Krishnamurti Subtitles home


SD74CA14 - Kematian, kehidupan dan cinta tidak terpisahkan
Percakapan ke-14 dengan Allan W. Anderson
San Diego, USA
26 Februari 1974



0:38 Krishnamurti in Dialogue with Dr. Allan W. Anderson Dialog Krishnamurti dengan Dr. Allan W. Anderson
0:43 J. Krishnamurti was born in South India and educated in England. For the past 40 years he has been speaking in the United States, Europe, India, Australia, and other parts of the world. From the outset of his life's work he repudiated all connections with organised religions and ideologies and said that his only concern was to set man absolutely unconditionally free. He is the author of many books, among them The Awakening of Intelligence, The Urgency of Change, Freedom From the Known, and The Flight of the Eagle. This is one of a series of dialogues between Krishnamurti and Dr. Allan W. Anderson, who is professor of religious studies at San Diego State University where he teaches Indian and Chinese scriptures and the oracular tradition. Dr. Anderson, a published poet, received his degree from Columbia University and the Union Theological Seminary. He has been honoured with the distinguished Teaching Award from the California State University. J. Krishnamurti lahir di India Selatan dan dididik di Inggris. Selama 40 tahun terakhir... ia telah berceramah di Amerika Serikat, Eropa, India, Australia, dan di bagian-bagian lain di dunia. Sejak awal pekerjaannya... ia telah menanggalkan semua hubungannya... dengan agama-agama terorganisir dan ideologi-ideologi... dan berkata bahwa satu-satunya kepeduliannya adalah... untuk membuat manusia secara mutlak bebas tanpa syarat. Ia adalah penulis dari banyak buku-buku, diantaranya The Awakening of Intelligence, The Urgency of Change, Freedom From the Known, dan The Flight of the Eagle. Ini adalah salah satu dari serangkaian dialog antara... Krishnamurti dan Dr. Allan W. Anderson, yang adalah profesor dalam bidang studi-studi religius... di San Diego State University... di mana ia mengajar kitab-kitab suci India dan China... dan tradisi kepercayaan dewa-dewanya. Dr. Anderson, seorang penyair, menerima gelarnya dari Columbia University... dan Union Theological Seminary. Ia telah dianugerahi Teaching Award yang terhormat... dari California State University.
1:49 A: Mr. Krishnamurti, in our last conversation we were beginning to talk about consciousness and its relation to death in the context of living as a total movement.

K: Yes.
A: Mr. Krishnamurti, dalam dialog kita terakhir... kita memulai dengan membicarakan tentang kesadaran... dan hubungannya dnegan kematian dalam konteks kehidupan... sebagai suatu gerakan total.

K: Ya.
2:06 A: And we even touched on the word 'reincarnation' toward the end, when we had to draw our conversation to its conclusion. I do hope that we can begin to continue there. A:Dan kita bahkan... menyentuh kata 'reinkarnasi' menjelang akhir, ketika kita harus membawa dialog kita kepada kesimpulannya. Saya berharap kita dapat mulai melanjutkannya dari situ.
2:21 K: You see, one of the factors in death is the mind is so frightened. We are so frightened of that very word and nobody talks about it. I mean it isn't a daily conversation. It is something to be avoided, something that is inevitable, for God's sake, keep it as far away as possible. K: Anda lihat, salah satu faktor dari kematian adalah... batin yang begitu ketakutan. Kita begitu takutnya akan kata tersebut... dan tidak seorang pun membicarakannya. Maksud saya, itu bukanlah suatu percakapan sehari hari. Itu sesuatu yang harus dihindari, sesuatu yang takterelakkan, demi Tuhan, jauhkan itu sejauh mungkin.
2:54 A: We even paint corpses to make them look as if they are not dead.

K: That's the most absurd thing. Now, what we are discussing, sir, is, isn't it, the understanding of death, its relation to living, and this thing called love. One cannot possibly understand the immensity - and it is immense, this thing called death - unless there is a real freedom from fear. That's why we talked sometime ago about the problem of fear. Unless the mind frees itself from fear, there is no possibility of understanding the extraordinary beauty, strength, and the vitality of death.
A:Kita bahkan merias mayat untuk membuat mereka terlihat... seakan-akan mereka tidak mati.

K:Itu hal yang paling tak masuk akal. Sekarang, apa yang kita diskusikan, Tuan, adalah, bukankah mengenai, pemahaman tentang kematian, hubungannya dengan kehidupan, dan apa yang disebut cinta. Orang tidak mungkin dapat memahami keagungan... - dan ini adalah agung, apa yang disebut kematian - kecuali ada kebebasan yang nyata dari rasa takut. Itu mengapa kita membicarakannya beberapa waktu yang lalu... tentang masalah rasa takut. Kecuali batin membebaskan dirinya dari rasa takut, tidak ada kemungkinan akan pemahaman... keindahan, tenaga, yang luar biasa, dan vitalitas dari kematian.
4:02 A: That's a very, very remarkable way to put it: the vitality of death. And yet, normally, we regard it as the total negation of life.

K: The negation of life. That's right. So, if we are enquiring into this question of death, fear must be completely non-existent in us. Then I can proceed. Then I can find out what death means. We have touched a little bit on reincarnation, the belief that is maintained throughout the East, which has no reality in daily life. It is like going to church every Sunday and being mischievous for the rest of the six days. So - you follow? - a person who is really serious, really attentive, goes into this question of death, he must understand what it means, the quality of it, not the ending of it. That's what we are going to a little bit discuss. The ancient Egyptians, the pharaohs, and all the first dynasty till the 18th, and so on, they prepared for death. They said, we will cross that river with all our goods, with all our chariots, with all our belongings, with all our property, and therefore their caves, their tombs were filled with all the things of their daily life - corn, you know all that. So, living was only a means to an ending, dying. That's one way of looking at it. The other is reincarnation, which is the Indian, Asiatic outlook. And there is this whole idea of resurrection, of the Christians. Reborn, carried by Gabriel Angel,etc., to heaven, and you will be rewarded. Now, what is the fact? These are all theories, suppositions, beliefs, and non-facts. I mean, supposed to be born, Jesus comes out of the grave, resurrected physically. That is just a belief. There were no cameras then, there were no ten people to say, yes, I saw it. It is only somebody imagined. We will go into that a little bit later. So, there is this living and preparing for death as the ancient Egyptians did. Then there is the reincarnation. Then there is resurrection. Now, if one isn't frightened - you follow, sir? - deeply, then what is death? What is it that dies, apart from the organism? The organism may continue, if you look after it very carefully, for eighty, or ninety, or one hundred years. If you have no disease, if you have no accidents, if there is a way of living sanely, healthily, perhaps you will last one hundred years or 110 years. And then what? You follow, sir? You will live one hundred years, for what? For this kind of life? Fighting, quarrelling, bickering, bitterness, anger, jealousy, futility, a meaningless existence. It is a meaningless existence as we are living now.
A:itu cara yang sangat, sangat luarbiasa untuk menyampaikannya. vitalitas dari kematian. Dan lagi, biasanya, kita menganggap itu sebagai... negasi total dari kehidupan.

K: Negasi kehidupan. Itu benar. Jadi, jika kita menyelidiki ke dalam persoalan tentang kematian, rasa takut harus benar-benar tidak ada dalam diri kita. Lalu saya dapat lanjutkan. Lalu saya dapat mencari tahu apa arti kematian. Kita telah menyentuh sedikit tentang reinkarnasi, Kepercayaan yang telah dipertahankan di seluruh Dunia Timur, yang tidak ada kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari. Itu seperti pergi ke gereja setiap hari Minggu... dan menjadi jahat di sisa enam hari. Jadi - Anda mengikuti? - orang yang benar-benar serius, sungguh penuh perhatian mauk ke dalam persoalan tentang kematian, dia harus memahami apa artinya, kualitasnya, bukan pengakhirannya. Itulah apa yang akan kita diskusikan sedikit. Orang Mesir kuno, para firaun, dan semua... dari dinasti pertama sampai ke-18, dan seterusnya, mereka menyiapkan kematian. Mereka berkata, kita akan menyebrangi sungai itu, dengan semua barang-barang kita, dengan semua kereta kuda, dengan semua kepemilikan, dengan semua properti, dan karenanya gua-gua mereka, kuburan-kuburan mereka terisi... dengan semua barang dari kehidupan sehari-hari mereka... - jagung, Anda tahu semua itu. Jadi, hidup hanya sebuah cara menuju akhir, mati. Itu satu cara memandangnya. Cara lain adalah reinkarnasi, yang adalah cara memandang orang India, Asia. Dan kemudian ada semua ide dari kebangkitan, dari orang Kristen. Lahir kembali, dibawa oleh malaikat Jibril, dan sebagainya, ke surga, dan Anda akan diberi anugerah. Sekarang, apakah kenyataannya? Ini semua adalah teori, pengandaian, kepercayaan dan bukan fakta. Saya maksud, andaikan lahir kembali, Jesus bangkit dari kubur, dibangkitkan secara fisik. Itu adalah hanya sebuah kepercayaan. Lalu tidak ada kamera, tidak ada sepuluh orang yang bilang, ya, saya melihatnya. Itu hanya se- seorang mengkhayalkannya. Kita akan masuk ke situ sebentar lagi. Jadi, ada kehidupan ini dan bersiap untuk mati... seperti oang Mesir kuno melakukannya. Lalu ada reinkarnasi. Lalu ada kebangkitan. Nah, jika seseorang tidak takut, mendalam,- Anda ikuti,Tuan? - lalu apakah kematian? Apa yang mati, selain dari organisme? Organisme bisa berlanjut, jika Anda merawatnya secara hati-hati, selama delapan puluh, atau sembilan puluh, atau seratus tahun. Jika Anda tidak memiliki penyakit, tidak mengalami kecelakaan, jika ada cara hidup yang waras, sehat, mungkin Anda akan bertahan seratus tahun atau seratus sepuluh tahun. Dan lalu apa? Anda mengikuti, Tuan? Anda akan hidup seratus tahun, untuk apa? Untuk kehidupan semacam ini? Bertarung, berdebat, pertengkaran, kepahitan, kemarahan, kecemburuan, kesia-siaan, keberadaan tanpa arti. Ini keberadaan tanpa arti seperti yang kita jalani sekarang.
8:36 A: And in terms of our previous remarks, this is all the content of our consciousness.

