Krishnamurti Subtitles home


SD74CA16 - Religi, otoritas dan pendidikan - Bagian 2
Percakapan ke-16 dengan Allan W. Anderson
San Diego, USA
27 Februari 1974



0:38 Krishnamurti in dialogue with Dr. Allan W. Anderson Dialog Krishnamurti dengan Dr. Allan W. Anderson
0:43 J. Krishnamurti was born in South India and educated in England. For the past 40 years he has been speaking in the United States, Europe, India, Australia, and other parts of the world. From the outset of his life's work he repudiated all connections with organised religions and ideologies and said that his only concern was to set man absolutely unconditionally free. He is the author of many books, among them The Awakening of Intelligence, The Urgency of Change, Freedom From the Known, and The Flight of the Eagle. This is one of a series of dialogues between Krishnamurti and Dr. Allan W. Anderson, who is professor of religious studies at San Diego State University where he teaches Indian and Chinese scriptures and the oracular tradition. Dr. Anderson, a published poet, received his degree from Columbia University and the Union Theological Seminary. He has been honoured with the distinguished Teaching Award from the California State Universities. J. Krishnamurti lahir di India Selatan... dan dididik di Inggris. Selama 40 tahun terakhir, ia telah berceramah di Amerika Serikat, Eropa, India, Australia, dan di bagian-bagian lain di dunia. Sejak awal pekerjaannya, ia telah menanggalkan semua hubungannya dengan agama-agama terorganisir dan ideologi-ideologi... dan berkata bahwa satu-satunya kepeduliannya adalah... untuk membuat manusia secara mutlak bebas tanpa syarat. Ia adalah penulis dari banyak buku-buku, diantaranya The Awakening of Intelligence, The Urgency of Change, Freedom From the Known, dan The Flight of the Eagle. Ini adalah salah satu dari serangkaian dialog antara... Krishnamurti dan Dr. Allan W. Anderson, yang adalah profesor dalam bidang studi-studi religius... di San Diego State University... di mana ia mengajar kitab-kitab suci India dan China... dan tradisi kepercayaan dewa-dewanya. Dr. Anderson, seorang penyair, menerima gelarnya dari Columbia University... dan Union Theological Seminary. Ia telah dianugerahi Teaching Award yang terhormat... dari California State University.
1:51 A: Mr. Krishnamurti, in our series of conversations we have reached, it seems to me, an especially critical place. In our last discussion together we touched on the question of authority, not only in relation to what is out there - that we project - and what is out there - that faces us, literally - but also the question at the deeper level of my relationship within. And the point where in the enquiry, in going deeply into myself, in self-examination, there is a point of boggling, when one boggles, one is hesitant and trembles. It is a real fear and trembling, that occurs at the brink of that enquiry. And at the conclusion of our former conversation, were moving toward a discussion of that in terms of its role in the religious life. A: Tn. Krishnamurti, dalam rangkaian pembicaraan kita, kita telah mencapai, nampak bagi saya, suatu titik yang teramat penting. Dalam diskusi kita bersama yang terakhir, kita menyentuh persoalan tentang otoritas, tidak hanya berkaitan dengan apa yang di luar - yang kita proyeksikan... dan apa yang ada di luar sana - yang menghadapi kita, secara harafiah - tapi juga persoalan pada tingkat yang lebih dalam... dari hubungan saya dengan yang di dalam. Dan titik di mana... dalam penyelidikan, selagi masuk mendalami diri, dalam memeriksa diri sendiri, ada suatu titik keraguan, ketika seorang ragu, seseorang menjadi ragu dan menggetar. Itu sebuah rasa takut yang nyata dan gemetaran, itu terjadi pada ambang dari penyelidikan itu. Dan pada pengujung... dari pembicaraan kita sebelumnya, kita bergerak menuju ke diskusi tentang itu, dalam hubungannya dengan perannya dalam kehidupan keagamaan.
3:14 K: That's right.

A: Yes.
K: Itu benar.

A: Ya.
3:22 K: Sir, why do we hesitate? That's what it comes to, what you are saying. Why do we not take the plunge? That's what you are asking.

A: Yes.
K:Tuan, mengapa kita ragu? Itulah persoalannya, dari apa yang Anda katakan. Mengapa kita tidak terjun saja? Itu yang Anda tanyakan.

A: Ya.
3:36 K: Why is it always coming to the brink and withdrawing, running away? Why don't we see the thing as is and act? Is it part of our education that has cultivated function, enormously, we give tremendous importance to function, as an engineer, as a professor, as a doctor, and so on, so on, functioning in a particular technique. And we have never cultivated, or encouraged, or enquired into what is intelligence. Where there is intelligence, there won't be this hesitation. There is action. I mean, when one is very sensitive, you act! That sensitivity is intelligence. Now, in education - as I have observed it, both here and in India, and other parts of the world - education is merely training the mind to function to the dictates of society. So many engineers are wanted, so many doctors are wanted. If you get into a profession where there are few, you might make more money. K:Mengapa selalu datang ke ambang... dan menarik diri, melarikan diri? Mengapa kita tidak melihat hal itu apa adanya dan bertindak? Apakah itu bagian dari pendidikan kita, yang mempunyai fungsi yang telah ditanamkan, secara hebat, kita memberi nilai yang amat besar pada fungsi, sebagai insinyur, sebagai professor, sebagai dokter, dan seterusnya, berfungsi dalam teknik tertentu. Dan kita tidak pernah benar-benar mengembangkan, atau mendorong, atau menyelidiki ke dalam apakah kecerdasan itu. Di mana ada kecerdasan, tiada akan ada... keraguan ini. Ada tindakan. Saya maksudkan, ketika seseorang sangat peka, Anda bertindak! Kepekaan itu adalah kecerdasan. Sekarang, dalam pendidikan - seperti saya telah mengamatinya, baik di sini dan di India, dan belahan dunia lainnya - pendididikan hanya sekadar melatih batin untuk berfungsi... sesuai dikte masyarakat. Begitu banyak insinyur diinginkan, begitu banyak dokter diinginkan. Jika anda masuk ke suatu profesi yang sedikit ahlinya, Anda mungkin akan menghasilkan lebih banyak uang.
5:24 A: You have to watch out for the glut. A:Anda harus waspada terhadap kelimpahan.
5:26 K: Glut, yes. Don't become a scientist, there are enough scientists, or whatever it is.

A: Oh dear, dear, yes.
K: Kelimpahan, ya. Jangan menjadi seorang ilmuwan, karena sudah cukup banyak, atau apa pun itu.

A:Ya, ya.
5:33 K: So we are encouraged and trained to function in the field of activity as functions, careers. Now, we hesitate to enter, or plunge, into something that demands all your attention, - not fragmentary - all your attention, because we don't know what is the measure. We know how to measure function. Here we have no measure. Therefore I depend. Therefore I won't reason here, because I don't know how to reason. I don't say to a man who says 'I know'... I say, 'What do you know?' You only know something that's gone, finished, dead. You can't say, 'I know something that's living'. And so gradually, as I see it, the mind becomes dull, restless. Its curiosity is only in the direction of functioning. And it has no capacity to enquire. To enquire you must have freedom first. I can't enquire otherwise. If I come to enquire to something which I have to enquire about, if I have prejudices, I can't enquire. If I have conclusions about that, I can't enquire. Therefore there must be freedom to enquire. And that is denied, because society and culture have laid tremendous importance on function. And function has its own status. K: Jadi kita di dorong dan dilatih untuk berfungsi... dalam bidang aktititas sebagai fungsi, karir. Sekarang, kita ragu untuk memasuki, atau terjun, ke dalam sesuatu yang meminta seluruh perhatian Anda, tidak secara fragmentaris - seluruh perhatian Anda, karena kita tidak tahu apa ukurannya. Kita tahu bagaimana mengukur fungsi. Di sini kita tidak punya ukuran. Karena itu saya tergantung. Karena itu saya tidak akan mempertanyakannya di sini, karena saya tidak tahu bagaimana untuk bertanya. Saya tidak berkata pada seseorang yang bilang 'Saya tahu'… Saya berkata, 'Apa yang Anda ketahui?' Anda hanya tahu sesuatu yang telah lenyap, selesai, mati. Anda tidak dapat berkata, 'Saya tahu sesuatu yang hidup'. Dan dengan demikian secara bertahap, seperti saya melihatnya, batin menjadi tumpul, resah. Rasa ingin tahu hanya bergerak dalam arah berfungsi. Dan itu tidak mempunyai kapasitas untuk menyelidiki. Untuk menyelidiki Anda harus memiliki kebebasan terlebih dahulu. Saya tidak dapat menyelidiki bila tidak. Jika saya menyelidiki sesuatu, yang harus saya selidiki, Jika saya punya prasangka, saya tidak dapat menyelidiki. Jika saya memiliki kesimpulan tentang itu, saya tidak dapat menyelidiki. Maka harus ada kebebasan untuk menyelidiki. Dan itu disangkal, karena masyarakat dan kebudayaan... telah meletakan kepentingan yang luar biasa pada fungsi. Dan fungsi memiliki tempatnya sendiri.
7:46 A: Oh yes, yes. It's exalted ultimately into process. A: Oh ya, ya. Pada akhirnya, itu ditingkatkan derajatnya menjadi proses.
7:50 K: Yes. Into a status.

A: Right.
K: Ya. Menjadi sebuah status.

