Krishnamurti Subtitles home


SD74CA8 - Apakah kesenangan membawa kebahagiaan?
Percakapan ke-8 dengan Allan W. Anderson
San Diego, USA
21 Februari 1974



0:38 Krishnamurti in Dialogue with Dr. Allan W. Anderson Krishnamurti dalam Dialog dengan Dr. Allan W. Anderson.
0:43 J. Krishnamurti was born in South India and educated in England. For the past 40 years he has been speaking in the United States, Europe, India, Australia, and other parts of the world. From the outset of his life's work he repudiated all connections with organised religions and ideologies and said that his only concern was to set man absolutely unconditionally free. He is the author of many books, among them The Awakening of Intelligence, The Urgency of Change, Freedom From the Known, and The Flight of the Eagle. This is one of a series of dialogues between Krishnamurti and Dr. Allan W. Anderson, who is professor of religious studies at San Diego State University where he teaches Indian and Chinese scriptures and the oracular tradition. Dr. Anderson, a published poet, received his degree from Columbia University and the Union Theological Seminary. He has been honoured with the distinguished Teaching Award from the California State University. J. Krishnamurti terlahir di India Selatan... dan memperoleh pendidikannya di Inggris. Selama 40 tahun yang lalu,... dia telah berbicara di Amerika Serikat,... Eropa, India, Australia, dan bagian-bagian dunia lainnya. Dari awal karya hidupnya,... dia menanggalkan semua hubungannya... dengan agama-agama dan ideologi- ideologi yang terorganisir... dan mengatakan bahwa satu- satunya keprihatinannya adalah... untuk membebaskan manusia secara absolut tanpa-terkondisi. Dia adalah pengarang dari banyak buku-buku,... di antaranya adalah The Awakening of Intelligence,... The Urgency of Change, Freedom From the Known,... dan The Flight of the Eagle. Ini adalah satu dari suatu seri dialog-dialog antara... Krishnamurti dan Dr. Allan W. Anderson,... yang adalah profesor dari studi religi... di San Diego State University,... di mana dia mengajar kitab-kitab suci India dan China... dan tradisi orakel. Dr. Anderson, seorang penyair,... menerima gelarnya dari Columbia University... dan Union Theological Seminary. Dia telah dianugrahi dengan Teaching Award yang terhormat... dari California State University.
1:51 A: Mr. Krishnamurti, I was wonderfully overjoyed in our last conversation - for myself, just as one who was trying and listening to you - to learn something of this inwardness, to follow along the passage that we had made from fear through the points as we moved, until we came to pleasure. And as we left off we were still talking of pleasure, and I hope we can begin now to move along. A:Tuan Krishnamurti, saya telah dengan indahnya... teramat bahagia di dalam percakap- an kita yang terakhir - bagi saya,... sekedar sebagai seseorang yang mencoba dan mendengarkan Anda -... untuk belajar sesuatu perihal batin ini,... untuk mengikuti jalur yang telah kita buat dari rasa takut... melalui titik-titik selagi kita bergerak,... hingga kita datang ke kesenangan. Dan selagi kita tinggalkan, kita masih bicara perihal kesenangan,... dan saya harapkan kita sekarang dapat mulai jalan terus.
2:36 K: Yes, we were saying, sir, pleasure, enjoyment, delight, and joy and happiness, and what relationship has pleasure with enjoyment and with joy and with happiness? Is pleasure happiness? Is pleasure joy? Is pleasure enjoyment? Or is pleasure something entirely different from those two? K:Ya, kita telah katakan, Tuan, kesenangan,... kenikmatan, sukaria,... dan suka cita dan kebahagiaan,... dan hubungan apa yang dimiliki kesenangan dengan kenikmatan... dan dengan suka cita dan dengan kebahagiaan? Apakah kesenangan kebahagiaan? Apakah kesenangan suka cita? Apakah kesenangan kenikmatan? Ataukah kesenangan sesuatu yang sama sekali berbeda dari yang dua ini?
3:19 A: In English we think we make a distinction between pleasure and joy without necessarily knowing what we mean. But in our use, in our employment of the words, we will discriminate sometimes, we think it odd to use the word 'pleasure' rather than 'joy' when we think that 'joy' is appropriate. The relation between the word 'please' and 'pleasure' interests me very much. We will say to a person, 'Please sit down'. And usually that will be thought of as... A:Dalam bahasa Inggris kita pikir,... kita membuat suatu perbedaan... antara 'pleasure' (kesenangan) dan 'joy' (suka cita),... tanpa perlu mengetahui apa yang kita maksudkan. Namun dalam pemakaian kita,... dalam penggunaan kita akan kata-kata itu,... kita kadang-kadang akan membedakan,... kita pikir adalah ganjil untuk menggunakan kata... 'pleasure' (kesenangan) dari pada 'joy' (suka cita),... ketika kita berpikir bahwa 'joy' (suka cita} adalah tepat. Hubungan antara kata 'please' (senang) ... dan 'pleasure' (kesenangan) amat menarik bagi saya. Kita akan berkata pada seseorang, 'Please sit down' (silahkan duduk). Dan biasanya itu akan dianggap sebagai...
3:59 K: Have the pleasure to sit down.

A: Yes. It's not a request.

K: Please yourself to sit down.
K:Duduklah dengan rasa senang.

A:Ya. Itu bukan suatu permintaan.

K:Silahkan Anda duduk (dengan senang/nyaman).
4:03 A: It's an invitation, not a request.

K: Not - quite.
A:Itu suatu undangan, bukan suatu permintaan.

K:Bukan - benar.
4:06 A: Be pleased to sit down.

K: Be pleased to sit down.
A:Silahkan duduk dengan senang hati.

K:Silahkan duduk dengan senang hati.
4:10 A: It's be pleased to be seated. A:Adalah dengan rasa senang untuk duduk.
4:14 K: Yes. In Italian, French, so on.

A: Right. So within pleasure itself, the word 'pleasure'... there's the intimation of joy, intimation that is not strictly reduced to the word.
K:Ya. Dalam bahasa Itali, Perancis, dan seterusnya.

A:Benar. Jadi dalam kesenangan sendiri, kata 'kesenangan'... ada isyarat dari suka cita,... isyarat yang tidak dengan ketat dipersempit pada kata itu.
4:34 K: I would like to question whether pleasure has any relationship with joy. K:Saya ingin mempertanyakan apakah kesenangan... mempunyai suatu hubungan apapun dengan suka cita.
4:45 A: Not in itself, I take it you mean. A:Tidak dalam dirinya sendiri, saya paham yang Anda maksudkan.
4:47 K: Or even beyond the word. Is there a line or a continuity of pleasure to joy? Is there a connecting link? Because, what is pleasure? I take pleasure in eating, I take pleasure in walking. I take pleasure in accumulating money. I take pleasure in - I don't know, a dozen things - sex, hurting people, sadistic instincts, violence. They are all forms of a pleasure. I enjoy - I won't use the word 'enjoy' - I take pleasure in and pursue that pleasure. One wants to hurt people. And that gives great pleasure. One wants to have power. It doesn't matter, over the cook, or over the wife, or of a thousand people, it is the same. The pleasure in something, which is sustained, nourished, kept going. This pleasure, when it's thwarted, becomes violence, anger, jealousy, fury, wanting to break, all kinds of neurotic activities, and so on, so on, so on. So what is pleasure and what is it that keeps it going? What is the pursuit of it, the constant direction of it? K:Atau bahkan di luar kata itu. Adakah suatu garis atau suatu kelan- jutan dari kesenangan ke suka cita? Adakah suatu tautan yang menghubungkan? Karena, apakah kesenangan? Saya mengambil kesenangan dalam makan,... saya mengambil kesenangan dalam berjalan kaki. Saya mengambil kesenangan dalam mengumpulkan uang. Saya mengambil kesenangan dalam - saya tidak tahu, selusin hal -,... seks, menyakiti orang,... naluri-naluri sadis, kekerasan. Itu semua adalah bentuk-bentuk dari suatu kesenangan. Saya 'enjoy' (menikmati) - saya tidak mau pakai kata 'enjoy' -... Saya mengambil kesenangan dalam sesuatu... dan mengejar kesenangan itu. Seseorang ingin menyakiti manusia. Dan itu memberi kesenangan yang besar. Seseorang ingin memiliki kekuasaan. Tidak soal apakah itu terhadap koki, atau terhadap istri,... atau seribu manusia, sama saja. Kesenangan dalam sesuatu, yang dipertahankan,... dipelihara, dan diteruskan. Kesenangan ini, ketika dirintangi, menjadi kekerasan,... kemarahan, kecumburuan, kemurkaan, ingin bertengkar,... semua aktivitas yang neurotik, dan seterusnya, seterusnya, seterusnya. Jadi apakah kesenangan, dan apa yang... mempertahankan itu terus berlangsung? Apa yang terus dikejarnya, arah yang terus-menerus darinya?
6:59 A: I think something in our first conversation is intimated here when we talked about the built-in necessity that one observes in a progress that is never consummated. It's just nothing but a termination and then a new start. But no consummation at all, no totality, no fulfilment - feeling full is what I mean by that. A:Saya pikir,... sesuatu di percakapan kita yang pertama... diisyaratkan di sini, ketika kita membicarakan perihal... kebutuhan yang tertanam, bahwa orang mengamati... dalam suatu perkembangan yang tidak pernah dituntaskan. Tiada sesuatu pun selain suatu pengakhiran... dan kemudian suatu permulaan baru. Tiada sesuatu pun selain suatu pengakhiran... dan kemudian suatu permulaan baru. Namun sama sekali tiada penuntasan, tiada totalitas,... tiada penyelesaian - merasa penuh, apa yang saya maksudkan dengan itu.
7:51 K: Yes, I understand, sir, but what is it that's called pleasure? I see something, something which I enjoy, and I want it. Pleasure. Pleasure in possession. Take that simple thing, which the child, the grown up man and the priest, they all have this feeling of pleasure in possession. A toy, or a house, or possessing knowledge, or possessing the idea of God, or the pleasure the dictators have, the totalitarian brutalities. The pleasure. What is that pleasure? To make it very, very simple: what is that pleasure? Look, sir, what happens: there is a single tree on the hill, green meadow, deer, and there is the single tree standing on the hill. You see that and you say, 'How marvellous'. Not verbally - merely you say, 'How marvellous' to communicate to somebody. But when you are by yourself and see that, it is really astonishingly beautiful. The whole movement of the earth, the flowers, the deer, the meadows, the water and the single tree, with the shadow. You see that. And it's almost breathtaking. And you turn away and go away. Then thought says, 'How extraordinary that was'. K:Ya, saya paham, Tuan,... namun apakah yang disebut kesenangan? Saya melihat sesuatu,... sesuatu yang saya nikmati, dan saya menginginkannya. Kesenangan. Kesenangan dalam pemilikan. Ambil hal yang sederhana itu,... yang si anak kecil, si orang dewasa dan si pendeta,... mereka semuanya mempunyai rasa senang ini dalam kepemilikan. Suatu mainan, atau sebuah rumah, atau memiliki pengetahuan,... atau memiliki ide tentang Tuhan,... atau kesenangan yang dimiliki para diktator,... kebrutalan-kebrutalan totaliter. Kesenangan. Apakah kesenangan itu? Untuk membuatnya amat, amat sederhana: apakah kesenangan itu? Lihat, Tuan, apa yang terjadi:... ada suatu pohon tunggal di bukit,... padang rumput hijau, rusa,... dan di sana pohon tunggal berdiri di bukit. Anda melihatnya dan Anda berkata, 'Bagaimana menakjubkannya'. Tidak secara verbal - Anda hanya ber- kata, 'Bagaimana menakjubkannya'... untuk menyampaikan kepada seseorang. Namun ketika Anda sendirian dan melihat itu,... ia benar-benar menakjubkan indahnya. Seluruh gerak dari bumi,... bunga-bunga, rusa, padang-padang rumput,... airnya dan pohon tunggal itu, dengan bayangannya. Anda melihat itu. Dan itu hampir menghentikan nafas. Dan Anda berpaling dan pergi. Kemudian pikiran berkata, 'Bagaimana luar biasanya tadi itu'.
9:59 A: Compared with what now is.

