Krishnamurti Subtitles home


SD74CA9 - Duka-cita, gairah dan keindahan
Percakapan ke-9 dengan Allan W. Anderson
San Diego, USA
22 Februari 1974



0:38 Krishnamurti in Dialogue with Dr. Allan W. Anderson Krishnamurti dalam Dialog dengan Dr. Allan W. Anderson.
0:43 J. Krishnamurti was born in South India and educated in England. For the past 40 years he has been speaking in the United States, Europe, India, Australia, and other parts of the world. From the outset of his life's work he repudiated all connections with organised religions and ideologies and said that his only concern was to set man absolutely unconditionally free. He is the author of many books, among them The Awakening of Intelligence, The Urgency of Change, Freedom From the Known, and The Flight of the Eagle. This is one of a series of dialogues between Krishnamurti and Dr. Allan W. Anderson, who is professor of religious studies at San Diego State University where he teaches Indian and Chinese scriptures and the oracular tradition. Dr. Anderson, a published poet, received his degree from Columbia University and the Union Theological Seminary. He has been honoured with the distinguished Teaching Award from the California State University. J. Krishnamurti terlahir di India Selatan... dan memperoleh pendidikannya di Inggris. Selama 40 tahun yang lalu,... dia telah berbicara di Amerika Serikat,... Eropa, India, Australia, dan bagian-bagian dunia lainnya. Dari awal karya hidupnya,... dia menanggalkan semua hubungannya... dengan agama-agama dan ideologi- ideologi yang terorganisir... dan mengatakan bahwa satu- satunya keprihatinannya adalah... untuk membebaskan manusia secara absolut tanpa-terkondisi. Dia adalah pengarang dari banyak buku-buku,... di antaranya adalah The Awakening of Intelligence,... The Urgency of Change, Freedom From the Known,... dan The Flight of the Eagle. Ini adalah satu dari suatu seri dialog-dialog antara... Krishnamurti dan Dr. Allan W. Anderson,... yang adalah profesor dari studi religi... di San Diego State University,... di mana dia mengajar kitab- kitab suci India dan China... dan tradisi orakel. Dr. Anderson, seorang penyair,... menerima gelarnya dari Columbia University... dan Union Theological Seminary. Dia telah dianugrahi dengan Teaching Award yang terhormat... dari California State University.
1:49 A: Mr. Krishnamurti, in our last conversation together we had moved from speaking together concerning fear and the relation between that and the transformation of the individual person which is not dependent on knowledge or time, and from that we went to pleasure, and just as we reached the end of that conversation the question of beauty arose. And if it's agreeable with you, I should like very much for us to explore that together. A:Tuan Krishnamurti, dalam perbin- cangan bersama kita yang terakhir,... perbincangan besama kita telah bergerak dari perihal rasa takut... dan yang berkaitan dengan itu... dan transformasi dari seorang individu,... yang tidak bergantung pada pengetahuan atau waktu,... dan dari situ kita ke kesenangan,... dan begitu kita sampai pada akhir pembicaraan itu,... persoalan tentang keindahan muncul. Dan jika Anda setuju,... saya sangat ingin untuk kita menjelajahinya bersama-sama.