A: Benar.
7:53 K: So, status matters much more than function. K: Jadi, status jauh lebih penting dari pada fungsi.
7:56 A: Yes. A: Ya.
7:58 K: And so I live in that field, in that structure, and if I want to enquire into religion, what is religion, what is God, what is immortality, what is beauty, I can't do it. I depend on an authority. And I have no basis for reasoning - you follow, sir? - in this vast field of religion. So, it is partly the fault of our education, partly our incapacity to look at anything objectively. Our incapacity to look at a tree without all the rigmarole, knowledge, screen, blocks, that prevents me from looking at the tree. I never look at my wife, if I have a wife, or a girl, or whatever, I never look. I look at her or him through the image I have about him or her. So, the image is the dead, dead thing. So, I never look at a living thing. I never look at nature with all the marvel of it, the beauty of it, the shape, the loveliness of it. But I am always translating it, trying to paint it, write about it, or enjoy it - you follow? K: Dan jadinya saya hidup dalam bidang itu, dalam struktur itu, dan jika saya ingin menyelidiki religi, apa itu religi, apa Tuhan itu, apa keabadian itu, apa keindahan itu, saya tidak dapat melakukannya. Saya tergantung pada suatu otoritas. Dan saya tidak punya dasar untuk mempertanyakan... - Anda mengikutinya, Tuan? - di dalam bidang amat luas dari religi ini. Jadi, ini sebagian dari kesalahan pendidikan kita, sebagian dari ketidakmampuan kita un- tuk melihat apa pun secara obyektif. Ketidakmampuan kita untuk melihat sebuah pohon... tanpa semua omong kosong, pengetahuan, layar, tabir, yang menghalangi saya untuk melihat pohon. Saya tidak pernah melihat istri saya, jika saya mempunyai seorang istri, atau perempuan, atau apapun, saya tidak pernah 'melihat'. Saya melihat padanya... melalui gambaran yang saya miliki tentang dia. Jadi, gambaran itu adalah benda yang mati, benda mati. Jadi, saya tidak pernah melihat pada sesuatu yang hidup. Saya tidak pernah melihat alam... dengan segala keagungannya, keindahannya, bentuk dan kecantikannya. Tapi saya selalu menterjemahkannya, mencoba melukisnya, menulis tentangnya, atau menikmatinya - Anda mengikuti?
9:42 A: Yes. A: Ya.
9:43 K: So, from that arises the question, why do human beings accept authority, obey? Is it because they have been trained in the field of function, where you must obey to learn - you follow? - you can't just...

A: Oh yes. No, it has its own laws built in.
K: Jadi, dari situ timbul pertanyaan, mengapa umat manusia menerima... otoritas, mematuhinya? Apakah karena mereka telah dilatih... dalam bidang fungsi, di mana Anda harus patuh untuk belajar... - Anda mengikuti? - Anda tidak dapat hanya…

A: Oh ya. Tidak, itu mempunyai hukumnya sendiri terkandung di dalamnya.
10:15 K: It has its own disciplines.

A: Exactly.
K: Ada disiplinnya sendiri.

A: Persis.
10:16 K: It has its own laws, its own ways. Because I have been trained that way, I bring that over here, into the field of religion, into the field of something that demands freedom. Freedom not at the end, right from the beginning. Mind must be free from authority from the beginning. If I want to find out what is God - not I believe in God, that has no meaning - if there is God, if there is no God, I really want to find out. I am terribly serious. And if I am really serious, I am really concerned to the understanding, learning about God, if there is God, I must push aside completely all the beliefs, all the structure, all the churches, all the priests, all the books, all the things that thought has put together about religion. You follow?

A: Yes, I do. I've been thinking very hard about your word 'intelligence' and the word 'truth' in relation to what you have been saying. And the passage from the gospel came to my mind, which would end up with a very different exegesis in terms of what you've been saying, if one applied what you've been pointing to to this text: 'When he, the spirit of truth, is come, he will guide you into all truth, and the truth shall make you free'. The truth is called a spirit here. And in the same St. John's gospel God is also called spirit. A radical act, not this spirit over there that I have projected. If one takes seriously - the terrible thing is that it hasn't been taken seriously.
K: Ada hukum nya sendiri, caranya sendiri. Karena saya telah dilatih dengan cara itu, saya membawanya ke sini, ke dalam bidang religi, ke dalam bidang yang membutuhkan kebebasan. Kebebasan tidak pada ujung akhir, tapi sejak dari awal. Batin harus bebas dari otoritas dari awal. Jika saya ingin mencari tahuTuhan itu apa - bukan saya percaya Tuhan, itu tidak punya arti - jika ada Tuhan, jika tidak ada Tuhan, saya sungguh ingin mencari tahu, saya benar-benar serius. Dan jika saya sungguh serius, saya sungguh-sungguh berminat pada pemahaman, belajar tentang Tuhan, Jika Tuhan ada, saya harus mengesampingkan seluruh kepercayaan, semua struktur, semua gereja, semua para pendeta, semua buku-buku, semua hal yang pikiran telah merangkumnya... tentang agama. Anda mengikuti?

A: Ya, saya mengikuti. Saya telah sangat memikirkan tentang kata 'kecerdasan' Anda... dan kata 'kebenaran'... dalam hubungan dengan yang Anda telah katakan. Dan kutipan Injil masuk ke pikiran saya, yang akan berujung pada suatu penafsiran yang amat berbeda, dalam hubungan dengan apa yang telah Anda katakan, jika orang mengaplikasikan apa yang telah Anda tunjukkan... dengan teks ini: 'Ketika dia, roh kebenaran, telah datang, dia akan membimbing Anda ke dalam semua kebenaran, dan kebenaran akan membebaskan Anda'. Kebenaran di sebut sebagai roh di sini. Dan dalam injil Santo Yohanes, Tuhan juga disebut roh. Sebuah tindakan radikal, bukan roh di sana... yang saya proyeksikan. Jika orang bersikap serius... - yang buruk sekali adalah, ini tidak dianggap serius.
12:26 K: Because we are not allowed to be serious, sir. K: Karena kita tidak diijinkan menjadi serius, Tuan.
12:30 A: We can't even be serious about the thing that is claimed that we must be the most serious about. A:Kita bahkan tidak dapat menjadi serius tentang hal... yang diklaim bahwa kita harus menyikapinya dengan amat serius.
12:34 K: That's just it. K: Itulah.
12:35 A: Yes, I know what you mean. A: Ya, saya paham maksud Anda.
12:37 K: I mean, we are not serious about our children! We don't feel responsible for them, right through life. Only till they are four, five, six, we are responsible, you know. After that, they can do what they want. So, freedom and authority cannot possibly exist together. Freedom and intelligence go together. And intelligence has its own innate, natural, easy discipline, discipline in the sense not of suppression, control, imitation, and all that, but discipline which is the act of learning all the time. K: Saya maksud, kita tidak serius mengenai anak-anak kita! Kita tidak merasa bertanggung- jawab terhadap mereka, sepanjang hidup. Hanya ketika mereka mencapai sampai umur empat, lima, enam, kita bertanggung jawab, Anda tahu. Setelah itu, mereka dapat melakukan apa yang mereka mau lakukan. Jadi, kebebasan dan otoritas tidak mungkin dapat hadir bersama. Kebebasan dan kecerdasan berjalan bersama. Dan Kecerdasan memiliki disiplinnya sendiri yang melekat pada dirinya, alami, sederhana, disiplin dalam arti... bukan penindasan, pengendalian, kepalsuan, dan semua itu, tapi disiplin yang merupakan tindakan belajar setiap waktu.
13:33 A: In attention.

K: Yes, in attention.
A: Dalam perhatian.

K: Ya, dalam perhatian.
13:37 A: This intelligence that you speak of is associated with splendour?

K: Yes.
A: Kecerdasan yang Anda bicarakan ini, apakah terkait dengan keagungan?

K: Ya.
13:44 A: Its advent is immediate, not gradual. A:Kehadirannya adalah seketika, tidak bertahap.
13:51 K: No, of course not. The perception is intelligence! K: Tidak , tentu saja tidak. Persepsinya adalah Kecerdasan!
13:54 A: The perception is intelligence.

K: And therefore acting.
A:Persepsinya adalah Kecerdasan.

K:Dan karenanya bertindak.
13:56 A: And perception is the act.

K: Of course.
A:Dan persepsi adalah tindakan.

K: Tentu saja.
13:58 A: So the act, intelligence, beauty...

K: All these.
A:Jadi tindakan, kecerdasan, keindahan…

K: Semuanya.
14:02 A: ...love, truth, freedom... A:…cinta, kebenaran, kebebasan….
14:05 K: Death, all those are one.

A: ...order, they form a complete, total, integral movement in act.

K: That's right.
K:Kematian, semua itu satu.

A:..ketertiban, mereka merupakan... suatu gerak yang lengkap, total, integral dalam tindakan.

K: Itu benar.
14:17 A: That, in itself, looked at positively, is even, once it's translated into a concept... A: Itu, dalam dirinya, dilihat secara positif, adalah seimbang, begitu diterjemahkan menjadi konsep...
14:26 K: Oh, then there is no longer that. K:Oh, maka yang itu tidak lagi di situ.
14:27 A: ...becomes in itself an occasion for terror again. A:...dalam dirinya sendiri menjadi sebab bagi teror lagi.
14:31 K: Of course.

A: Because it seems that it runs away too fast from you.
K: Tentu saja.

A: Karena... agaknya seperti ia melarikan diri terlalu cepat dari Anda.
14:35 K: Yes.