K: How extraordinary. I must have it again. I must get that same feeling which I had then for two seconds or five minutes. So thought - see what has taken place - there was immediate response to that beauty, non-verbal, non-emotional, non-sentimental, non-romantic, then thought comes along and says, 'How extraordinary, what a delight that was'. And then the memory of it, the repetition, the demand, the desire for the repetition.
A:Dibandingkan dengan apa yang ada sekarang.

K:Bagaimana luar biasanya. Saya harus mempunyainya lagi. Saya harus mendapatkan perasaan yang sama seperti tadi saya dapatkan... selama 2 detik atau lima menit. Jadi, pikiran... - lihat apa yang telah berlangsung - terjadi tanggapan seketika terhadap keindahan itu,... tanpa kata-kata, tanpa emosi, tanpa sentimental, tanpa romantik,... kemudian pikiran datang dan berkata,... 'Bagaimana luar biasanya, suatu sukaria yang menakjubkan'. Dan kemudian, memori dari itu, pengulangan, penuntutan,... keinginan akan pengulangan.
10:55 A: When we go to performances this happens with what we call the 'encore', doesn't it?

K: Of course, encore...
A:Ketika kita menonton pertunjukan-pertunjukan,... ini terjadi dengan apa yang kita sebut 'encore',... bukankah demikian?

K:Tentu, encore...
11:02 A: And with encores there's a creeping embarrassment. Because with the first reappearance this is a sign of adulation, praise, and everybody is happy. But then, of course, there's the problem of how many more encores can be made, maybe the last encore is a signal that we are fed up now. We don't want any more.

K: Quite, quite.
A:Dan dengan encore, ada suatu kejengahan yang merayap. Karena dengan penampilan ulang yang pertama,... ini adalah suatu tanda sanjungan, pujian,... dan semua orang bahagia. Namun kemudian, tentunya, ada masalah dari... berapa banyak encore lagi yang dapat dibuat,... karena mungkin encore yang terakhir adalah suatu tanda,... bahwa kita sekarang telah jenuh. Kita tidak menginginkan lebih lagi.

K:Benar, benar.
11:25 A: Yes, yes, I understand. I think I am following you. A:Ya, ya, saya paham. Saya pikir, saya mengikuti Anda.
11:29 K: So thought gives nourishment, sustains it and gives a direction to pleasure. There was no pleasure at the moment of perception of that tree, the hill, the shadows, the deer, the water, the meadow. The whole thing was astonishing, there was real non-verbal, non-romantic perception. It has nothing to do with me or you - it was there. Then thought comes along and... memory of it, the continuing of that memory tomorrow, and the demand for that, and the pursuit of that. And when I come back to it tomorrow it is not the same. I feel a little bit shocked. I say, 'I was inspired, now I must find a means of getting again inspired', therefore I take a drink, women, this or that. You follow?

A: Oh yes, yes, yes. Do you think, in the history of culture the establishment of festivals would be related to what you say?

K: Of course, of course. It's the whole thing, sir.
K:Jadi pikiran... memberi makanan, menopangnya... dan memberi suatu arah pada kesenangan. Tiada rasa senang pada saat persepsi... dari pohon itu, bukit, bayangan- bayangan, rusa,... air, padang rumput. Semuanya itu menakjubkan,... ada persepsi bukan-verbal, bukan- romantis yang nyata. Ia sama sekali tidak ada sangkut- pautnya dengan saya atau anda... - ia ada di situ. Dan kemudian pikiran datang dan... memori dari itu,... kelanjutan dari memori itu esok harinya,... dan tuntutan untuk itu, dan pengejaran akan itu. Dan ketika saya kembali pada itu esok hari, itu sudah tidak sama. Saya berasa sedikit terkejut. Saya berkata, 'saya telah terinspirasi,... sekarang saya harus menemukan suatu cara untuk terinspirasi lagi', karenanya saya pergi ke minuman, perempuan, ini atau itu. Anda mengikuti?

A:Oh ya, ya, ya. Apakah Anda berpikir, di dalam sejarah kebudayaan,... pembentukan festival- festival... berhubungan dengan apa yang Anda katakan?

K:Tentu, tentu. Semuanya adalah itu, Tuan.
13:05 A: We live for... well, in English we have this saying, to 'live it up'. The rest of the time we are living it down. A:Kita hidup untuk,... nah, dalam bahasa Inggris kita ada pepatah ini,... to 'live it up'. (hidup sepuas-puasnya). Sisa dari waktu, kita hidup mengendur.
13:16 K: Down, yes. Mardi Gras, the whole business of it. So there it is. I see that. See what takes place, sir. Pleasure is sustained by thought, sexual pleasure, the image, the thinking over it - all that - and the repetition of it. And the pleasure of it, and go on, keep on - routine. Now, what is the place of pleasure, or relationship, to the delight of the moment? Not even the delight, it is something inexpressible. So is there any relationship between pleasure and enjoyment? Enjoyment becomes pleasure when thought says, 'I have enjoyed it, I must have more of it'. K:Kendur, ya. Mardi Gras, seluruhnya yang terkait. Jadi demikianlah adanya. Saya melihat itu. Lihatlah apa yang terjadi, Tuan. Rasa senang ditopang oleh pikiran,... kesenangan sex,... gambaran, pemikiran perihalnya - semua itu - dan pengulangan darinya. Dan kesenangan akannya, dan jalan terus, pertahankan terus - rutin. Sekarang, apakah tempat dari kesenangan,... atau hubungan, dengan kesukariaan dari saat itu? Bahkan bukan kesukariaan, itu sesuatu yang tidak bisa diungkapkan. Jadi, adakah suatu hubungan apapun antara kesenangan dan kenikmatan? Kenikmatan menjadi kesenangan ketika pikiran berkata,... 'Saya telah menikmatinya, saya harus mempunyai lebih dari itu'.
14:34 A: It's actually a falling out of joy. A:Sebenarnya itu adalah penyingkiran dari suka cita.
14:38 K: Yes. That's it, you see, sir... So pleasure has no relationship to ecstasy, to delight, to enjoyment, or to joy and happiness. Because pleasure is the movement of thought in direction. It doesn't matter what direction, but in a direction. The others have no direction. Pleasure and enjoyment - you enjoy! Joy is something you cannot invite. Happiness you cannot invite. It happens, and you don't know if you are happy at that moment. It is only the next moment you say, 'How marvellous that was'. So, see what takes place: can the mind, the brain, register the beauty of that hill, and tree, and the water, and the meadows, and end it? Not say, 'I want it again'. K:Ya. Demikianlah adanya, Anda lihat, Tuan... Jadi rasa senang tidak mempunyai hubungan pada... keadaan ekstasi, sukaria, kenikmatan, atau pada suka cita dan kebahagiaan. Karena kesenangan adalah gerak dari pikiran dalam arah. Tidak peduli arah apa, tapi dalam suatu arah. Yang lain-lainnya tidak mempunyai arah. Kesenangan dan kenikmatan - Anda menikmati! Sukaria adalah sesuatu yang Anda tidak dapat undang. Kebahagiaan tidak dapat Anda undang. Itu terjadi, dan Anda tidak tahu jika Anda bahagia pada saat itu. Hanya pada saat berikutnya, Anda berkata,... 'Bagaimana menakjubkannya tadi itu'. Jadi, lihat apa yang terjadi: dapatkah batin, otak,... mencatat keindahan dari bukit itu, dan pohon,... dan air, dan padang-padang rumput,... dan mengakhirinya? Tidak berkata, 'Saya menginginkannya lagi'.
15:57 A: Yes. What you've just said now would take us back to that word 'negation' that we spoke of before, because there has to be a moment, when we are about to fall out, and what you are saying is: the moment that 'about to fall out' appears something must be done. A:Ya. Apa yang Anda baru saja katakan... akan membawa kita kembali kepada kata 'negation' (negasi),... yang sebelumnya telah kita katakan,... karena harus ada suatu saat,... ketika kita sedang akan menyingkir, dan apa yang Anda katakan adalah:... saat 'sedang akan menyingkir' itu muncul,... sesuatu harus dilakukan.
16:29 K: You will see it in a minute, sir, you will see what an extraordinary thing takes place. I see pleasure, enjoyment, joy and happiness, I see pleasure as not related to any of that, the other two, joy and enjoyment. So thought gives direction and sustains pleasure. Right? Now, the mind asks: can there be non-interference of thought, non-interference of thought in pleasure? I enjoy. Why should thought come into it at all? K:Anda akan melihatnya dalam waktu sekejap, Tuan,... Anda akan melihat suatu hal yang demikian luar biasanya terjadi. Saya melihat kesenangan, kenikmatan, suka cita dan kebahagiaan,... saya melihat kesenangan sebagai tidak terkait pada... apapun dari itu, dua yang lainnya,... suka cita dan kenikmatan. Jadi pikiran memberi arah dan mempertahankan kesenangan. Benar? Sekarang, batin bertanya:... bisakah ada suatu keadaan tanpa-gangguan dari pikiran,... tanpa-gangguan pikiran dalam kesenangan? Saya menikmati. Mengapa pikiran bagaimana pun harus masuk ke dalamnya?
17:24 A: There's no reason at all.