2:35 K: One often wonders why museums are so filled with pictures and statues. Is it because man has lost touch with nature and therefore has to go to these museums to look at other people's paintings - famous paintings and some of them are really marvellously beautiful? Why do the museums exist at all? I'm just asking. I'm not saying they should or should not. And I've been to many museums all over the world, taken around by experts, and I've always felt as though I was being shown around and looking at things that were so artificial for me, other peoples' expression, what they considered beauty. And I wondered what is beauty? Because when you read a poem of Keats, or really a poem that a man writes with his heart and with very deep feeling, he wants to convey something to you of what he feels, what he considers to be the most exquisite essence of beauty. And I have looked at a great many cathedrals, - as you must have - over Europe, and again, this expression of their feelings, their devotion, their reverence, in masonry, in rocks, in buildings, in marvellous cathedrals. And looking at all this I'm always surprised, when people talk about beauty, or write about beauty, whether it is something created by man, or something that you see in nature, or it has nothing to do with the stone, or with the paint, or with the word, but something deeply inward. And so, often, in discussing with so-called professionals, having a dialogue with them, it appears to me that it is always somewhere out there, the modern painting, modern music, the pop, and so on, so on, it's always somehow so dreadfully artificial. I may be wrong. So what is beauty? Must it be expressed? That's one question. Does it need the word, the stone, the colour, the paint? Or it is something that cannot possibly be expressed in words, in a building, in a statue? So if we could go into this question of what is beauty. I feel, to really go into it very deeply, one must know what is suffering. Or understand what is suffering, because without passion you can't have beauty. Passion in the sense, not lust, not... the passion that comes when there is immense suffering. And the remaining with that suffering, not escaping from it, brings this passion. Passion means the abandonment, the complete abandonment of the 'me,' of the self, the ego. And therefore a great austerity, not the austerity of... - the word means ash, severe, dry, which the religious people have made it into - but rather the austerity of great beauty. K:Orang seringkali bertanya-tanya... mengapa musium-musium begitu dipenuhi,... dengan lukisan-lukisan dan patung-patung. Apakah karena manusia telah kehi- langan sentuhan dengan alam... dan oleh karena itu harus pergi ke musium-musium ini... untuk melihat-lihat lukisan-lukisan orang lain... - lukisan-lukisan terkenal... dan beberapa di antaranya benar- benar menakjubkan indahnya? Mengapa musium-musium itu ada ? Saya hanya bertanya. Saya tidak berkata... mereka seharusnya atau tidak seharusnya ada. Dan saya telah pergi ke banyak musium-musium di seluruh dunia,... dipandu oleh para ahli, dan saya selalu merasa... sepertinya saya dipandu... dan melihat-lihat benda-benda yang bagi saya begitu artifisial,... ekspresi dari orang lain, apa yang mereka anggap keindahan. Dan saya bertanya-tanya apakah keindahan itu ? Karena ketika Anda membaca sebuah syair dari Keats,... atau benar-benar sebuah syair... yang ditulis seorang manusia dengan hatinya... dan dengan perasaan sangat mendalam,... ia ingin menyampaikan sesuatu kepada Anda, apa yang ia rasakan,... apa yang ia anggap yang paling... elok dari inti keindahan. Dan saya telah melihat amat banyak katedral-katedral hebat,... - seperti juga Anda, - di seluruh Eropa,... dan lagi-lagi, ekspresi dari perasaan mereka ini,... pengabdian mereka, penghormatan mereka,... dalam perbatuan, dalam batu-batu karang,... dalam bangunan-bangunan, dalam katedral-katedral yang mengagumkan. Dan melihat semua ini,... saya selalu terheran-heran, ketika orang membicarakan keindahan,... atau menulis tentang keindahan, apakah itu sesuatu yang diciptakan oleh manusia,... atau sesuatu yang Anda lihat di alam,... atau yang tidak ada hubungannya dengan batu,... atau dengan cat, atau dengan kata, tetapi sesuatu yang dalam di batin. Dengan demikian, seringkali, dalam diskusi... dengan yang dinamakan para profesional,... berdialog dengan mereka,... tampak pada diri saya bahwa itu selalu ada di luar sana,... lukisan modern, musik modern,... lagu pop, dan seterusnya, dan seterusnya, itu selalu... bagaimanapun begitu sangat tidak-alamiah. Saya mungkin saja salah. Jadi apakah keindahan itu? Haruskah itu diekspresikan? Itu salah satu pertanyaan. Apakah itu membutuhkan kata, batu, warna, cat? Atau itu adalah sesuatu yang tidak mungkin dapat diekspresikan... dalam kata-kata, dalam sebuah bangunan, dalam sebuah patung? Jadi jika dapat, kita selami pertanyaan apakah keindahan itu. Saya merasa, untuk benar-benar menyelaminya sangat dalam,... orang harus mengenal apakah penderitaan itu. Atau memahami apakah penderitaan itu,... sebab tanpa gairah,... Anda tidak dapat memiliki keindahan. Gairah dalam arti, bukan nafsu, bukan... gairah yang datang ketika ada penderitaan yang sangat besar. Dan tetap dalam penderitaan itu,... tidak melarikan diri darinya, membawa gairah ini. Gairah berarti meninggalkan,... meninggalkan sepenuhnya si 'aku', si diri pribadi, si ego. Dan oleh karena itu, suatu kesederhanaan besar (austerity),... bukan kesederhanaan dari... - kata ini berarti abu, amat sederhana, kering,... yang orang-orang religius telah membuatnya demikian - melainkan kesederhanaan dari keindahan besar.