K: Our consciousness. That's right. So, what is it that dies? And what is it one is frightened of? You follow? What is it, one is frightened of in death? Losing the known? Losing my wife? Losing my house? Losing all the things I have acquired? Losing this content of consciousness? You follow? So, can the content of consciousness be totally emptied? You follow, sir?
A:Dan dalam kaitan dengan pernyataan kita sebelumnya, ini semua adalah isinya... dari kesadaraan kita.

K:Kesadaran kita. Itu benar. Jadi apa yang mati? Dan apakah yang ditakuti orang? Anda mengikuti? Apakah itu, yang orang takuti dalam kematian? Kehilangan yang diketahui? Kehilangan istri saya? Kehilangan rumah saya? Kehilangan semua yang telah saya dapatkan? Kehilangan isi ini dari kesadaran? Anda mengikuti? Jadi, dapatkah isi dari kesadaran dikosongkan secara total? Anda mengikuti, Tuan?
9:28 A: Yes, I do.

K: Which is the living. The dying is the living, when the content is totally emptied. That means no attachment. It isn't a brutal cutting off, but the understanding of attachment, the understanding of dependency, the understanding of acquisition, power, position, anxiety - all that. The emptying of that is the real death. And therefore the emptying of consciousness means the consciousness, which has created its own limitation by its content, comes to an end. I wonder if I have...

A: Yes, you have. I was following you very carefully, and it occurred to me that there is a radical relation between birth and death, that the two, when they are looked upon as moments in a total cycle, are not grasped at the depth level that you are beginning to speak about.
A: Ya, saya mengikutinya

K: Yang adalah kehidupan. Kematian adalah kehidupan, ketika isi secara total dikosongkan. Itu artinya tidak ada kemelekatan. Itu bukan suatu pemotongan yang brutal, tapi pemahaman akan kemelekatan, pemahaman akan ketergantungan, pemahaman akan perolehan, kekuasaan, posisi, kecemasan - semua itu. Pengosongan itu adalah kematian yang sesungguhnya. Dan karenanya pengosongan kesadaran... berarti kesadaran, yang telah membentuk pembatasan dirinya sendiri... oleh isinya, berakhir. Saya bertanya-tanya apakah saya telah...

A: Ya, Anda sudah. Saya mengikuti Anda dengan amat seksama, dan terpikir oleh saya bahwa ada... suatu hubungan radikal antara kelahiran dan kematian, bahwa keduanya, ketika mereka dianggap sebagai saat-saat dalam suatu siklus total, tidak dianut pada tingkat yang mendalam... yang Anda mulai akan bicarakan.
11:09 K: Yes, sir.

A: Am I correct?
K: Ya Tuan.

A: Apakah saya benar?
11:10 K: Correct.

A: Good, please do go on.
K: Benar.

A:Baiklah, silahkan lanjutkan.
11:13 K: So, death becomes a living when the content of consciousness, which makes its own frontier, its own limitation, comes to an end. And this is not a theory, not a speculative intellectual grasp, but the actual perception of attachment. I am taking that as an example. Being attached to something - property, man, woman, the book I have written, or the knowledge I have acquired. The attachment. And the battle to be detached. Because attachment brings pain. Therefore I say to myself, I must be detached. And the battle begins. And the whole content of my consciousness is this - the battle which we described previously. Now, can that content be emptied - empty itself? Not emptied by an act of perception, you understand? - empty itself. Which means: can this whole content be observed with its unconscious content? You follow, sir?

A: Yes, I do. I'm thinking...
K:Jadi, kematian menjadi suatu kehidupan... ketika isi dari kesadaran, yang membuat perbatasannya sendiri, keterbatasannya sendiri, berakhir. Dan ini bukan sebuah teori, bukan pemahaman spekulatif intelektual, tetapi suatu persepsi yang nyata dari kemelekatan. Saya mengambil itu sebagai contoh. Melekat pada sesuatu... - property, pria, wanita, buku yang saya tulis, atau pengetahuan yang telah saya dapatkan. Kemelekatan. Dan pertempuran agar terlepas. Karena kemelekatan membawa rasa sakit. Karenanya saya berkata pada diri saya sendiri, saya harus melepaskannya. Dan pertempuran dimulai. Dan seluruh isi dari kesadaran saya adalah ini... - pertempuran yang kita gambarkan sebelumnya. Sekarang, dapatkah isi itu dikosong- kan - mengosongkan dirinya sendiri? Bukan dikosongkan oleh tindakan dari persepsi, Anda memahami? - mengosongkan dirinya sendiri. Yang artinya: dapatkah seluruh isi ini diamati... serta isi ketidaksadaran nya? Anda mengikutinya, Tuan?

A:Ya, saya mengikuti. Saya berpikir….
13:00 K: I can be consciously aware of the content of my consciousness - my house, my property, my wife, my children, my job, the things I have acquired, the things I have learned. I can be consciously aware of all that. But also there is a deeper content in the very recesses of my mind, which is racial, collective, acquired, the things that unconsciously I have gathered, the influences, the pressures, the strains of living in a world that is corrupt. All that has seeped in, all that has gathered in there. K: Saya dapat dengan sadar mewaspadai... akan isi dari kesadaran saya... - rumah saya, properti saya, istri saya, anak-anak saya, pekerjaan saya, hal-hal yang telah saya peroleh, hal-hal yg telah saya pelajari. Saya dapat dengan sadar mewaspadai semuanya itu. Tapi juga ada yang lebih dalam... dari isi batin saya yang tersembunyi, yang bersifat rasis, kolektif, perolehan, hal-hal yang secara tidak sadar... saya kumpulkan, pengaruh, tekanan, ketegangan... dari kehidupan dalam dunia yang korup. Semua itu telah meresap, semua itu telah terkumpul di sana.
13:50 A: Both personal and impersonal. A:Baik pribadi maupun non pribadi.
13:52 K: Impersonal, yes, that's right. K: Non pribadi, ya , itu benar.
13:54 A: This includes then what the depth psychologists are calling 'collective unconscious'.

K: I don't know what they call it.
A: Ini lalu termasuk... apa yang para psikoanalis sebut... 'ketidaksadaran kolektif'.

K:Saya ti- dak tahu apa yang mereka sebut itu.
14:00 A: As well as the personal consciousness. A:Maupun kesadaran personal.
14:03 K: Collective as well as... So there is that. Now, can all that be exposed? Because this is very important. If the mind really wants to understand, grasp the full meaning of death, the vastness of it, the great quality of a mind that says, yes, that's empty! - you follow? It gives a tremendous vitality, energy. So, my question is: can the mind be aware totally of all the content, hidden as well as the open, the collective, the personal, the racial, the transitory? You follow? The whole of that. Now, we say it is possible through analysis. K: Kolektif maupu… Jadi ada itu. Sekarang, dapatkah semua itu dibuka? Karena ini sangat penting. Jika batin sungguh ingin memahami, menangkap arti lengkap dari kematian, keluasan nya, batin yang agung yang berkata, ya itu kosong! - Anda mengikuti? Itu memberikan vitalitas, energi yang amat besar. Jadi pertanyaan saya adalah: dapatkan batin waspada sepenuhnya akan keseluruhan isinya, yang tersembunyi maupun yang terbuka, yang kolektif, yang pribadi, yang rasis, yang tidak kekal? Anda mengikuti? Keseluruhannya. Sekarang, kita berkata itu mungkin melalui analisa.
15:07 A: Yes, we do. A:Ya, benar.
15:08 K: I said analysis is paralysis. Because every analysis must be perfect, complete. And you are frightened that it might not be complete. And if you have not completed it, you carry it over as a memory, which will then analyse the next incident. So each analysis brings its own incompleteness. K:Saya katakan analisa adalah kelumpuhan. Karena setiap analisa harus sempurna, lengkap. Dan Anda takut itu mungkin tidak lengkap. Dan jika Anda tidak menuntaskannya, Anda meneruskannya... sebagai suatu memori, yang akan menganalisa kejadian berikutnya. Jadi setiap analisa membawa ketidak tuntasannya sendiri.
15:41 A: Oh, certainly, yes.

K: Therefore it is a total paralysis.
A:Oh, tentu saja, ya.

K:Karenanya itu adalah suatu kelumpuhan total.
15:48 A: In following what you are saying I'm very taken with what we usually regard as death, which has a very clear relationship to what you've said about the endless series of analytical acts.