K: But it does.
A:Tidak ada alasan apapun.

K:Namun ia masuk.
17:26 A: It does, it does.

K: Therefore, now the question arises: how is the mind, the brain, to stop thought entering into that enjoyment? You follow?

A: Yes.
A:Ia melakukannya, ia melakukannya.

K:Karenanya,... sekarang timbul pertanyaan: bagaimanakah batin, otak,... untuk menghentikan pikiran masuk ke dalam kenikmatan itu? Anda mengikuti?

A:Ya.
17:41 K: Not to interfere. Therefore, they said - the ancients and the religious - 'Control thought'. You follow? Don't let it creep in. Therefore control it. K:Tidak mencampuri. Karenanya, mereka berkata, -orang-orang tua dan... yang religius -, 'Kendalikan pikiran'. Anda mengikuti? Jangan biarkan ia merayap masuk. Oleh karenanya, kendalikan itu.
18:03 A: The minute it raises its ugly head, whack it off! It's like a hydra.

K: It keeps on growing. Now, is it possible to enjoy, to take a delight in that lovely scene and no thought creep in? Is this possible? I'll show you, it is possible, completely possible, if you are attentive at that moment, completely attentive. You follow, sir?
A:Begitu ia mengangkat kepalanya yang jelek, potong kepalanya! Itu mirip seekor hydra (ular naga).

K:Ia terus tumbuh. Sekarang,... apakah mungkin untuk menikmati,... untuk bersuka ria dalam pemandangan yang indah itu... dan tiada pikiran merayap masuk? Apakah ini mungkin? Saya akan tunjukkan Anda, itu mung- kin, sepenuhnya mungkin,... jika Anda penuh perhatian pada saat itu, sepenuhnya berperhatian. Anda mengikuti, Tuan?
18:47 A: Which has nothing to do with screwing oneself up, with muscular effort to focus in there. A:Yang sama sekali tidak ada urusan dengan menegangkan diri sendiri,... dengan usaha otot untuk fokus di dalam itu.
18:52 K: Right. Just be wholly there. When you see the sunset, see it completely! When you see a beautiful line of a car, see it. And don't let this thought begin. That means at that moment be supremely attentive, completely, with your mind, with your body, with your nerves, with your eyes, ears, everything attentive! Then thought doesn't come into it at all. So pleasure is related to thought, and thought in itself brings about fragmentation: pleasure and not pleasure. Therefore now that I haven't pleasure, I must pursue pleasure. K: Benar. Hanya menjadi sepenuhnya di sana. Ketika anda melihat matahari ter- benam, lihatlah keseluruhannya! Ketika anda melihat keindahan sebuah mobil, lihatlah. Dan jangan biarkan pikiran ini mulai. Artinya pada saat itu,... jadilah sangat penuh perhatian, secara total,... dengan batin Anda, dengan badan Anda,... dengan syaraf Anda, dengan mata Anda, dengan telinga,... semuanya penuh perhatian! Maka pikiran sama sekali tidak akan masuk ke dalamnya. Jadi kesenangan berhubungan dengan pikiran,... dan pikiran dalam dirinya sendiri membuat fragmentasi:... Rasa senang dan tidak senang. Maka ketika sekarang saya tidak mempunyai rasa senang,... saya harus mengejar kesenangan.
19:56 A: It makes a judgement.

K: Judgement. And the feeling of frustration, anger, violence - you follow?- all that come into... when there is the denial of pleasure, which is what the religious people have done. They are very violent people. They have said, no pleasure.
A:Ia membuat penilaian.

K: Penilaian. dan perasaan frustasi, marah, kekerasan... -Anda mengikutinya?-, semua itu masuk… ketika ada penyangkalan terhadap rasa senang,... yang telah dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Mereka adalah orang-orang yang sangat keras. Mereka telah berkata, tanpa kesenangan.
20:28 A: The irony of this is overwhelming. In classical thought you have that marvellous monument, the works of St. Thomas Aquinas, who never tired of saying in his examination of thought and the recognition of the judgement, that one must distinguish in order to unite. And his motive was very different from what seems to have been read. Because we managed to distinguish, but we never see the thing whole and get to the uniting, so the uniting just vanishes; it's terrible.

K: That's the whole point, sir. So unless the mind understands the nature of thinking, really very, very, very deeply, mere control means nothing. Personally, I have never controlled a thing. This may sound rather absurd, but it is a fact.
A: Ironi dari ini adalah luar biasa.

A:Dalam pemikiran klasik, anda mem- punyai monumen yang menakjubkan,...

A:Karya dari St. Thomas Aquinas,... yang tidak pernah lelah mengatakan... dalam pemeriksaannya dari pikiran... dan mengenali penilaian,... yang orang harus bedakan agar supaya bisa menyatu. Dan motif dia sangat berbeda... dari apa yang tampaknya telah dipelajari. Karena kita berhasil membedakan,... tapi kita tidak pernah melihatnya secara utuh... dan mencapai penyatuan, sehingga pe- nyatuannya menghilang begitu saja; itu mengerikan.

K: Itulah seluruh poinnya, tuan. Jadi kecuali batin memahami hakekat dari proses pikiran,... dengan sangat, sangat, sangat mendalam,... sekedar mengontrol tidak berarti apa-apa. Secara pribadi, saya tidak pernah mengontrol sesuatu. Mungkin ini terdengar mustahil, tapi itu sebuah kenyataan.
21:48 A: Marvellous.

K: Never. But I've watched it. The watching is its own discipline and its own action. Discipline in the sense: not conformity, not suppression, not adjusting yourself to a pattern, but the sense of correctness, the sense of excellence. When you see something, why should you control? Why should you control, when you see a poisonous bottle on the shelf? You don't control. You say, quite right, you don't drink. You don't touch it. It's only when I don't read the sign properly, when I see it and when I think it is a sweet, then I take it. But if I read the label, if I know what it is I won't touch it. There's no control.
A: Wow.

