Krishnamurti Subtitles home


SD74CA12 - Cinta, seks dan kesenangan
Percakapan ke-12 dengan Allan W. Anderson
San Diego, USA
25 Februari 1974



0:37 Krishnamurti in Dialogue with Dr. Allan W. Anderson Dialog Krishnamurti dengan Dr. Allan W. Anderson
0:42 J. Krishnamurti was born in South India and educated in England. For the past 40 years he has been speaking in the United States, Europe, India, Australia, and other parts of the world. From the outset of his life's work he repudiated all connections with organised religions and ideologies and said that his only concern was to set man absolutely unconditionally free. He is the author of many books, among them The Awakening of Intelligence, The Urgency of Change, Freedom From the Known, and The Flight of the Eagle. This is one of a series of dialogues between Krishnamurti and Dr. Allan W. Anderson, who is professor of religious studies at San Diego State University where he teaches Indian and Chinese scriptures and the oracular tradition. Dr. Anderson, a published poet, received his degree from Columbia University and the Union Theological Seminary. He has been honoured with the distinguished Teaching Award from the California State University. J. Krishnamurti lahir di India Selatan... dan dididik di Inggris. Selama 40 tahun terakhir... ia telah berceramah di Amerika Serikat, Eropa, India, Australia, dan di bagian-bagian lain di dunia. Sejak awal pekerjaannya... ia telah menanggalkan semua hubungannya... dengan agama-agama resmi dan ideologi-ideologi... dan berkata bahwa satu-satunya keperduliannya adalah... untuk membuat manusia secara mutlak bebas tanpa syarat. Ia adalah penulis dari banyak buku-buku, diantaranya The Awakening of Intelligence, The Urgency of Change, Freedom From the Known, dan The Flight of the Eagle. Ini adalah salah satu dari serangkaian dialog antara... Krishnamurti dan Dr. Allan W. Anderson, yang adalah profesor dalam bidang studi-studi keagamaan... di San Diego State University... di mana ia mengajar kitab- kitab suci India dan China... dan tradisi kepercayaan dewa-dewanya. Dr. Anderson, seorang penyair, menerima gelarnya dari Columbia University... dan Union Theological Seminary. Ia telah dianugerahi Teaching Award yang terhormat... dari California State University.
1:48 A: Mr. Krishnamurti, in our last conversation we were talking about religion as a phenomenon in relation to our concern for enquiring into the transformation of each individual human being, a transformation that is not dependent on knowledge or time, and during our discussion of religion you were speaking about what you regarded to be religion in the true sense, its relation to the act of attention and how, when the whole personal history of hurt is a reference, this act of attention simply is vitiated, it cannot come to pass. And through the discussion of hurt that we had we touched towards the end of the discussion on love, and if it's agreeable with you, perhaps we could explore this question of love now. A:Tuan Krishnamurti, pada dialog kita terakhir kita sedang... membicarakan tentang agama sebagai sebuah fenomena... yang terkait dengan kepedulian kita untuk menyelidiki... transformasi dari setiap umat manusia. suatu transformasi yang tidak... tergantung pada pengetahuan dan waktu, dan pada waktu diskusi kita tentang agama... Anda berbicara perihal... apa yang Anda maksudkan sebagai agama dalam arti yang sesungguhnya. dalam hubungannya dengan tindakan dari perhatian... dan bagaimana, ketika seluruh sejarah pribadi dari luka... adalah acuan, tindakan dari perhatian benar-benar dilemahkan, ia tidak dapat terwujud. Dan melalui diskusi yang telah kita lakukan tentang luka batin, kita menyentuh pada akhir diskusi tentang cinta, dan jika Anda berkenan, barangkali kita sekarang dapat meng- eksplorasi pertanyaan tentang cinta.
3:00 K: Sir, when you use the word 'explore', are we using that word intellectually, exploring with the intellect, or exploring in relation to the word and seeing in that word the mirror, which will reveal ourselves in that mirror? K:Tuan, ketika Anda menggunakan kata 'explore' (eksplorasi), apakah kita menggunakan kata itu secara intelektual, mengeksplorasi dengan intelek, atau mengeksplorasi dalam hubungan dengan kata tersebut... dan melihat dalam kata itu cerminnya, yang akan mengungkap diri kita di cermin tersebut.
3:30 A: I hope the latter.

K: Yes. That is, the word is the mirror, in which I, as a human being, am observing. So the word 'explore' really means observing myself in the mirror of the word which you have used. So the word then becomes the thing, not just a word by itself.

A: Right.
A:Saya harap yang terakhir.

K:Ya Yang berarti, kata itu adalah cermin, dalam mana saya, sebagai seorang manusia, mengamati. Jadi kata 'eksplorasi' benar-benar berarti mengamati diri sendiri... dalam cermin dari kata yang Anda gunakan. Sehingga kata kemudian menjadi bendanya, bukan hanya sebuah kata semata.

A: Benar.
4:06 K: And therefore it is not intellectual exploration, a theoretical explanation. K:Dan karenanya, itu bukan hanya eksporasi secara intelek. suatu penjelasan teoritis.
4:14 A: It could be the beginning of a meditation. A:Itu dapat merupakan awal dari suatu meditasi.
4:17 K: That's what I want to make quite clear.

A: Yes. Well, that is where I would want to be in relationship to the subject.

K: Yes. And exploring also means: the mind must be very serious, not caught up in the mere desire to achieve something, to know how to love, how to acquire the neighbour's love. You follow, sir?

A: Yes. Become a successful lover.
K:Itulah yang saya ingin buat menjadi amat jelas

A: Ya. Baik, di situlah saya ingin berada... sehubungan dengan subjeknya.

K: Ya. Dan eksplorasi juga berarti: batin harus sangat serius, tidak terjebak dalam sekedar keinginan untuk mencapai sesuatu. untuk mengetahui bagaimana untuk mencinta, bagaimana untuk memperoleh cinta dari tetangga. Anda mengikutinya, Tuan?

A: Ya. Menjadi pencinta yang berhasil.
4:56 K: Successful lover, yes. So, I think - when we explore that word, and the meaning, the significance of it - one has to be very, very serious about this matter, because they are using this word so loosely, it has become so corrupt - love of God, love of my wife, love of my property, love of my country, I love to read, I love to go to the cinema - you follow? And one of our difficulties is modern education is not making us serious. We are becoming specialists: I am a first class doctor, first class surgeon, first class physician, and so on, so on. But the specialist becomes a menace that way. K:Pencinta yang berhasil, ya. Jadi, saya pikir - ketika kita mengeksplorasi kata itu, dan artinya, maknanya - orang harus sangat, sangat serius tentang hal ini, karena mereka menggunakan kata ini secara seenaknya, ia menjadi demikian korupnya... - cinta akan Tuhan, cinta istri saya, cinta harta, cinta negara saya, saya suka membaca, saya suka ke bioskop - Anda mengikuti? Dan salah satu kesulitan kita adalah... pendidikan modern tidak membuat kita menjadi serius. Kita menjadi spesialis: Saya seorang dokter kelas utama, ahli bedah kelas utama, ahli fisika kelas utama, dan seterusnya, seterusnya. Tetapi si spesialis dengan demikian menjadi suatu ancaman.
5:55 A: A learned ignoramus.

K: Yes. And education, as we were saying previously, is to encourage, to see that the human mind is serious. Serious to find out what it means to live, not just become a specialist. So, if that is all understood, and much more, what is love? Is love pleasure? Is love the expression of desire? Is love sexual appetite fulfilled? Is love the pursuit of a desired end? The identification with a family, with a woman, with a man? Is love a thing that can be cultivated? That can be made to grow when I have no love, I think about it, I do all kinds of things to it, so that I will know how to love my neighbour?
A:Orang bebal yang terpelajar.