A: As soon as you... It's as though these you've mentioned - beauty, intelligence, love, freedom...

K: ...and death.
K: Ya.

A: Seketika Anda... Itu sepertinya apa yang telah Anda katakan - keindahan, kecerdasan, cinta, kebebasan…

K:...dan kematian.
14:49 A: ...have, so to speak, secured themselves against all tom-foolery. A:...telah, boleh dikatakan, mengamankan diri mereka terhadap semua kebodohan.
14:55 K: Yes, sir. Quite right. K:Ya, Tuan. Benar sekali.
15:00 A: They are so radically pure, that any foolery... A:Mereka itu demikian amat murninya, sehingga kebodohan apapun..
15:04 K: So, sir, that means: can the mind put aside totally all the structure of thought with regard to religion? It can't put away the function of thought in the field of knowledge. That we have understood. That's very clear. But here there is something we don't know - you follow, sir? We pretend we know. When a man says Jesus is Saviour, or whatever, it is a pretension. It is saying, 'I know and you don't know'. What do you know, in the name of heaven, you know nothing! You just repeat what you have learned from somebody else! So, can the mind, in the field of religion, because religion is, as we said at the beginning, the gathering of all energy in that quality of attention. And it is that quality of attention that regenerates man, that brings about real transformation in man with regard to his conduct, his behaviour, his whole way of relationship. Religion is that factor. Not all this foolery that is going on. Now, to enquire, the mind must put aside all the structure of thought built around that word. You follow, sir?

A: Yes, I do.
K:Jadi, Tuan, itu berarti: dapatkah batin mengesampingkan secara total... semua struktur dari pikiran yang terkait dengan religi? Itu tidak dapat membuang... fungsi dari pikiran dalam bidang pengetahuan. Itu kita sudah paham. Itu sangat jelas. Tapi ada sesuatu... yang kita tidak tahu - Anda mengikutinya, Tuan? Kita berpura-pura tahu. Ketika seseorang berkata, Jesus adalah Penyelamat, atau apapun, itu adalah suatu pretensi. Itu seperti mengatakan, 'Saya tahu dan Anda tidak tahu'. Apa yang Anda tahu, dalam nama surga, Anda tidak tahu apa-apa! Anda hanya mengulang apa yang Anda telah pelajari dari orang lain! Jadi, dapatkah batin, dalam bidang religi, karena religi adalah, seperti yang kita katakan di awal, pengumpulan dari semua energi dalam kualitas perhatian itu. Dan kualitas perhatian itu yang mereformasi manusia, yang membawa transformasi nyata dalam manusia... dalam hal sikap, tingkah laku nya, seluruh cara hubungan nya. Religi adalah faktor itu. Bukan seluruh kebodohan yang sedang berlangsung ini. Sekarang, untuk menyelidiki, batin harus mengesampingkan... semua struktur dari pikiran yang dibangun di seputar kata itu. Anda mengikuti, Tuan?

A: Ya.
17:06 K: Can one do it? If not, we are pretending, talking about God, no God, yes God. You follow? All that nonsense that is going on. So, that is the first question: can the mind be free of the authority of another, however great, however sublime, however divine or no divine - you follow? K: Dapatkan seseorang melakukannya? jika tidak, kita berpura-pura, bicara tentang Tuhan, bukan Tuhan, ya Tuhan. Anda mengikuti? Semua omong kosong yang berlangsung itu. Jadi, itu adalah pertanyaan pertama: dapatkah batin bebas dari otoritas lainnya, betapapun besar, betapapun agung, betapa ilahi atau bukan ilahi - Anda mengikuti?
17:35 A: And because an act is required in order to answer this question...

K: Absolutely.
A: dan karena sebuah tindakan dibutuhkan, agar supaya menjawab pertanyaan ini...

K: Tentu saja.
17:42 A: ...the individual must do this on his own. A:...si individu harus melakukannya sendiri.
17:45 K: Otherwise he merely lives in a routine of function, which he has, which he is still doing, and therefore he escapes into all these circuses which he calls religion. K:Bila tidak dia hanya hidup dalam rutinitas fungsi, yang dia miliki, yang dia masih lakukan, dan karenanya dia melarikan diri masuk ke dalam sirkus-sirkus ini, yang dia sebut agama.
18:01 A: This came to me with dramatic force yesterday in class. On the one hand, we have textbooks, textbooks which have survived the centuries, because of their classical value in that sense. And the usual way, in which this material is taught, is that one learns, let us say, something about the Chinese vision of life. Then we have the Hindu vision of life, and so we accumulate over a long period of time through school, clear through graduate school, if you can stand it, you come into possession of... A: Ini datang pada saya dengan... kekuatan yang dramatis kemarin di kelas. Di satu sisi, kita memiliki buku-buku teks, buku-buku teks yang telah bertahan berabad-abad, karena nilai klasiknya dalam arti itu. Dan cara yang biasa, di mana materi ini diajarkan, adalah di mana orang belajar, sebut saja, sesuatu tentang pandangan hidup orang China. Kemudian kita memiliki pandangan hidup orang Hindu, dan dengan demikian kita kumpulkan dalam suatu periode waktu panjang... melalui sekolah, dari awal terus ke perguruan tinggi, jika Anda dapat bertahan, Anda masuk ke dalam kepemilikan,
18:51 K: ...what other people have said. K:...apa yang orang lain telah katakan.
18:53 A: ...what other people have said.

K: But you know nothing about it!

A: Exactly. You acquire certain skills in the order of function, as you have mentioned. Now, the teacher has a problem. I am thinking of these schools that you have referred to, in India and the one that will be in Ojai. There is a body of material here, clearly the teacher must be in possession of knowledge, in the order of functional operation, procedural techniques, and so forth. He simply has to know. The child is going to read books.

K: Of course.
A:...apa yang orang lain telah katakan.

K:Tapi Anda tidak tahu apa-apa tentang itu!

A: Persis. Anda memperolah keahlian tertentu dalam bidang fungsi, seperti yang telah Anda sebutkan. Sekarang, guru punya suatu masalah. Saya terpikir sekolah-sekolah yang telah Anda acu, di India dan satunya yang akan ada di Ojai. Ada hal yang sifatnya materi disini, jelas guru tentunya harus memiliki pengetahuan, dalam tatanan operasi fungsional, teknik prosedural dan seterusnya. Dia sederhananya harus tahu. Murid akan membaca buku-buku.

K: Tentu saja.
19:29 A: In these schools that you've mentioned, he is going... A: Di sekolah-sekolah ini yang Anda sebutkan, dia akan…
19:31 K: Oh, they do.

A: They read books. And all of them haven't been written necessarily by somebody who is undertaking to do the thing that goes on between the students and the teachers in these schools. Now, the teacher must handle this written material in books in a way to indicate to the child, the student, that it is possible to read this material without being self-divided in doing it.
K: Oh, mereka lakukan.

A: Mereka membaca buku-buku. Dan semuanya belum pernah... secara semestinya ditulis oleh seseorang... yang melakukan hal yang berlangsung... antara para murid dan para guru di sekolah-sekolah ini. Sekarang, guru harus menangani materi tertulis ini di dalam buku-buku... dengan cara menunjukkan pada anak, murid, bahwa adalah mungkin... untuk mempelajari materi ini, tanpa menjadikan dirinya terbelah saat melakukannya.
20:03 K: And also, what would you do if there was no book? K:Dan juga, apa yang Anda akan lakukan, jika tidak ada buku?
20:14 A: You'd be in the same position. A:Anda akan berada di posisi yang sama.
20:16 K: No, if there was no book, nobody saying 'tradition', you have to find out for yourself. K:Tidak, jika tidak ada buku, tidak ada yang berkata 'tradisi', Anda harus menemukannya sendiri.
20:29 A: But that's what we are asking him to do with his book, aren't we?

K: Are we?
A:Tapi itu yang kita minta dia lakukan dengan bukunya, bukankah demikian?

K:Begitukah?
20:34 A: No, no. Not in general. But in this new approach.

K: Ah, of course.
A: Tidak, tidak. Tidak secara umum. Tapi dalam pendekatan yang baru ini.

K: Ah, tentu saja.
20:39 A: In this new approach we must somehow... A: Dalam pendekatan baru ini kita entah bagaimana harus...
20:42 K: ...bring the book and the other. K:…bawa bukunya dan yang lainnya.
20:43 A: ...bring the book and the other together. A: …bawa bukunya dan yang lainnya bersama-sama.
20:45 K: And the freedom. Book and freedom. K:Dan kebebasan. Buku dan kebebasan.
20:48 A: Yes. This is what hit me with such shock yesterday in class. And I immediately felt radically responsible for doing this, in so far as I could. And I was surprised to see that though the students were extremely hesitant, - there was a lot of anxiety there, real fear and trembling - what of health they possessed did assert itself, and there was tremendous interest in the possibility. But then there was the hesitation that somehow wasn't passed. A:Ya. Ini yang memukul saya dengan kejutan yang besar, kemarin di kelas. Dan saya segera secara radikal merasa bertanggung jawab... untuk melakukan ini, sejauh yang saya bisa. Dan saya terheran melihat meskipun para murid... sangat ragu, - ada banyak kegelisahan di sana, ketakutan yang nyata dan gemetaran - apa gerangan yang mereka miliki, telah menegaskan dirinya, dan ada... minat yang amat besar dalam kemungkinannya. Tapi lalu ada keraguan di situ, bahwa... entah bagaimana tidak terlampaui.
21:42 K: Passed, quite.