K: Acts. Yes, sir.
A:Dalam mengikuti apa yang Anda katakan... Saya amat terpesona pada apa yang biasanya kita anggap kematian, yang memiliki suatu... hubungan yang jelas dengan apa yang Anda katakan tentang... seri-seri tindakan analitis yang tiada akhirnya.

K: Tindakan. Ya Tuan.
16:07 A: We regard death as terminus in terms of a line. A:Kita menganggap kematian sebagai titik akhir dari sebuah garis.
16:12 K: Quite, because we think laterally. K:Benar sekali, karena kita berpikir secara lateral.
16:15 A: We think laterally, exactly. But what you're saying is: on the contrary, we must regard this vertically.

K: Yes.
A: Kita berpikir secara lateral, persis. Tapi yg Anda katakan adalah: kebalikannya, kita harus menganggapnya secara vertikal.

K: Ya
16:25 A: And in the regarding of it vertically we no longer see - please check me if I am off here - we no longer see death as simply a moment of termination to a certain trajectory of repetition. But there is a total qualitative change here, which is not the cessation of something that we have to regret as though we had lost something valuable. A:Dan dalam menganggap itu secara vertikal... kita tidak lagi melihat... - tolong beritahu bila saya salah - kita tidak lagi melihat kematian... sebagai sekedar sebuah saat akhir pada... sebuah lintasan pengulangan. Tapi ada perubahan kualitatif total disini, yang bukan penghentian dari sesuatu... yang harus kita sesali... seakan-akan kita sudah kehilangan sesuatu yang berharga.
17:08 K: Yes, I am leaving my wife and children.

A: Right.
K:Ya, saya meninggalkan istri saya dan anak-anak.

A: Benar
17:11 K: And my property, my blasted bank account. K:Dan properti saya, akun bank saya yang tersia-sia.
17:18 A: Yes, yes.

K: You see, sir, if one can go very deeply into this: there is this content, which is my consciousness, acquired, inherited, imposed, influenced, propaganda, attachment, detachment, anxiety, fear, pleasure - all that, and also the hidden things. I'm asking myself, since analysis is really paralysis, - not an intellectual supposition but, actually, it is not a complete act, analysis can never produce a complete act. The very word 'analysis' means to break up, you know, the breaking up.
A: Ya, ya.

K: Anda lihat, Tuan, jika orang bisa sangat mendalami ini: isi ini, yang merupakan kesadaran saya, diperoleh, mewarisi, memaksakan, mempengaruhi, propaganda, kemelekatan, pelepasan, kecemasan, rasa takut, rasa senang, - semua itu, dan juga yang tersembunyi. Saya bertanya pada diri sendiri, karena analisa sesungguhnya adalah kelumpuhan, - bukan sebuah pengandaian intelektual... tapi, sesungguhnya, itu bukan suatu tindakan yang tuntas, analisa tidak akan pernah meng- hasilkan suatu tindakan yang tuntas. Arti kata analisa sesungguhnya adalah... untuk memisahkan, Anda tahu, pemisahan.
18:11 A: To loosen up.

K: Loosen up, break it up. Therefore I reject that totally. I won't analyse, because I see the stupidity, the paralytic process of it. Then what am I to do? You are following? Because that's the tradition, introspective, or analysis by myself or by a professional, which is now the fashion, and so on, so on, so on. So if the mind sees the truth of it, and therefore analysis falls away, then what is the mind to do with the content? You...
A:Untuk melonggarkan.

K:Melonggarkan, memisahkan. Karenanya secara total saya menolaknya. Saya tidak akan menganalisa, karena saya melihat... kebodohannya, kelumpuhan dari proses tersebut. Lalu apa yang akan saya lakukan? Anda mengikuti? Karena itu adalah tradisinya, introspeksi, atau analisa oleh saya sendiri atau oleh seorang professional, yang sekarang ini sedang trend, dan seterusnya, seterusnya. Jadi jika batin melihat kebenarannya, dan karenanya analisa runtuh, lalu apa yang batin akan lakukan dangan isinya? Anda…
19:04 A: Yes, I do see that. A:Ya, saya melihat itu.
19:07 K: We know what the content is. We don't have to eternally describe. Now, what is it to do? It has to be emptied. Otherwise it is mere continuity. K:Kita tahu isinya itu apa. Kita tidak perlu menggambarkannya tiada hentinya. Sekarang, apa yang harus dilakukan? Itu harus dikosongkan. Jika tidak, itu hanya sekedar kelanjutan.
19:21 A: No, there is no use analysing what is already there, because that will not change what is there in any way, shape or form. That seems to be very, very plain. Perhaps you would for a moment explain why we simply refuse to see that. We do believe that an analytical enquiry is ordered to a revelation. We do believe that.

K: No, sir. You can see it in a minute. Analysis implies the analyser and the analysed.

A: Yes.
A:Tidak, tidak ada guna meng- analisa apa yang sudah ada di situ, karena, itu tidak akan berubah... apa yang ada di situ dengan cara apa pun, bentuk atau format. Itu terlihat sangat, sangat jelas. Mungkin Anda mau untuk sejenak menjelaskan... mengapa kita sepenuhnya menolak untuk melihat itu. Kita percaya bahwa penyelidikan secara analisa... diarahkan untuk suatu pengungkapan. Kita percaya itu.

K:Tidak Tuan. Anda dapat melihatnya dalam sekejap. Analisa menyiratkan si penganalisa dan yang dianalisa.

A:Ya.
20:06 K: The analyser is the analysed. K:Penganalisa adalah yang dianalisa.
20:12 A: Yes, we are back to the observer and the observed. A:Ya kita kembali pada si pengamat dan yang diamati.
20:15 K: Obviously! I am analysing my anger. Who is the analyser? Part of the fragment, which is anger. So, the analyser pretends to be different from the analysed. But when I see the truth that the analyser is the analysed, then a totally different action takes place. Then there is no conflict between the analyser and the analysed. There is instant action, a perception, which is the ending and going beyond the 'what is'. K:Tentu saja! Saya menganalisa kemarahan saya. Siapa yang menganalisa? Bagian dari fragmen, yaitu kemarahan. Jadi, penganalisa berandai-andai dirinya berbeda... dari yang dianalisa. Tapi ketika saya... melihat kebenaran bahwa penganalisa adalah yang di analisa, maka tindakan yang total berbeda terjadi. Lalu di situ tidak ada konflik... antara penganalisa dan yang dianalisa. Ada tindakan seketika, sebuah persepsi, yang adalah berakhirnya dan melampuinya 'apa adanya'.
20:54 A: The reason I asked for the explanation was because of the concern raised earlier about knowledge. A:Alasan saya minta penjelasan adalah karena... masalah yang sebelumnya diangkat tentang pengetahuan.
21:01 K: Yes. After all, the observer is knowledge. K:Ya. Lagipula, pengamat adalah pengetahuan.
21:06 A: Yes, I was concerned that study, in its proper form was not regarded - in the context of our discussion - as unprofitable as such.

K: No, no, of course not.
A: Ya, saya prihatin bahwa... belajar, dalam bentuk yang tepat... tidak dianggap - dalam konteks diskusi kita - sebagai tidak menguntungkan.

K:Tidak, tidak, tentu saja tidak.
21:24 A: We don't mean that.

K: We didn't even discuss it. That's so obvious.

A: Exactly. Yes, fine, do go. Well, yes, it is obvious in terms of our discussion, but the thing that concerns me is that so ingrained is the notion that... For instance, in the story I told you about, when I came to hear you years ago, I began doing analysis while I was listening to your words, and consequently I could hardly end up with anything qualitatively different from what I came in with. But you see, I didn't see that at the time. And in our videotaping our conversations here, this will be listened to, and when we say 'yes' about knowledge, this is obvious - in the context of our conversation it is. But then I'm thinking of...
A:Kita tidak bermaksud demikian

K:Kita bahkan tidak mendiskusikannya. Itu sangat jelas.

A: Persis. Ya , baik, lanjutkan. Baiklah, ya, itu sangat jelas dalam diskusi kita, tapi hal yang menjadi perhatian saya adalah, bahwa... begitu dalam tertanamnya gagasan bahwa… Sebagai contoh, dalam cerita yang saya paparkan pada Anda perihal, ketika saya datang mendengarkan Anda bertahun-tahun lalu, saya mulai menganalisa saat sedang mendengarkan kata-kata Anda, dan konsekuensinya saya hampir tidak pernah mendapatkan apa pun... secara kualitas berbeda dari apa yang saya bawa. Tapi Anda lihat, saya tidak memahaminya waktu itu. Dan dalam perekaman video dialog kita di sini, ini akan didengarkan, dan ketika kita berkata 'ya' tentang pengetahuan, ini jelas... -dalam konteks dialog kita itu jelas. Tapi kemudian saya memikir tentang…
22:14 K: Not only in the context of our conversation, it is so.

A: It is as such.
K:Tidak hanya dalam konteks dialog kita itu memang seperti itu.

A:Seperti itu.
22:18 K: Life is that.

A: Exactly, I couldn't agree, but immediately I flashed back to my own behaviour, and I know that I was not alone in that, because I listened to other conversations regarding it at the time. But, yes, I see what you mean now about analysis as such. It seems to me very clear.

K: Analysis implies, sir, the analyser and the analysed.
K:Kehidupan adalah demikian.