K: Tidak pernah. Tapi saya mengamatinya. Pengamatan adalah disiplinnya sendiri dan tindakannya sendiri. Disiplin dalam arti: bukan penyesuaian, bukan penindasan,... bukan menyesuaikan diri Anda pada suatu pola,... tapi rasa dari kebenaran,... rasa dari keunggulan. Ketika anda melihat sesuatu, mengapa anda harus mengontrolnya? Mengapa Anda harus mengontrol,... ketika anda melihat botol yang beracun di rak? Anda tidak mengontrolnya. Anda berkata, sangat tepat, anda tidak meminumnya. Anda tidak menyentuhnya. Hanya ketika saya tidak membaca tandanya dengan tepat,... sewaktu saya melihat dan saya pikir itu adalah sesuatu yang manis,... kemudian saya mengambilnya. Tapi jika saya membaca labelnya,... jika saya tahu itu apa, saya tidak akan menyentuhnya. Tidak ada kontrol.
22:56 A: Of course, not. It's self-evident. I'm thinking of that wonderful story in the Gospel about Peter, who in the storm gets out to walk on the water, because he sees his Lord coming on the water, and he's invited to walk on the water. And he actually makes it a few steps, and then it says he loses faith. But it seems to me that one could see that in terms of what you've been saying, at the point where thought took over, he started going down. That was the time when he started going down. But he was actually... The reason that I am referring to that is because I sense in what you are saying that there is something that supports, there is a support, - that is not a support that's fragmented from something else - but there is an abiding something which must be sustaining the person. A:Tentu saja tidak. Itu jelas.. Saya sedang memikirkan tentang... cerita yang menarik di dalam Injil tentang Petrus,... yang dalam badai keluar untuk berjalan diatas air,... karena dia melihat Tuannya datang di atas air,... dan dia diundang untuk berjalan di atas air. Dan dia benar-benar berhasil beberapa langkah,... dan kemudian dikatakan dia kehilangan kepercayaannya. Tapi bagi saya, bahwa orang dapat melihat,... sehubungan dengan apa yang anda katakan,... pada titik di mana pikiran mengambil alih, dia mulai tenggelam. Itu adalah saat ketika dia mulai tenggelam. Tapi dia sebenarnya... Alasan saya mengacu pada hal tersebut,... adalah karena saya merasakan dalam apa yang anda katakan bahwa,... ada sesuatu yang mendukung, ada sebuah dukungan,... - tetapi bukan suatu dukungan yang terfragmentasi dari sesuatu lainnya- namun ada sesuatu yang kekal,... yang pasti menopang orang.
24:15 K: I wouldn't put it that way, sir. That is, that leaves a door open, that opens a door to the idea: 'in you there is God'. K:Saya tidak mau mendudukkannya seperti itu, tuan. Hal itu meninggalkan sebuah pintu terbuka, itu membuka sebuah pintu... ke ide 'dalam dirimu ada Tuhan'.
24:30 A: Yes, yes, I see the trap. A:Ya, ya, Saya melihat jebakannya.
24:32 K: In you there is the higher self, in you there is the Atman, the permanent. K:Dalam dirimu ada diri yang lebih tinggi,... dalam dirimu ada Atman, yang permanen.
24:41 A: Maybe we shouldn't say anything about that. A: Mungkin kita jangan mengatakan apapun tentang itu.
24:44 K: That's it. No, we can say this: to see... - look what we have done, sir, this morning - to see appetite, desire, to see the implication, the structure of pleasure, and there is no relation to enjoyment and to joy, to see all that, to see it, not verbally, but actually, through observation, through attention, through care, through very careful seeing, that brings an extraordinary quality of intelligence. After all intelligence is sensitivity. To be utterly sensitive, in seeing! If you call that intelligence 'the higher self' or whatever, it has no meaning. You follow? K:Itulah. Tidak, kita dapat berkata: melihat… - lihat apa yang telah kita lakukan, Tuan, pagi ini - melihat nafsu, keinginan,... melihat implikasinya, struktur dari kesenangan, dan di situ tidak ada hubungan dengan kenikmatan dan suka cita,... untuk melihat itu semua, melihatnya, tidak secara verbal,... tapi dalam kenyataanya,... melalui pengamatan, melalui perhatian, melalui kepedulian,... melalui pegamatan yang seksama,... itu membawa suatu kualitas luar biasa dari kecerdasan. Bagaimana pun juga, kecerdasan adalah kepekaan. Sepenuhnya peka, dalam melihat! Jika anda menyebut kecerdasan itu,... 'diri yang lebih tinggi' atau apapun itu,... itu tidak ada artinya. Anda mengikuti?
25:46 A: It's as though you are saying, at that instant it's released.

K: Yes. That intelligence comes in observation.
A:Sepertinya Anda mengatakan,... pada saat itu ia terbebas.

K: Ya. Kecerdasan itu datang dalam pengamatan.
25:59 A: Yes. A:Ya.
26:00 K: And that intelligence is operating all the time, if you allow it. Not if you allow it; if you are seeing. I mean, I see, I have seen all my life people who have controlled, people who have denied, people who have negated, and who have sacrificed, who have controlled, suppressed, furiously, disciplined themselves, tortured themselves. And I say, for what? For God? For truth? A mind that has made tortured, crooked, brutalised, such a mind can see truth? Certainly not. You need a completely healthy mind, a mind that is whole, a mind that is holy in itself. Otherwise you can't see something holy, unless the mind is sacred, you cannot see what is sacred. So, I say, sorry, I won't touch any of that. It has no meaning. So, I don't know how this happened but I never, for a second, controled myself. I don't know what it means. K:Dan kecerdasan itu bekerja setiap waktu, jika anda mengijinkannya. Bukan jika anda mengijinkannya; jika anda sedang melihat. Maksud saya, saya melihat, saya melihat sepanjang hidup saya... orang-orang yang telah mengontrol, yang telah menyangkal,... orang-orang yang menegasikan dan yang telah berkorban,... yang telah mengontrol, menindas, secara geram,... mendisiplinkan dirinya, menyiksa dirinya. Dan Saya berkata, untuk apa? Untuk Tuhan? Untuk kebenaran? Batin yang telah dibuat tersiksa, bengkok, brutal,... batin semacam itu dapat melihat kebenaran? Tentu saja tidak. Anda membutuhkan batin yang benar-benar sehat,... suatu batin yang utuh, suatu batin yang suci dalam dirinya. Bila tidak, anda tidak dapat melihat sesuatu yang suci,... kecuali jika batin sakral adanya, Anda tidak bisa melihat yang sakral. Jadi, saya bilang, maaf, saya tidak akan menyentuh hal seperti itu. Tidak ada artinya. Jadi, saya tidak mengetahui bagaimana ini terjadi,... tapi saya tidak pernah, sedetikpun, mengontrol diri saya. Saya tidak mengetahui apa artinya itu.
27:35 A: And yet, amazingly, you know what it is in others. A:Dan meski demikian, hebatnya, Anda tahu apa yang ada dalam orang lain.
27:40 K: Oh, obviously, you can see it. K:Oh, tentu saja, Anda dapat melihatnya.
27:44 A: So this is something that you are able to see without having... A:Jadi ini sesuatu yang Anda mampu melihatnya tanpa telah…
27:49 K: ...gone through it.

A: Without having gone through it. Now, this to me is profoundly mysterious. I don't mean in the sense of mystification.

K: No, no.
K:...melaluinya.

A: Tanpa telah melaluinya. Sekarang, buat saya ini sangat misterius. Saya tidak maksudkan dalam arti teka-teki.

K: Bukan, bukan.
27:59 A: But I mean it's... I mean miraculous. A:Tapi yang saya maksud adalah… saya maksud bersifat ajaib.
28:02 K: No, not necessarily, sir. I'll show you something, sir. Must I get drunk in order to find out what it is to be sober? K:Tidak, tidak perlu demikian, Tuan. Saya akan tunjukkan pada Anda sesuatu, tuan. Haruskah saya menjadi mabuk agar saya mengetahui apa itu sadar?
28:12 A: Oh no, no, no. A: Oh tidak, tidak, tidak.
28:14 K: Can't I see a man who is drunk, I say, for God's sake, see the whole movement of drunkenness, what lies behind it, what he goes through, see it - finished! K: Tidak dapatkah saya melihat seseorang yang mabuk,... saya berkata, demi Tuhan, melihat semua gerak dari keadaan mabuk, apa yang ada di baliknya,... apa yang dia alami, melihatnya - selesai!
28:27 A: But it seems to me that - in my listening to you - that you are doing more than just observing that someone over there has fallen on his face, therefore... A:Tapi nampaknya bagi saya - ketika mendengarkan anda - bahwa Anda melakukan lebih dari se- kedar mengamati, bahwa seseorang... di sana telah melakukan kesalahan yang menyedihkan, karenanya...
28:36 K: No, no.

A: Right, there's something that is very deep here...

K: Of course.
K:Tidak, tidak.

A:Benar,... ada sesuatu yang amat mendalam di sini...