K:Ya. Dan pendidikan, seperti yang kita katakan sebelumnya, adalah untuk memberi semangat, untuk menjaga agar batin manusia serius. Serius untuk mencari tahu apa artinya hidup, tidak sekedar hanya menjadi seorang ahli. Jadi jika semua itu dimengerti, dan lebih daripada itu, apakah cinta? Apakah cinta itu kenikmatan? Apakah cinta perwujudan dari nafsu? Apakah cinta terpenuhinya nafsu seksual? Apakah cinta pengejaran akan tujuan nafsu? Identifikasi dengan sebuah keluarga, seorang wanita, seorang pria? Apakah cinta adalah sesuatu yang dapat dikembangkan? Yang dapat dibuat berkembang ketika saya tidak memiliki cinta, Saya memikirkannya, saya melakukan segala hal padanya, sehingga saya akan tahu bagaimana menyayangi tetangga saya?
7:34 A: We sometimes hear the admonition that one has to work at it. Yes. In terms of our conversations up to now that would be a denial of it. A:Kita kadang-kadang mendengar teguran... bahwa orang harus mengusahakannya. Ya. Dalam diskusi kita hingga sekarang, itu merupakan penyangkalan darinya.
7:47 K: So, is love pleasure? And apparently it is, now. K:Jadi, apakah cinta suatu kenikmatan? Dan kelihatannya demikian, sekarang.
7:58 A: It seems to have been debased to that. A: Kelihatannya sudah direndahkan ke seperti itu.
7:59 K: I mean, actually it is, that is what we call love. Love of God. I don't know what God is and yet I am supposed to love him. And therefore I transfer my pleasures - of the world, of things, of sex - to a higher level which I call God. It is still pleasure! So what is pleasure in relation to love? What is enjoyment in relation to love? What is joy, the unconscious feeling of joy? The moment I recognise joy it is gone. And what is the relationship of joy, enjoyment and pleasure with love? Unless we understand that we shan't understand what love is. K:Maksud saya, sesungguhnya demikian, itulah yang kita sebut cinta. Cinta akan Tuhan. Saya tidak tahuTuhan itu apa... dan meski demikian saya diharapkan mencintainya. Dan karenanya saya mengalihkan kenikmatan-kenikmatan saya... - duniawi, kebendaan, seks - ke tingkat lebih tinggi yang saya se- but Tuhan. Itu tetap kenikmatan! Jadi apakah kenikmatan dalam hubungan dengan cinta? Apakah kegembiraan dalam hubungan dengan cinta? Apakah suka cita, rasa yang tidak disadari dari suka cita? Saat saya mengenali suka cita, ia hilang. Dan apakah hubungannya suka cita, suka cita dan kenikmatan dengan cinta? Kecuali kita memahaminya, kita tidak dapat mengerti cinta itu apa.
9:07 A: Yes, yes, I have followed you. A:Ya, ya. Saya mengikut Anda.
9:12 K: And take what is happening. Love has been identified with sex, love-making, love sexually - you follow, sir? K:Dan memahami yang terjadi. Cinta sudah diidentifikasikan dengan seks, aktivitas seks, mencintai secara seksual - Anda mengikuti, Tuan?
9:24 A: The very construction: love-making, making love. A: Konstruksi yang hebat: aktivitas seks, berhubungan seks.
9:28 K: It's a horrible thing! I feel it gives me a shock: 'love-making', as though that was love. You see, sir, I think this is very important, the Western civilisation has put this over the whole of the earth, through cinemas, through books, through pornography, through every kind of advertisements, stories, this sense of love is identification with sex, which is pleasure, basically. K:Itu sesuatu yang mengerikan! Itu mengagetkan saya: 'aktivitas seks', sepertinya itu adalah cinta. Anda melihat Tuan, saya kira hal ini sangat penting, Peradaban Barat... telah menyebarkannya ke seluruh dunia, melalui bioskop, buku-buku, melalui pornografi. melalui segala bentuk iklan, cerita. rasa cinta ini adalah identifikasi dengan sex, yang sesungguhnya adalah kenikmatan, secara mendasar.
10:13 A: The whole glamour industry is based on that. A:Seluruh industri kemegahan berlandaskan hal itu.
10:15 K: On that.

A: On that.
K:Berlandaskan itu.

A:Berlandaskan itu.
10:16 K: All the cinema, you know, the whole thing. So can the mind - again, we must come back to the point - can the mind understand the nature of pleasure and its relationship to love? Can the mind that is pursuing pleasure, an ambitious mind, a competitive mind, a mind that says, I must get something out of life, I must reward myself and others, I must compete. Can such a mind love? It can love sexually. But is love of sex, is that the only thing? And why have we made sex such an enormous affair? Volumes are written on it. Unless really one goes into this very, very deeply, the other thing is not possible even to understand. We can talk endlessly about what love is, what love is not, theoretically. But if we use the word 'love' as a mirror to see what is happening inwardly, and I inevitably must ask the question whether it is pleasure - in its multiple forms. Can a man who is top executive, got to that position through drive, through aggression, through deception, through ruthlessness, can he know what love is? And can the priest, who talks everlastingly of God, he is ambitious to become a bishop, archbishop or whatever, his ambitions are to sit next to Jesus. K:Semua bioskop, Anda tahu, seluruhnya. Jadi, dapatkah batin, - sekali lagi kita harus kembali pada titik ini - dapatkah batin mengerti hakikat dari kenikmatan... dan hubungannya dengan cinta? Dapatkan batin yang mengejar kenikmatan, batin yang ambisius, batin yang bersaing, batin yang berkata, saya harus mendapatkan sesuatu dari kehidupan, saya harus mengganjar diri saya dan orang, saya harus Bersaing. Dapatkah batin yang demikian, mencintai? Ia dapat mencintai secara seksual. Tapi apakah cinta akan seks, apakah itu satu-satunya? Dan mengapa kita membuat seks menjadi sebuah perkara yang besar? Banyak sekali telah ditulis atas nama itu. Kecuali jika orang masuk sangat, sangat dalam, hal yang lainnya tidak mungkin untuk dipahami. Kita bisa bicara tidak ada habisnya tentang apakah itu cinta, tentang apa yang bukan cinta, secara teoritis. Tapi bila kita menggunakan kata 'cinta' seperti suatu cermin... untuk melihat apa yang terjadi di dalam, dan saya tidak terhindarkan harus bertanya... apakah itu adalah kenikmatan - dalam banyak bentuknya. Dapatkah seorang yang adalah seorang eksekutif top, yang mendapatkan posisi tersebut melalui semangat, melalui agresi, melalui muslihat, melalui kekejaman, dapatkah dia mengetahui apakah cinta itu? Dan dapatkah seorang pendeta, yang terus-menerus membicarakan Tuhan, dia ambisius untuk menjadi uskup, kardinal atau apapun, ambisi-ambisi dia adalah... untuk duduk di sebelah Jesus.
12:37 A: Who will sit on the right hand.

K: Right hand. So can that priest who talks about it know what love means?
A:Yang akan duduk di sisi kanannya.

K:Sisi kanan. Jadi, dapatkah pendeta yang mem- bicarakan hal itu, tahu makna cinta?
12:45 A: No, he thinks he can with reference to something called a higher love, which is based on a denial of a lower one. A:Tidak, dia pikir dia bisa... dengan acuan pada sesuatu yang disebut cinta yang lebih tinggi. yang didasari penolakan terhadap yang lebih rendah.
12:55 K: Yes, I mean that's just words.

A: So that's conflict. In that conflict there can be no love.
K:Ya. Saya maksud itu hanya kata-kata belaka.

A:Jadi itu adalah konflik. Dalam konflik itu tidak bisa ada cinta.
13:02 K: So, then our whole social, moral structure is immoral! K:Jadi, seluruh struktur sosial dan moral kita adalah tak bermoral.
13:11 A: Oh yes.

K: I mean, sir, this is a thing that is appalling! And nobody wants to change that. On the contrary, they say, yes, let's carry on, put on a lot of coating on it, different colours, more pleasant, and let's carry on. So, if a man is really concerned to come upon this thing called love, he must negate this whole thing, which means he must understand the place of pleasure, whether intellectual pleasure, acquisition of knowledge as pleasure, acquisition of a position as power, you follow? The whole thing. And how is a mind that has been trained, conditioned, sustained in this rotten... social conditioning, how can it free itself before it talks about love? It must first free itself of that. Otherwise your talk of love, it's just another word, it has no meaning!
A:Oh ya.

K:Saya maksudkan, Tuan, ini adalah hal yang mengerikan! Dan tidak seorangpun berniat merubahnya. Kebalikannya, mereka mengatakan, ya, mari kita lanjutkan tambahkan lebih banyak lapisan padanya, lebih banyak warna, lebih menyenangkan, dan marilah kita lanjutkan. Jadi, jika seseorang benar-benar prihatin... untuk menemukan apa yang disebut cinta, dia harus menegasi semuanya ini, yang artinya dia harus memahami tempat dari kenikmatan, baik itu kenikmatan intelektual, perolehan pengetahuan sebagai kenikmatan, perolehan posisi sebagai kekuasaan, Anda mengikuti? Keseluruhannya. Dan bagaimanakah batin yang telah terlatih, terkondisi. dipertahankan dalam kebusukan ini... keterkondisian sosial, bagaimanakah ia membebaskan diri sebelum ia berbicara tentang cinta? pertama-tama ia harus membebaskan dirinya dari itu. Kalau tidak, pembicaraan Anda tentang cinta, hanyalah sebuah kata lain, yang tidak mengandung makna!
14:42 A: We do seem, in Western culture particularly, to be very sex-bound. On the one hand, we are threatened with unhappiness, if we don't succeed sexually. A:Kita agaknya, di budaya Barat terutama, sangat terikat dengan seks. Di satu sisi, kita terancam oleh ketidakbahagiaan, jika kita tidak berhasil secara sexual.
14:59 K: Sexually, yes. That's right. K:Secara sexual, ya. Itu benar
15:01 A: Yet on the other hand, the whole history of clinical psychology focuses precisely on the pathology of sexuality... A:Tapi di sisi lain, seluruh sejarah psikologi klinis... justru fokus pada patology dari seksualitas.
15:11 K: Of course.