A:Per- sis, saya tidak dapat menyetujuinya, tapi saya langsung terkilas balik... pada tingkah laku saya, dan saya tahu bahwa saya tidak sendirian dalam hal itu, karena saya telah mendengarkan pembicaraan-pembicaraan lain... tentang hal ini pada saat itu. Tapi, ya, saya melihat apa yang Anda sekarang maksudkan... tentang analisa seperti itu. Bagi saya itu terlihat sangat jelas.

K:Analisa menyiratkan, Tuan, penganalisa dan yang dianalisa.
22:44 A: Precisely.

K: The analyser is the analysed. And also analysis implies time, duration. I must take time to unearth, to uncover, and it will take me rest of my life.
A:Persis.

K:Penganalisa adalah yang dianalisa. Dan juga analisa menyiratkan waktu, durasi. Saya membutuhkan waktu untuk menggali, membuka, dan itu akan mengambil seluruh sisa kehidupan saya.
23:00 A: This is a confusion we have about death too, death's relation to time. A:Ini adalah kebingungan yang kita miliki juga tentang kematian, hubungan kematian dengan waktu.
23:04 K: That's right. I'm coming to that. K:Itu benar. Saya akan sampai kesitu.
23:06 A: Yes, of course, yes, please do, please. A: Ya, tentu saja, ya, silahkan, silahkan.
23:09 K: So, the mind, perceiving, discards analysis completely. Not because it's not profitable, not because it doesn't get me where I want, but I see the impossibility of emptying the consciousness of its content, if the mind approaches through that channel: analyser, time, and the utter futility - at the end of 40 years I am still analysing. K:Jadi, batin, memahami, membuang analisa sepenuhnya. Bukan karena itu tidak menguntungkan, bukan karena itu tidak membawa saya ke mana saya menginginkannya, tapi saya melihat kemustahilan... dari mengosongkan kesadaran dari isinya, jika batin mendekatinya melalui jalur itu: penganalisa, waktu, dan kesia-siaan mutlak... -pada akhir 40 tahun saya masih menganalisa.
23:50 A: And the content of my consciousness has not qualitatively changed at all.

K: Changed at all.
A:Dan isi dari kesadaran saya... secara kualitatif tidak berubah sama sekali.

K:Sama sekali.
23:54 A: No, it's becoming intensified in its corruption. A:Tidak, itu menjadi diperkuat dalam korupsinya.
23:58 K: That's right. That's right. But the mind must see its content, must be totally aware of it, not fragments of it. How is that to be done? You follow, sir?

A: Yes, I do.
K: Itu benar. Itu benar. Tapi batin harus melihat isinya, harus waspada sepenuhnya akan itu, bukan fragmen-fragmen darinya. Bagaimana itu harus dilakukan? Anda mengikuti, Tuan?

A:Ya. Saya mengikuti.
24:19 K: Because that's very important in relation to death. Because the content of my consciousness is consciousness. That consciousness is me, my ego, my saying, 'I and you, we and they', whether they the communists, they the Catholics, they the Protestants, or they the Hindus - they and we. So, it is very important to find out whether it is possible to empty consciousness of its content. Which means the dying to the me. You follow? K:Karena itu sangat penting sehubungan dengan kematian. Karena isi dari kesadaran saya adalah kesadaran. Kesadaran itu adalah saya, ego saya, ucapan saya, 'Saya dan Anda, kita dan mereka', apakah mereka komunis, Katolik, mereka Protestan, atau Hindu - mereka dan kita. Jadi, adalah sangat penting untuk mencari tahu apakah mungkin untuk mengosongkan kesadaran dari isinya. Yang artinya matinya si aku. Anda mengikuti?
25:14 A: Yes, I do.

K: Because that is the me.
A:Ya, saya mengikuti.

K:Karena itu adalah si aku.
25:19 A: This is where the terror starts. A:Inilah di mana teror dimulai.
25:21 K: That's where the terror starts. K:Itu di mana teror dimulai.
25:22 A: Precisely. There's the intuition that, if I die to the content of this consciousness, that I am wiped out. A: Persis. Ada intuisi bahwa, jika saya mati... pada isi dari kesadaran ini, bahwa saya akan musnah.
25:29 K: Yes. I, who have worked, who have lived a righteous life - or unrighteous life - who have done so much, mischief or good, I have struggled to better myself, I've been so kind, so gentle, so angry, so bitter - you follow? - and when you say empty your consciousness, it means you are asking me to die to all that! So, you are touching at the very root of fear. K: Ya Saya, yang telah bekerja, yang telah hidup dengan baik - atau hidup tidak baik - yang telah melakukan begitu banyak, kenakalan atau kebaikan, saya telah bergulat untuk memperbaiki diri saya, saya demikian baiknya, santun, demikian marahnya, sakit hati - Anda mengikuti? - dan ketika Anda mengatakan kosongkan kesadaran Anda, itu artinya Anda meminta saya untuk mati akan semua itu! Jadi, Anda telah menyentuh tepat pada akar dari rasa takut.
26:10 A: Yes, exactly.

K: At the root of terror of not being. Oh yes, that's it, sir. And I want to immortalise that me. I do it through books, writing a book, and say, famous book. Or I paint. Or through paint, through works, through good acts, through building this or that, I immortalise myself.
A:Ya, persis.

K:Pada akar dari teror tiada keberadaan. Oh ya, itulah, Tuan. Dan saya ingin mengabadikan si aku itu. Saya melakukannya melalui buku-buku, menulis buku, dan berkata, buku yang terkenal. Atau saya melukis. Atau melalui melukis, kerja, tindakan yang baik, melalui membangun ini atau itu, saya mengabadikan diri saya.
26:55 A: This has very pernicious effects within the family, because we must have a son in order to... A:Ini memiliki efek amat tidak baik dalam keluarga, karena kita harus punya anak laki-laki agar supaya…
27:03 K: ...carry on.

A: ...immortalise the name in time.
K:…melanjutkannya.

A:...mengabadikan namanya pada waktunya.
27:06 K: Therefore the family becomes a danger.

A: Exactly.
K:Karenanya keluarga menjadi sebuah ancaman.

A:Tepat sekali.
27:15 K: So, look what we have done, sir: the ancient Egyptians immortalised themselves, made their life immortal by thinking, carrying on. K: Jadi, lihat apa yang telah kita lakukan, Tuan: Orang Mesir kuno mengabadikan diri mereka, membuat kehidupan mereka abadi dengan berpikir, teruskan.
27:27 A: Perpetuity.

K: Perpetuity. And the robbers come and tear it all to pieces. Tutankhamen is merely a mask now, a golden mask with a mummy, and so on. So, man has sought immortality through works, through every way to find that which is immortal, that is, beyond mortality. Right?
A:Keberlangsungan.

K:Keberlangsungan. Dan perampok datang dan menghancurkan itu semua. Tutankhamen sekarang hanya sebuah topeng, sebuah topeng emas dengan sebuah mumi, dan seterusnya. Jadi, manusia telah mencari keabadian lewat karya, melalui setiap cara untuk menemukan apa yang abadi, yaitu, di luar kefanaan. Betul?
28:05 A: It's a very remarkable thing that the word 'immortal' is a negative.

K: Yes, not mortal.
A:Adalah sesuatu yang luar biasa bahwa kata 'keabadian'... adalah negatif.

K:Ya, tidak fana.
28:10 A: Yes, it's not saying what it is. A:Ya, itu tidak mengatakan hakekatnya apa.
28:17 K: We are going to find out what it is.

A: Good.
K: Kita akan mencari tahu apakah itu.

A: Baiklah.
28:21 K: You follow, sir? This is a very, very serious thing. It isn't a plaything between two people enjoying a discussion, It is tremendously important! K: Anda mengikuti, Tuan? Ini adalah hal yang sangat, sangat serius. Ini bukan sebuah permainan antara dua orang yang menikmati diskusi, Ini adalah hal yang teramat penting!
28:31 A: Yes, I was laughing at the irony of it. That, inherent in the structure of that word, there is a warning, and we just go right through the red light. A:Ya, saya mentertawakan ironi darinya. Bahwa, melekat pada struktur dari kata itu, ada sebuah peringatan, dan kita begitu saja menerobos lampu merah.
28:44 K: Right.

A: Yes, please do go on.
K:Benar.

A:Ya, silahkan lanjutkan.
28:47 K: So, what is immortality? Not the book.

A: Oh no.
K:Jadi, apakah itu keabadian? Bukan menurut buku.

A: Oh, tentu tidak.
28:55 K: Not the painting which I have done, not, going to the moon and putting some idiotic flag up there. Not, living a righteous life, - or not living a righteous life. So, what is immortality? The cathedrals are beautiful, marvellous cathedrals, in stone; an earthquake comes - gone. You carve out of marble a marvellous thing of Michelangelo, an earthquake, fire - destroyed. Some lunatic comes along with a hammer and breaks it up. So, it is in none of those. Right?

A: Right.
K:Bukan lukisan yang telah saya buat, bukan, pergi ke bulan... dan menancapkan bendera tolol di sana. Bukan, menjalani kehidupan yang berbudi, - atau tidak menjalani kehidupan yang berbudi... Jadi, apakah itu keabadian? Katredal-katredal adalah indah, menakjubkan, terbuat dari batu, sebuah gempa datang, - lenyap. Anda ukir dari marmer sesuatu yang menakjubkan dari Michelangelo, sebuah gempa, kebakaran - hancur. Orang gila tertentu datang dengan palu dan menghancurkannya. Jadi, bukan seperti itu. Benar?

