the question arises: is it ever possible to see without ‘the me’, to observe this total disorder of human beings, their lives, the way they live, is it possible to observe it without division. Because division implies conflict, like India and Pakistan, like China, and America, and Russia, you know all that. Division politically breeds chaos, psychologically division breeds endless conflict, inwardly, outwardly. Now, to end this conflict is to observe without ‘the me’.
C:Itu sudah merupakan kekacauan.

K:Bukankah demikian? Jadi apakah saya melihat ke kekacauan dengan kaca mata prasangka saya, opini-opini saya, kesimpulan- kesimpulan saya, konsep-konsep saya, propaganda dari 1.000 tahun - Anda mengikuti? - yang adalah 'si aku'. Jadi, apakah saya melihat ke kekacauan tanpa 'si aku'? Dan apakah itu mungkin? Jadi itulah meditasi. Anda mengikuti, Tuan? Bukan semua sampah yang mereka katakan. Untuk mengamati tanpa pembagian, untuk mengamati tanpa 'si aku', yang merupakan esensi dari masa lalu, 'si aku' yang mengatakan, 'saya seyogyanya', 'tidak seyogyanya', 'saya harus', 'saya tidak harus'. 'Si aku' yang bilang, 'saya harus mencapai', 'Saya harus mendapatkan di dalam Tuhan', atau apa pun itu. Jadi, adakah suatu pengamatan tanpa 'si aku'? Nah, jika pertanyaan itu diajukan kepada seorang pemeditasi ortodoks, dia akan berkata, 'Itu tidak bisa, karena 'si aku' ada di situ. Jadi saya harus menyingkirkan 'si aku', jadi untuk menyingkirkan 'si aku', saya harus berlatih', yang berarti, saya menekankan kepada 'si aku'. Jadi melalui latihan, saya berharap untuk menyangkal latihan, melalui latihan, saya berharap untuk menghapus hasil dari latihan itu, yang tetap adalah 'si aku', jadi Anda terperangkap dalam lingkaran setan. Jadi, pendekatan tradisional, seperti saya melihatnya... - seperti seseorang mengamatinya, bukan seperti saya melihatnya - tetapi seperti seseorang telah mengamatinya di dalam dunia, adalah untuk menekankan pada 'si aku' dengan cara amat cerdik, tapi itu untuk memperkuat 'si aku', 'si aku' yang akan duduk di sisi Tuhan. Pikirkan kemustahilan itu! 'Si aku' yang akan mengalami Nirwana, atau Moksha, atau surga, pencerahan - itu tidak punya arti apapun. Jadi kita melihat pendekatan ortodoks, adalah benar-benar menahan orang, manusia, dalam penjara masa lalu, memberi dia nilai tinggi dalam pengalaman pribadinya. Realitas bukanlah suatu pengalaman pribadi. Anda tidak bisa secara pribadi mengalami luasnya laut, itu ada di situ untuk Anda lihat, itu bukan laut Anda. Jadi jika Anda sisihkan itu, lalu timbul pertanyaan: apakah memungkinkan untuk melihat tanpa 'si aku', untuk mengamati kekacauan total dari manusia ini, kehidupan mereka, cara mereka hidup, apakah mungkin untuk mengamatinya tanpa pembagian. Karena pembagian mengisyaratkan konflik, seperti India dan Pakistan, seperti China, dan Amerika, dan Rusia, Anda tahu semua itu. Secara politik, pembagian menghasilkan kekisruhan, secara psikologis, pembagian menghasilkan konflik tanpa akhir, ke dalam, ke luar. Sekarang, untuk mengakhiri konflik ini adalah mengamati tanpa 'si aku'.
24:45 C: I wouldn’t even say observe. C:Saya bahkan tidak akan mengatakan mengamati.
24:49 K: To observe ‘what is’. K:Mengamati 'apa adanya'.
24:51 C: Well, when you observe then you are judging. C:Baik, ketika Anda mengamati, maka Anda menilai.
24:58 K: No, that is what I mean. You can observe through criticism, through evaluation. K:Bukan, itulah yang saya maksudkan. Anda dapat mengamati melalui pengecaman, melalui penilaian.
25:09 C: But a total observation.