8:53 A: Yes, I'm following you, I really am. A:Ya, saya mengikuti Anda, saya benar-benar mengikuti.
8:57 K: A great sense of dignity, beauty, that is essentially austere. And to be austere, not verbally or ideologically, being austere means total abandonment, letting go of the 'me'. And one cannot let that thing take place if one hasn't deeply understood what suffering is. Because passion comes from the word 'sorrow'. I don't know if you have gone into it, looked into that word, the root meaning of the word 'passion' is sorrow, from suffering. K:Suatu perasaan martabat yang besar, keindahan,... yang pada dasarnya adalah amat sederhana. Dan menjadi sederhana,... bukan secara verbal, atau secara ideologis,... dalam keadaan sederhana berarti total ditinggalkannya,... dilepaskannya si 'aku'. Dan orang tidak dapat memungkinkan hal itu terjadi... jika ia tidak secara mendalam memahami apakah penderitaan itu. Sebab 'passion' (gairah) datang dari kata 'sorrow' (duka). Saya tidak tahu apakah Anda telah menyelidikinya,... memeriksa kata itu,... arti akar kata 'passion' (gairah) adalah sorrow (duka),... dari menderita.
9:58 A: To feel.

K: To feel. You see, sir, people have escaped from suffering. I think it is very deeply related to beauty - not that you must suffer!
A:Merasakan.

K:Merasakan. Anda lihat, Tuan, orang-orang telah melarikan diri dari penderitaan. Saya pikir hal itu sangat mendalam berhubungan dengan keindahan... - bukan berarti bahwa Anda harus menderita!
10:19 A: Not that you must suffer but - yes. A:Bukan berarti bahwa Anda harus menderita, tetapi - ya.
10:21 K: That is, no, we must go a little more slowly. I am jumping too quickly. First of all, we assume we know what beauty is. We see a Picasso, or a Rembrandt, or a Michelangelo, and we think, 'How marvellous that is'. We think we know. We have read it in books, the experts have written about it, and so on. One reads it and says, yes. We absorb it through others. But if one was really enquiring into what is beauty, there must be a great sense of humility. Now, I don't know what beauty is, actually. I can imagine what beauty is. I've learned what beauty is. I have been taught in schools, in colleges, in reading books, and going on tours, guided tours, and all the rest, visiting thousands of museums, but actually to find out the depth of beauty, the depth of colour, the depth of feeling, the mind must start with a great sense of humility: I don't know. Really one doesn't know what meditation is. One thinks one knows. When we discuss meditation we will come to it. So one must start, I feel, if one is enquiring into beauty, with a great sense of humility, not knowing. That very 'not knowing' is beautiful. K:Berarti, tidak, kita harus berjalan sedikit lebih perlahan. Saya sedang melompat terlalu cepat. Pertama-tama, kita anggap kita tahu apakah keindahan itu. Kita melihat sebuah Picasso, atau Rembrandt, atau Michelangelo,... dan kita berpikir, 'Betapa mengagumkannya'. Kita berpikir kita tahu. Kita telah membacanya dalam buku-buku,... para ahli telah menulis perihal itu, dan seterusnya. Orang membacanya dan berkata, ya. Kita menyerapnya melalui orang-orang lain. Tetapi jika orang benar-benar menyelidiki apakah keindahan itu,... mesti ada suatu kerendahan hati yang besar. Sekarang, saya tidak tahu apakah keindahan itu, dengan sesungguhnya. Saya dapat membayangkan apakah keindahan itu. Saya telah belajar apakah keindahan itu. Saya telah diajarkan... di sekolah, di perguruan tinggi,... dalam membaca buku-buku, dan dalam berdarmawisata,... darmawisata yang dipandu, dan lain sebagainya,... mengunjungi ribuan musium,... tetapi sesungguhnya untuk menemukan kedalaman dari keindahan,... kedalaman dari warna, kedalaman dari perasaan,... batin harus mulai dengan rasa kerendahan hati yang besar:... Saya tidak tahu. Seseorang benar-benar tidak tahu apakah meditasi itu. Ia berpikir bahwa ia tahu. Bila kita mendiskusikan meditasi kita akan ke hal itu. Jadi orang harus mulai, saya rasa,... jika orang menyelidiki ke dalam keindahan,... dengan suatu rasa kerendahan hati, dengan tidak mengetahui. Justru 'Tidak tahu' itu adalah indah.