A: The hesitation is there. I have this feeling that this has happened through the centuries with persons who have seriously studied scriptures, since we were talking about religion. Sometimes you can detect it in their very commentaries, in their very writing. They come right up to it...

K: And miss it.
K:Terlampaui, benar sekali.

A: Keraguan ada di situ. Saya mempunyai perasaan bahwa ini telah terjadi... melewati waktu yang amat panjang, berabad-abad. dengan orang-orang yang secara serius mempelajari naskah-naskah, sejak kita membicarakan tentang religi. Kadang-kadang Anda dapat mendeteksinya... dalam komentar-komentar mereka sendiri, dalam tulisan mereka sendiri. Mereka datang tepat ke itu…

K: Dan meleset.
22:07 A: ...and then they can't...

K: ...make it.
A:...dan lalu mereka tidak dapat…

K:...mewujudkannya.
22:10 A: ...push it over. They can't go... A: …menyelesaikannya. Mereka tidak dapat pergi…
22:13 K: I understand.

A: ...beyond the point.
K: Saya mengerti.

A:…melewati titik ini.
22:16 K: That is, sir, it has been my fortune, or misfortune, to talk a great deal. And everybody comes to that point. They say, please what am I to do... I've reached that point I can't go beyond. Sir, look at it this way, if I may suggest: if I had a class, I wouldn't talk about the book, first. I'd say: freedom. You're second-hand people. Don't pretend you're not. You're second-hand, sloppy, shoddy people. And you are trying to find something that is original, God is, the reality is original. It's not coloured by all the priests in the world. It's original. Therefore you must have an original mind. Which means a free mind. Not original in painting a new picture, or a new this, that's all tommyrot. But a free mind! A free mind that can function in the field of knowledge, and a free mind that can look, observe, learn. Now, how do you help another, - or is it not possible - to be free? You understand? Look, I never belonged to anything. I have no church, no belief - all that. A man who really wants to find out if there is eternal, the nameless, something beyond all thought, he must naturally set aside everything built on thought: the saviour, the masters, the gurus, the knowledge - you follow? - all that. Are there people to do that? Will anybody undertake that journey? Or will they say, well, you tell me all about it, old boy. I'll sit comfortably, and then you tell me. K: Itulah, Tuan, adalah keberuntungan saya, atau ketidakberuntungan... untuk banyak berbicara. Dan semua orang datang pada titik itu. Mereka berkata, tolong apa yang harus saya lakukan, saya telah mencapai titik itu, saya tidak dapat melewatinya. Tuan, lihatlah hal ini dari sisi ini, jika saya boleh sarankan: jika saya mempunyai kelas, saya tidak akan bicara tentang buku terlebih dahulu. Saya akan katakan: kebebasan. Anda adalah orang tangan-kedua, bukan orisinil. Jangan berpura-pura Anda bukan. Anda adalah orang tangan-kedua, ceroboh, buruk. Dan Anda mencoba menemukan sesuatu yang orisinil, Tuhan adalah orisinil, kenyataan adalah orisinil. Itu tidak diwarnai oleh para pendeta di dunia. Itu orisinil/asli. Karenanya Anda harus memiliki batin yang orisinil. Yang artinya suatu batin yang bebas. Bukan orisinil dalam membuat lukisan baru, atau sesuatu yang baru, semua itu omong kosong. Tapi suatu batin yang bebas! Suatu batin yang bebas yang dapat berfungsi dalam bidang pengetahuan, dan suatu batin bebas yang dapat melihat, mengamati, belajar. Sekarang, bagaimana Anda menolong orang lain, -atau apakah itu tidak mungkin- untuk menjadi bebas? Anda memahaminya? Lihat, saya tidak pernah tergolong dalam apapun. Saya tidak punya gereja, tidak punya kepercayaan - semua itu. Seorang yang sungguh ingin untuk menemukan apakah ada yang abadi, yang tak-bernama, sesuatu yang berada di luar semua pikiran, dia harus secara wajar mengesampingkan... semua yang telah dibangun pada pikiran: juru selamat, para master, para guru, pengetahuan... -Anda mengikuti?- semua itu. Adakah orang melakukan itu? Adakah orang yang mau menempuh perjalanan itu? Atau apakah mereka akan megatakan, baiklah, Anda beritahu saya semua tentang itu, bapak tua. Saya akan duduk secara nyaman, dan lalu Anda beritahu saya.
24:52 A: Yes, yes, that's what goes on. A:Ya, ya. Itulah yang terjadi.
24:54 K: I say, I won't describe that. I won't tell you a thing about it! To put it into words is to destroy it. So, let us see if you cannot be free. What are you frightened about? Frightened of authority? Frightened of going wrong? But you are completely wrong the way you live, completely stupid the way you are carrying on, it has no meaning. You follow, sir? Deny the spiritual authority of every kind. What are you frightened of? Going wrong spiritually? They are wrong. Not you are wrong, because you are just learning. They are the established in unrighteousness. K: Saya katakan, saya tidak akan menggambarkan itu. Saya tidak akan mengatakan apa pun tentang hal itu! Menggambarkan itu dalam kata-kata adalah menghancurkan itu. Jadi, mari kita lihat jika Anda tidak dapat terbebas. Perihal apa yang Anda takutkan? Takut akan otoritas? Takut akan salah? Tapi Anda benar-benar salah dengan cara Anda hidup, benar-benar bodoh cara Anda menjalaninya. Itu tidak ada artinya. Anda mengikuti, Tuan? Tolak otoritas spiritual... dalam bentuk apapun. Apa yang Anda takutkan? Salah jalan secara spiritual? Mereka salah, bukan Anda yang salah, karena Anda baru sedang belajar. Mereka adalah yang sudah terpancang dalam ketidak-warasan.
25:58 A: That's beautiful. Yes. A: Itu indah. Ya.
26:05 K: And so, why do you follow them? Why do you accept them? They are degenerate. And can you be free from all that, so that your mind, through meditation - which we will discuss perhaps another time - what it means to be free, what it means to wipe away all the things that people have put on you. You understand? So that you are innocent. Your mind is never hurt, is incapable of being hurt. That is what innocency means. And from that, enquire, let's take a journey from there. You follow, sir? From this sense of negation of everything that thought has put together. Because thought is time, thought is matter. And if you are living in the field of thought, there will be never freedom. You are living in the past. You may think you are living in the present, but actually you are living in the past when thought is in operation, because thought is memory, response of memory, knowledge, experience stored up in the brain. And that knowledge, experience, is the expression of thought. Unless you understand that and know the limitation of thought, you can't enter into the field of that which you call religion. You follow, sir? Unless this is told, repeated, shown to them, they can talk endlessly about books. This comes first. Then you can read the books. K: Dan karenanya, mengapa Anda mengikuti mereka? Mengapa Anda menerima mereka? Mereka bobrok. Dan dapatkah Anda terbebas dari semua itu, sehingga batin Anda, melalui meditasi, -yang kita akan diskusikan mungkin di kesempatan lain- apa artinya bebas, apa artinya menghapus semuanya, yang orang telah sematkan pada diri Anda. Anda paham? Sehingga Anda polos adanya. Batin Anda tidak pernah terluka, tidak dapat mejadi terluka. Itu adalah apa artinya kepolosan. Dan dari situ, menyelidiki, mari kita lakukan perjalanan dari situ. Anda mengikuti Tuan? Dari kesadaran negasi akan segala hal ini, yang pikiran telah himpun. Karena pikiran adalah waktu, pikiran adalah materi. Dan jika Anda hidup dalam medan pikiran, tidak akan pernah ada kebebasan. Anda hidup di masa lalu. Anda boleh berpikir Anda hidup di saat ini, tapi nyatanya Anda hidup di masa lalu... ketika pikiran bekerja, karena pikiran adalah memori, respon dari memori, pengetahuan, pengalaman, disimpan di dalam otak. Dan pengetahuan, pengalaman itu, adalah ekspresi dari pikiran. Hanya jika Anda memahami itu, dan mengetahui keterbatasan dari pikiran, Anda tidak dapat masuk dalam bidang... yang Anda sebut religi. Anda mengikuti, Tuan? Hanya jika ini diberitahukan, diulang, ditunjukkan pada mereka, mereka dapat bicara tanpa henti tentang buku-buku. Ini yang terlebih dahulu. Lalu Anda dapat membaca buku-buku.
28:12 A: Yes.

K: Sir, the Buddha never read a book. He listened, watched, looked, observed, fasted, said, 'All that's rubbish' and threw it out.
A:Ya.

K:Tuan, Buddha tidak pernah membaca buku. Dia mendengar, memperhatikan, melihat, mengamati, berpuasa, berkata, 'Semua itu sampah' dan membuangnya.
28:26 A: I just thought of something that you said: one must keep on repeating this again. A:Saya baru saja memikirkan sesuatu yang Anda katakan: orang harus mengulang-ulang ini lagi.
28:35 K: In different ways.

A: In different ways, and again. I'm speaking now about teaching. This point of hesitation is the point where something will or will not get born.
K:Dalam cara-cara yang berbeda.

A:Dalam cara-cara berbeda, dan lagi. Saya bicara sekarang tentang mengajar. Titik keraguan ini... adalah titik di mana sesuatu akan atau tidak akan lahir.
28:57 K: That's right, sir. K: Itu benar, Tuan.
28:59 A: That beautiful expression that you used earlier: 'incarnate now'.