K: That’s partial. To observe totally, in that there is no evaluation at all.
C:Tapi suatu pengamatan yang total.

K:Itu parsial. Mengamati secara total, dalam itu tiada penilaian sama sekali.
25:17 C: There is no observer either. C:Tiada si pengamat juga disitu.
25:18 K: Therefore what is meditation then? K:Karenanya, apakah meditasi itu?
25:22 C: That is meditation.

K: That is meditation. So in observing disorder, which is essentially meditation, in that observation there’s order, not the order that the intellect creates. So meditation is not a personal search for personal experience. Right? Meditation is not the search for a transcendental experience, which will give you great energy to become more mischievous. Meditation is not personal achievement, sitting next to God. Meditation then is a state of mind in which ‘the me’ is absent and therefore that very absence brings order. And that order must exist to go any further. You follow, sir? Without that order things become silly. It’s like these people who go around dancing, chanting and repeating ‘Krishna’, and all that silly stuff, that’s not order. They are creating colossal disorder. As the Christians are creating great disorder, as the Hindus, the Buddhists. As long as you are held within a pattern you must create disorder in the world. The moment you say, ‘America must be the super-power’, you are going to create disorder.
C:Itu adalah meditasi.

K:Itu adalah meditasi. Jadi, dalam pengamatan kekacauan, yang secara esensial adalah meditasi, di dalam pengamatan itu ada ketertiban, bukan ketertiban yang diciptakan intelek. Jadi, meditasi bukan suatu pencarian pribadi untuk pengalaman pribadi. Benar? Meditasi bukan suatu pencarian untuk suatu pengalaman transendental, yang akan memberi Anda energi besar untuk menjadi lebih nakal. Meditasi bukan pencapaian pribadi, duduk di sisi Tuhan. Meditasi lalu adalah suatu keadaan batin, dalam mana 'si aku' tidak hadir... dan karenanya, justru ketidak- hadiran itu membawa ketertiban. Dan ketertiban itu harus ada untuk melangkah lebih jauh. Anda mengikuti, Tuan? Tanpa ketertiban itu, semuanya akan menjadi pandir. Itu seperti orang-orang yang berdansa berputar-putar, bernyanyi dan mengulang-ulang 'Krishna', dan semua yang bodoh itu, itu bukan ketertiban. Mereka menciptakan kekacauan yang kolosal. Seperti orang-orang Kristiani menciptakan kekacauan yang besar, seperti orang-orang Hindu, Buddhis. Selama Anda ditahan dalam suatu pola, Anda pasti menciptakan kekacauan di dunia. Begitu Anda berkata, 'Amerika harus menjadi adikuasa', Anda akan menciptakan kekacauan.
27:44 So then the next question, sir, from that arises, it is necessary to inquire: can the mind observe without time, without memory which is the material of the mind? Memory and time are the material of the mind. Can it observe without those two ends: time and memory? Because if it observes with memory, the memory is the centre, ‘the me’. Right? And time is ‘the me’ also, time is the evolution of the brain cells as evolving, evolving, becoming, all the rest. So can the mind observe without memory and time? Which is only possible when the mind is completely still. And the traditional people recognize this? so they say, ‘We must practise in order to be silent’! So control your mind – you know, the tricks they play. Jadi pertanyaan berikutnya, Tuan, dari situ timbul, adalah perlu untuk menyelidiki: dapatkah batin mengamati tanpa waktu, tanpa memori, yang adalah bahan dari batin? Memori dan waktu adalah bahan dari batin. Dapatkah ia mengamati tanpa dua ujung itu: waktu dan memory? Karena jika ia mengamati dengan memori, memori adalah pusatnya, si 'aku'. Benar? Dan waktu adalah 'si aku' juga, waktu adalah evolusi dari sel-sel otak... berevolusi, berkembang, menjadi, semuanya itu. Jadi, dapatkah batin mengamati tanpa memori dan waktu? Yang hanya mungkin jika batin sepenuhnya diam. Dan orang-orang tradisional mengakui ini, jadi mereka katakan, 'Kita harus berlatih agar supaya diam'! Jadi, kendalikan batin Anda - Anda tahu, trik-trik yang mereka mainkan.
29:32 C: I don’t see any particular importance in laying emphasis on the stillness of the mind at all, because if one is able to see the non-dualistic way of looking at situations, then you have further energy to flow out. C:Saya sama sekali tidak melihat kepentingan khusus apa pun... dalam meletakkan tekanan pada keheningangan pikiran, karena jika seseorang mampu melihat... cara memandang non-dualistik pada situasi-situasi, Anda lalu mempunyai energi untuk mengalir ke luar.
29:47 K: You can only have further energy to flow, greater energy when the mind is quiet, obviously. K:Anda hanya dapat energi lebih lanjut untuk mengalir, energi lebih besar ketika batin diam, jelas demikian.
29:53 C: But to lay the emphasis on stillness... C:Tapi untuk menekankan pada keadaan diam...
29:55 K: Ah, no. We said, to observe disorder, there ‘the me’, with its memories, with its structure of time must not be, then in that quality there is a quietness of the mind, which observes. That stillness is not an acquired practised thing, it comes naturally when you have order. You see, sir, after all, what one can do is to point out and help the person to go to the door, it is for him to open the door, you can’t do any more than that. And this whole idea of wanting to help people, wanting to... you know, you become a do-gooder. And a do-gooder is not a religious man at all. Shall we go on with this?