12:39 A: Yes, yes, I've been listening and I've been trying to open myself to this relation that you are making between beauty and passion. A:Ya, ya, saya telah mendengar dan... Saya telah mencoba membuka diri saya pada hubungan ini,... yang Anda buat antara keindahan dan gairah.
13:02 K: You see, sir, let's start, right? Man suffers, not only personally, but there is immense suffering of man. It is a thing that is pervading the universe. Man has suffered physically, psychologically, spiritually, in every way, for centuries upon centuries. The mother cries because her son is killed, the wife cries because her husband is mutilated in a war or accident - there is tremendous suffering in the world. I don't think people are aware or even feel this immense sorrow that is in the world. They are so concerned with their own personal sorrow, they overlook the sorrow that a poor man in a little village, in India, or in China, or in the Eastern world, where they never possibly have a full meal, clean clothes, comfortable bed. And there is this sorrow of thousands of people being killed in war. Or, in the totalitarian world, millions being executed for ideologies, tyranny, the terror of all that. So there is all this sorrow in the world. And there is also the personal sorrow. And without really understanding it very, very deeply and resolving it, passion won't come out of sorrow. And without passion, how can you see beauty? You can intellectually appreciate a painting, or a poem, or a statue, but you need this great sense of inward bursting of passion, exploding of passion. That creates in itself the sensitivity that can see beauty. So it is, I think, rather important to understand sorrow. I think it is related - beauty, passion, sorrow. K:Anda lihat, Tuan, marilah kita mulai, benar ? Manusia menderita, bukan saja secara pribadi,... tetapi ada penderitaan luar biasa dari manusia. Itu adalah sesuatu yang meliputi alam semesta. Manusia telah menderita secara fisik, psikologis, spiritual,... dalam segala cara, selama berabad-abad. Si ibu menangis disebabkan anaknya terbunuh,... si istri menangis sebab suaminya tercabik-cabik dalam peperangan,... atau kecelakaan - ada penderitaan dahsyat di dunia. Saya tidak berpikir orang-orang waspada... atau bahkan merasakan duka-cita yang sangat besar ini di dunia. Mereka begitu risau dengan duka- cita pribadi mereka sendiri,... mereka tidak melihat duka-cita... bahwa seorang miskin di desa kecil, di India,... atau di Tiongkok, atau di Dunia Timur,... di mana mereka tidak mungkin pernah mendapatkan makanan yang lengkap,... pakaian yang bersih, tempat tidur yang nyaman. Dan ada duka ini,... dari ribuan orang yang terbunuh dalam peperangan. Atau, dalam dunia yang totaliter,... jutaan orang dibunuh demi ideologi,... tirani, teror dari semua itu. Jadi ada semua duka ini di dunia. Dan ada juga duka pribadi. Dan tanpa benar-benar memahaminya dengan amat, amat dalam... dan memecahkannya,... gairah tidak akan keluar dari duka. Dan tanpa gairah, bagaimana Anda dapat melihat keindahan? Anda dapat menghargai secara intelektual... sebuah lukisan, atau sebuah syair, atau sebuah patung,... tetapi Anda membutuhkan rasa yang besar dari... letusan batiniah dari gairah,... ledakan gairah. Yang menciptakan dalam dirinya sendiri,... kepekaan yang dapat melihat keindahan. Jadi saya pikir, amat penting untuk memahami duka. Saya pikir ini berhubungan - keindahan, gairah, duka.