A: ...as somehow able, in itself, as a study, to free us. The interrelationship between those two activities, the desire to succeed on the one hand, and the necessity to study what's the matter with the drive on the other, brings about a paralysis.
K:Tentu saja

A:...entah bagaimana mampu, dalam dirinya sendiri, sebagai sebuah studi, membebaskan kita. Antar hubungan antara dua kegiatan itu, keinginan untuk berhasil di satu sisi, dan kebutuhan untuk mempelajari... apa masalahnya dengan dorongan di sisi lainnya, membawa suatu kelumpuhan.
15:35 K: So you see, this thing, sex, has become, I don't know, of such enormous importance right through the world now. In Asia they cover it up. They don't talk about it there. If you talk about sex, it is something wrong. Here you talk endlessly about it. But there you don't, certain things you don't talk about - you talk about it in the bedroom, or perhaps not even in the bedroom. But you never, I mean, it's not done. And when I talk in India, I bring it out. They are a little bit shocked, because a religious man is not supposed to deal with all that kind of stuff. K:Jadi Anda melihat, hal ini, seks, telah menjadi, saya tidak tahu, demikian luar biasa pentingnya di seluruh dunia sekarang ini. Di Asia mereka menutupinya. Mereka tidak membicarakannya. Jika Anda membicarakan seks, itu sesuatu yang salah. Di sini Anda membicarakannya tanpa akhir. Tapi di sana tidak, Hal-hal tertentu Anda tidak membicarakannya... - Anda membicarakannya di kamar tidur, atau bahkan tidak di kamar tidur. Tapi tidak pernah, saya maksudkan, itu tidak dilakukan. Dan ketika saya berbicara di India, saya mengangkatnya Mereka sedikit terkejut, karena... seorang religius tidak sepatutnya berurusan dengan semua hal semacam itu.
16:23 A: He is supposed to be beyond that. A:Dia dianggap berada di luar hal itu.
16:26 K: He is supposed to be, but he mustn't talk about it. That's one of the things, sir, why has sex become so important? You see, love is, after all, a sense of total absence of the 'me', total absence of the me - my ego, my ambitions, my greed - all that, which is me, total negation of all that. Negation, not brutal denial or surgical operation, but the understanding of all that. When the 'me' is not, the other is. Obviously. It's so simple! You know, sir, the Christian sign, the cross, - I was told - is a very ancient symbol, previous to Christian acceptance of that symbol.

A: Yes.
K:Dia dianggap demikian adanya, teta- pi dia tidak boleh membicarakannya. Itu adalah salah satu hal, Tuan, mengapa seks menjadi hal yang demikian penting? Anda lihat, cinta adalah, bagaimanapun, suatu rasa dari ketidakhadiran total dari si 'aku', Ketidakhadiran total dari si aku... - ego saya, ambisi saya, kerakusan saya - semua itu, yang adalah aku, negasi total dari semua itu. Negasi, bukan penolakan brutal atau tindakan bedah, tetapi pemahaman tentang semua itu. Ketika si aku tiada, yang lain ada. Tentu saja. Itu demikian sederhananya! Anda tahu , Tuan, simbol Kristen, Salib. - saya diberitahu - adalah sebuah simbol yang sangat kuno, sebelum simbol itu diterima oleh orang Kristen.

A:Ya
17:28 K: It meant, wipe out the 'I'. K:Itu berarti, hapuskan si 'Aku'.
17:33 A: I had never heard of that. Wipe out.

K: Wipe out the 'I', the me. The 'I', wipe it out. You understand, sir?

A: Yes. In a non-canonical statement of Jesus it's written that he remarked that unless you make your up down and your down up, your right left, left right, the complete total turning of something upside down that one has been accustomed to do - a 180 degree turn - then one doesn't come to the kingdom of heaven, which, of course, in his language, is not over here to be expected. He said precisely, it doesn't come by observations, it's not here, it's not there, it's within one - in the Greek it doesn't mean 'in' as a locus, but it is a presence.
A:Saya tidak pernah mendengarnya. Hapuskan.

K:Hapuskan si 'Aku', si aku. Si 'Aku', hapuskan. Anda pahami, Tuan?

A:Ya. Dalam suatu pernyataan non-kanonik dari Jesus... tertulis bahwa dia menyatakan... bahwa kecuali jika Anda menempatkan apa yang di atas Anda ke bawah... dan yang di bawah ke atas, yang kanan ke kiri, yang kiri ke kanan, penjungkir-balikan yang total dari sesuatu... yang orang terbiasa melakukannya - suatu pembelokan 180 derajat - maka orang tidak masuk kerajaan surga, yang tentunya dalam bahasa dia, tidak berada di sini... untuk diharapkan. Dia tepatnya mengatakan, itu tidak datang dengan pengamatan, itu tidak di sini, itu tidak di sana, itu di dalam diri orang... - dalam bahasa Yunani itu tidak berarti di 'dalam'... sebagai suatu tempat, tapi itu suatu kehadiran.
18:28 K: It is a presence.

A: Yes.
K:Itu suatu kehadiran.

A: Ya
18:30 K: So when we are enquiring into this question of love, we must enquire into pleasure, pleasure in all its varieties, and its relationship to love, enjoyment to love, real joy, this thing which can never be invited, and its relation to love. So we had better begin with pleasure. That is, the world has made sex into an immense thing. And the priests, right through the world, have denied it. They won't look at a woman, though they are burning inside with lust and all kinds of things. They shut their eyes. They say, only a man who is a celibate can go to God. Think of the absurdity of such a statement! So anybody who has sex is damned forever. K:Jadi ketika kita menyelidiki ke dalam masalah cinta, kita harus mempelajari kenikmatan, kenikmatan dalam semua variasinya, dan hubungannya dengan cinta, suka cita dengan cinta, suka cita yang sesungguhnya, yang tidak pernah bisa diundang. dan hubungannya dengan cinta. Maka sebaiknya kita mulai dengan kenikmatan, Yang mana, dunia telah membuat sex menjadi sesuatu yang luar biasa. Dan para pendeta, di seluruh dunia, telah menyangkalnya. Mereka tidak akan memandang seorang wanita, walaupun di dalam mereka berkobar... dengan nafsu dan segala macam hal. Mereka menutup mata mereka. Mereka berkata, hanya orang yang hidup selibat dapat pergi ke Tuhan. Pikirkanlah kekonyolan dari pernyataan ini! Jadi siapa saja yang berhubungan seks, terkutuk selamanya.
19:53 A: Then you have to invent some story as to how it was, we so-called, fell into it. A:Lalu Anda harus mengarang cerita tertentu... tentang bagaimana kejadiannya, kita jatuh ke dalamnya.
19:59 K: Fell into it, or the Virgin Mary - you follow? - the whole idea. K:Jatuh ke dalamnya, atau... Bunda Perawan Maria - Anda mengikutinya? Keseluruhan ide.
20:03 A: Yes, the whole thing.

K: Which is a farce! So why have we made it such a fantastic romantic, sentimental affair - sex? Is it because intellectually we are crippled? We are second-hand people. You follow, sir? I repeat what Plato, Aristotle, Buddha, somebody said, and therefore my mind, intellectually, is third rate!
A:Ya, keseluruhannya.

K:Yang merupakan suatu lelucon! Jadi mengapa kita membuatnya menjadi sesuatu yang luar biasa, perkara yang romantis, sentimental, - sex? Apakah karena secara intelektual kita lumpuh? Kita adalah barang bekas. Anda mengikutinya, Tuan? Saya mengulang apa yang dikatakan Plato, Aristotle, Buddha, seseorang, dan karenanya batin saya, secara intelektual, adalah kelas tiga!
20:44 A: Exactly.

K: So it is never free. So intellectually I am a slave. Emotionally I become romantic. I become sentimental. And the only escape is sex, where I am free, if the woman or the man agrees, if they are compatible, then it is the only road, only door, through which I say, for God's sake, at least I am free here. In the office I am bullied - you follow, sir? - in the factory I just turn the wheels. So this is the only escape for me. The peasant in India, the poor villager in town or in villages, look at them, that is the only thing they have. And religion is something else: I agree, we should be celibate, we should be - all the rest of it, but for God's sake, leave us alone with our pleasures, with our sex. So if that is so, and it looks like that, that we are intellectually, morally, spiritually crippled human beings, degenerate, and this is the only thing that gives us some release, some freedom. In other fields I have no freedom. I have to go to the office every day. I have to go to the factory every day. I have to - you follow? - cinema once, three times a week, or whatever it is you do, you've got... and here, at last, I am a man, woman. So I have made this thing into an enormous affair. And, if I am not sexual, I have to find out why I am not sexual, I spend years to find out! You follow, sir? Books are written. It has become a nauseating thing, a stupid thing. And we have to, also, in relation to that, find out what is celibacy? Because they have all talked about it. Every religion has talked about it: that you must be celibate. And they said, Christian religion said: Jesus was born immaculate. You follow it? And the Buddhists, I don't know if you ever heard of the story that the Buddha's mother conceived because she... not out of human relationship, but out of... - the same thing! They don't want sex to be associated with a religion. And yet every priest is burning with it! And they said, you must be celibate. They take a vow of celibacy. I told you the story of that poor monk.

A: Oh yes, yes. A deeply moving story.

K: And what is celibacy? Is it in there, in your heart and your mind? Or just the act?
A:Tepat sekali.