K: Now, yes.
A:Ekspresi yang indah itu, Yang Anda pakai sebelumnya: 'berinkarnasi sekarang'.

K: Sekarang, ya.
29:06 A: So, we're on the brink. We're, in the words of Ortega, rocking back and forth on the brink of a new event. And we're not over the line. There is nothing that any of us can do at that point with respect to the terror of the one who hears this, including my own, I'm not dividing myself from this doing together with the student, since I'm a student in this activity. So here we are - student among students. And there is this boggling, this fear and trembling, and nothing can be done other than simply encourage. A: Jadi, kita ada di ambang. Kita, dalam kata-kata Ortega, berayun-ayun di ambang dari suatu kejadian baru. Dan kita tidak melewati garis. Tiada apa pun dapat dilakukan oleh seseorang dari kita pada titik itu, sehubungan dengan teror dari seseorang yang mendengarkan ini, termasuk diri saya sendiri, saya tidak membedakan diri saya dari... melakukan bersama-sama ini dengan murid, karena saya seorang murid dalam kegiatan ini. Jadi di sinilah kita - murid diantara murid. Dan ada keraguan ini, rasa takut ini dan gemetaran, dan tiada satupun yang dapat dilaku- kan selain sekedar memberi semangat.
30:04 K: And tell them, wait, stay there. K:Dan memberitahukan mereka, tunggu, diam di situ.
30:08 A: Hold.

K: Hold. Doesn't matter if you wobble, but keep on wobbling.
A: Tahan.

K: Tahan. Tidak masalah jika kamu bergoyang- goyang, tapi teruskan bergoyang.
30:15 A: Don't bolt.

K: Don't run away.
A: Jangan melepaskan diri.

K: Jangan melarikan diri.
30:21 A: And so this is said in different ways over and over again. Now I understand what you meant by saying, now let's start the class ten minutes... A:Dan dengan demikian ini dikatakan dengan berbagai cara, berulang-ulang terus menerus. Sekarang saya paham apa yang Anda maksudkan dengan berkata, mari kita sekarang mulai kelas sepuluh menit…
30:32 K: ...with this.

A: ...with this. We don't open the book.

K: That's right, sir.
K:…dengan ini.

A:…dengan ini. Kita tidak membuka buku.

K: Itu benar, Tuan.
30:36 A: We don't open the book, we start with this. And then when the book is opened, perhaps the word, for a change, will disclose itself. A:Kita tidak membuka buku, kita memulainya dengan ini. Dan kemudian ketika buku dibuka, mungkin, kata mengalami perubahan, akan menyingkapkan dirinya sendiri.
30:44 K: That's right. K: Itu benar.
30:45 A: Because intelligence has broken out. A: Karena kecerdasan telah timbul.
30:48 K: That's right.

A: And behold, it's all splendid. Yes. Please, I didn't mean to interrupt you. I just wanted to make sure that I have... it's terribly important that I understand this.
K: Itu benar.

A:Dan menakjubkan, semua itu agung. Ya. Silakan, saya tidak bermaksud menyela Anda. Saya hanya ingin yakin bahwa saya… ini benar-benar sangat penting, bahwa saya memahami ini.
30:59 K: Because, you see, sir, students rush from one class to the other, because the period is short, run from mathematics to geography, from geography to history, chemistry, biology - you follow? - run, run. And if I was one of the professors, teachers, I would say, 'Look, sit down. Be quiet for five minutes. Be quiet. Look out of the window, if you want to. See the beauty of light on the water, or the leaf, and look at this and that, but be quiet'. K:Karena, Anda lihat, Tuan, murid-murid bergegas dari satu kelas ke kelas lain, karena waktunya sangat pendek, lari dari matematika ke geografi, dari geografi ke sejarah, kimia, biologi - Anda mengikuti? - Lari, lari. Dan jika saya salah satu dari professor, guru, saya akan berkata, 'Sebentar, duduklah. Heninglah untuk lima menit. Tenang. Lihatlah ke luar jendela, jika Anda kehendaki. Lihatlah keindahan cahaya di permukaan air, atau dedaunan, dan lihatlah pada ini dan itu, tapi hening.
31:44 A: We teach in classes that don't have windows now. A: Kita mengajar di kelas yang sekarang tidak memiliki jendela.
31:47 K: Of course, naturally.

A: Yes, I was just being facetious.
K:Tentu saja, wajar saja.

A:Ya, saya hanya sedang bergurau.
31:50 K: Of course, sir.

A: But not only facetious. It's a horror.

K: Horror... You are trained to be functional. You follow, sir?
K:Tentu saja, Tuan.

A:Tapi tidak hanya bergurau. Itu sesuatu yang menyeramkan.

K: Menyeramkan… Anda dilatih untuk menjadi fungsional. Anda mengikutinya, Tuan?
31:58 A: I know. A: Saya tahu.
32:02 K: Don't look at anything else, but be monkeys! And my child is brought up that way.

A: Yes.
K: Jangan lihat pada hal lain, tapi jadilah kera! Dan anak saya dibesarkan secara begitu.

A: Ya.
32:15 K: It is appalling.

A: The classroom is a tomb. Yes.
K:Mengerikan.

A:Ruang kelas adalah kuburan. Ya.
32:20 K: So, I say, 'sit quietly'. Then after sitting quietly I talk about this first. I have done this in schools. Talk about this - freedom, authority, beauty, love, all that we have been discussing. Then pick up your book. But you have learned much more here than in the book. K: Jadi, saya katakan, 'duduklah dengan tenang'. Sesudah duduk tenang saya membi- carakan perihal ini terlebih dahulu. Saya telah melakukan ini di sekolah-sekolah. Membicarakan tentang ini - kebebasan, otoritas, keindahan, cinta, semua itu yang telah kita diskusikan. Lalu ambillah buku Anda. Tapi Anda telah belajar jauh lebih banyak di sini... daripada yang di buku.
32:45 A: Oh yes. Oh sure. A: Oh ya. Oh tentu saja.
32:46 K: Therefore the book shows what you are - you follow? K:Karenanya buku menunjukkan Anda siapa - Anda mengikuti?
32:49 A: Yes. Exactly. The book is seen... A: Ya. Dengan cermat. Buku dilihat...
32:55 K: Book becomes a second-hand thing. K: Buku menjadi sebuah barang bekas.
32:57 A: Yes. It's seen with a clean eye. A: Ya. Itu dilihat dengan mata yang jernih.
33:04 K: That's why, sir, I personally have never read a single book of all this, neither the Gita, the Upanishads, what the Buddha has said. It somehow bored me. I am sorry. It meant nothing to me. What has meant anything was to observe: observe the very poor in India, observe the rich, the dictators, the Mussolinis, the Hitlers, the Krushchevs and Brezhnevs, watch them, and the politician. And you learn an awful lot. Because the real book is you. Do you understand, sir? If you can read your book, which is yourself, you have learned everything, except the functional knowledge. So, when there is self-knowing, authority has no meaning. I won't accept. Why should I accept these people that bring truth from India? That's not truth they are bringing! They are bringing a tradition, what they believe. So, can the mind put away everything that man has taught, or invented, imagined, about religion, God, this and that? That means, can this mind, which is the mind of the world, which is the mind of common consciousness, can that consciousness empty itself of all the things man has said about reality? Otherwise I can't - you follow, sir? K: Itulah mengapa, Tuan, saya pribadi tidak pernah membaca... buku apapun tentang ini, tidak Gita, tidak Upanishad, tidak apa yang Buddha telah katakan. Entah bagaimana itu menjemukan saya. Maaf. Itu tiada artinya bagi saya. Apa yang mempunyai arti adalah mengamati: mengamati orang-orang yang teramat miskin di India, mengamati kaum kaya, mengamati para diktaktor, kelompok Mussolini, kelompok Hitler, kelompok Kruschev dan Brezhnev, mengamati mereka, dan para politikus. Dan Anda belajar amat-amat banyak. Karena buku sesungguhnya adalah Anda. Anda memahaminya, Tuan? Jika Anda dapat membaca buku Anda, yang adalah diri Anda sendiri, Anda telah belajar semuanya, kecuali pengetahuan yang fungsional. Jadi, ketika ada pemahaman diri, otoritas tidak mempunyai arti. Saya tidak akan menerima. Mengapa saya harus menerima... orang-orang ini yang membawa kebenaran dari India? Itu bukan kebenaran yang mereka bawa! Mereka membawa sebuah tradisi, apa yang mereka percayai. Jadi, dapatkah batin... membuang semuanya... yang manusia telah ajarkan, temukan, bayangkan, tentang agama, Tuhan, ini dan itu? Itu artinya, dapatkan batin ini, yang adalah batin dari dunia, Yang adalah batin dari kesadaran bersama, dapatkah kesadaran ini mengosongkan dirinya sendiri... dari semua hal yang telah katakan tentang realitas? Jika tidak saya tidak dapat... - Anda mengikuti, Tuan?
35:21 A: Can't begin. A: Tidak dapat memulai.
35:23 K: Not only begin, what do I discover? What other people have said? What Buddha, Christ... why should I accept that? K: Tidak hanya memulai, tapi apa yang saya temukan? Apa yang orang lain telah katakan? Apa yang Buddha, Kristus... mengapa saya harus menerima itu?
35:33 A: Well, the terrible thing is, I'm not in a position to grasp whatever they said that was worthwhile until this occurs. A:Baik, hal yang mengerikan adalah, saya tidak pada posisi... untuk menangkap apapun yang mereka katakan itu berharga, sampai... ini terjadi.
35:47 K: So, freedom, sir, is an absolute necessity. K: Jadi, kebebasan, Tuan, adalah suatu kebutuhan mutlak.
35:52 A: Oh yes. Absolutely.