16:24 A: I'm interested in the order of those words. Beauty, passion, sorrow. If one is in relation to the transformation we have been speaking about, to come to beauty, I take it, it's a passage from sorrow to passion to beauty. A:Saya tertarik dengan urutan dari kata-kata itu. Keindahan, gairah, duka. Jika orang berhubungan dengan perubahan,... yang telah kita perbincangkan,... untuk datang pada keindahan, saya anggap,... itu adalah suatu lintasan dari duka ke gairah ke keindahan.
16:47 K: That's right, sir.

A: Yes, yes. Please do go on. I understand.
K:Itu benar, Tuan.

A:Ya, ya. Silahkan teruskan. Saya mengerti.
16:54 K: You see, in the Christian world - if I am not mistaken - sorrow is delegated to a person, and through that person we somehow escape from sorrow, that is, we hope to escape from sorrow. And in the Eastern world sorrow is rationalised through the statement of karma. You know the word 'karma' means to do. And they believe in karma. That is, what you have done in the past life you pay for in the present or reward in the present, and so on, so on. So there are these two categories of escapes. And there are thousand escapes - whiskey, drugs, sex, going off to attend the Mass, and so on, so on. Man has never stayed with a thing. He has always either sought comfort in a belief, in an action, in identification with something greater than himself, and so on, so on, but he has never said, 'Look, I must see what this is, I must penetrate it and not delegate it to somebody else. I must go into it, I must face it, I must look at it, I must know what it is'. So, when the mind doesn't escape from this sorrow, either personal or the sorrow of man, if you don't escape it, if you don't rationalise it, if you don't try to go beyond it, if you are not frightened of it, then you remain with it. Because any movement from 'what is', or any movement away from 'what is', is a dissipation of energy. It prevents you actually understanding 'what is'. The 'what is' is sorrow. And we have means, and ways, and cunning development of escapes. Now, if there is no escape whatsoever, then you remain with it. I do not know if you have ever done it. Because in everyone's life there is an incident that brings you tremendous sorrow, a happening. It might be an incident, a word, an accident, a shattering sense of absolute loneliness, and so on. These things happen, and with that comes the sense of utter sorrow. Now, when the mind can remain with that, not move away from it, out of that comes passion. Not the cultivated passion, not the artificial trying to be passionate, but the movement of passion is born out of this non-withdrawal from sorrow. It is the total... completely remaining with that. K:Anda lihat, di dunia Kristen - jika saya tidak salah - duka dilimpahkan ke seseorang,... dan melalui orang itu kita entah bagaimana lepas dari duka,... yaitu, kita berharap melarikankan diri dari duka. Dan di Dunia Timur duka dirasionalisasikan... melalui pernyataan dari karma. Anda tahu kata 'karma' berarti melakukan. Dan mereka percaya pada karma,... yaitu, apa yang telah Anda perbuat di kehidupan masa lalu,... Anda membayarnya di saat ini atau imbalan di saat ini, dan seterusnya,seterusnya. Jadi, ada dua kategori pelarian diri ini. Dan ada ribuan pelarian diri - wiski, narkoba, seks,... pergi mengunjungi Misa, dan seterusnya, seterusnya. Manusia tidak pernah tinggal diam dengan