K: Jadi, itu tidak pernah bebas. Jadi secara intelektual saya adalah budak. Secara emosional saya menjadi romantis, saya menjadi sentimental. Dan satu-satunya pelarian adalah sex, di mana saya bebas, jika si wanita dan si pria sepakat, jika mereka cocok, lalu itu adalah satu-satunya jalan, pintu, melalui mana saya katakan, demi Tuhan, setidaknya saya bebas di sini. Di kantor saya di lecehkan - Anda mengikutinya, Tuan? di pabrik saya hanya memutar roda. Jadi ini adalah satu-satunya pelarian untuk saya. Petani di India, orang udik yang miskin di kota atau di desa, lihatlah mereka, itu satu-satunya yang mereka punya. Dan agama adalah sesuatu yang lain. Saya setuju, kita seharusnya selibat, kita seharusnya - dan semua yang lainnya itu, tetapi demi Tuhan, biarkan kami dengan kenikmatan kami, dengan seks kami. Jika demikian halnya, dan terlihat seperti demikian adanya, bahwa kita secara intelektual, secara moral, adalah manusia yang secara spiritual lumpuh, bobrok, dan ini adalah satu-satunya yang... memberikan suatu kelonggaran, suatu kebebasan tertentu kepada kita. Di dalam wilayah-wilayah lainnya, saya tidak memiliki kebebasan. Saya harus ke kantor tiap hari. Saya harus ke pabrik tiap hari. Saya harus - Anda mengikutinya? - se- kali, tiga kali seminggu ke bioskop, atau apapun yang Anda lakukan, Anda mendapatkan… dan di sini , akhirnya, saya adalah seorang pria, wanita. Jadi saya telah membuat hal ini menjadi suatu urusan besar. Dan jika saya tidak seksual, saya ha- rus mencari tahu mengapa saya tidak. Saya menghabiskan bertahun- tahun untuk mencari tahu. Anda mengikutinya, Tuan? Buku-buku telah ditulis. Itu menjadi sesuatu yang memuakkan, sesuatu yang bodoh. Dan kita juga harus, dalam kaitan itu, mencari tahu apakah hidup selibat? Karena mereka semua membicarakannya. Semua agama membicarakannya: bahwa Anda harus hidup selibat. Dan mereka bilang, agama Kristen berkata: Jesus dilahirkan tak bernoda. Anda mengikutinya? Dan orang Budha, saya tidak tahu apakah Anda pernah mendengar... cerita tentang Ibu sang Budha mengandung karena ia... bukan dari hubungan manusia, tapi dari... - sesuatu yang sama! Mereka tidak mau seks diasosiasikan dengan agama. Namun demikian semua pendeta berkobar dengan itu. Dan mereka bilang, Anda harus selibat. Mereka mengambil sumpah selibat. Saya telah cerita pada Anda perihal rahib yang malang itu.

A:oh ya, ya. Sebuah cerita yang amat menyentuh.

K:Dan apakah hidup selibat? Apakah itu ada di dalam sana, di dalam hati dan batin Anda? Atau sekedar tindakan?
24:40 A: If I have been following you correctly, it seems to me that you pointed to sex here as undergone in a utilitarian way. It's a means to and therefore since... A:Jika saya telah mengikuti Anda secara tepat, kelihatannya bagi saya, bahwa... Anda di sini merujuk seks seperti te- lah menempuh suatu jalan bermanfaat. Ia adalah suatu cara untuk dan karenanya...
24:58 K: A routine, an insistence, encouragement, you follow? K:Suatu rutinitas, suatu kekukuhan, dorongan, Anda mengikuti?
25:03 A: Yes. Always a goal that lies outside the activity. Therefore it can never be caught up to.

K: Quite right. Therefore conflict.
A:Ya. Selalu sebuah tujuan yang berada di luar aktifitas. Maka tidak akan pernah terlibat.

K:Tepat sekali.
25:12 A: Therefore conflict and repetition. Karenanya konflik.

A:Karenanya konflik dan pengulangan.
25:14 K: And therefore, what is celibacy? Is it the act or the mind that is chaste? You follow, sir? K:Dan oleh karena itu, apakah selibat? Apakah itu tindakan atau batin yang suci? Anda mengikuti, Tuan?
25:27 A: It must be the mind.

K: Chaste - chaste mind. Which means a tremendously austere mind. Not the austerity of severity and ruthless acceptance of a principle, and all the rest of it.
A:Itu pasti batin

K:Suci - batin yg suci. Yang artinya, sebuah batin yang sangat sederhana. Bukan kesederhanaan dari kekerasan. Dan penerimaan yang kejam akan suatu prinsip, dan semuanya itu.
25:48 A: This goes back to the earlier conversation when we were talking about hurt.

K: That's right.
A:Hal ini kembali ke pembicaraan yang lebih awal ketika kita... berbicara tentang luka.

K:Ya benar
25:52 A: The chaste mind would never be hurt.

K: Never. And therefore an innocent mind. Which has no picture of the woman, or the man, or the act, none of that imagination.
A:Batin yang suci tidak akan pernah terluka.

K:Tidak pernah. Dan karenanya, sebuah batin yang polos. Yang tidak memiliki gambaran dari wanita, atau pria, atau tindakannya,. Tidak ada imajinasi itu.
26:14 A: This is very, very fundamental. I know in our conversations that I keep bringing up things that I've read and studied, because that has largely been the occupation of my life. And the thing that moves me so deeply in listening to you is that so many of the things that have been said over the centuries, and written over the centuries, ought to have been understood in the way that you've been presenting them. We even have a tradition for instance in Christian theology that what is called the fall of man began at the point of imagination. A:Ini adalah sangat, sangat mendasar. Saya tahu dari pembicaraan- pembicaraan kita bahwa... Saya selalu mengungkap hal-hal yang telah saya baca dan pelajari, karena itu adalah sebagian besar dari pekerjaan selama hidup saya. Dan yang menggerakkan saya amat dalamnya saat mendengarkan Anda... adalah begitu banyak hal yang telah... dikatakan selama berabad-abad, dan ditulis berabad-abad, seharusnya dipahami... sesuai cara yang Anda telah sampaikan. Kita bahkan memiliki sebuah tradisi... umpamanya dalam Teologi Kristen, bahwa... apa yang disebut asal mula dosa manusia... dimulai dari titik imaginasi.
27:04 K: Right. K: Benar
27:05 A: And yet that hasn't been properly understood, it seems to me. Otherwise had it been properly understood, we would not be in this immense conflict that we are in. A:Namun hal itu belum dipahami sebagaimana mestinya, menurut pandangan saya. Sebaliknya, apabila hal itu sudah dengan tepat dipahami, kita tidak akan berada dalam konflik yang demikian besarnya.
27:19 K: Christians have first invented the sin and then all the rest of it. K:Orang Kristen pada awalnya menciptakan dosa... dan kemudian semua yang lainnya.
27:23 A: It has been the cart before the horse. Yes, I do see what you are saying. A:Itu adalah gerobak sebelum kudanya. Ya, saya melihat apa yang Anda katakan.
27:30 K: So, can the mind be chaste? Not - can the mind take a vow of celibacy and have burning desires - you follow? And we talked the other day about desire. We are burning with desire. All our glands are full of it. So, chastity means a mind that has no hurt, no image, no sense of pictures of itself, its appetites, all that. Can such a mind exist in this world? Otherwise love is not. I can talk endlessly about love of Jesus, love of this, love of that, but it becomes so shoddy. K:Jadi, dapatkah batin menjadi suci? Bukan - dapatkah batin mengambil sumpah selibat... dan mempunyai keinginan berkobar - Anda mengikuti? Dan tempo hari kita berbicara tentang nafsu. Kita terbakar oleh nafsu. Semua kelenjar kita penuh dengan itu semua. Jadi, kesucian bermakna sebuah batin... yang tidak memiliki luka, tidak punya citra, tidak ada rasa tentang dirinya, nafsunya, semua itu. Dapatkan batin yang seperti itu ada di dunia ini? Bila tidak, cinta tidak ada. Saya dapat berbicara tanpa akhir tentang cinta Jesus, cinta akan ini, cinta akan itu, namun itu akan menjadi demikian buruknya.
28:39 A: Because it's love of. A:Karena itu adalah cinta akan.
28:40 K: Yes.

A: Yes. Love as an activity is not the same as love undertaken as a means.

K: Yes, sir. So is love pleasure? I can only answer: it is not, when I have understood pleasure. And understand not verbally, but deeply, inwardly, see the nature of it, the brutality of it, the divisive process of it. Because pleasure is always divisive. Enjoyment is never divisive. Joy is never dividing. It is only pleasure that is dividing. When you listen to an Arab about the oil, the energy, it is his pride - you follow? You see it is... And you see it in the ministers, in the politicians, this whole sense of arrogance, of power. And at the same time they talk about love.
K:Ya

A:Ya Cinta sebagai suatu aktivitas tidaklah sama seperti... cinta yang dilakukan sebagai suatu sarana.

K:Ya, Tuan. Jadi apakah cinta itu kenikmatan? Saya hanya dapat menjawab: bukan, ketika saya sudah memahami kenikmatan. Dan mengerti tidak hanya secara verbal, tapi mendalam, dalam batin, melihat hakikatnya, kekejamannya, proses memecah-belahnya. Karena kenikmatan selalu memecah-belah. Suka cita tidak pernah memecah-belah. Suka cita tidak pernah memecah-belahkan. Hanya kenikmatanlah yang memecah-belah. Ketika Anda mendengar seorang Arab tentang minyak, energi, itu adalah kebanggaannya - Anda mengikuti? Anda melihat demikian adanya… Dan Anda melihatnya pada para menteri, para politisi, seluruh sikap kesombongan, kekuasaan. Dan pada saat bersamaan mereka bicara tentang cinta.
30:04 A: But it's always love of. A:Tapi itu selalu cinta akan.
30:05 K: Of course, love of, or... I don't know what they mean anyhow. It has no meaning. They say, love of my country, and my love is going to kill you! K:Tentu saja, cinta akan, atau… Saya bagaimana juga tidak tahu apa maksud mereka. Itu tidak ada artinya. Mereka mengatakan, cinta akan negara saya, dan cintaku akan membunuh Anda!
30:18 A: Yes, yes. A:Ya, Ya.
30:22 K: So, you see, sir, we have to understand this killing too. The Western civilisation has made killing a perfect art. The war, science of war. They have taught the whole world this. And probably the Christians are the greatest killers after Muslims, and, I believe, the real religious, the original Buddhists were really non-killers. K:Jadi, Anda melihat, Tuan, kita harus memahami hal membunuh ini juga. Peradaban Barat telah membuat pembunuhan suatu seni yang sempurna. Peperangan, ilmu perang. Mereka telah mengajarkan seluruh dunia hal ini. Dan mungkin orang Kristen adalah pembunuh paling besar... setelah Muslim, dan, saya percaya, orang relijius sejati, para Budhis yang semula benar-benar bukan pembunuh.
31:05 A: Yes. A:Yes.
31:06 K: The only religion that said, don't kill, and keep it! I must tell you this lovely story. I was several years ago in Ceylon, and a Buddhist couple came to see me. They said, we have got one major problem. We are Buddhist by practice. And they said, we don't kill, but we eat meat. I said, what do you mean? He said, we change our butchers. We change our butchers, therefore we are not responsible. K:Satu-satunya agama yang berkata, jangan membunuh, dan pertahankan! Saya harus menyampaikan cerita yang indah ini. Saya berada di Srilanka beberapa tahun yang lalu, dan sepasang Budhis mengunjungi saya. Mereka berkata, kita memiliki satu masalah besar. Kita adalah Budhist dengan mempraktekkannya. Dan mereka berkata, kita tidak membunuh, tapi kita makan daging. Saya berkata, apa maksud Anda? Dia berkata, kita mengganti jagal-jagal kita. Kita mengganti jagal-jagal kita kare- nanya kita tidak bertanggung jawab.
31:55 A: Amazing.