C: I think so. There is a further thing to be quantified when you make emphasis on absolute peace.
K:Ah, tidak. Kami katakan, mengamati kekacauan, di situ 'si aku', dengan segala me- morinya, dengan struktur waktunya, harus tidak ada, lalu dalam kualitas itu, ada suatu keadaan diam dari batin, yang mengamati. Keadaan diam itu bukan sesuatu yang didapat melalui praktek, itu datang secara wajar ketika Anda memiliki ketertiban. Anda lihat, Tuan, betapapun, apa yang dapat dilakukan seseorang adalah untuk menunjukkan... dan membantu orang untuk pergi ke pintu, adalah terserah dia untuk membuka pintu, Anda tidak dapat melakukan lebih daripada itu. Dan seluruh ide untuk ingin membantu orang, ingin untuk... Anda tahu, Anda menjadi seorang pelaku kebaikan. Dan seorang pelaku kebaikan sama sekali bukan seorang religius. Akan kita teruskan dengan ini?

C:Saya pikir demikian. Ada sesuatu lainnya untuk diklarifikasi... ketika Anda membuat tekanan pada perdamaian absolut.
31:59 K: Ah! I said, sir, complete order is complete quietness of the mind. Quietness of the mind is the most active mind. K:Ah! Saya katakan, Tuan, ketertiban lengkap adalah keadaan diam yang lengkap dari batin. Batin yang diam adalah batin yang paling aktip.
32:18 C: That’s what I want you to say. C:Itulah apa yang saya hendak agar Anda katakan.
32:19 K: It’s the most dynamic thing, it isn’t just a dead thing. K:Itu adalah sesuatu yang paling dinamis, itu bukan suatu hal yang mati.
32:24 C: People could misunderstand. C:Orang dapat salah mengerti.
32:26 K: Because they are only used to practice which will help them to become – that is death. But a mind that has gone, inquired into all this, this way, becomes extraordinarily active and therefore quiet. K:Karena mereka hanya terbiasa dengan praktek, yang akan membantu mereka untuk menjadi - yang adalah kematian. Tapi suatu batin yang telah menyelidiki semua ini, jalan ini, menjadi luar biasa aktif dan karenanya diam.
32:40 C: That’s what I mean, yes. C:Itulah yang saya maksudkan, ya.
32:43 K: It’s like a great dynamo.

C: Yes.
K:Itu seperti suatu dinamo yang besar.