A: Benar
29:47 K: Because that is capable of being destroyed. Every statue becomes a dead thing, every poem, every painting. So, then one asks, what is immortality? It's not in the building - just see it, sir - It's not in the cathedral. It's not in the Saviour, which you have invented, which thought has invented. Not in the gods that man has created out of his own image. Then what is immortality? Because that is related to consciousness and to death. Unless I find that out, death is a terror. K:Sebab itu bisa dihancurkan. Setiap patung menjadi sebuah benda mati, setiap sajak, setiap lukisan. Lalu, orang bertanya, apakah keabadian? Itu bukan di dalam bangunan - lihatlah itu, Tuan - Itu bukan di dalam katredal. Itu bukan dalam si Penyelamat, yang Anda sudah ciptakan, yang pikiran telah ciptakan. Tidak dalam dewa-dewa yang manusia telah ciptakan dari citra dirinya. Lalu apakah keabadian itu? Karena itu terkait dengan kesadaran dan kematian. Hanya jika saya menemukannya, kematian adalah teror.
30:41 A: Of course, of course. A:Tentu saja, tentu saja.
30:45 K: I have tried to immortalise myself, become immortal by the thought that there is a Brahman, there is a God, there is eternality, there is a nameless one, and I will do everything to approach him. Therefore I'll lead a righteous life. Therefore I will pray, I will beg, I will obey. I will live a life of poverty, chastity, and so on, so on, so on, in order to have that immortal reality with me. But I know all that is born of thought. Right, sir?

A: Yes, as soon as...

K: Wait a minute, sir, see what happens. So I see thought and its products are the children of barren women.
K:Saya telah mencoba membuat diri saya abadi, menjadi abadi oleh pikiran... bahwa ada Brahman, ada Tuhan, ada kekekalan, ada yang tidak bernama, dan saya akan lakukan apapun untuk mendekati itu. Karenanya saya akan menjalani kehidupan yang benar. Karenanya saya akan sembahyang, saya akan meminta, saya akan patuh, Saya akan menjalani hidup kemiskinan, kesucian, dan seterusnya, dan seterusnya, agar supaya kenyataan keabadian ada pada saya. Tapi saya tahu semua hal itu lahir dari pemikiran. Betul, Tuan?

A: Ya, segera...

K:Tunggu sebentar, Tuan, lihat apa yang terjadi. Jadi saya melihat pikiran dan produknya... adalah anak-anak dari wanita yg mandul.
31:42 A: Precisely. A: Persis.
31:45 K: See what's taken place. Then what is immortality? The beauty in the church - not I built the church - the beauty in the cathedral, the beauty in the poem, the beauty in the sculpture. The beauty, not the object of beauty. I wonder... K:Lihat apa yang telah terjadi. Lalu apakah keabadian? Keindahan di dalam gereja - bukan saya yang membangun gereja - Keindahan dalam katedral, keindahan dalam puisi, keindahan dalam patung. Keindahan, bukan obyek dari keindahan. Saya bertanya-tanya…
32:16 A: The beauty itself.

K: Itself. That is immortal. And I cannot grasp that, the mind cannot grasp it, because beauty is not in the field of consciousness.
A:Keindahan itu sendiri.

K:Itu sendiri. Itulah keabadian. Dan saya tidak dapat memahaminya, batin tidak dapat memahaminya, karena keindahan tidak berada di area kesadaran.
32:39 A: You see, what you have said, again, stands it all on its head. We think when something dies that we have cherished, that is beautiful, that beauty dies, in some sense, with that which has passed away.

K: Passed away, yes.
A:Anda lihat, apa yang Anda telah katakan, sekali lagi, semuanya jungkir balik. Kita pikir ketika sesuatu mati... yang sangat kita sayangi, yang indah, keindahan itu mati, dalam makna tertentu, bersamaan dengan yang telah meninggal.

K:Meninggal, ya.
33:00 A: Actually it's the feeling of being bereft of that beauty that I regarded as my privilege to have personal access to. The belief that that has perished, not simply being lost, because what is lost is by its nature predisposed to be found. But to perish is to be wiped out utterly, isn't it? And so the belief is deep.

K: Oh, very, very.
A:Sesungguhnya itu adalah perasaan kehilangan akan keindahan itu... yang saya anggap sebagai hak istimewa untuk memiliki akses pribadi kesitu. Kepercayaan bahwa itu telah musnah, tidak hanya sekedar hilang, sebab apa yang hilang, berhubung hakekatnya, cenderung untuk ditemukan. Tapi musnah adalah sama sekali terhapus, bukankah demikian? Dan karenanya kepercayaan itu dalam.

K:Oh, sangat, sangat.
33:36 A: Extremely deep with respect to what we mean by perish. In fact, the word isn't used very often, it's frightening, it's a very frightening word. We always talk about losing things, hardly ever do we say something perishes. Now back to what I mentioned about standing it on its head. The image came to my mind as a metaphor - I hope not one of those images we've been talking about. That beauty, rather than being imprisoned and therefore taken down to the utter depths of nullity, when the thing perishes, has simply let it go. In some sense beauty has let this expression go. That is upside down from what is usually thought. A:Sangat dalam terkait dengan apa yang kita maksud dengan musnah. Kenyataannya, kata itu tidak amat sering digunakan, itu menakutkan, Itu sebuah kata yang sangat menakutkan. Kita selalu membicarakan tentang kehilangan sesuatu, hampir tidak pernah kita berkata sesuatu musnah. Sekarang kembali kepada apa yang saya sebut tentang jungkir balik. Gambaran datang kepada saya sebagai sebuah metafora. - Saya berharap tidak salah satu dari gambaran yang telah kita bicarakan. Keindahan itu, dari pada terpenjara dan karenanya dibawa... ke kedalaman yang tiada artinya sama sekali, ketika itu musnah, telah begitu saja dilepaskan. Dalam arti tertentu, keindahan telah membiarkan ekspresi ini pergi. Ini adalah terbalik dari yang biasanya dipikirkan.
34:33 K: I know, I know. K:Saya tahu, saya tahu.
34:35 A: And it has probably let it go precisely on time. A:Dan itu mungkin membiarkannya pergi secara tepat waktu.
34:41 K: That's right.

A: That's what's so marvellous. Yes, yes.
K:Itu benar.

A:Itu adalah apa yang demikian menakjubkan darinya. Ya, ya.
34:45 K: So, immortality, we have said, is within the field of time. K:Jadi, keabadian, telah kita sebut, adalah dalam bidang waktu.
34:55 A: In the one field. A: Dalam satu bidang itu.
34:58 K: Right?

A: Yes.
K:Benar?

A:Ya.
34:59 K: The field of time.

A: Yes.
K:Bidang waktu.

A:Ya.
35:01 K: And death is also then in the field of time. Because I have created, through thought, the things of time. And death is the ending or the beginning of a state which is timeless. Of that I am frightened. So, I want everything preserved in the field of time. You follow, sir?

A: Yes, yes, we think it could...
K:Dan lalu, kematian juga dalam bidang waktu. Karena saya telah menciptakan, melalui pikiran, hal-hal dari waktu. Dan kematian adalah pengakhirannya... atau awal dari keadaan yang tanpa waktu. Yang padanya saya takut. Jadi, saya ingin semuanya diawetkan dalam bidang waktu. Anda mengikutinya, Tuan?

A:Ya, ya, kita pikir itu bisa…
35:42 K: And that is what we call immortal - the statue, the poem, the church, the cathedral. And I see also all that is corruptible, destroyed by one accident, or by an earthquake - everything is gone. So, immortality is not within the field of time. And time is thought - of course. K:Dan itulah yang kita sebut keabadian... - patung, puisi, gereja, katedral. Dan saya juga melihat semua itu dapat rusak, dihancurkan oleh satu kejadian, atau oleh gempa bumi - semua jadi lenyap. Jadi, keabadian tidak dalam wilayah waktu. Dan waktu adalah pikiran - tentu saja.
36:22 A: Of course, yes, that follows.

K: Of course. So, anything that thought creates must be within the field of time. And yet thought is trying to seek immortality, which is, immortality of itself - and the things it has created. You...

A: Yes.
A:Tentu saja, ya, itu mengikuti.

K:Tentu saja. Jadi, apa pun yang diciptakan pikiran... tentunya berada dalam wilayah waktu. Dan meski demikian, pikiran mencoba untuk mencari keabadian, yang adalah keabadian itu sendiri-dan hal-hal yang telah diciptakannya. Anda…

A:Ya.
36:51 K: So, then the problem is, can the mind see all this, - see it! Not imagine that it is seeing it. K:Lalu masalahnya adalah, dapatkah batin melihat semua ini. - melihatnya! Bukan membayangkan melihatnya.
37:07 A: No, actually see it.

K: Actually see it.
A:TIdak, benar-benar melihatnya.

K:Benar-benar melihatnya.
37:13 A: Yes, the remark I made before, when you began saying the field of time and I said the one field, I didn't mean that the field of time, as you've described it, is the one field, but that we could be so appallingly... A:Ya, ucapan yang saya buat sebelumnya, ketika Anda mulai mengatakan wilayah waktu... dan saya berkata wilayah yang satu itu, saya tidak maksudkan bahwa wilayah waktu itu, seperti yang Anda telah gambarkan, adalah wilayah waktu itu, tapi bahwa kita dapat begitu mengerikannya…
37:28 K: ...blind.