K: And we like meat. I said, is that the problem? He said, no, not at all. Our problem is: should we eat a fertilised egg because that contains life?
A:Mentakjubkan.

K:Dan kita suka daging. Saya katakan, apakah itu masalahnya? Dia berkata tidak, sama sekali tidak. Masalahnya adalah: apakah kita patut makan telur yang dibuahi, karena mengandung kehidupan?
32:08 A: Oh, dear me.

K: Just, sir... When we talk about love, we must also talk about violence and killing. We kill, we have destroyed the earth - you understand, sir?- polluted the earth. We have wiped away species of animals and birds, we are killing baby seals, you've seen them on television?

A: Oh, I have. Yes.
A:Oh, astaga.

K:Hanya, Tuan…. Ketika kita bicara tentang cinta, kita harus juga membicarakan tentang kekerasan dan pembunuhan. Kita membunuh, kita telah menghancurkan bumi... - Anda paham Tuan? - mengotori bumi. kita telah menyingkirkan spesi-spesi hewan dan burung, kita membunuh bayi-bayi anjing laut, Anda sudah melihatnya di TV?

A:Oh, ya sudah.
32:43 K: How a human being can do such a thing... K:Bagaimana seorang manusia dapat melakukan hal semacam itu…
32:46 A: It's deeply shocking. A:Itu sangat miris.
32:48 K: ...for some woman to put on that fur. And he will go back and say, 'I love my wife'. And we are trained to kill. All the generals, they are preparing endlessly means of killing others. That's our civilisation, you follow, sir? So, can a man who is ambitious love? K:…untuk sementara wanita menggunakan bulu hewan. Dan dia akan kembali dan berkata, 'saya mencintai isteri saya'. Dan kita terlatih untuk membunuh. Semua jenderal, mereka menyiapkan tanpa hentinya... sarana membunuh orang lain. Itulah peradaban kita, Anda mengikutinya, Tuan? Jadi, dapatkah seorang yang ambisius mencinta?
33:30 A: No.

K: No. Therefore finish with ambition! They won't, they want both. Therefore that means: don't kill under any circumstances, don't kill an animal! To eat... I have never eaten meat in my life, never. I don't know what it tastes like even. Not that I am proud that I am vegetarian or anything, but I couldn't do it. And killing has become an industry, killing animals to feed human beings. You follow, sir?
A:Tidak

K:Tidak. Karenanya... selesaikan ambisi! Mereka tidak mau, mereka mau dua-duanya. Dengan demikian, itu berarti: jangan membunuh... dalam situasi apa pun, jangan bunuh hewan! Untuk makan... saya tidak pernah makan daging dalam hidup saya, tidak pernah. Saya bahkan tidak mengetahui rasanya. Bukan berarti saya bangga bahwa saya vegetarian atau sesuatu apa pun, tetapi saya tidak dapat melakukannya. Dan pembunuhan telah menjadi sebuah industry, membunuh hewan untuk memberi makan u- mat manusia. Anda mengikutinya, Tuan?
34:16 A: Yes. It has, right. I was thinking as you were speaking, about chastity, and it came to me that the chaste mind would have to be an undivided mind. A:Ya. Benar. Saya berfikir pada saat Anda berbicara tentang kesucian, dan datang pada saya, bahwa... batin yang suci haruslah sebuah batin yang tidak terbagi.
34:38 K: Yes, sir. Killing and loving. K:Ya, Tuan. Membunuh dan mencinta.
34:42 A: And trying to get them together. And then taking all manner of means to palliate my obvious failure to get them together. A:Dan berusaha menggabungkannya bersama. Dan lalu mengambil segala macam cara... untuk meringankan ketidakberhasilan saya... untuk menggabungkan mereka.
34:59 K: Of course. K:Tentu saja.
35:04 A: The enormity of what you have brought out is truly staggering, and this I would like to stay with for a second, if you don't mind. I've been listening very intently. It's that your radical counsel to make this stop in oneself is so radical that it requires a kind of seriousness that is not a quantitative relationship to seriousness. In fact, we don't really understand what that word means. The relationship between seriousness and love has been coming into my awareness here. A:Keagungan yang luar biasa dari apa yang Anda tampilkan... adalah benar-benar mengejutkan... dan saya akan berdiam sejenak dengannya, jika anda tidak keberatan. Saya telah mendengarkan dengan amat saksama. Adalah saran Anda yang radikal... untuk melakukan penghentian ini dalam diri sendiri, adalah demikian radikal... yang membutuhkan suatu jenis keseriusan... yang bukan merupakan suatu hubung- an kuantitatif terhadap keseriusan. Kenyataannya, kita sebenarnya tidak mengerti arti kata tersebut. Hubungan antara keseriusan dan cinta telah... sedang hadir dalam kewaspadaan saya di sini.
36:09 K: Yes, sir, if I am serious, then I will never kill, and love then has become... is something... it is really compassion. Passion for all, compassion means passion for all. K:Ya Tuan, Jika saya serius, maka saya tidak akan pernah membunuh, an cinta lalu menjadi... adalah sesuatu… benar-benar belas kasihan. Gairah untuk semua, belas kasihan artinya gairah untuk semua.
36:30 A: When you say one will never kill if he loves, you mean within the context of this image-making activity where one kills by design. A:Ketika Anda berkata seseorang tidak akan membunuh jika dia mencintai, Anda bermaksud dalam konteks aktifitas pembuatan-gambaran di mana orang membunuh berdasarkan pola.
36:40 K: Yes, not only... Sir, suppose, my sister - I have no sister, but - my sister is attacked, a man comes to rape her. I will act at that moment.

A: Precisely.
K:Ya, tidak hanya… Tuan, misalkan, adik perempuan saya - saya tidak punya adik perempuan, tapi - adik perempuan saya diserang, seorang laki-laki datang untuk memperkosa dia. Saya akan bertindak saat itu juga.

A: Pasti.
36:54 K: My intelligence, because I love, have compassion, that compassion creates that intelligence, that intelligence will operate at that moment. If you tell me, what will you do if your sister is attacked, I will say, I don't know. I will know then! K:Kecerdasan saya, karena saya mencintai, memiliki kasih sayang, kasih sayang itu menciptakan kecerdasan, kecerdasan itu akan bergerak pada saat itu. Jika Anda memberi tahu saya, apa yang akan Anda lakukan... jika adik perempuan Anda diserang, saya akan katakan, saya tidak tahu. Saya akan mengetahuinya pada saatnya!
37:15 A: Yes, I quite follow that, I quite follow that. But we have made an industry of designing. A:Ya, saya cukup mengikutinya. Tapi kita telah membuat industri perancangan.
37:22 K: Designed killing. K:Merancang pembunuhan.
37:24 A: On all levels, not only ourselves.

K: I don't know. I saw the other day on the television, in the Red Square there was an enormous intercontinental missile, shot off to kill god knows, blind killing. And the Americans have it, the Indians have it, the French have it, you follow?
A:Pada semua tingkatan, tidak hanya kita.

K:Saya tidak tahu. Saya melihat suatu hari di TV, di Red Square ( di Moskow ), ada sebuah... rudal antar-benua yang amat besar, ditembakkan untuk membunuh entah apa secara membabi buta. Dan orang Amerika memilikinya, orang India memilikinya, orang Perancis memilikinya, Anda mengikuti?
37:52 A: Have to have it.

K: Of course, we must exist. So, can the mind be free of this urge to kill? Which means: can the mind be free of being hurt? So, when there is hurt, it does all kinds of neurotic things. Is pleasure love? Is desire love? But we have made pleasure, desire, into love. I desire God - you follow, sir? I must learn about God - you follow? The whole thing. God is my invention, my image, out of my thought I have made that image, and so I go around in circles. So I must know what enjoyment is. Is enjoyment pleasure? When I enjoy a good meal, or a good sunset, or see a beautiful tree, or woman, whatever it is, at that moment, if it doesn't end, it becomes pleasure. You understand? If the mind, thought, carries over that enjoyment and wants it to be repeated the next day, it has become pleasure, it is no longer enjoyment. I enjoy, and that's the end of it!
A:Harus memilikinya.