K: But none of them say this. On the contrary. They say, freedom will come to you much later. Be in the prison for the rest of your life. When you die, you'll have freedom. That's what they are preaching, essentially. So, can the mind, the heart, and all the storehouse in the brain, be free of the things that man has said about reality? That's a marvellous question. You understand, sir?
A:Oh ya. Tentu saja.

K: Tapi tak se- orangpun dari mereka mengatakan ini. Kebalikannya. Mereka bilang, kebebasan akan datang kepada Anda masih lama lagi. Beradalah dalam penjara seumur hidupmu. Ketika Anda meninggal, Anda akan memiliki kebebasan. Itulah apa yang mereka khotbahkan, intinya. Jadi, dapatkah batin, kalbu, dan semua gudang penyimpanan di otak kita, terbebas dari hal-hal yang orang telah katakan tentang kenyataan? Itu adalah sebuah pertanyaan yang menakjubkan. Anda memahaminya, Tuan?
36:39 A: Oh, I do, I do. One of the things that seems to me of remarkable cogency in our conversations, has been how continually you have returned to a question. A: Oh, ya, ya. Salah satu hal yang bagi saya mempunyai daya sangat meyakinkan... dalam pembicaraan kita, telah terjadi... bagaimana Anda terus menerus kembali pada sebuah pertanyaan.
37:00 K: Yes. K: Ya.
37:01 A: Return to the question. And the notion of return, in its depth, has, it seems, been quite erroneously presented. The return has been presented as a movement to an answer. A: Kembali pada pertanyaan itu. Dan tanggapan terhadap kembalinya ke pertanyaan, dalam makna yang dalam, rupanya telah... amat keliru disampaikan. Kembalinya telah disampaikan sebagai suatu gerak menuju sebuah jawaban.
37:29 K: Quite, quite. K: Tepat, tepat.
37:30 A: But that is not a re-turn.

K: No, of course, not.
A:Tapi itu bukanlah pengulangan kembali.

K:Tidak, tentu saja, tidak.
37:33 A: No. Because the turn is toward that original that you mentioned. Therefore it is to the question, not to the answer at all. A:Tidak. Karena kembalinya itu menuju ke yang orisinil, yang telah Anda sebutkan. Sehingga itu adalah pada pertanyaan- nya, sama sekali bukan pada jawaban.
37:47 K: Quite right, sir. You know, I was staying once in Kashmir, right among the mountains. And a group of monks came to see me, freshly bathed and everything, done all the ceremony, and all that. They had come to see me. And they told me they had just come from a group of unworldly people, who are super-monks, who were very high up in the mountains. And they said they are totally unworldly. I said, 'What do you mean by that word, sirs?' They said, 'They have just left the world, they are no longer tempted by the world. And they have this great knowledge of the world'. And I said, 'When they have left the world, have they left the memory of the world?' The memory, the knowledge, which the world has made - you follow? - which the gurus have put together, the teachers. He said, 'That's wisdom. How can you leave wisdom?' I said, 'You mean wisdom is bought through a book, through a teacher, from another, through sacrifice, torture, renunciation?' You follow, sir, their idea? That is, wisdom is something you can buy from somebody else. K: Tepat sekali, Tuan. Anda tahu, saya pernah tinggal di Kashmir, tepat diantara pegunungan. Dan sekelompok rahib mendatangi saya, segar setelah mandi dan semuanya, telah melakukan semua upacara, dan semua itu. Mereka mengunjungi saya. Dan mereka mengatakan pada saya, mereka baru saja datang dari... dari sekelompok orang yang non- duniawi, para rahib super, yang tinggal amat di atas gunung. Dan mereka berkata, mereka secara total tidak duniawi. Saya berkata, 'Apa yg Anda maksudkan dengan kata itu, Tuan-Tuan?' Mereka berkata, 'Mereka telah meninggalkan dunia, mereka tidak lagi tergoda oleh dunia. Dan mereka memiliki pengetahuan hebat tentang dunia'. Dan saya berkata,'Ketika mereka meninggalkan dunia, apakah mereka meninggalkan memori tentang dunia?' Memori, pengetahuan, yang dunia telah buat... -Anda mengikuti? yang telah dirangkum oleh para guru, oleh para pengajar. Dia berkata, 'Itu adalah kebijakan. Bagaimana Anda dapat meninggalkan kebijakan?' Saya berkata, 'Maksud Anda kebijakan yang dibeli melalui sebuah buku, melalui seorang guru, dari orang lain, melaui pengorbanan, penyiksaan, penolakan?' Anda mengikuti, Tuan, ide mereka? Berarti, kebijakan adalah sesuatu... yang Anda dapat beli dari orang lain.
39:36 A: They went up the mountain with all this baggage. A: Mereka naik ke gunung dengan semua beban ini.
39:40 K: Baggage, that's right. That's exactly what I said. All the baggage which you have put away - the world you've, probably - but you've carried their baggage. You follow, sir?

A: Oh, goodness me.
K: Beban, itu benar. Itu persis apa yang saya katakan. Semua beban yang Anda telah singkirkan... -dunia yang Anda miliki, barangkali- tapi Anda telah membawa... beban mereka. Anda mengikuti, Tuan?

A: Oh, ya.
39:56 K: So, that is really an important thing, if a mind is really very serious, to find out what religion means. Not all this rubbish. I keep on repeating, because that seems to be mounting, you know, growing. But to free the mind from all the growth, accretions, and therefore which means: see the accretions, see all the absurdities! K: Jadi, itu sesungguhnya adalah sesuatu yang penting, jika batin sungguh amat serius, untuk mencari tahu apa arti religi. Bukan semua sampah ini. Saya terus mengulang, karena nampaknya semakin menungkat, Anda tahu, tumbuh. Tapi untuk membebaskan batin dari semua pertumbuhan, penambahan, dan karenanya berarti: lihat penambahannya, lihat semua kemustahilannya!
40:38 A: This throws a very, very different cast on our word 'worldly'.

K: Yes, that's just it.
A: Ini menonjolkan suatu bentuk gambaran yang amat-amat berbeda... pada kata 'duniawi' kita.

K:Ya, itulah.
40:44 A: They are going up the mountain in order to leave the world. But they are taking immense pains to take it with them. A: Mereka pergi naik ke atas gunung... agar supaya meninggalkan dunia. Tapi mereka membawa penderitaan hebat bersamanya.
40:52 K: That's right, sir. That's what they are doing when they go into the monastery. K: Itu benar, Tuan. Itulah apa yang mereka lakukan... ketika mereka masuk kedalam biara.
40:55 A: Of course. Accretions, encrustations. A: Tentu saja. Penumpukan, penumbuhan kerak- kerak.
41:05 K: So now - I come back - can the mind be completely alone? Not isolated, not withdrawn, not build a wall around itself, say, 'And then I'm alone'. But alone in the sense that aloneness that comes when you put away all this, all the things of thought. You understand, sir? Because thought is so clever, cunning. It can build a marvellous structure and call that reality. But thought is the response of the past, so it is of time. Thought being of time, cannot create something which has no time. Thought can function in that field of knowledge. It is necessary, but not in the other. And this doesn't need bravery. It doesn't need sacrifice. It doesn't need torture. Just perception of the false. To see the false is to see the truth in the false. I don't know... K: Jadi sekarang - saya kembali - dapatkah batin benar-benar sendirian? Tidak terisolasi, tidak penarikan diri, tidak membangun tembok di sekitarnya, berkata, 'Dan lalu saya sendirian '. Tapi sendirian dalam arti, kesendirian yang datang ketika Anda membuang semua ini, semua hal dari pikiran. Anda paham, Tuan? Karena pikiran sangat pintar, licik. Ia dapat membangun suatu struktur yang hebat... dan menyebutnya kenyataan. Tapi pikiran adalah respon dari masa lalu, jadi itu terkait waktu. Karena pikiran adalah waktu, ia tidak dapat menciptakan sesuatu yang tanpa waktu. Pikiran dapat berfungsi di dalam bidang pengetahuan. Itu dibutuhkan, tapi tidak dalam wilayah lain. Dan ini tidak membutuhkan keberanian. Ini tidak membutuhkan pengorbanan. Ini tidak membutuhkan siksaan. Hanya persepi dari yang palsu. Melihat yang palsu adalah melihat kebenaran dalam kepalsuan itu. Saya tidak tahu…
42:41 A: To see the false is to see the truth in the false. A: Melihat yang palsu adalah melihat kebenaran dalam kepalsuan.
42:45 K: Of course.

A: I must repeat that again. To see the false is to see the truth in the false.
K: Tentu saja.