A: ...mistaken and blind...
K:...buta.

A:...salah dan buta...
37:30 K: Ignorant. K:Bebal.
37:31 A: ...that the field of time is another fragment and... A:...bahwa wilayah waktu adalah suatu fragmen lain dan...
37:36 K: That's right.

A: ...it's the only field. And what really struck me was: this misuse of thought generates the most appalling avarice.
K:Itu benar.

A:...itu adalah satu-satunya wilayah. Dan yang benar-benar menerpa saya adalah: penyalahgunaan pikiran ini... menghasilkan ketamakan yang mengerikan.
37:51 K: Yes, sir. K:Ya, Tuan.
37:57 A: I'm walling myself up in stone. Yes, please. A:Saya mendindingi diri saya dengan batu. Ya silakan.
38:03 K: So, the mind, perceiving all this, if it is alert, if it has been watchful all the time that we have been discussing, must inevitably see the whole content exposed, without any effort. It's like reading a map. You spread it out and look. But if you want to go in a direction, then you don't look at the whole map. Then you say, I want to go from here to there, the direction is there, so many miles, and... you don't look at the rest. What we are asking is, no direction but just look. Look at the content of your consciousness, without direction, without choice. Be aware of it without any exertion of discernment. Be choicelessly aware of this extraordinary map. Then that choiceless awareness gives you that tremendous energy to go beyond it. But you need energy to go beyond it. K:Jadi, batin, menyadari ini semua, jika ia siaga, jika ia waspada setiap waktu... yang telah kita diskusikan, tentunya pasti melihat... seluruh isi yang terkuak, tanpa usaha apapun. Itu seperti membaca sebuah peta. Anda membentangkannya dan melihat. Tapi jika Anda ingin menuju ke suatu arah, maka Anda tidak melihat pada seluruh peta. Lalu Anda berkata, saya mau pergi dari sini ke sana, arahnya adalah di sana, sekian mil,, dan... Anda tidak melihat pada sisanya. Yang kita minta adalah, tanpa arah tapi hanya melihatnya. Melihat pada isi dari kesadaran Anda, tanpa arah , tanpa pilihan. Mewaspadai akan itu... tanpa usaha mencari tahu apa pun. Waspada tanpa pilihan akan betapa luar biasanya peta ini. Lalu kewaspadaan tanpa pilihan itu... memberikan Anda energi yang amat besar... untuk ke luar dari itu. Tapi Anda butuh energi untuk ke luar dari itu.
39:39 A: This leads me to the notion of reincarnation that we began to touch on a little earlier: I see the demonic root in that.

K: Yes, sir. You see, reincarnate next life. Nobody says, incarnate now.

A: Yes, exactly.
A:Ini membawa saya... pada gagasan reinkarnasi... yang kita mulai sentuh sebelumnya: saya melihat akar jahat dari itu.

K:Ya, Tuan. Anda lihat, berinkarnasi kehidupan berikutnya. Tidak ada yang berkata, berinkarnasi sekarang.

A:Ya, persis.
40:04 K: You follow, sir?

A: Yes, I do, I do.
K:Anda mengikutinya, Tuan?

A:Ya, saya mengikutinya.
40:06 K: You can only incarnate now, when you die to the content. You can be reborn, regenerated totally, if you die to the content. K:Anda hanya dapat berinkarnasi sekarang, saat Anda mati pada isinya. Anda dapat lahir kembali, ber-regenerasi secara total, jika Anda mati pada isinya.
40:19 A: Yes. Yes. Yes. And there is a terrible truth on the dark side, the demonic side to this doctrine of reincarnation, because, if that content of consciousness is not emptied out, then it must prevail!

K: So what happens?
A:Ya. Ya. Ya. Dan ada kebenaran yang mengerikan... di sisi gelap, sisi iblis... pada doktrin reinkarnasi ini, karena, jika isi dari kesadaran itu... tidak dikosongkan, maka itu pasti menguasai!

K:Jadi apa yang terjadi?
40:45 A: Then it really does, yes!

K: It prevails. So what happens? I do not know, as a human being, how to empty this thing. I'm not even interested, I'm only frightened.
A:Lalu itu sungguh menguasai, ya!

K:Itu menguasai. Lalu apa yang terjadi? Saya tidak tahu, sebagai umat manusia, bagaimana mengosongkan ini. Saya bahkan tidak tertarik, saya hanya takut.
41:01 A: Only scared to death.

K: Scared to death. And I preserve something, and I die, am burned, or buried under ground. The content goes on. As we said, the content of me is your content also, it's not so very different.

A: No, no, no.
A:Hanya takut setengah mati.

K:Takut setengah mati. Dan saya mempertahankan sesuatu, dan saya mati, saya dibakar, atau dikubur dalam tanah. Isinya berlanjut. Seperti yang kita katakan, isi dari saya adalah isi Anda juga, Itu tidak terlalu berbeda.

A: Tidak, tidak, tidak.
41:27 K: Slightly modified, slightly exaggerated, given certain tendencies, which depend on your conditioning of environment, and so on, so on, but it is essentially same consciousness. Unless a human being empties that consciousness, that consciousness goes on like a river, collecting, accumulating - all that's going on. And out of that river comes the expression or the manifestation of the one that is lost. When the mediums, seances, all those say your brother, your uncle, your wife is here, what has happened is they have manifested themselves out of that stream which is the continuous consciousness of struggle, pain, unhappiness, misery - all that. And a man who has observed and has looked at the consciousness, and empties it, he doesn't belong to that stream at all. Then he is living each moment anew, because he is dying each moment. You understand, sir? K: Sedikit termodifikasi, sedikit berlebihan, dengan kecenderungan tertentu, yang tergantung pada... keterkondisian Anda dari lingkungan, dan seterusnya, dan seterusnya, tapi esensinya adalah kesadaran yang sama. Kecuali seorang umat manusia mengosongkan kesadaran itu, kesadaran itu berlanjut seperti sebuah sungai, mengumpulkan, menambahkan - semua itu yang terjadi. Dan keluar dari sungai itu muncul ekspresi... atau manifestasi dari seseorang yang telah sesat. Ketika medium, pemanggilan arwah, semua itu bilang, saudaramu, pamanmu, istrimu ada di sini, apa yang terjadi adalah, mereka mewujudkan diri mereka, ke luar dari arus itu yang merupa- kan kesadaran yang berkelanjutan... dari pergulatan, kesakitan, ketidak- bahagiaan, kesedihan - semua itu. Dan manusia yang sudah mengamati... dan telah melihat pada kesadaran, dan mengosongkannya, dia sama sekali tidak terkait pada arus itu. Lalu dia hidup setiap saat secara baru, karena dia mati setiap saat. Anda memahaminya Tuan?
43:02 A: Oh yes, I do, yes, I do. A: Oh ya, saya mengerti.
43:04 K: There is no accumulation of the me which has to be expressed. He is dying every minute, living every minute, and dying every minute. And therefore in that there is - what shall I say? - there is no content. You follow, sir?

A: Yes.
K:Tidak ada akumulasi dari diri, yang perlu diekspresikan. Dia mati setiap menit, hidup setiap menit dan mati setiap menit. Dan karenanya di dalam itu ada, -apa yang harus saya katakan? - tidak ada isi di situ. Anda mengikutinya, Tuan?

A: Ya.
43:26 K: It is like a tremendous energy in action. K: itu seperti suatu energy luar biasa dalam tindakan.
43:30 A: This gives a totally different understanding of what we mean by the phrase 'in the afterlife'. On the one hand, there is this continuity in disordered content of consciousness...

K: It is totally disordered.
A:Ini memberi pemahaman yang berbeda sama sekali... dari apa yang kita maksudkan dengan... frasa " hidup setelah kematian". Di satu sisi, ada keberlangsungan dari kekacauan... isi dari kesadaran…

K: Itu total kacau.
43:53 A: ...which is not radically affected qualitatively with respect to its nature, simply because somebody has stopped breathing for good. No. It's on its way.

K: On its way.
A:…yang kualitatif secara radikal tidak terpengaruh, sehubungan dengan sifatnya, sekadar karena seseorang berhenti bernafas untuk selamanya. Tidak. Itu sedang dalam perjalanannya.

K:Dalam perjalanannya.
44:07 A: And therefore the attempt that is often made on the part of persons to contact this stream of consciousness after the death of a person, when made within the same quality of consciousness, attains nothing but a reinforcement... A:Dan karenanya, usaha yang seringkali dibuat oleh orang-orang... untuk menghubungi arus kesadaran ini... setelah kematian seseorang, ketika dibuat dalam kualitas yang sama dari kesadaran, tidak mendapatkan apa-apa selain sebuah penguatan…
44:34 K: Yes, that's right.

A: ...within their own personal life. And it does a terrible thing to their content of consciousness which has gone on, since it also feeds that some more.
K: Ya, itu benar.

A:…dalam kehidupan pribadi mereka sendiri. Dan itu mengakibatkan suatu hal yang mengerikan... pada isi dari kesadaran mereka... yang telah terus berlanjut, karena itu juga memberi makan lebih lagi.
44:44 K: That's right. K: Itu benar.
44:46 A: Yes, I do see that. Ya, saya melihatnya.
44:48 K: A person came to see me, and his wife was dead. And he really thought he loved her. So he said, I must see my wife again. Can you help me? I said, which wife do you want to see? The one that cooked? The one that bore the children? The one that gave you sex? The one that quarrelled with you? The one that dominated you, frightened you? He said, I don't want to meet any of those. I want to meet the good of her. You follow, sir?