K:Tentu saja, Kita harus eksis. Jadi, apakah batin dapat bebas dari dorongan untuk membunuh? Yang artinya: dapatkan batin terbebas dari terluka? Jadi, ketika ada rasa terluka, ia akan melakukan segala jenis yang neurotik. Apakah kenikmatan itu cinta? Apakah nafsu itu cinta? Tapi kita telah membuat kenikmatan, nafsu, menjadi cinta. Saya menginginkan Tuhan... - anda mengikuti, Tuan? Saya harus belajar tentang Tuhan... - Anda mengikuti? Semuanya. Tuhan adalah ciptaan saya, gambaran saya, ke luar dari nalar saya, saya telah membuat gambaran tersebut, dan dengan demikian saya terus beputar-putar dalam lingkaran. Maka saya harus mengetahui, apakah suka cita itu. Apakah suka cita itu kenikmatan? Ketika saya menyenangi makanan enak atau matahari terbenam yang indah, atau melihat suatu pohon indah, atau wanita, apa pun itu, pada saat itu, jika hal itu tidak berakhir, ia akan menjadi kenikmatan. Anda paham? Jika batin, pikiran, melanjutkan suka cita itu... dan menginginkan itu berulang hari berikutnya, itu sudah menjadi kenikmatan bukan lagi suka cita. Saya bersuka cita, dan itu adalah akhirnya!
39:44 A: William Blake has very, very beautifully, it seems to me, pointed to this. And, of course, he was regarded as a madman, as you know. I might not remember the words precisely, but I think, part of his little stanza goes: 'He who kisses a joy as it flies, lives to see eternity's sunrise'.

K: Yes, yes.
A:William Blake telah dengan indah, sangat indah, nampak bagi saya, menunjukkan hal ini. Dan, tentu saja, dia dianggap sebagai seorang gila, seperti Anda ketahui. Saya mungkin tidak mengingat kata-katanya secara persis, tapi saya pikir bagian dari bait singkatnya berbunyi: 'Yang mencium sebuah suka cita selagi itu melayang, dia hidup melilhat keabadian matahari terbit'.

K:Ya, ya.
40:12 A: It's the joy that he kisses as it flies, not the pleasure. A:Adalah suka cita yang dia cium ketika itu sedang terbang,
40:15 K: No, no.

A: And it's as it flies. And what you said is, that if he won't let it fly, holds it, then we have fallen out of the act of joy into this...
bukan kenikmatan.

K:Bukan, bukan

A:Dan berlangsung saat itu terbang. Dan apa yang Anda katakan adalah, bahwa... jika dia tidak membiarkannya terbang, menahannya, maka kita akan tersingkirkan dari tindakan suka cita ke dalam...
40:29 K: ...pursuit of pleasure.

A: ...endless, repetitive, in the end mournfully boring thing.
K:...pengejaran kenikmatan.

A:...tak pernah berakhir, selalu terulang, pada akhirnya menjadi kebosanan yang menyedihkan.
40:35 K: And I think, sir, that is what is happening in this country as well as in Europe and India, primarily in this country: the desire to fulfill instantly, the pleasure-seeking principle. Be entertained, football - you follow? - be entertained. K:Dan saya pikir, Tuan, itulah apa yang terjadi di negara ini... seperti juga di Eropa dan India, terutama di negara ini: keinginan untuk mencapai secara seketika, prinsip pencarian kenikmatan. Dihibur, sepak bola - Anda mengikuti? - dihibur.
41:01 A: This goes back to what you were pointing out earlier in the last conversation we had; here somebody is, feels empty, needs to be filled. A:Ini kembali pada apa yang Anda tunjukkan sebelumnya... di dialog kita terakhir; di sini ada seseorang, merasa kosong, membutuhkan diisi.
41:13 K: Lonely.

A: Lonely, filled, looking for what we call fulfilment, filling up full.
K:Kesepian

A:Kesepian, diisi, mencari apa yang disebut pemuasan, penuh terisi.
41:19 K: Filling up full.

A: Filling up full. And yet, if one undertakes to make this act of attention that you referred to in our discussion about religion, in order to fill up the hole, then we've had it. We're not going to do that. There has been an endless history of that attempt under the name of control of thought.

K: Of course.
K:Terisi penuh

A:Terisi penuh. Dan bahkan, jika seseorang melakukan tindakan perhatian ini... yang Anda sebut dalam dialog kita tentang religi, agar supaya mengisi lubang kekosong- an, lalu demikianlah. Kita tidak akan melakukan itu. Ada sejarah tanpa akhir dari usaha tersebut... dengan nama mengontrol pikiran.

K:Tentu saja.
41:55 A: It would seem that, if one doesn't begin in love, he will not make this act of attention in a non-utilitarian way. He simply will make it in a utilitarian way, if he doesn't begin in love. A:Kelihatannya seperti, Jika orang tidak memulainya dari cinta, dia tidak akan melakukan... tindakan perhatian dengan cara non utilitarian (tanpa-tujuan). Dia hanya akan melakukannya dengan cara bertujuan yang bermanfaat, jika dia tidak memulainya dengan cinta.
42:13 K: It's not the market place, quite. K:Itu tidak diperdagangkan, benar sekali.
42:14 A: And that's why in one of the very early conversations we had you said the start is the end.

K: Yes. The beginning is the end.

A: The beginning is the end.
A: Dan itulah mengapa di dalam salah satu... percakapan yang dini sekali, Anda berkata awal adalah akhir.

K:Ya. Awal adalah akhir.

A:Awal adalah akhir.
42:25 K: The first step is the last step. K:Langkah pertama adalah langkah terakhir.
42:26 A: The first step is the last step. A:Langkah pertama adalah langkah terakhir.
42:28 K: Quite right.

A: What I've been thinking about all through our conversations so far what is involved - 'involved' I don't like - what must one do - that's no good either - there is something... we are speaking about an act that is a radical end to all this nonsense that's been going on, which is terrifyingly destructive nonsense.

K: I know, sir.
K:Benar sekali.

A:Apa yang kita pikirkan... sepanjang seluruh pembicaraan kita sejauh ini... apa yang terlibat... - 'terlibat' saya tidak menyukainya - apa yang harus eorang lakukan - itu pun tidak tepat - ada sesuatu… kita berbicara tentang suatu tindakan yang adalah suatu akhir radikal... terhadap semua omong kosong yang berlangsung, yang adalah... omong kosong merusak yang amat me- nakutkan.

K:Saya mengetahuinya,Tuan.
43:02 A: There is the doing of something. A:Ada sesuatu yang dilakukan.
43:06 K: That is the seeing of all this! K:Itu adalah melihat semua ini!
43:08 A: And you said the seeing is the doing, is the act. A:Dan Anda mengatakan melihat adalah melakukan,adalah tindakannya.
43:15 K: As I see danger, I act. I see the danger of the continuity of thought in terms of pleasure, I see the danger, therefore I end it, instantly. If I don't see the danger, I'll carry on. If I don't see the danger of nationality - I'm taking that as very simple - I carry on, murdering, dividing - you follow? - seeking my own safety; but if I see the danger of it, it is finished. K:Seperti saya melihat bahaya, saya bertindak. Saya melihat bahaya dari keberlanjutan... pikiran dalam hal kenikmatan, saya melihat bahayanya, maka saya mengakhirinya, dengan segera. Jika saya tidak melihat bahayanya, saya akan melanjutkan Jika saya tidak melihat bahaya dari nasionalisme... - saya mengambil itu sebagai yang amat sederhana - saya melanjutkan, pembunuhan, pemisahan - Anda mengikuti? - mencari keamanan diri saya sendiri; tapi saya melihat bahayanya, itu akan berakhir.
43:52 A: May we relate here just for a moment, love to education? A:Dapatkan kita menghubungkan sejenak, cinta dengan pendidikan?
43:57 K: Yes. K:Ya.
43:59 A: As a teacher I'm immensely concerned in this. A:Sebagai seorang guru, saya menaruh perhatian mendalam dalam hal ini.
44:05 K: Sir, what we have been discussing in our dialogue this last week and now is part of education. K:Tuan, apa yang telah kita diskusikan dalam dialog kita... minggu lalu dan sekarang, adalah bagian dari pendidikan.
44:13 A: Of course, it is. A:Tentu saja, tentu.
44:14 K: It is not education is there, it is educating the mind to a different thing. K:Ini bukan pendidikan ada di sana, ini menddidik batin menjadi sesuatu yang berbeda.
44:23 A: I'm thinking of the student who sometimes comes to the teacher and says, 'I simply must change my way of life'. That is, once in a while you will find a student who is up to here, really had it, as we say. The first question they will usually put to you is: what must I do? Now, of course, that's a trap. I've been following you, I've come to see that with much greater clarity than I observed it for myself before. Simply because they are looking for a means when they say that. A:Saya sedang memikirkan seorang murid yang kadang datang... kepada guru dan berkata, 'Saya harus mengubah cara hidup saya'. Itu sesekali... Anda akan mendapatkan murid yang sudah mencapai puncak kebingungangan, benar-benar sudah sampai puncaknya. Pertanyaan pertama yang biasanya mereka ajukan pada Anda adalah: apa yang harus saya lakukan? Sekarang, tentu saja itu sebuah jebakan. Saya telah mengikuti Anda, saya sampai pada pemahaman dengan... kejernihan yang jauh lebih tajam dari pada dahulu saya mengamatinya. Sederhananya karena... mereka mencari suatu cara ketika mereka mengatakannya.
45:15 K: What must I do. K:Apa yang harus saya lakukan.
45:17 A: We are not talking about a means.

K: No. Means is the end. Quite.
A:Kita tidak membicarakan tentang sebuah cara.