K: Tentu saja.
28:41 A: ...at least to me, that you've said. Control in the very, very deep sense is an activity, not a product, and something that you haven't experienced, that we would call normally intangible is nevertheless acutely present to you. A:…paling tidak bagi saya, yang Anda telah katakan. Kontrol dalam arti yang sangat, sangat dalam... adalah suatu aktivitas, bukan suatu hasil,... dan sesuatu yang tidak Anda alami,... yang biasanya kita sebut tak berwujud... yang walaupun demikian, dengan amat kuat hadir pada anda.
29:05 K: Yes, yes. K:Ya, ya.
29:06 A: And I take it that what you've said is that intelligence reveals that. Intelligence, if intelligence is allowed to reveal it. A:Dan saya memahami bahwa apa yang telah anda katakan... adalah bahwa kecerdasan mengungkap itu. Kecerdasan, jika kecerdasan diijin- kan untuk mengungkapnya.
29:16 K: I think, sir, not allowed. That's a danger - to allow intelligence to operate. Which means you have intelligence, then you allow it. K:Saya pikir, Tuan, bukan diijinkan. Itu suatu bahaya - mengijinkan kecerdasan bekerja. Yang artinya anda memiliki kecerda- san, lalu anda mengijinkannya.
29:27 A: Yes, I see the trap of that construction. Yes, yes, I see what you mean. Yes, because now we've got an observer who's got a new gimmick. Yes, I see what you mean. Please go on, please. A:Ya, saya melihat jebakan dari konstruksi itu. Ya, ya, saya melihat yang anda maksud. Ya, karena sekarang kita telah mendapatkan seorang pengamat... yang telah mendapatkan sebuah tipuan baru. Ya, saya melihat apa yang anda mak- sud. Silakan lanjutkan, silahkan.
29:42 K: So, you see, that's why discipline has a different meaning. When you understand pleasure, when you understand its relationship to enjoyment and to the joy, and happiness, and the beauty of happiness, beauty of joy, and so on, then you understand the utter necessity of a different kind of discipline that comes naturally. After all, sir, look, the word 'discipline' in itself means to learn. To learn, not to conform, not to, say, I must discipline myself to be like that, or not to be like that. The word 'discipline', as we both see, is to learn. To learn means I must be capable of hearing, of seeing, which means the capacity which is not cultivable. You can cultivate a capacity, but that is not the same as the act of listening. I don't know if I'm... K:Jadi, Anda lihat, itu mengapa disiplin... mempunyai arti yang berbeda. Ketika anda memahami kesenangan,... ketika anda memahami hubungannya... dengan kenikmatan dan suka cita,... dan kebahagiaan, dan keindahan dari kebahagiaan,... keindahan dari suka cita, dan seterusnya,... maka anda akan memahami kebutuhan yang mutlak... akan suatu jenis disiplin yang ber- beda yang datang secara alamiah. Bagaimana pun, Tuan, lihat,... kata 'disiplin' dalam dirinya mengandung arti belajar. Belajar, bukan menyesuaikan,... bukan untuk, katakan, saya harus mendisiplinkan diri... untuk mejadi seperti itu,... atau untuk tidak menjadi seperti itu. Kata 'disiplin', seperti kita berdua lihat, adalah belajar. Belajar berarti, saya harus mampu mendengar,... mampu melihat,... yang berarti, kemampuan yang tidak dapat diolah. Anda dapat mengolah suatu kemampuan,... tapi hal itu tidak sama dengan tindakan mendengarkan. Saya tidak tahu apakah saya…
31:19 A: Oh yes, you are. Yes, you are. Yes, I follow, very clear, very clear. A:Oh ya, ya. Anda jelas. Ya, saya mengikuti, sangat jelas, sangat jelas.
31:25 K: The capacity to learn demands a certain discipline. I must concentrate, I must give my time to it, I must set aside my efforts in a certain direction, and all that. That is, developing a certain capacity needs time. K:Kemampuan untuk belajar menuntut suatu disiplin tertentu. Saya harus berkonsentrasi, saya ha- rus meluangkan waktu untuk itu,... saya harus menyisihkan... usaha saya ke suatu arah tertentu, dan semua itu. Berarti, mengembangkan suatu kemam- puan tertentu membutuhkan waktu.
31:53 A: Yes. A:Ya.
31:56 K: But perception has nothing to do with time! You see and act! As you do when you see a danger. You act instantly. You act instantly because you are so conditioned to danger. K:Tapi persepsi tidak ada hubungannya dengan waktu! Anda melihat dan bertindak! Ketika Anda melihat sebuah bahaya,... Anda bertindak segera. Anda bertindak segera... karena anda sangat terkondisi pada bahaya.
32:17 A: Exactly. A:Persis.
32:18 K: That conditioning is not intelligence. You are just conditioned. You see a snake and you recoil, and you run away. You see a dangerous animal and you run. That's all self-protective conditioned responses. That's very simple. But perception-and-action is not conditioned. K:Keterkondisian itu bukan kecerdasan. Anda hanya terkondisi. Anda melihat seekor ular dan Anda mundur, dan melarikan diri.. Anda melihat seekor binatang berbahaya dan Anda lari. Semua itu respon-respon terkondisi melindungi diri. Itu amat sederhana. Tapi persepsi dan tindakan tidak terkondisi.
32:43 A: You know, we have in the history of the English language turned that word 'fear' upside down in terms of its derivation because, if I remember correctly, 'fear' comes from the Anglo-Saxon word that means danger. That means danger.

K: Danger, of course.
A:Anda tahu, dalam sejarah bahasa Inggris,... mengubah kata 'fear' (takut) menjadi jungkir balik,... dalam kaitan dengan turunannya karena,... jika saya mengingatnya dengan baik, 'fear' (takut) berasal dari kata Anglo-Saxon yang artinya bahaya. Itu artinya bahaya.

K:Bahaya, tentu saja.
33:01 A: And now we've psychologised that word, and now a fear means rather my emotional response to the danger and not what I ought to be doing. A:Dan kita sekarang memberi kandung- an psikologis pada kata itu,... dan sekarang suatu rasa takut... berarti lebih sebagai tanggapan emosional saya... terhadap bahaya dan bukan yang seharusnya saya lakukan.
33:10 K: Yes, not aware of the danger of fear - you follow?

A: Yes.
K:Ya, tidak waspada akan bahaya dari rasa takut... - anda mengikutinya?

A:Ya.
33:18 K: That means, sir, look: ordinary human beings are conditioned - now as they are - by the culture, by the civilisation they are living in. They accept nationalism, - I'm taking that for example - they accept nationalism, the flag, the nationalism, and all the rest of it; nationalism is one of the causes of war. K:Itu artinya, Tuan, lihat:... umat manusia umumnya terkondisi... - seperti mereka sekarang ini - oleh kebudayaan, oleh peradaban di dalam mana mereka hidup. Mereka menerima nasionalisme, - saya mengambil itu sebagai contoh - mereka menerima nasionalisme,... bendera, nasionalisme, dan sebagainya:... nasionalisme adalah salah satu penyebab perang.
33:44 A: Oh yes, yes, indubitably. A:Oh ya, ya, tidak dapat dibantah.
33:49 K: As patriotism, all the rest of it. Now, we don't see the danger of nationalism, because we are conditioned to nationalism as being secure, security. K:Sebagai patriotisme, semuanya itu. Sekarang, kita tidak melihat bahaya dari nasionalisme,... karena kita dikondisikan... pada nasionalisme sebagai yang aman, keamanan.
34:05 A: But we do see our fear of the enemy. A:Tapi kita melihat rasa takut kita pada musuh.
34:08 K: Of course.

A: Yes, right. And contemplating that fear of the enemy dulls our capacity to deal with the danger.

K: Danger. So fear, pleasure, and discipline. You follow, sir? Discipline means to learn, I am learning about pleasure, mind is learning about pleasure. Learning brings its own order.
K:Tentu saja.

A:Ya, benar. Dan mempertimbangkan bahwa rasa takut pada musuh itu... menumpulkan kapasitas kita... untuk menangani bahaya.

K:Bahaya. Jadi rasa takut, kesenangan, dan disiplin. Anda mengikutinya, Tuan? Disiplin artinya belajar,... Saya mempelajari tentang rasa senang. batin mempelajari perihal rasa senang. Belajar membawa ketertibannya sendiri.
34:38 A: Its own.

K: It's own order.

A: Yes. That's what I've been calling 'miracle'. It just asks you to jolly well leave it alone.
A:Ketertibannya sendiri.

K:Ketertibannya sendiri.

A:Ya. Itulah apa yang saya sebut dengan 'keajaiban'. Itu hanya meminta Anda untuk meninggalkannya sendirian.
34:51 K: It brings its own order, and that order says, don't be silly, control is out, finished. Now wait a minute. I talked to a monk once. He came to see me. He had a great many followers. And he was very well known - he is still very well known. And he said, 'I have taught my disciples', and he was very proud of having thousands of disciples. You follow? And it seemed rather absurd for a guru to be proud. K:Ia membawa ketertibannya sendiri,... dan ketertiban itu berkata,... jangan bodoh, kontrol tidak berlaku, selesai. Sekarang tunggu sebentar. Saya satu kali berbicara pada seorang biarawan. Dia datang menemui saya. Dia memiliki banyak pengikut. Dan dia sangat terkenal - dia masih sangat terkenal. Dan dia berkata, 'Saya telah mengajari murid-murid saya',... dan dia sangat bangga dengan mempunyai ribuan murid. Anda mengikuti? Dan tampaknya agak mustahil bagi seorang guru untuk berbangga.
35:33 A: He was a success.

K: He was a success. And success means Cadillacs or Rolls Royces, European, American followers - you follow? - all that circus that goes on.
A:Dia seorang yang sukses.

K:Dia seorang yang sukses. Dan sukses artinya mobil-mobil Cadillac atau Rolls Royce,... pengikut-pengikut Eropa, Amerika... - Anda mengikuti? - Semua sirkus yang berlangsung itu.
35:46 A: His gimmick works.

K: Gimmick works. And he was saying, 'I have arrived because I have learned to control my senses, my body, my thoughts, my desires. I've held them, as the Gita says' - hold something, you are reigning, you are riding a horse, you know, holding them. He went on about it for some length, I said, 'Sir, what, at the end of it? You have controlled. Where are you at the end of it?' He said, 'What are you asking, I have arrived!' Arrived at what? 'I have achieved enlightenment'. Just listen to it, sir. Follow the sequence of a human being who has a direction, which he calls truth. And to achieve that there are the traditional steps, the traditional path, the traditional approach. And he has done it. And therefore he says, 'I have got it. I have got it in my hand. I know what it is'. I said, 'All right, sir'. He began to be very excited about it because he wanted to convince me about being a big man, and all that. So I sat very quietly and listened to him, and he quietened down. And then I said to him - we were sitting by the sea - and I said to him, 'Do you see that sea, sir?' He said, 'Of course'. Can you hold that water in your hand? When you hold that water in your hand, it's no longer the sea.
A:Tipuannya berhasil.