A: Yes, yes, yes, yes.
K:Seseorang datang pada saya, dan istrinya sudah meninggal. Dan dia sungguh mengira bahwa ia mencintainya. Jadi dia berkata, saya harus temui istri saya lagi. Dapatkah Anda menolong saya? Saya berkata, istri yang mana yang Anda mau temui? Yang memasak? Yang melahirkan anak-anak? Yang memberi Anda seks? Yang bertengkar dengan Anda? Yang mendominasi Anda, menakutkan bagi Anda? Dia berkata, saya tidak ingin bertemu dengan satupun dari yang itu. Saya ingin bertemu dengan kebaikan dari dia. Anda mengikutinya , Tuan?

A: Ya, ya, ya, ya.
45:37 K: The image of the good he has built out of her. None of the ugly things, or what he considered ugly things, but the idea of the good which he had culled out of her, and that is the image he wants to meet. I said, don't be infantile. You are so utterly immature. When you have slept with her, and got angry with her, all that you don't want, you want just the image which you have about her goodness. I said... And you know, sir, he began to cry, really cry for the first time. He said afterwards, I have cried when she died, but the tears were of self-pity, my loneliness, my sense of - you follow? - lack of things. Now I have cried because I see what I have done. You understand, sir? K: Gambaran dari yang baik yang telah ia bangun dari istrinya. Tidak satupun yang buruk, atau yang dia anggap buruk, tapi ide tentang yang baik, yang telah dia sisihkan dari istrinya, dan itu adalah gambaran yang dia ingin temui. Saya katakan, jangan kekanak-kanakan.. Anda sangat tidak dewasa. Ketika Anda telah tidur dengan dia, dan marah kepadanya, semua itu tidak Anda inginkan, Anda hanya ingin... gambaran yang Anda punya tentang kebaikan dia. Saya katakan… Dan Anda tahu, Tuan, dia mulai menangis, benar-benar menangis untuk pertama kalinya. Sesudahnya ia berkata, saya telah menangis ketika dia meninggal, tapi airmata itu adalah dari kasian- diri, kesepian saya, rasa... -Anda mengikuti? kekurangan. Sekarang saya menangis karena saya melihat... apa yang telah saya lakukan. Anda paham, Tuan?
46:43 A: Yes, I do. A: Ya, saya memahaminya.
46:50 K: So, to understand death there must be no fear. The fear exists and the terror of it exists only when the content is not understood. And the content is the 'me'. And the 'me' is the chair - you follow, sir? K: Jadi, untuk memahami kematian, harus tidak ada rasa takut. Rasa takut ada dan teror dari itu ada hanya... ketika isinya tidak dipahami. Dan isinya adalah si 'aku'. Dan si 'aku' adalah tempat duduk... - Anda mengikuti, Tuan?
47:19 A: Oh yes.

K: The thing I am attached to. It is so stupid! And I am frightened of that, the bank account, the family - you follow?
A: Oh ya.

K: Benda yang saya melekat padanya. Itu demikian bodohnya! Dan saya takut pada itu, akun bank, keluarga, - Anda mengikuti?
47:34 A: Oh yes, yes, I do. A: Oh ya, ya, saya mengikuti.
47:36 K: So unless one is really, deeply serious in this matter, you can't incarnate now in the deep sense of that word, and therefore immortality is in the book, in the statue, in the cathedral, in the things I have put together, the things I have put together by thought. That's all the field of time.

A: Right. It just occurred to me what a terrible thing we have been doing so often over and over again to Plato by this perennial attempt at academic analysis of the text, when he plainly said that the business of the philosopher, by which he didn't mean the analyser in this mad way that we have been observing it goes on, the business of the philosopher, namely the one who is concerned with a radical change and rebirth, which he associates with wisdom, the business of the philosopher is to practise dying, to practise dying.

K: Not practice.
K: Jadi, hanya jika orang sungguh- sungguh, serius mendalami hal ini, Anda tidak dapat berinkarnasi sekarang... dalam arti yang mendalam dari kata itu, dan karenanya keabadian ada di dalam buku, dalam patung, di dalam katedral, di dalam hal-hal yang telah saya himpun, hal-hal yang telah saya himpun melalui pikiran. Itu semua dalam bidang waktu.

A: Benar. Baru saja terlintas pada diri saya, alangkah mengerikan apa yang sudah kita lakukan... begitu sering berulang-ulang kali terhadap Plato... melalui usaha terus menerus meng- gunakan analisa akademik dari teks, ketika dia dengan jelas mengatakan bahwa keprihatinan ahli filsafat, dengan apa dia tidak maksudkan si penganalisa dengan cara gila ini, yang telah kita amati terus berlanjut, keprihatinan ahli filsafat, yakni seseorang yang prihatin dengan... dengan suatu perubahan radikal dan kelahiran kembali, yang dia asosiasikan dengan kebijaksanaan, keprihatinan dari ahli filsafat adalah melatih kematian, melatih kematian.

K: Bukan melatih.
49:00 A: I don't think he meant routine, repetition: die, die, die, die, die. I think he puts it with an 'ing', because he doesn't want to fall out of act. I know I use this phrase all the time, but it came to me early in our conversations, and it seems to say, for me, what I want to say. I have to say I learned it from you, - though I don't want to put the words in your mouth. But it's possible to fall out of act into the terror and the demonic stream of time, but when one is in act, the whole thing is an ongoing move. A: Saya tidak pikir dia maksudkan sebagai rutinitas, pengulangan: mati, mati, mati, mati. Saya pikir dia meletakan itu dengan 'ing', karena dia tidak ingin keluar dari bertindak. Saya tahu saya senantiasa menggunakan frasa ini, tapi itu datang pada saya di awal pembicaraan kita, dan tampaknya itu menyampaikan, bagi saya, apa yang saya ingin katakan. Saya harus katakan saya belajar itu dari Anda, - meski saya tidak ingin mengatakan bahwa Anda yang mengatakannya. Tapi adalah mungkin untuk tergelincir ke dalam teror... dan arus jahat dari waktu, tapi ketika orang dalam tindakan, seluruhnya adalah dalam gerak berkelanjutan.
49:50 K: So, sir, time has a stop.

A: Precisely.
K: Jadi, Tuan, waktu ada hentinya.

A: Persis.
49:54 K: See the beauty of it, sir. And it is that beauty which is immortal, not the things which thought has created. K: Lihat keindahannya, Tuan. Dan adalah keindahan itu yang abadi, bukan hal-hal yang diciptakan pikiran.
50:04 A: Right. A: Benar
50:07 K: So, living is dying. K: Jadi, hidup adalah mati.
50:12 A: Right. A: Benar
50:13 K: And love is essentially dying to the me. Not the things which thought has said: this is love, love-sex, love-pleasure. You follow? All that. K: dan cinta intinya adalah matinya si aku. Bukan hal-hal yang pikrian telah katakan: ini adalah cinta, cinta-seks, cinta-kesenangan. Anda mengikuti? Semua itu,
50:31 A: Yes. A: Ya.
50:32 K: It is: the dying to time is love. So, living, love, and death are one thing, not divisive, not separated, not divorced, not in the field of time, but it is completely a living, moving thing, indivisible. And that is immortal.

A: Yes.
K: Itu adalah: mati terhadap waktu adalah cinta. Jadi, hidup, cinta, dan kematian adalah satu, tidak terbagi, tidak terpisah, tidak tercerai, tidak dalam bidang waktu, tapi itu sepenuhnya sebuah hal yang hidup, yang bergerak, tidak terpisah. Dan itu abadi.

A: Ya.
51:07 K: So, Now, most of us are educated wrongly. K:Jadi, Sekarang, kebanyakan kita dididik secara salah.
51:16 A: How true that is! A: Betapa benarnya itu!
51:19 K: From childhood we are never taught to be serious. From childhood we are taught the cultivation of thought, cultivation of thought and the expression and the marvels of thought. All our philosophies, books, everything is based on that. And when you say, die to all that, you really awaken the terror of not knowing. This, gives me security in knowing. K:Dari masa kanak-kanak kita tidak pernah diajarkan untuk serius. Dari masa kanak-kanak kita diajarkan untuk mengembangkan pikiran, mengembangkan pikiran, dan ekspresi dan betapa hebatnya pikiran. Semua filsafat kita, buku-buku, semua berdasarkan itu. Dan ketika Anda berkata, matilah pada itu semua, Anda sesungguhnya membangunkan teror dari ketidaktahuan. Ini, memberi saya keamanan dalam mengetahui.
52:10 A: Yes. A: Ya.
52:11 K: Then knowledge becomes the field of my safety. And you ask me, give all that up, die to all that. And I say you are insane. How can I die to that, that's part of me. K: Lalu pengetahuan menjadi bidang keamanan saya. Dan Anda meminta saya, lepaskan semua itu, matilah pada semua itu. Dan saya berkata Anda gila. Bagaimana saya dapat mati pada itu, itu bagian dari saya.
52:31 A: There's a very, very beautiful Zen saying that seems to relate to this, when it's understood correctly. It speaks of jumping off the cliff with hands free. Jumping off the cliff with hands free. The hands... A:Ada suatu ungkapan Zen yang sangat, sangat indah... yang kelihatannya berkenaan dengan ini, jika dipahami secara tepat. Itu berbicara tentang meloncat dari tebing dengan lepas tangan. Meloncat dari tebing dengan lepas tangan. Tangan…
52:53 K: ...that hold.