K:Tidak. Cara adalah tamat. Tepat sekali.
45:23 A: I am thinking of the history of Christianity in this. You've got the question: what must I do to be saved. The answer is 'believe on'.

K: Yes.
A:Saya sedang berpikir tentang seja- rah kekristenan dalam hal ini. Anda telah mendapat pertanyaan: apa yang harus saya lakukan agar selamat. Jawabannya adalah 'percayalah pada.'

K:Ya
45:33 A: And then the poor person is stuck with what this means and ends up believing in belief.

K: Yes, believing, quite.
A:Dan kemudian orang yang malang ini terjebak dengan apa artinya ini... dan berakhir dengan percaya pada kepercayaan.

K:Ya, percaya, tepat.
45:41 A: And that, of course, is abortive. The student comes and says, what must I do? Now, in our earlier conversation together we reached the point where the teacher and the student were talking together.

K: Yes. We are doing that now!

A: We are doing this now.
A:Dan itu tentu saja adalah kegagalan. Siswa datang dan berkata, apa yg harus saya lakukan? Sekarang, dalam dialog bersama kita yang terdahulu... kita mencapai titik di mana guru dan murid sedang berbicara bersama-sama.

K: Ya Kita sedang lakukan itu sekarang!

A:Kita sedang melakukannya sekarang.
45:59 K: I am not your teacher, but we are doing that now. K:Saya bukan guru Anda, tapi kita sedang melakukannya sekarang.
46:04 A: Well, no, I understand in our conversations that is not your role, but I must confess that it has been working out in this order, because I have learned immensely. There are two things here that I want to get clear, and I need your help. On the one hand, to make this pure act of attention, I need only myself. Is that correct?

K: No, not quite, sir.
A:Baik, tidak, saya mengerti dalam percakapan kita, itu bukan peran Anda, tapi saya harus mengakui bahwa itu telah berjalan... dalam pola ini, karena saya telah belajar secara amat mendalam. Ada dua hal di sini yang ingin saya perjelas, dan saya membutuhkan bantuan Anda. Di satu sisi, untuk membuat tindakan perhatian yang murni ini, saya membutuhkan hanya diri saya. Apakah ini benar?

K:Tidak, tidak juga, Tuan.
46:42 A: Not quite.

K: Not quite. Sir, let's put the question first. The question is: what am I to do in this world?
A:Tidak juga.

K: Tidak juga. Tuan, mari kita ajukan pertanyaannya dahulu. Pertanyaannya adalah: apa yang harus saya lakukan di dunia ini?
46:51 A: Yes.

K: That is, what is my place in this world? First of all, the world is me. I am the world. That is an absolute fact. And what am I to do? The world is this - corrupt, immoral, killing, there is no love. There is superstition, idol worship, of the mind and the hand. There is war. That is the world. What is my relationship to it? My relationship to it only is if I am that. If I am not that, I have no relationship to it.
A:Ya

K:Itu adalah, apa tempat saya di dunia ini? Pertama, dunia adalah saya. Saya adalah dunia. Itu sebuah fakta tidak terbantahkan. Dan apa yang harus saya lakukan? Dunia adalah ini: Korup, tak bermoral, pembunuhan, tidak ada cinta. Ada takhyul, pemujaan, batin dan karya. Ada perang. Itulah dunia. Apa hubungannya dengan saya? Hubungan saya dengan itu hanya ada jika saya adalah itu. Jika saya bukan itu, saya tidak punya hubungan dengan itu.
47:46 A: I understand that in terms of act. A:Saya memahami itu dalam kaitan dengan tindakan.
47:49 K: That's it.

A: In terms of act. Not a notion that I have.
K:Itulah semuanya.

A:Dalam kaitan dengan tindakan. Bukan suatu gagasan yang saya miliki.
47:53 K: For me the world is corrupt, is geared to kill. And I won't kill. What is my relationship to the man who goes and kills a baby seal? I say, my God, how can you do such a thing! You follow, sir? I want to cry about it. I do. How can you educate that man or the society which allows such a thing to happen? K:Bagi saya dunia adalah korup, diarahkan untuk membunuh. Dan saya tidak mau membunuh. Apa hubungan saya... dengan orang yang pergi dan membunuh bayi anjing laut? Saya katakan, Demi Tuhan, mengapa Anda dapat melakukan hal semacam itu! Anda mengikutinya, Tuan? Saya ingin menangis tentang itu. Saya menangis. Bagaimana Anda dapat mendidik orang itu... atau masyarakat yang membolehkan hal semacam itu terjadi?
48:26 A: Then perhaps I should rephrase the question and say, well, when I do whatever is done in making this pure act of attention, I am not separated from the world in which I am... A:Maka mungkin saya harus mengubah pertanyaan saya, dan berkata, baiklah, jika saya mela- kukan apa pun yang sudah dilakukan... dalam membuat tindakan perhatian murni ini, saya tidak terpisah dari dunia di mana saya berada...
48:46 K: I come to it from a different angle altogether. K:Saya tiba di situ dari sudut yang sama sekali berbeda.
48:49 A: Exactly. Fine. A:Tepat sekali. Baik.
48:52 K: I come to it, sir, because there is something different in me operating. Compassion, love, intelligence, all that is operating in me. K:Saya menuju ke sana, Tuan. karena ada hal yang berbeda dalam diri saya yang bekerja. Kasih sayang, cinta dan kecerdasan, semua itu bekerja dalam diri saya.
49:03 A: But it seems... It seems that two possibilities are here. On the one hand, making this pure act of attention doesn't require that I be in the physical presence of another human being, but of course, I am always in relation whether I am there or not.

K: Of course.
A:Tapi tampaknya... Tampaknya bahwa... dua kemungkinan ada di sini. Di satu pihak, melakukan tindakan perhatian murni ini... tidak mengharuskan bahwa saya... berada di kehadiran fisikal dari seorang manusia lain, tapi tentunya saya selalu berada dalam hubungan... baik saya di situ maupun tidak.

K:Tentu saja
49:23 A: Yes, I fully grasp that. But then the second possibility is that within conversation, as we are enjoying it together now, something occurs, something takes place. It's not that we must be together for it to take place. And it's not that we must be alone for it to take place. Therefore what we have established is that something occurs, which is quite beyond all these distinctions of inner and outer - you are over there, I'm over here. A:Ya, saya sepenuhnya memahami itu. Tetapi kemudian kemungkinan ke dua adalah... bahwa dalam percakapan, selagi kita nikmati bersama ini sekarang, sesuatu muncul, sesuatu terjadi. Itu tidak berarti kita harus bersama agar itu terjadi. Dan itu tidak berarti kita harus sendirian agar itu terjadi. Maka yang telah kita pastikan adalah bahwa... sesuatu terjadi, yang sama sekali berada di luar... semua perbedaan dari yang di dalam dan yang di luar... - Anda berada di sana, saya disini.
50:08 K: See what takes place, see what takes place. First of all, we are serious, really serious. Second, the killing, the corruption, we've cut it. We have finished with it. So, we stand alone, alone, not isolated. Because when the mind is not that, it is alone. It hasn't withdrawn, it hasn't cut itself off, it hasn't built an ivory tower for itself, it isn't living in illusion. It says, that is false! that is corrupt, I won't touch it! - psychologically, I may put on trousers, etc., but I won't touch inwardly, psychologically, that. Therefore it is completely alone. K:Lihat apa yang terjadi, lihat apa yang terjadi. Pertama-tama, kita serius, benar-benar serius. Kedua, pembunuhan, korupsi, kita telah memangkasnya. Kita sudah selesai dengan itu. Jadi, kita berdiri sendiri, sendiri, bukan terisolasi. Karena ketika batin kita bukan itu, ia dalam kesendirian. Ia tidak menarik diri, ia tidak memisahkan dirinya, ia tidak membuat menara gading untuk dirinya, ia tidak hidup dalam ilusi. Ia berkata, itu palsu! itu korup, saya tidak akan menyentuhnya!- secara psikologis, saya boleh saja memakai celana, dan seterusnya... tapi saya tidak akan menyentuh itu di dalam diri saya, secara psikologis. Karenanya, ia sepenuhnya dalam kesendirian.
51:10 A: And it is saying this amidst all this mournful round. A:Dan ia berkata ini di tengah semua putaran kesedihan ini.
51:14 K: Therefore, being alone, it is pure. K:Karenanya, dalam kesendirian, ia murni.
51:19 A: Chaste.

K: Therefore purity can be cut into a million pieces and it will remain still pure. It is not my purity or your purity, it is pure. Like pure water, it remains pure water.
A:Suci

K:Karenanya... kemurnian dapat dipotong menjadi jutaan bagian... dan ia akan tetap murni. Itu bukan kemurnian saya atau kemurnian Anda, itu adalah kemurnian. Seperti air yang murni, ia akan tetap murni.
51:38 A: Entirely full, too. Wholly full.

K: Wholly.
A:Seluruhnya penuh, juga. Penuh seluruhnya.