K:Tipuan berhasil. Dan dia berkata, 'Saya telah sampai... karena saya telah belajar untuk mengontrol indra-indra saya,... badan saya, pikiran saya, keinginan saya. Saya telah menahan mereka, seperti yang dikatakan Gita,... - tahan sesuatu, Anda sedang menguasai,... Anda sedang menunggangi seekor kuda,... Anda tahu, sedang menahan mereka. Dia terus melanjutkan tentang itu beberapa waktu,... Saya katakan 'Tuan, apa di akhirnya? Anda telah mengontrolnya. Di mana Anda berada di akhirnya? Dia berkata, 'Apa yang Anda tanyakan, saya sudah sampai!' Sampai pada apa? 'Saya telah mencapai pencerahan' Hanya dengarkan saja, Tuan. Ikuti urutan dari seorang manusia yang punya sebuah tujuan,... yang dia sebut kebenaran. Dan untuk mencapai itu, ada langkah-langkah tradisional,... jalur tradisional, pendekatan tradisional. Dan dia telah melakukannya. Dan karenanya dia berkata, 'Saya mendapatkannya. Saya telah mendapatkannya di tangan saya. Saya tahu itu apa'. Saya katakan, 'Baiklah, Tuan'. Dia mulai menjadi sangat bersemangat tentang itu,... karena dia ingin meyakinkan saya... tentang kehebatan dirinya, dan semua itu. Lalu saya duduk dengan sangat tenang dan mendengarkan dia,... dan dia mereda. Dan lalu saya berkata kepadanya... - kita duduk di tepi laut - dan saya berkata padanya,... 'Anda melihat laut itu, Tuan?' Dia berkata. 'Tentu saja'. Dapatkah anda menggenggam air itu di tangan Anda? Ketika Anda menggenggam air itu di tangan Anda,... itu bukan lagi laut.
37:55 A: Right. A: Ya.
37:58 K: He couldn't make out. I said, 'All right'. And the wind was blowing from the north, slight breeze, cool. And he said, 'There is a breeze'. 'Can you hold all that?' 'No'. 'Can you hold the earth?' 'No'. 'So what are you holding? Words?' You know, sir, he was so angry. He said, 'I won't listen to you anymore. You are an evil man'. And walked out. K:Dia tidak dapat memahaminya. Saya berkata, 'baiklah'. Dan angin bertiup dari utara,... Angin sepoi-sepoi, sejuk. Dan dia berkata, 'Ada hembusan angin'. 'Dapatkah Anda menggenggam semua itu?' 'Tidak' Dapatkah anda menggenggam bumi?' 'Tidak' 'Jadi apa yang anda genggam? Kata-kata?' Anda tahu, Tuan, dia sangat marah. Dia berkata, 'Saya tidak akan mendengarkan anda lagi. Anda seorang jahat'. Dan dia jalan keluar.
38:43 A: I was thinking of the absurd irony of that. All the time he thought he was holding on to himself, and he just let go as he got up and walked away. A: Saya sedang memikirkan ironi yang mustahil itu. Sepanjang waktu dia pikir dia telah mempertahankan dirinya,... dan dia melepaskannya saat dia beranjak dan berjalan pergi.
38:54 K: So you see, sir? That's what I mean. So learning about pleasure, about fear, really frees you from the tortures of fear and the pursuit of pleasure. So there is a sense of real enjoyment in life. Living then becomes a great joy - you follow, sir? It isn't just a monotonous routine, going to the office, sex, and money. K:Jadi anda lihat, Tuan? Itu yang saya maksudkan. Jadi belajar tentang kesenangan, tentang rasa takut,... benar-benar membebaskan Anda dari siksaan rasa takut... dan pengejaran kesenangan. Jadi ada perasaan senang yang nyata dalam hidup. Kehidupan lalu menjadi sebuah suka cita yang besar... - Anda mengikutinya, Tuan? Itu tidak hanya sebuah rutinitas yang monoton,... pergi ke kantor, seks, dan uang.
39:30 A: I've always thought it's a great misfortune that in that splendid rhetoric of our Declaration of Independence we have that phrase: 'the pursuit of pleasure'. A:Saya selalu berpikir adalah kemalangan yang besar bahwa... dalam retorika yang cemerlang... dari 'Declaration of Independence' (Deklarasi Kemerdekaan) kami... Kita memilik frasa: 'the pursuit of pleasure' ('pengejaran Kesenangan').
39:44 K: Pursuit of pleasure. K:Pengejaran kesenangan.
39:45 A: Because the child, the bright child, is reared on that. A:Karena seorang anak, anak yg cerdas, dibesarkan pada itu.
39:51 K: Oh rather, sir.

A: And when you are very young you are not about to turn around and say, 'Everybody's daft'.

K: I know, I know. So from this, you see, discipline in the orthodox sense has no place in a mind that's really wanting to learn about truth, not philosophise about truth, not theorise about truth, as you say, tie ribbons round to it, but learn about it. Learn about pleasure. It is really out of that learning comes an extraordinary sense of order - which we were talking the other day. The order which comes with the observation, in oneself, of pleasure. The order. And there is enjoyment. A marvellous sense of ending each enjoyment as you live each moment. You don't carry over the past enjoyment. Then that becomes pleasure. Then it has no meaning. Repetition of pleasure is monotony, is boredom. And they are bored in this country - and other countries. They are fed up with pleasure. But they want other pleasures, in other directions. And that's why there is the proliferation of gurus in this country. Because they all want the circus kept going. So discipline is order. And discipline means to learn about pleasure, enjoyment, joy and the beauty of joy. When you learn - you follow, sir? - it is always new.
K:Oh, banyak sekali, Tuan.

A:Dan ketika Anda sangat muda... Anda tidak akan berbalik dan berkata,... 'Semua orang gila'.

K:Saya tahu, saya tahu. Jadi dari sini, anda lihat,... disiplin dalam arti ortodoks tidak mempunyai tempat... di dalam batin yang ingin benar- benar belajar tentang kebenaran,... tidak berfilsafat tentang kebenaran,... tidak berteori tentang kebenaran,... seperti anda katakan, menghiasi sekelilingnya dengan pita-pita,... tapi belajar tentang itu. Belajar tentang kesenangan. Adalah sungguh keluar dari belajar itu... datang suatu rasa ketertiban yang menakjubkan... - yang kita bicarakan beberapa hari yang lalu. Ketertiban yang datang... dengan pengamatan akan kesenangan dalam diri sendiri. Ketertiban. Dan ada kenikmatan. Perasaan menakjubkan dari berakhirnya... tiap kesenangan ketika Anda hidup tiap saat. Anda tidak melanjutkan kesenangan yang lalu. Lalu itu menjadi kenikmatan. Lalu itu tidak ada artinya. Pengulangan kesenangan adalah monoton dan membosankan. Dan mereka bosan di negara ini - dan di negara-negara lain. Mereka kesal dengan kesenangan. Tapi mereka menginginkan kesenangan- kesenangan lain,... dalam arah-arah yang berbeda. Dan itulah mengapa ada perkembang- biakan guru di negara ini. Karena mereka semua ingin sirkus berlanjut. Jadi disiplin adalah ketertiban. Dan disiplin artinya belajar tentang kesenangan,... kenikmatan, sukacita dan keindahan dari sukacita. Ketika anda belajar - anda meng- ikutinya, Tuan?- itu selalu baru.
42:15 A: I've just thought - well, thought isn't the right word - something flashed in the communication of what you have been pointing to, - if you don't mind I'd rather say that you've been pointing to than to use the phrase that you've been saying - I hope I've understood you correctly here, because in terms of the communication problem it seems that there's been a profound confusion between perception and practice. A:Saya baru berpikir... baiklah, pikiran bukan kata yang tepat- sesuatu berkelebat... dalam komunikasi yang Anda telah tunjukkan,... - jika anda tidak keberatan, saya lebih suka mengatakan... bahwa anda telah menunjukkan, daripada menggunakan... frasa yang sudah Anda katakan - Saya harap saya telah memahami anda dengan tepat di sini, karena... dalam hal masalah komunikasi... tampaknya ada kebingungan yang mendalam... antara persepsi dan latihan.
43:05 K: Yes. Oh yes.

A: I have grasped that. It's as though we had the idea that perception is perfected at the end of practice.
K:Ya. Oh ya.

A:Saya telah menangkapnya. Itu sepertinya kita memiliki ide bahwa persepsi itu... disempurnakan pada akhir dari latihan.
43:17 K: Practice is routine, is death! K: Latihan adalah rutinitas, itu adalah mati!
43:20 A: We do have that idea.

K: I know.
A:Kita memiliki ide tersebut.

K:Saya tahu.
43:23 A: Yes. A:Ya.
43:26 K: You see, sir, they've always said, freedom is at the end, not at the beginning. On the contrary, it's at the beginning! It is the first step that counts, not the last step. So if we understand this whole question of fear and pleasure, joy, the understanding can only come in freedom to observe. And, in the observation, learning and the acting, they are all at the same moment, not learn, then act. It is the doing, the seeing, all taking place at the same time. That is whole. K:Anda lihat, Tuan, mereka telah selalu mengatakan... kebebasan adalah pada akhirnya,... bukan pada awalnya. Kebalikannya, itu pada awalnnya! Adalah langkah pertama yang diper- hitungkan, bukan langkah terakhir. Jadi Jika kita memahami... seluruh pertanyaan dari rasa takut dan kesenangan, sukacita,... pemahaman hanya dapat datang dari kebebasan untuk mengamati. Dan, dalam pengamatan, belajar dan tindakan,... mereka semua pada saat yang sama,... bukan belajar, lalu bertindak. Adalah yang dilakukan, yang dilihat,... semua terjadi pada saat yang sama. Itu adalah utuh.
44:20 A: All these marvellous participles being in the infinite mood in themselves. In themselves. Yes. A little while back it occurred to me that, if we paid attention to our language, as well as to the flowers, and the mountains, and the clouds...