sesuatu. Ia selalu entah mencari kenyamanan... dalam suatu kepercayaan, dalam suatu tindakan,... dalam identifikasi dengan sesuatu... yang lebih besar dari dirinya, dan seterusnya, seterusnya,... tetapi ia tidak pernah berkata, 'Li- hat, saya harus melihat apa ini,... saya harus menyelaminya... dan tidak melimpahkannya kepada seseorang lain. Saya harus menyelaminya, saya harus menghadapinya,... saya harus memandangnya, saya harus tahu itu apa'. Jadi, ketika batin tidak melarikan diri dari duka ini,... baik yang pribadi atau duka dari manusia,... jika Anda tidak melarikan diri darinya,... jika Anda tidak merasionalisasikannya,... jika Anda tidak mencoba ke luar darinya,... jika Anda tidak takut terhadap itu,... maka Anda berada bersamanya. Sebab gerak apapun dari 'apa adanya',... atau gerak apapun yang menjauh dari 'apa adanya',... adalah suatu pemborosan energi. Itu mencegah Anda sesungguhnya memahami 'apa adanya'. 'Apa adanya' adalah duka. Dan kita mempunyai sarana, dan cara-cara,... dan pengembangan pelarian yang cerdik. Sekarang, jika tidak ada pelarian apa pun,... maka Anda berada bersamanya. Saya tidak tahu apakah Anda pernah melakukannya. Sebab dalam kehidupan setiap orang,... ada suatu kejadian yang membawa ke Anda duka-cita sangat hebat,... suatu peristiwa. Hal itu mungkin saja suatu peristi- wa, suatu kata, suatu kecelakaan,... suatu perasaan kehancuran dari kesepian yang mutlak,... dan seterusnya. Hal-hal ini terjadi,... dan bersamanya datanglah duka yang amat sangat. Sekarang, ketika batin dapat berada bersamanya,... tidak bergerak menjauh darinya,... dari situ datanglah gairah. Bukan gairah yang dipupuk,... bukan usaha artifisial untuk bergairah,... tetapi gerak dari gairah... yang lahir dari bukan-penarikan diri dari duka ini. Itu adalah total... selengkapnya berada bersamanya.
21:21 A: I am thinking that we also say when we speak of someone in sorrow, that they are disconsolate. A:Saya sedang berpikir bahwa kita juga berkata,... ketika kita berkata prihal seseorang yang dalam duka,... bahwa mereka putus asa.
21:31 K: Yes. Disconsolate.

A: Disconsolate, and immediately we think that the antidote to that is to get rid of the 'dis', not to stay with the 'dis'. And, in an earlier conversation, we spoke about two things related to each other in terms of opposite sides of the same coin, and while you have been speaking I've been seeing the interrelation in a polar sense between action and passion. Passion being able to undergo, able to be changed. Whereas action is doing to effect change. And this would be the movement from sorrow to passion at the precise point, if I have understood you correctly, where I become able to undergo what is there.
K:Ya. Putus asa.

A:Putus asa,... dan dengan segera kita pikir bahwa penangkalnya... adalah membuang keputusasaan... bukan tetap bersama keputusasaan. Dan, dalam pembicaraan sebelumnya,... kita berbicara tentang dua hal yang saling berhubungan dalam hal... sisi yang berlawanan dari mata uang yang sama,... dan sementara Anda sedang berbicara,... saya telah melihat saling keterkait- annya dalam hakekat berlawanan,... antara tindakan dan gairah. Gairah yang dapat dialami, dapat diubah. Sedangkan tindakan adalah perbuatan untuk melakukan perubahan. Dan ini akan menjadi gerak dari duka ke gairah... tepat pada titik, jika saya telah memahami Anda dengan benar,... di mana saya dapat mengalami apa yang ada di situ.