A:Saya harus mengulangnya kembali. Melihat yang palsu adalah melihat kebenaran dalam kepalsuan.
42:55 K: And see what is considered truth as the false. K:Dan melihat apa yang dianggap kebenaran sebagai kepalsuan.
43:03 A: Yes, yes. A: Ya, ya.
43:08 K: So, my eyes are stripped of all the false, so that there is no inward deception whatsoever, because there is no desire to see something, to achieve something. Because the moment there is a desire to experience, to achieve, to arrive at enlightenment - all that, there is going to be illusion, something desire has created. Therefore the mind must be free of this pursuit of desire and its fulfilment, which we discussed previously. Understand what the structure of desire is. We talked a great deal about that. So, it comes to this point: can the mind be free and free of all the things which are born of fear, and desire, and pleasure? That means one has to understand oneself at great depth. K: Jadi, mata saya dilucuti dari semua kepalsuan, sehingga tidak ada penipuan apapun dalam diri, karena tidak ada keinginan untuk melihat sesuatu, untuk mencapai sesuatu. Karena saat ada sebuah keinginan... untuk mengalami, untuk mencapai, untuk tiba pada pencerahan - semua itu, akan ada ilusi, sesuatu yang keinginan telah ciptakan. Karenanya batin harus bebas dari pengejaran keinginan ini... dan pemenuhannya, yang telah kita diskusikan sebelumnya. Pahami struktur dari keinginan. Kita telah bicarakan banyak sekali tentang itu. Jadi, sampailah pada titik: dapatkah batin menjadi bebas... dan bebas dari semua hal... yang dihasilkan dari rasa takut, dan keinginan, dan kesenangan? Itu berarti, orang harus memahami dirinya dengan amat mendalam.
44:39 A: The thing that keeps popping up is that one can repeat those questions... A:Hal yang terus menerus muncul adalah... bahwa orang dapat mengulang pertanyaan-pertanyaan itu…
44:51 K: Yes, sir. K: Ya, Tuan.
44:52 A: ...and start to think that he has grasped them. A: … dan mulai berpikir bahwa dia telah menangkapnya.
45:00 K: You grasp the words.

A: Exactly. There is something which you have to come out the other side of.
K: Anda memahami kata-katanya.

A: Persis. Ada sesuatu yang harus menyeruak... dari siisi lain.
45:08 K: Quite right. K:Tepat sekali.
45:11 A: But the repetition of the question does have a functional value.

K: I know.
A:Tapi pengulangan pertanyaan... memiliki nilai fungsional.

K: Saya tahu.
45:21 A: It seems to me.

K: Yes, sir, it does. That is, if the person is willing to listen.
A: Terlihat bagi saya.

K: Ya, Tuan, memang, jika orang mau mendengar.
45:27 A: If he is willing to listen, because thought is incredibly deceitful. A: Jika orang mau mendengar, karena pikiran benar-benar menipu.
45:34 K: Very.

A: As you have pointed out. I was just thinking of poor old Jeremiah's words: 'The heart is desperately wicked and deceitful above all things'. Surely he must have...
K: Sangat.

A: Seperti telah Anda tunjukkan. Saya memikirkan kata-kata orang tua yang malang Jeremiah: 'Perasaan hati adalah teramat... jahat dan penuh tipu-muslihat di atas segala-galanya. Pasti dia mempunyai...
46:01 K: ...tasted something.

A: Yes, and of course, as with the whole line... But I was asking myself this question concerning why I went on to continue my formal education. And in following this deeply, it seems to me, to go back to something that is going to sound very absurd, but it has something to do with everything you've said. When I was very small, growing up in England, I was put to school rather earlier than many American children and I always read a great deal of poetry. I don't know what has happened to us in this country, but poetry doesn't really exist for the populace at all.

K: No, sir, I know.
K:...merasakan sesuatu.

A: Ya, dan tentunya, seperti halnya dengan seluruh jajarannya… Tapi saya bertanya pada diri saya sendiri pertanyaan ini... tentang mengapa saya terus... melanjutkan pendidikan formal saya. Dan dalam mengikuti ini secara mendalam, bagi saya, kembali pada sesuatu yang... akan terdengar sangat menggelikan, tapi itu ada hubungannya... dengan semua yang telah Anda katakan. Ketika saya masih kecil, tumbuh di Inggris, saya dimasukkan sekolah lebih awal daripada... banyak anak-anak Amerika... dan saya selalu membaca banyak puisi. Saya tidak tahu apa yang telah terja- di pada kita di negara ini, tapi... puisi tidak benar-benar ada... untuk khalayak ramai.

K: Tidak, Tuan, saya tahu.
47:00 A: But, thank God, I was brought up on it daily. A: Tapi, syukurlah, saya dibesarkan dengannya setiap hari.
47:07 K: Yes, in England, of course, everybody reads poetry - Greek, Latin - we all went through it. K:Ya, di Inggris tentu saja, semua orang membaca puisi... - Bahasa Yunani, Latin - kita semua melaluinya.
47:13 A: And I was always read poetry by the young woman employed by my parents to look after me and my little sister, and so forth. I never went to sleep without hearing it. One day when I was very small, at school, the teacher read 'The Owl and the Pussy Cat went to sea in a beautiful pea green boat' that marvellously mad thing Edward Lear wrote. A:Dan saya selalu dibacakan puisi... oleh seorang wanita muda yang dipekerjakan orang tua saya... untuk merawat saya dan adik perempuan saya, dan seterusnya. Saya tidak pernah tidur tanpa mendengarnya. Suatu hari ketika saya masih sangat kecil, di sekolah, guru membaca... 'Si Burung Hantu dan Kucing... pergi ke laut dengan sebuah perahu hijau yang indah', karangan luar biasa yang ditulis oleh Edward Lear.
47:42 K: Edward Lear, yes. K: Edward Lear, ya.
47:44 A: And you know, I was never the same again. And I know now why - it sounds absolutely absurd - I came to experience in language a splendour that I never lost touch with despite all the struggles I had with my teachers. I had a bad time in school to get to the end of formal education, and I have to say that doesn't sound very good, but I did. I had a pretty grim time. And one of the reasons for the grim time was my refusal to give this up, this... A:Dan Anda tahu, saya tidak pernah sama lagi. Dan saya tahu sekarang mengapa - terdengar sangat tidak masuk akal - saya mengalami, dinyatakan dalam bahasa, suatu keagungan... yang saya tidak pernah kehilangan sentuhan dengannya, kendati semua pergumulan yang saya alami dengan guru-guru saya. Saya mengalami waktu yang buruk di sekolah... Untuk menyelesaikan pendidikan formal, dan saya harus katakan, bahwa itu tidak... terdengar amat baik, tapi saya berhasil. Saya mengalami masa yang cukup suram. Dan salah satu sebab dari masa suram itu adalah... penolakan saya untuk menyerah, ini…
48:22 K: Quite, the Pussy Cat in the boat. K:Tepat, unsur yang lemah lembut ikut bersama.
48:24 A: The fact that there's a bird and a cat in the same boat. And the man is describing what you called act, movement, in which truth, and beauty, and so on, move along. Oh, goodness. A:Kenyataanya ada seekor burung dan seekor kucing di perahu yang sama. Dan seseorang menggambarkan apa yang Anda sebut tindakan, gerak, di mana kebenaran, dan keindahan, dan seterusnya, bergerak bersama. Oh, indahnya.
48:43 K: Sir, I think we ought to, after coming up to this point, we ought to go very deeply again into the question of meditation.

A: Yes.
K: Tuan, saya pikir kita seyogianya, setelah mencapai titik ini, kita seharusnya masuk lebih dalam lagi... ke dalam persoalan tentang meditasi.

A: Ya.
48:57 K: Because religion, in the sense we are talking about, and meditation go together. That means religion isn't just an idea, but is actual conduct in daily life. Your thoughts, your speech, your behaviour is the very essence of religion. You understand, sir? If that doesn't exist, religion can't exist. It's just words, you can go around spinning a lot of words, go to various circus tents. But that's not religion. So, after establishing that deeply in oneself and the understanding of religion, then the next thing is: what is meditation? That is of tremendous importance, because meditation is something that is really, if it is understood properly, is the most extraordinary thing that man can have. Meditation is not divorced from daily life. K: Karena religi, dalam maknanya yang kita bicarakan, dan meditasi berjalan bersama. Itu berarti, religi tidak hanya sekedar sebuah ide, tapi sebuah sikap nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pikiran Anda, ucapan-ucapan Anda, tingkah laku Anda adalah inti-sari dari religi. Anda memahaminya, Tuan? Jika itu tidak ada, religi tidak dapat ada. Itu hanya kata-kata, Anda dapat berputar-putar... dengan berputar-putar memintal banyak kata-kata, pergi ke berbagai kegaduhan. Tapi itu bukan religi. Jadi, setelah membangun itu secara mendalam dalam diri... dan memahami religi, maka hal berikutnya adalah: apakah meditasi? Itu adalah sesuatu yang teramat penting, karena meditasi adalah sesuatu yang benar-benar, bila dipahami dengan tepat, adalah sesuatu yang sangat luar biasa yang dapat dimiliki manusia. Meditasi tidak terpisah dengan kehidupan sehari-hari.
50:24 A: What was running through my mind was, that the root relation to the word 'medesti', 'medeo'... A:Apa yang terlintas di pikiran saya adalah, bahwa akar dari hubungan... dengan kata 'medesti', 'medeo'…
50:36 K: 'Medeo' is to think, to ponder, to go into. K: 'Medeo' adalah berpikir, merenungkan, masuk ke dalam.
50:42 A: ...in Homer, it actually carries the idea of 'to provide for' in the sense of to care for. Very beautiful. It brings up the question that you raised earlier of true care.

K: Yes, sir.
A:...dalam Homer, itu sesungguhnya membawa ide... 'untuk menyediakan' dalam arti peduli akan. Sangat indah. Itu membawa pada pertanyaan yang Anda angkat sebelumnya... mengenai kepedulian yang sebenarnya.