A: ...that hold, always grasping the past or reaching out towards the future, and we never get off that horizontal track. It's like a Lionel train, it forever goes on.
K:...yang menahan.

A:...Yang menahan, selalu menggenggam masa lalu... atau menjangkau masa depan, dan kita tidak pernah keluar dari jalur horizontal itu. Itu seperti sebuah kereta Lionel, itu berjalan selamanya.
53:08 K: So, then it comes to the question: what is living in the present? Death is the future. And I've lived for 40 years, all the accumulated memories. What is the present? The present is the death of the content. You follow, sir?

A: Yes.
K: Jadi, datang pada pertanyaan: apakah hidup di saat ini? Kematian adalah masa depan. Dan saya telah hidup selama 40 tahun, semua kenangan yang terakumulasi. Apakah saat kini? Saat kini adalah matinya isi. Anda mengikuti, Tuan?

A: Ya.
53:37 K: I don't know, it has got immense beauty in that. Because that means no conflict - you follow, sir? - no tomorrow. If you tell a man who loves, who is going to enjoy that man or woman tomorrow, when you say there is no tomorrow, he says, what are you talking about? K:Saya tidak tahu, ada keindahan luar biasa di dalamnya. Karena artinya tidak ada konflik... - Anda mengikuti Tuan?- tidak ada hari esok. Jika Anda beritahu seseorang yang gemar, yang akan menikmati, pria atau wanita itu, bahwa besok, ketika Anda berkata tidak ada hari esok, dia berkata, Anda sedang bicara apa?
54:02 A: Yes, I know. Sometimes you will say, when you have said something, it sounds absurd. A: Ya, saya tahu. Kadang-kadang Anda akan berkata, ketika Anda telah mengatakan sesuatu, itu terdengar aneh.
54:07 K: Of course. K: Tentu saja.
54:08 A: And, of course, in relation to the way we have been taught to do analysis, it sounds absurd. A:Dan, tentunya, terkait dengan... cara yang kita telah diajarkan... untuk menganalisa, itu terdengar aneh.
54:14 K: Therefore, sir, can we educate children, students, to live totally differently? Live and understand, and act with this sense of understanding the content and the beauty of it all. K:Maka, Tuan, dapatkan kita mendidik anak-anak, murid-murid, Untuk hidup secara berbeda sama sekali? Hidup dan memahami, dan bertindak dengan rasa... pemahaman isi dan keindahan dari semua itu.
54:41 A: If I've understood you correctly, there's only one answer to that question: yes, yes. I think the word here wouldn't be 'absurd', it would be something like 'wild'. Yes, I see now what you mean about death and birth as non-temporally related, in terms of the question that we raised about their relation earlier, because when you say there is this incarnation... A:JIka saya telah memahami Anda secara tepat, hanya ada satu jawaban pada pertanyaan itu: ya, ya. Saya pikir kata yang tepat di sini bukanlah kata 'aneh', itu sesuatu yang seyogianya seperti kata 'liar'. Ya, saya paham sekarang apa yang Anda maksudkan... tentang kematian dan kelahiran... sebagai hubungan tidak terkait-waktu, dalam kaitan dengan pertanyaan, yang kita angkat sebelumnya perihal hubungan mereka, karena ketika Anda mengatakan ada inkarnasi ini…
55:21 K: ...now.

A: ...now, upon the instant...

K: Yes, sir.
K:…sekarang.

A:…sekarang, pada saat itu juga…

K: Ya, Tuan.
55:24 A: ...then... A:…lalu…
55:25 K: No, if you see the beauty of it, sir, the thing takes place.

A: Then it's happened.
K: Tidak, jika Anda melihat keindahan dari itu, Tuan, hal itu terjadi.

A:Lalu itu terjadi.
55:31 K: It is not the result of mentation.

A: No.
K:Itu bukan hasil pengolahan batin.

A: Tidak.
55:34 K: Not the result of immense thinking, thinking, thinking. It is actual perception of 'what is'. K: Bukan hasil dari pemikiran mendalam, memikir, memikir. Ini adalah persepsi nyata dari 'apa adanya'.
55:44 A: And the amazement that it is the same energy at root. A:Dan yang menakjubkan adalah bahwa sumber energinya adalah sama.
55:50 K: Yes, sir. K:Ya, Tuan.
55:51 A: It doesn't take something over here that's a different energy called God. A: Itu tidak mengambil sesuatu di sini, itu adalah sebuah energi berbeda yang disebut Tuhan.
55:55 K: No, that's an outside agency brought in here. K:Bukan, itu adalah keterlibatan dari luar yang dibawa masuk ke sini.
55:58 A: No.

K: It is the same wasted energy, dissipated energy, which is no longer dissipated.
A:Bukan.

K:Itu adalah energi tersia-sia yang sama, energi terhambur, yang tidak lagi terhambur.
56:06 A: Exactly.

K: Therefore it is...
A: Persis.

K:Karena itu adalah…
56:08 A: Exactly. This throws a totally... I'm beginning now to use the words 'absolutely' and 'totally', which in the Academy, you know, we're advised to be very careful of. A: Persis. Ini melontarkan sesuatu yang secara total, saya sekarang memulai menggunakan kata-kata... 'secara mutlak' dan 'secara total', yang dalam Academy, Anda tahu, kita dinasehati agar sangat berhati-hati.
56:24 K: I know. K: Saya tahu.
56:27 A: But I'm sorry about all that. The fact remains that it is total. It is total.

K: Yes.
A:Tapi saya menyesal tentang semua itu. Faktanya adalah itu tetap total. Itu total.

K: Yes.
56:36 A: There is a total change. And the transformation of each individual is a total one. A:Ada suatu perubahan total. Dan transformasi dari tiap individu adalah suatu transformasi total.
56:44 K: It is not within the field of time and knowledge. K:Itu tidak dalam bidang waktu dan pengetahuan.
56:47 A: Is not within the field of time and knowledge. A:Itu tidak dalam bidang waktu dan pengetahuan.
56:49 K: You see now the relation. K: Anda sekarang melihat hubungannya.
56:50 A: Yes, and then the profound seriousness of it that attends when one sees the rest of that sentence of yours: it is the responsibility of each. And if I may add just one other thing here, because it seems to me that it is coming together: that it isn't the responsibility of one over against the other to do something. It is to come with and to, as the other is coming to and with, and we begin together... A:Ya, dan lalu keseriusan mendalam dari itu yang menyertainya, ketika seseorang melihat kelanjutan dari kalimat Anda:... itu merupakan tanggung-jawab masing-masing. Dan jika saya boleh menambahkan satu hal lainnya di sini, karena bagi saya itu datang bersama-sama, bahwa itu bukan tanggung-jawab seseorang... terhadap orang lain untuk melakukan sesuatu. Itu harus datang dengan sesuatu dan menyampaikan, selagi yang lain mendatangi dan menyambut, dan kita memulainya bersama…
57:30 K: Yes, sir. Share together.

A: ...to have a look.
K: Ya, Tuan. Berbagi bersama.

A:…untuk mmenyelidikinya.
57:33 K: Learn together.

A: Just quietly having a look. And in that activity, which is not planned, one of the amazing things about this conversation is that it - to use your beautiful word - flowers.
K: Belajar bersama.

A:Sekadar melihat dengan tenang. Dan dalam kegiatan itu, yang tidak direncanakan, satu hal yang menakjubkan tentang pembicaraan ini adalah, bahwa itu - menggunakan kata-kata Anda yang indah - mekar.
57:50 K: It flowers, yes.

A: It doesn't require an imposition without of a contrivance.
K:Itu mekar, ya.

A:Itu tidak membutuhkan... pemaksaan, tanpa suatu rancangan.
57:59 K: No. K:Tidak.
58:00 A: Of a management.

K: Management, quite.
A:Dari sebuah pengarahan.

K:Pengarahan, tepat.
58:03 A: Somehow it grows out of itself. It's this thing of growing out of itself that relates to this thing that you've been talking about in consciousness. By pointing to the head I don't mean consciousness is up here, no, but it's the 'out of itself', it's like that water that turns in on itself. A:Entah bagaimana, itu tumbuh dari dirinya. Adalah hal tumbuh dari dirinya sendiri ini, yang terkait dengan hal ini, yang Anda telah bicarakan perihal kesadaran. Dengan menunjukan ke kepala saya tidak bermaksud... kesadaran ada diatas sini, tidak, tapi adalah yang 'ke luar dari dirinya'. Itu seperti air yang masuk ke dalam dirinya sendiri.
58:27 K: But it remains water.

A: It remains water. Exactly. This has been a wonderful revelation, the whole thing about death, living and love. I do hope, when we have our next conversation, that we could begin to pursue this in relation to education even further.
K:Tapi itu tetap air.

A:Itu tetap air. Persis. Ini adalah sebuah pengungkapan yang indah, keseluruhannya tentang kematian, kehidupan dan cinta. Saya sungguh berharap, ketika kita melakukan pembicaraan berikutnya, bahwa kita dapat memulai... untuk mendalami ini dalam hubungan- nya dengan pendidikan lebih lanjut.
58:53 K: Further, yes, sir. K:Lebih lanjut, ya, Tuan.