K:Sepenuhnya
51:44 A: It takes us back to that Sanskrit: this is full, that is full. Fullness is issued forth from fullness. It's a pity that the English doesn't carry this, the melody that the Sanskrit does. A:Itu membawa kita kembali ke bahasa sansekerta itu: Ini penuh, itu penuh. Kepenuhan dihasilkan dari kepenuhan. Disayangkan bahwa bahasa Inggris tidak membawa ini, irama yang dibawa oleh Sansekerta.
52:06 K: So you see, that's very interesting from this conversation what has come out. The thing is, we are frightened of being alone. Which is, we are frightened of being isolated. But every act a human being does is isolating himself. That is, his ambition is isolating himself. When he is nationalistic, he is isolating himself. When he says, it is my family - isolating himself. I want to fulfil - isolating himself. When you negate all that, not violently, but see the stupidity of all that, then you are alone. And that has tremendous beauty in it. And therefore that beauty you can spread it everywhere, but it still remains alone. So, the quality of compassion is that. But compassion isn't a word. It happens, it comes with intelligence. This intelligence will dictate, if my sister is attacked, at that moment. But it is not intelligence, if you say, what will you do if. Such a question, and an answer to that, is unintelligent. I don't know if... K:Jadi Anda lihat, hal itu sangat menarik... dari pembicaraan ini, apa yang telah timbul. Masalahnya adalah, kita takut akan kesendirian, yang adalah, kita takut terisolasi. Tapi setiap tindakan yang dilakukan manusia adalah mengisolasi dirinya, yang adalah, ambisinya mengisolasi dirinya. Ketika dia menjadi nasionalis, dia mengisolasi dirinya. Ketika dia berkata, ini keluarga saya, - mengisolasikan dirinya. Saya mau terpuaskan - mengisolasikan dirinya. Ketika Anda menegasikan itu semua, tidak dengan kekerasan, tapi melihat kebodohan dari itu semua, maka Anda sendirian. Dan ada keindahan yang sangat di dalamnya. Dan karenanya, keindahan itu... dapat Anda sebarkan ke segala arah, tapi akan tetap sendirian. Jadi, kualitas kasih-sayang adalah itu. Tapi kasih-sayang bukanlah sebuah kata. Itu terjadi, itu datang dengan kecerdasan. Kecerdasan ini yg mendikte, jika adik saya diserang, pada saat itu. Tapi bukanlah kecerdasan, jika Anda mengatakan, apa yang akan Anda lakukan jika. Pertanyaan seperti itu dan sebuah ja- waban untuk itu, adalah tidak cerdas.
53:47 A: Oh yes, I am following you precisely. Saya tidak tahu jika….

A:Oh ya, saya sedang mengikuti Anda secara persis.
53:50 K: But it is unintelligence to say, well, I am going to prepare to kill all those people who are my enemies - you follow? - which is the army, the navy, the whole sovereign governments are doing it. So, love is something, sir, that is really chaste. Chastity is the quality of aloneness and therefore never hurt. I don't know... K:Tapi adalah tidak cerdas untuk mengatakan, baiklah, saya akan mempersiapkan untuk membunuh semua orang itu... yang adalah musuh saya - Anda mengikuti? - yang adalah tentara, angkatan Laut, seluruh pemerintahan yang berdaulat melakukannya. Jadi, cinta adalah sesuatu, Tuan, yang benar-benar suci. Kesucian adalah kualitas dari kesendirian... dan karenanya tidak pernah melukai. Saya tidak tahu…
54:22 A: It's interesting that in this one act one neither hurts himself, nor another. It's a total abstention from hurt. A:Adalah sangat menarik bahwa dalam satu tindakan ini... seseorang tidak melukai dirinya maupun orang lain. Ini adalah ketidak-hadiran total dari keterlukaan..
54:33 K: Sir, wait a minute. I have given you all my money, because I trust you. And you won't give it to me; I say, please, give me a little... you won't. What shall I do? What is the act of intelligence? You follow, sir? Act of affection, act of compassion that says, what will it do? You follow my question? A friend of mine during the second world war, he found himself in Switzerland. He had quantities of money, plenty of money. And he had a great friend from childhood. And to that friend he said... - he had to leave the next minute, because something, you know, the war took place and he had to leave the country. So he took all the money and he said, here, my friend, keep it for me. I'll come back. I'll come back when the war is over. He comes back and says, please. He says, what money? K:Tuan, tunggu sebentar. Saya telah berikan semua uang saya pada Anda, karena saya percaya Anda. Dan Anda tidak ingin memberikannya kepada saya; Saya katakan, tolonglah, berikan saya sedikit… Anda tidak mau. Apa yang akan saya lakukan? Apa tindakan dari kecerdasan? Anda mengikutinya Tuan? Tindakan dari kasih sayang, tindakan dari rasa-terharu yang berkata, apa yang akan dilakukannya? Anda mengikuti pertanyaan saya? Seorang teman saya... semasa Perang Dunia II, dia berada di Swiss. Dia memiliki uang dalam jumlah besar, banyak. Dan dia memiliki teman baik dari masa kecil. Dan kepada teman itu dia berkata… - dia harus pergi sebentar lagi, karena suatu hal, Anda tahu, peperangan terjadi dan dia harus meninggalkan negaranya. Jadi dia ambil semua uangnya dan ia berkata, ini, temanku, simpankan untuk saya. Saya akan kembali. Saya akan kembali ketika perang sudah usai. Dia kembali dan berkata, mohon. Dia berkata, uang apa?
55:40 A: Goodness me. A:Oh astaga.
55:43 K: You follow, sir? So, what should he do? Not theoretically. You are put in that position. You give me something. You entrust me with something. And I say, yes, quite right, you have given me, now whistle for it. What is your responsibility? Just walk away?

A: No. If there were a means to recover it, then that would be done upon the instant.
K:Anda mengikutinya, Tuan? Jadi, apa yang harus dia lakukan? Tidak secara teoritis. Anda berada di posisi itu. Anda memberikan sesuatu pada saya. Anda mempercayakan sesuatu pada saya. Dan saya berkata, benar sekali, Anda sudah menyerahkan kepada saya, saya tidak akan memberikannya. Apa tanggung jawab Anda? Hanya meinggalkannya?

A:Tidak Jika ada cara untuk menperolehnya kembali, dan itu akan dilakukan saat itu juga.
56:17 K: Intelligence.

A: Intelligence would take over.
K:Kecerdasan

A:Kecerdasan akan mengambil alih.
56:19 K: Therefore that's what I am saying. Love is not forgiveness - you follow? - I forgive and walk away. Love is intelligence. And intelligence means sensitivity, to be sensitive to the situation. And the situation, if you are sensitive, will tell you what to do. But if you are insensitive, if you are already determined what to do, if you are hurt by what you have done, then insensitive action takes place. I don't know if I...

A: Yes, yes, of course. Yes, of course. This raises very, very interesting questions about what we mean about conscience.

K: Yes.
K:Oleh karena sebab itu saya mengatakan, cinta bukan pengampunan... - Anda mengikuti? - Saya maafkan dan pergi. Cinta adalah kecerdasan. Dan kecerdasan berarti kepekaan, peka terhadap situasi. Dan situasi, jika Anda sensitif, akan memberitahu Anda apa yang harus dilakukan. Tapi jika Anda tidak peka, jika Anda sudah menentukan apa yang akan dilakukan, jika Anda terluka atas apa yang sudah Anda lakukan, lalu, tindakan ketidakpekaan terjadi. Saya tidak tahu jika saya….

A: Ya, ya , tentu saja. Ya, tentu saja. Ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang amat, amat menarik... tentang apa yang kita maksud dengan hati nurani.

K: Ya
57:12 A: And the word 'conscience', it seems to me, has invited an astonishing amount of... A:Dan kata 'hati nurani', sepertinya untuk saya telah mengundang sejumlah besar...
57:20 K: ...rubbish.

A: ...miscomprehension of what's going on.
K:...sampah

A:...kesalahpahaman tentang apa yang terjadi.
57:23 K: Therefore, sir, one has to investigate what is consciousness.

A: Yes.
K:Karenanya, Tuan, seseorang harus menyelidiki... apa itu kesadaran.

A:Ya.
57:29 K: I don't know if there is time now, but that requires... we'll do it tomorrow, another day: what is consciousness, and what is conscience, and what is the thing which tells you to do or not to do? K:Saya tidak tahu apakah ada waktu sekarang, tapi itu membutuhkan… kita lakukan besok, atau hari lain: apakah kesadaran itu, dan apakah hati nurani, dan apa yang memberitahu Anda untuk lakukan atau tidak lakukan?
57:50 A: Consciousness in its relation to relationship is something that, when we have a chance, I should like to explore with you. I remember years ago in graduate school, being very arrested by coming across the statement that was made by an American thinker - I think Montague was his name - when he said consciousness has been very badly understood, because it has been thought that there is something called 'sciousness'. But there is no such thing as 'sciousness'. We've got to get the 'con' in there, the together, the relationship. And without that we have had it. I do hope that next time, when we have the opportunity, in our next conversation we could explore that. A:Kesadaran dalam kaitannya dengan hubungan... adalah sesuatu yang, jika kita punya kesempatan, saya ingin mendalaminya bersama Anda. Saya ingat banyak tahun yang lalu di sekolah pasca sarjana, sangat terpukau ketika menjumpai sebuah pernyataan... yang dicetuskan oleh seorang pemikir Amerika... - saya pikir Montague adalah namanya - ketika ia berkata 'consciousness' (kesadaran) teramat salah dipahami, karena ia telah dianggap... bahwa ada sesuatu yang disebut 'sciousness'. Tapi tidak ada hal seperti 'sciousness'. Kita harus menempatkan 'con' di situ. kebersamaan, keterhubungan, Dan tanpa itu, kita telah membahasnya. Saya berharap lain waktu, jika kita mempunyai kesempatan, di dialog kita yang berikutnya, kita dapat mendalaminya.
58:35 K: We have to discuss this question - living. K:Kita harus mendiskusikan persoalan ini - hidup.