C:Ya.
32:46 K: The greater the speed the most vitality. Of course, man, I don’t know, is seeking more energy, he wants more energy – to go to the moon, to go and live under the sea – you follow? He is striving for more, and more, and more. And I think the search for more does lead to disorder. The consumer society is a disorderly society. You see, the other day I saw in some place a paper tissue, Kleenex, which was all beautifully decorated! You follow? So our question is: does the observation of disorder bring order? That’s really a very important point because for us, for most people, effort is demanded in bringing about order, because human beings are used to effort, struggle, fight, suppress, force oneself. Now, all that has led to disorder, socially, outwardly and inwardly. Right? And the difficulty with human beings is that they have never observed, they have never observed a tree, a bird, without division. Since they have never observed totally a tree or a bird, they can’t observe themselves totally. They can’t see the total disorder in which one lives, there is always an idea that partially in me, somewhere, there is order which is looking at disorder. You follow what I mean? So they invent the higher self, which will put order, which will bring about order in disorder; God is in you and pray to that God, he will bring about this order. Always this effort. What we are saying is that where there is ‘the me’ there must be disorder. And if I look at the world through ‘the me’, the world outside or the world inside, there is not only division, which brings conflict, that division creates chaos in the world, disorder in the world. Now, to observe all that totally, in which there is no division, this observation is meditation. For that you don't have to practise, all that you have to do is to be aware of what exactly is going on inside and outside, just to be aware. That’s enough, isn’t it? K:Makin tinggi kecepatannya, makin besar vitalitasnya. Tentu, manusia, saya tidak tahu, mencari lebih banyak energi, dia ingin lebih banyak energi - untuk pergi ke bulan, untuk pergi dan tinggal di bawah laut - Anda mengikuti? Dia berjuang untuk dapat lebih, dan lebih, dan lebih. Dan saya pikir, pencarian untuk menambah, menggiring ke kekacauan. Masyarakat konsumen adalah masyarakat kacau. Belum lama berselang, saya lihat di tempat tertentu suatu tisyu kertas, Kleenex, yang dihiasi sangat indah! Anda mengikuti? Jadi pertanyaan kami adalah: apakah pengamatan akan kekacauan membawa ketertiban? Itu suatu hal yang amat penting, sebab bagi kita, bagi sebagian besar orang, usaha dituntut dalam mewujudkan ketertiban, karena manusia terbiasa untuk berusaha, berjuang, bertarung, menindas, memaksa diri. Nah, semua itu telah menggiring ke kekacauan, dalam bidang sosial, di luar dan di dalam. Benar? Dan sulitnya dengan manusia adalah, bahwa mereka tidak pernah mengamati, mereka tidak pernah mengamati pohon, burung, tanpa pemisahan. Karena mereka tidak pernah mengamati pohon atau burung secara total, mereka tidak dapat mengamati dirinya secara total. Mereka tidak dapat melihat kekacauan total dalam mana seseorang hidup, selalu ada ide bahwa sebagian di dalam diri saya, atau entah di mana, bahwa ada ketertiban yang melihat ke kekacauan. Anda mengikuti yang saya maksudkan? Jadi mereka menciptakan suatu pribadi yang lebih tinggi, yang akan menertibkan, yang akan membawa ketertiban dalam kekacauan; Tuhan ada di dalam diri Anda... dan berdoalah pada Tuhan itu, dia akan mewujudkan ketertiban ini. Selalu ada usaha ini. Apa yang kami katakan adalah, bahwa di mana di situ ada 'si aku', di situ pasti ada kekacauan. Dan jika saya melihat ke dunia melalui 'si aku', dunia di luar atau dunia di dalam, di situ tidak hanya ada pembagian, yang membawa konflik, pembagian itu menciptakan kekisruhan di dalam dunia, kekacauan di dalam dunia. Sekarang, mengamati semua itu secara total, di dalam mana tidak ada pembagian, pengamatan itu adalah meditasi. Untuk itu, Anda tidak perlu berlatih, semua yang Anda perlukan adalah mewaspadai... apa yang sebenarnya terjadi di dalam dan di luar, hanya sekedar mewaspadai. Itu sudah cukup, bukankah?