K: Ya, tuan.
51:05 A: That one is not meditating unless he is... A: Itu bukan bermeditasi kecuali dia…
51:09 K: ...careful.

A: ...careful and caring.
K:…penuh perhatian.

A:…perhatian dan peduli.
51:12 K: Caring rather than careful, yes.

A: Yes. It's all there in the word, but we won't have a look. Yes, please go on.
K:Lebih ke peduli daripada perhatian, ya.

A: Ya. Itu semua ada dalam kata, tapi... tapi kita tidak menelitinya. Ya, mari lanjutkan.
51:29 K: You see, when we have divorced conduct from religion, which we have, divorced relationship from religion, which we have, divorced death from religion, which we have, divorced love from religion, when we have made love into something sensuous, something that is pleasurable, then religion, which is the factor of regeneration, disappears in man. And that's why we are so degenerate. And if I may be very emphatic, unless you have this quality of the mind that is really religious, degeneracy is inevitable. You follow, sir? Look at the politicians who are supposed to be the rulers, the guides, the helpers of the people - they are degenerate. You see what is happening, in this country and everywhere. They are so corrupt. And they want to bring order. They are so irreligious. They may go to church, Baptists, or whatever they are, and yet they are really irreligious, because they don't behave. So man is becoming more and more degenerate. You can see it, sir. Because religion is the factor that brings a new quality of energy. It is the same old energy, but it has become a new quality. So the brain doesn't degenerate. As we get older, we tend to degenerate. But it doesn't, because it is the freedom... from every kind of security of the 'me'. It has no place. K: Anda lihat, ketika kita memisahkan prilaku dari religi, yang memang kita lakukan, memisahkan hubungan dari religi, yang telah kita lakukan, memisahkan kematian dari religi, yang telah kita lakukan, memisahkan cinta dari religi, ketika kita membuat cinta menjadi sesuatu yang sensual, sesuatu yang menyenangkan, lalu religi, yang merupakan unsur dari pembaruan, hilang dalam diri manusia. Dan itulah mengapa kita demikian merosot. Dan jika saya boleh lebih tegas, kecuali jika Anda memiliki kualitas batin ini... yang benar-benar religius, ke- merosotan akhlak tidak terhindarkan. Anda mengikuti, Tuan? Lihat para politikus yang seharusnya menjadi penguasa, para pemandu, para pembantu rakyat... - mereka bobrok akhlaknya. Anda melihat apa yang terjadi, di negara ini dan di mana-mana. Mereka begitu korup. Dan mereka ingin membawa keteraturan. Mereka begitu tidak religius. Mereka mungkin pergi ke gereja, para pembaptis, atau apapun mereka, dan meski demikian, mereka benar-benar tidak religius, karena mereka tidak berkelakuan baik. Jadi manusia menjadi semakin mundur. Anda dapat melihatnya, Tuan. Karena religi adalah unsur... yang membawa kualitas baru energi. Ini sama dengan energy lama, tapi telah menjadi sebuah kualitas baru. Jadi otak tidak jadi merosot. Makin kita berumur, kita cenderung merosot. Tapi itu tidak terjadi, karena adalah kebebasan… dari semua jenis keamanan dari si 'aku'. Itu tidak mempunyai tempat.
53:54 A: I noticed this in class yesterday with this business about energy that you are just talking about. There was a quickening... A: Saya melihat ini dalam kelas kemarin... dengan masalah energy ini... yang Anda baru saja bicarakan. Ada suatu gerakan hidup...
54:03 K: Yes, sir.

A: ...that took place. There was at the end of the class, and it was strenuous because of this terrible hesitation. But even so, there was a release of energy, which has nothing to do with entertainment at all, people running to get their minds off themselves, as they say, which, of course, is nonsense, because they are just grinding themselves into themselves some more with it. But in this particular case there was empirical demonstration of what you are saying. Something that is out there. It's to be seen. It's observable.
K: Ya, Tuan.

A:…yang terjadi. Itu terjadi pada akhir kelas, dan itu sangat kuat... karena keraguan yang dahsyat ini. Tapi walaupun demikian, ada suatu pelepasan energy, yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan hiburan, orang bergegas untuk melepaskan pikirannya dari diri sendiri, seperti orang katakan, yang tentu saja , adalah omong kosong, karena mereka langsung menggilas diri mereka, ke dalam diri mereka, dengan lebih banyak lagi. Tapi dalam hal yang khas ini, ada demonstrasi secara empiris dari apa yang Anda katakan. Sesuatu yang ada di luar sana. Itu terlihat. Itu dapat diamati.
54:51 K: That's right, sir.

A: And behold, it sprung up like a green bay tree. Yes, please go on.
K: Itu benar, Tuan.

A:Dan lihatlah, Itu dengan cepat tampil seperti pohon green bay. Ya, silakan lanjutkan.
55:01 K: You see, sir, that's why the priests throughout the world have made religion into something profitable, both the worshipper and the intermediary. It has become a business affair, intellectual business, or it has become really commercial, not only physically, but inwardly, deeply: do this and you will reach that. K: Anda lihat, Tuan, itulah mengapa para pendeta di seluruh dunia... telah membuat religi menjadi sesuatu yang menguntungkan, baik bagi pemuja dan si perantara. Itu telah menjadi urusan bisnis, bisnis intelektual, atau itu benar-benar menjadi sangat komersial, tidak hanya secara fisik, tapi dalam batin, sangat dalam:... lakukan ini dan Anda akan mencapai itu.
55:36 A: Utilitarian to the core. A: Bermanfaat sampai pada ke intinya.
55:38 K: Which is commercial.

A: Yes.
K: Yang adalah komersial.

A: Ya.
55:43 K: And so, unless this is put an end to, we are going to degenerate more and more. That's why I feel so immensely responsible - personally - tremendously responsible to the audience, when I talk, when I go to the various schools in India, I feel I am responsible for those children. You follow, sir?

A: Yes, of course. I do. I certainly do.

K: I say, 'For God's sake, be different. Don't grow up like that. Look'. I go into it very, very... you know, talk a great deal. And they begin to see. But the world is too strong for them. They have to earn a livelihood. They have to resist their parents who want them to settle down and have a good job, and marry, a house. You know, all that business. And the public opinion, and overpopulation, it is much too strong.
K:Dan dengan demikian, hanya jika ini diakhiri, kita akan terus makin merosot lebih dan lebih lagi. Itulah mengapa saya merasa sangat bertanggungjawab - secara pribadi - amat sangat bertanggung jawab pada para hadirin ketika saya berbicara, ketika saya pergi ke berbagai sekolah di India, saya merasa saya bertanggung jawab pada anak-anak ini. Anda mengikutinya Tuan?

A: Ya, tentu saja. Saya mengikutinya.

K: Saya katakan, 'demi Tuhan' , jadilah berbeda. Jangan tumbuh seperti itu. Lihat. Saya mendalaminya sangat, sangat… Anda tahu, berbicara banyak sekali. Dan mereka mulai melihat. Namun dunia terlalu tangguh bagi mereka. Mereka harus mencari nafkah. Mereka harus menolak orang tua mereka yang menginginkan mereka... untuk memantapkan diri dan memiliki pekerjaan yang baik, dan menikah, sebuah rumah. Anda tahu , semua urusan itu. Dan opini publik, dan kepadatan penduduk, itu terlalu kuat.
56:50 A: The tremendous weight of that tradition of the four stages of life. A:Tekanan tradisi yang amat kuat... dari empat tahap kehidupan.
56:56 K: So I say, let us find out, if there are a few 'elite' - if I may use that word without any snobbery - let's create a few who really are concerned, a few teachers, few students. Even that becomes very difficult, because most teachers... they are not good at this or that and therefore become teachers. You know what they are.

A: Yes. Oh, dear, yes.
K: Jadi saya katakan, mari kita cari tahu, jika ada segelintir 'elite'... -jika saya boleh menggunakan kata itu... tanpa keangkuhan - mari kita menciptakan beberapa, yang benar-benar peduli, beberapa guru, beberapa murid. Itu pun menjadi sangat sulit, karena kebanyakan guru… mereka tidak bagus dalam hal ini atau itu... dan karenanya menjadi guru. Anda tahu apa mereka itu.

A: Ya. Oh ya.
57:41 K: So, everything, sir, is against you. Everything. The gurus are against you, the priests are against you, business people, the teachers, the politicians, everybody is against you. Take that for granted! They won't help you an inch. They want you to go their way. They've got their vested interest in all that. K: Jadi, semua itu, Tuan, menentang Anda. Semuanya. Para guru menentang Anda, para pendeta menentang Anda, pebisnis, para guru, politikus, semua menentang Anda. Menerima itu begitu saja! Mereka tidak mau menolong Anda sedikitpun. Mereka maunya Anda mengikuti jalan mereka. Mereka memiliki kepentingan dalam semua itu.
58:17 A: Yes, I do see that with clarity. In our next conversation, do you think we could explore the activity of meditation within the context of all this horror... A: Ya, saya melihat itu dengan jelas. Di dalam pembicaraan kita berikutnya, Anda pikir kita dapat menyelidiki... kegiatan dari meditasi... dalam konteks dari semua kengerian...
58:33 K: Yes, we will do it. K: Ya, kita akan melakukannya.
58:35 A: Oh, that's wonderful. A: Oh, itu sangat bagus.