K: Oh yes.
A:Semua kata kerja yang menakjubkan ini,... yang di dalam dirinya sendiri berada dalam modus tidak terbatas. Dalam dirinya sendiri. Ya. Beberapa saat yang lalu terlintas pada saya bahwa,... jika kita menaruh perhatian pada bahasa kita,... maupun pada bunga-bunga dan gunung-gunung,... dan awan….

K:Oh ya.
44:49 A: ...the language not only in terms of individual words, but words in context, so that we would refer then to what we call usage, would, through perception, intelligence, disclose themselves completely.

K: Quite.
A:…bahasa bukan hanya dalam hal kata-kata semata,... tapi kata-kata dalam konteks,... sehingga kita lalu akan mengacu pada apa yang kita sebut penggunaan,... akan, melalui presepsi, kecerdasan,... mengungkapkan diri mereka secara lengkap.

K:Tepat.
45:12 A: We say, don't we, that one is pleased, one is joyed, but if we ask somebody, 'What have you been doing?' and he said to us, 'I've been pleasing myself', we'd think that was a little odd. We wouldn't think it strange at all if he said, 'Well, I have been enjoying myself'. We don't mind that.

K: That's right.
A: Kita katakan, bukankah,... bahwa seseorang senang, seseorang penuh sukacita,... tapi jika kita tanya seseorang, 'Apa yang telah Anda lakukan?'... 'dan dia berkata kepada kita,' Saya telah memuaskan diri saya',... kita akan pikir itu agak janggal. Kita sama sekali tidak akan berpikir itu aneh, jika dia katakan,... 'Baiklah, saya telah menye- nangkan diri'. Kita tidak keberatan akan itu.

K:Ya benar.
45:38 A: But we don't pay attention to what we say, to even... A:Tapi kita tidak menaruh perhatian pada apa yang kita katakan, bahkan…
45:41 K: That's right, sir. I came back after lunch, after a meal, and somebody said, 'Have you enjoyed your meal?' And there was a man there who said, 'We are not pigs to enjoy'. K:Itu betul, Tuan. Saya kembali dari makan siang, sete- lah makan, dan seseorang berkata,... 'Apakah Anda menikmati makanan anda?'. Dan ada seorang yang berkata,... 'Kita bukan babi untuk menikmati'.
45:55 A: Oh, good Lord. A:Oh, demi Tuhan.
45:58 K: Seriously.

A: Yes. Exactly. I suppose he must feel very righteous. What he denied himself during the meal.
K:Serius.

A:Ya. Tepat sekali. Saya pikir dia pasti merasa sangat berbudi. Apa yang dia sangkal selama makan.
46:12 K: It is a question of attention, isn't it really, a question of attention, whether you are eating or whether you are observing pleasure. Attention, that's a thing we have to go into very, very deeply - I don't know if there is time now - what it means to attend? Whether we attend to anything at all, or it's only a superficial listening, hearing, seeing, which we call attending. Or the expression of knowledge in doing. Attention, I feel, has nothing to do with knowledge, or with action. In the very attending is action. I mean, one has to go into this again, question of 'What is action?'. Perhaps we can do it another day. K: Itu adalah suatu persoalan dari perhatian, bukankah itu sebenarnya... suatu persoalan dari perhatian, apakah anda sedang makan... atau apakah anda sedang mengamati kesenangan. Perhatian,... Itulah suatu hal yang harus kita masuki sangat, sangat dalam... - saya tidak tahu apakah ada waktu sekarang - apa arti dari menyimak? Apakah kita betu-betul pernah perhatikan sesuatu,... atau itu hanya secara dangkal saja mendengarkan, mendengar, melihat, yang kita sebut perhatian. Atau ekspresi dari pengetahuan di dalam aktivitas. Perhatian, saya rasa, sama sekali tidak ada hubungannya... dengan pengetahuan,... atau dengan tindakan. Dalam perhatian penuh itu juga adalah tindakan. Saya maksud, orang harus mendalami ini lagi,... pertanyaan 'Apakah tindakan itu?'. Mungkin bisa kita lakukan di hari lain.
47:38 A: Yes, I see a relation between what you've just said about action and what a few conversations ago we came to with the word 'movement'.

K: Yes.
A:Ya, saya melihat suatu hubungan antara... yang anda baru saja sebut tentang tindakan... dan beberapa percakapan yang lalu... kita bertemu dengan kata 'gerak'.

K:Ya.
47:57 A: On-going-ness. And when you were talking about standing and looking at the tree on the mountain. I remembered when I was in Rishikesh, I was staying at one of the ashrams there, actually the Vedanta Forest Academy, and when I got to my quarters, a monkey came and sat on the window sill with her little baby, and she looked full into my face, and I looked full into hers, but I think she looked fuller into mine. I had that strange feeling that I was actually a human being being... A:Keberlangsungan. Dan ketika Anda sedang membicarakan perihal... berdiri dan melihat pohon di gunung. Saya teringat ketika saya di Rishikesh,... saya tinggal di salah satu ashram di sana,... sebenarnya adalah The Vedanta Forest Academy,... dan ketika saya sampai di kamar saya,... seekor kera datang dan duduk di ambang jendela... dengan bayi kecilnya,... dan dia menatap penuh pada wajah saya, dan saya menatap penuh pada wajahnya,... tapi saya pikir dia melihat lebih penuh pada wajah saya. saya memiliki perasaan aneh itu... bahwa saya sesungguhanya seorang makhluk manusia yang sedang…
48:55 K: Investigated.

A: ...investigated, or as the students say today, being psyched out by this monkey. And it was a profound shock to me.
K:Diselidiki

A:…diselidiki,... atau seperti siswa-siswa mengatakannya kini,... sedang diintimidasi oleh kera ini. Dan itu keterkejutan yang mendalam bagi saya.
49:10 K: Talking of monkeys, sir, I was in Benares, at the place I go to usually, I was doing yoga exercises, half naked, and a big monkey, with black face and long tail, came and sat on the veranda. I had closed my eyes. I looked and there was this big monkey. She looked at me and I looked at her. A big monkey, sir. They are powerful things. And it stretched out its hand, so I walked up and held her hand, like that, held it. K:Berbicara mengenai kera, Tuan,... saya di Benares, tempat yang biasanya saya kunjungi,... saya melakukan latihan yoga, setengah telanjang,... dan seekor kera besar,... dengan wajah hitam dan ekor panjang, datang dan duduk di beranda. Saya telah menutup mata saya. Saya melihat dan ada kera besar ini. Dia melihat pada saya dan saya melihat padanya Seekor kera besar, Tuan. Mereka sangat kuat. Dan dia mengulurkan tangannya..., lalu saya berdiri dan memegang tangannya, seperti itu, memegangnya.
49:56 A: Held it. A:Memegangnya.
49:58 K: And it was rough, but very, very supple, extraordinarily supple. But rough. And we looked at each other. And it said... it wanted to come into the room. I said, look, I am doing exercises, I have little time, would you come another day? I kind of talked to it: come another day. So it looked at me, and I withdrew, went back. She stayed there for two or three minutes and gradually went away. K:Dan itu kasar, tapi sangat, sangat luwes,... luar biasa luwes. Tapi kasar. Dan kita saling memandang. Dan dia berkata…. dia ingin masuk ke dalam ruangan. Saya katakan, lihat. Saya sedang la- tihan, saya punya sedikit waktu,... Maukah kamu datang di hari lain? Saya seperti berbicara padanya: datanglah hari lain. Lalu dia melihat saya, dan saya menarik diri, kembali. Dia tinggal di situ selama 2-3 menit... dan berangsur pergi.
50:33 A: Marvellous, just marvellous! Complete act of attention between you. A:Menakjubkan, sangat menakjubkan! Tindakan penuh perhatian antara Anda dan dia.
50:40 K: There was no sense of fear. It wasn't afraid. I wasn't afraid. A sense of, you know... K:Tidak ada perasaan takut. Dia tidak takut. Saya tidak takut. Sebuah perasaan dari, anda tahu…
50:51 A: This reminds me of a story I read about Ramana Maharishi, how when he was a young man he went and lived in a tiger's cave. And it was occupied by the tiger. And the tiger would come back after the hunt in the early hours of the morning and sleep with him. To read that within the environs of our culture, well, it starts, you feel undone when you read that, if you think for a moment, you could allow yourself to believe it. But in the context of what we have been saying about the monkeys and this marvellous story you told me, I wish I could have shaken the hand of that little mother with her baby. I wasn't ready to. A:Ini mengingatkan saya pada sebuah cerita... yang saya baca tentang Ramana Maharishi, bagaimana ketika dia masih muda,... Dia pergi dan tinggal di sebuah gua macan. Dan itu dihuni oleh macan. Dan macan itu akan balik setelah berburu... di jam-jam dini pagi hari dan tidur bersama dia. Membaca itu dalam lingkungan budaya kita,... nah, mulailah Anda merasa tidak berdaya ketika anda membacanya,... jika anda berpikir sejenak,... Anda dapat membiarkan diri Anda untuk mempercayainya. Tapi dalam konteks... dari apa yang kita ceritakan tentang kera-kera... dan cerita yang menakjubkan ini yang Anda beritahukan saya,... saya berharap saya dapat menjabat tangan dari... ibu kera kecil itu dengan bayinya. Saya tidak siap untuk itu.
51:47 K: No, it was really... I don't know, there must have been a communication, there must have been a sense of friendship, you know, without any antagonism, without any fear. It looked at me, you know. And I think, attention is something not to be practised, not to be cultivated, go to a school to learn how to be attentive. That's what they do in this country and in other places, say, 'I don't know what attention is, I'm going to learn from somebody who will tell me how to get it'. Then it's not attention. K: Tidak, itu sungguh sesuatu... saya tidak tahu,... tentunya ada sebuah komunikasi,... tentunya ada suatu perasaan pertemanan, Anda tahu,... tanpa ada perlawanan apapun, tanpa rasa takut apapun. Dia memandang saya, Anda tahu. Dan Saya pikir, perhatian adalah se- suatu yang bukan untuk dilatih,... bukan untuk diolah,... pergi ke sekolah untuk belajar ba- gaimana menjadi penuh perhatian. Itu yang mereka lakukan di negara ini dan di tempat-tempat lain,... katakanlah, 'Saya tidak tahu perhatian itu apa,... saya akan belajar dari seseorang... yang akan memberitahu saya bagaimana cara mendapatkannya'. Maka itu bukan perhatian.
52:30 A: Speed reading, it's called. A:Membaca cepat, itu disebutnya.
52:33 K: Speed reading, yes.

A: A thousand words a minute.
K:Membaca cepat, ya.

A:Seribu kata per menit.
52:40 K: Sir, that's why I feel there is a great sense of care and affection in being attentive, which means diligently watching. That word 'diligent' comes from 'legere' - you know, of course - to read. To read exactly what it is, what is there. Not interpret, not translate it, not contrive to do something with it, but to read what is there. There is an infinite lot to see. There is tremendous lot to see in pleasure, as we saw. And to read it. And to read it you must be watchful, attentive, diligent care. But we are negligent. We say, yes, what's wrong with pleasure? K:Tuan, itulah mengapa saya rasa... ada perasaan peduli dan kasih sayang yang besar... dalam keadaan berperhatian,... yang artinya, secara 'diligent' (tekun) mengamati. Kata 'diligent' berasal dari 'legere'... - Anda tahu, tentunya - membaca. Membaca secara tepat apa adanya, apa yang ada di situ. Tidak menafsirkan, tidak menerjemahkannya,... Tidak dibuat-buat melakukan sesuatu dengan hal itu,... tapi membaca apa yang ada di sana. Ada jumlah yang tidak terbatas untuk dilihat. Ada banyak sekali untuk diamati da- lam kesenangan, selagi kita melihat. Dan membacanya. Dan membaca itu Anda harus waspada, penuh perhatian. tekun peduli. Tapi kita lalai. Kita katakan , ya, apa salahnya dengan kesenangan?
53:49 A: There's a colloquial remark in our tongue, when somebody wishes to secure attention, they will say, 'Do you read me?' That, of course, has been taken over in technology into a different aspect - but quite apart from what someone would be saying with earphones on in a plane - just common ordinary practice, sometimes a person will say that. A:Ada sebuah ucapan sehari-hari,... ketika seseorang berharap mendapat perhatian,... mereka akan berkata, 'Do you read me?' ( 'Anda membaca saya?' ). Itu, tentu saja, sudah diambil-alih oleh teknologi... dalam aspek yang berbeda. - tapi terlepas dari apa yang seseorang akan katakan... dengan earphone terpasang di dalam pesawat - hanya praktek umum yang biasa,... kadang-kadang seseorang akan berkata itu.
54:16 K: So that what we have done is really read this whole map. K:Sehingga apa yang sudah kita laku- kan adalah sesungguhnya membaca... seluruh peta ini.
54:23 A: Yes. A:Ya.
54:24 K: From the beginning of responsibility, relationship, fear, pleasure - all that. Just to observe this extraordinary map of our life. K:Dari awal tanggung-jawab, hubungan,... rasa takut, rasa senang, - semua itu. Hanya mengamati peta yang menakjubkan dari kehidupan kita ini.
54:42 A: And the beauty of it is that we've been moving within the concern for the question of the transformation of man, which is not dependent on knowledge or time, without getting worried about whether we are getting off the track. It is happening naturally. That, I take it, is not a surprise to you, of course, but I'm sure that it's shocking in terms of... A:Dan keindahan dari ini adalah bahwa,... kita telah bergerak dalam kepedulian... dari persoalan tentang transformasi dari manusia,... yang tidak bergantung pada pengetahuan atau waktu,... tanpa menjadi khawatir tentang... apakah kita akan keluar jalur. Itu terjadi secara alamiah. Itu, saya memaknainya, bukan suatu kejutan untuk Anda, tentu saja,... tapi saya yakin bahwa,… itu akan mengagetkan dalam hal…
55:18 K: And that's why, also, sir, it is right to live with the company of the wise. Be with a man who is really wise. Not these phoney people are wise, but real wisdom. Not bought in books, not attending classes where you are taught wisdom. Wisdom is something that comes with self-knowing. K:Dan itulah mengapa, juga, Tuan,... adalah baik untuk hidup dalam lingkungan orang bijak. Bersama dengan seorang yang benar-benar bijak. Bukan orang-orang palsu ini yang bijak, tapi kebijakan yang asli. Bukan membeli dalam buku-buku,... bukan menghadiri kelas-kelas di mana anda diajari kebijaksanaan. Kebijaksanaan adalah sesuatu yang datang dengan pemahaman-diri.
55:49 A: It reminds me of a hymn in the Veda that talks about the goddess of speech, who never appears except among friends. A:Itu mengingatkan saya akan sebuah nyanyian dari Veda... yang membicarakan tentang dewi-bicara, yang tidak pernah tampil kecuali di antara teman-teman.
56:00 K: Yes.

A: Marvellous. Actually that means that unless there is the care, the affection that you mentioned, that is continuous, concurrent with attention, there can be nothing but babble.
K:Ya.

A:Menakjubkan. Sebenarnya itu berarti bahwa,... kecuali bila ada kepedulian,... kasih sayang yang Anda sebutkan, yang berkelanjutan,... bersamaan dengan perhatian,... di situ tidak akan ada apa-apa kecuali ocehan.
56:23 K: Of course.

A: There can be verbal babble.
K:Tentu saja.

A:Bisa ada ocehan kata-kata.
56:27 K: Which the modern world is encouraging, you see. K:Yang dunia modern anjurkan, Anda lihat.
56:31 A: Yes. A:Ya.
56:34 K: Again, which means the superficial pleasures, not enjoyment. You follow? Superficial pleasures have become the curse. And to go behind that is one of the most difficult things for people to do. K: Sekali lagi, yang artinya kesenangan yang dangkal, bukan suka cita. Anda mengikuti? Kesenangan-kesenangan dangkal telah mejadi kutukan. Dan untuk pergi ke balik itu,... adalah salah satu yang paling sulit untuk dilakukan manusia.
56:56 A: Because it goes faster and faster.

K: That's just it.
A:Karena itu berjalan semakin cepat dan cepat.

K:Ya itulah.
57:00 A: It goes faster and faster. A:Itu berjalan makin cepat dan lebih cepat.
57:01 K: That's what is destroying the earth, the air. Everything they are destroying. There is a place I go to every year, in India, where there is a school: the hills are the oldest hills in the world. K:itulah yang menhancurkan bumi, udara. Semuanya mereka hancurkan. Ada sebuah tempat yang saya pergi setiap tahun,... di india, di mana ada sebuah sekolah:... bukit-bukit itu adalah yang tertua di dunia.
57:23 A: What a beautiful thing.

K: Nothing has been changed, no bulldozers, no new houses, it's an old place, with the old hills, and in amongst there is a school, with which I am connected, and so on. And you feel the enormity of time, the feeling of absolute non-movement. Which is civilisation, which is all this circus that is going on. And when you come there you feel this utter quietness, in which... time has not touched it. And when you leave it and come to civilisation you feel rather lost, a sense of what is all this about? Why is there so much noise about nothing? I think, that's why it is so odd and rather inviting, a great delight to see everything as is, including myself. To see what I am, not through the eyes of a professor, a psychologist, a guru, a book - just to see what I am, and to read what I am. Because all history is in me. You follow?

A: Of course. There is something immensely beautiful about what you have said. Do you think, in the next conversation we'll have we could talk about the relation of beauty to what you have said? Thank you so much.
A:Alangkah indahnya.

K: Tidak ada yang dirubah,... Tidak ada bulldozer,... Tidak ada rumah-rumah baru,... itu sebuah tempat yang tua, dengan bukit-bukit yang tua,... dan diantara itu ada sebuah sekolah,... dengan mana saya berafiliasi, dan seterusnya. Dan anda merasakan kebesaran dari waktu,... perasaan dari tanpa-gerak yang absolut. Yang adalah peradaban,... Yang adalah semua sirkus yang sedang berlangsung. Dan ketika Anda datang kesana Anda merasakan... keheningan yang lengkap ini,... dalam mana…. waktu tidak menyentuhnya. Dan ketika anda meninggalkannya dan kembali ke peradaban... Anda merasa agak tersesat,... sebuah perasaan tentang apakah semua ini? Mengapa begitu banyak kegaduhan tentang tiada apa-apanya? Saya pikir, itulah mengapa begitu janggal dan agak menawan,... suatu perasaan sukaria yang besar... untuk melihat semua itu seperti apa adanya,... termasuk diri saya. Untuk melihat apa diri saya ini,... bukan melalui mata seorang professor, seorang psikolog,... seorang guru, suatu buku - hanya melihat saya ini apa,... dan membaca saya ini apa. Karena seluruh sejarah ada di dalam diri saya. Anda mengikuti?

A:Tentu saja. Ada sesuatu yang amat indah... tentang apa yang telah Anda katakan. Apakah Anda pikir, di pembicaraan berikutnya yang akan kita adakan,... kita dapat bicara tentang... hubungan dari keindahan dengan apa yang anda telah katakan? Terima kasih banyak.