22:35 K: So, when there is no escape, when there is no desire to seek comfort away from 'what is', then out of that absolute, inescapable reality comes this flame of passion. And without that there is no beauty. You may write endless volumes about beauty, or be a marvellous painter, but without that inward quality of passion which is the outcome of great understanding of sorrow, I don't see how beauty can exist. Also, one observes, man has lost touch with nature. K:Jadi, ketika tidak ada pelarian diri,... ketika tidak ada hasrat untuk mencari kenyamanan,... menjauh dari 'apa adanya',... maka dari realitas absolut, tidak terelakkan itu,... datang nyala api gairah ini. Dan tanpa itu, tidak ada keindahan. Anda boleh saja banyak menulis tanpa akhir tentang keindahan, atau menjadi seorang pelukis yang hebat,... tetapi tanpa mutu gairah batiniah itu,... yang adalah hasil dari pemahaman besar dari duka,... saya tidak melihat bagaimana keindahan itu dapat ada. Juga, seseorang mengamati,... manusia telah kehilangan sentuhan dengan alam.
23:40 A: Oh yes. A:Oh ya.
23:41 K: Completely, specially in big towns, and even in small villages, towns, and hamlets, man is always outwardly going, outward, pursued by his own thoughts, and so he has more or less lost touch with nature. Nature means nothing to him: 'Yes, it's very nice, very beautiful'. Once I was standing with a few friends and my brother many years ago at the Grand Canyon, looking at the marvellous thing, incredible, the colours, the depth and the shadows. And a group of people came, and one lady says, 'Yes, isn't it marvellous', and the next says, 'Let's go and have tea'. And off they trotted, back to the house. You follow? That is what is happening in the world. We have lost completely touch with nature. We don't know what it means. And also we kill. You follow me? We kill for food, we kill for amusement, we kill for what is called sport. I won't go into all that. So there is this lack of intimate relationship with nature. K:Sama sekali, khususnya di kota-kota besar,... dan bahkan di desa-desa kecil,... kota-kota kecil, dan di dusun-dusun kecil,.. batin manusia selalu bergerak di luar,... dikejar oleh pikiran-pikirannya sendiri,... dan dengan demikian ia telah sedikit banyak... kehilangan sentuhan dengan alam. Alam tidak berarti apa-apa baginya:... 'Ya, itu sangat bagus, sangat indah'. Pernah saya sedang berdiri dengan beberapa teman dan saudara saya,... banyak tahun yang lalu di Grand Canyon,... memandang ke yang mengagumkan itu, luar biasa,... warna-warnanya, kedalamannya dan bayang-bayang. Dan sekelompok orang datang, dan seorang wanita berkata,... Ya, bukankah itu mengagumkan',... dan yang lainnya berkata, 'Mari kita pergi dan minum teh'. Dan dengan berlari kecil, mereka kembali ke rumah. Anda mengikuti? Itulah apa yang sedang terjadi di dunia. Kita telah sepenuhnya kehilangan sentuhan dengan alam. Kita tidak tahu apa artinya. Dan juga kita membunuh. Anda mengikuti saya? Kita membunuh demi makanan, kita membunuh demi hiburan,... kita membunuh demi apa yang dinamakan oleh raga. Saya tidak akan menyelami semua itu. Jadi ada kekurangan hubungan erat ini dengan alam.
25:17 A: I remember a shock, a profound shock that I had in my college days. I was standing on the steps of the administration building and watching a very, very beautiful sunset, and one of my college acquaintances asked me what I was doing, and I said, 'Well, I am not doing anything, I'm looking at the sunset'. And you know what he said to me? This so shocked me that it's one of those things that you never forget. He just said, 'Well, there's nothing to prevent it, is there?' A:Saya ingat suatu kejutan, suatu kejutan yang sangat besar,... yang saya alami dalam masa mahasiswa saya. Saya sedang berdiri di tangga gedung administrasi... dan mengamati suatu matahari ter- benam yang sangat, sangat indah,... dan salah satu kenalan mahasiswa saya... bertanya kepada saya apa yang sedang saya lakukan,... dan saya berkata, 'Yah, saya tidak sedang melakukan apa-apa,... saya sedang memandang matahari terbenam'. Dan Anda tahu apa yang ia katakan kepada saya? Ini begitu mengejutkan saya,... itu salah satu hal yang tidak pernah Anda lupakan. Ia hanya berkata,... 'Yah, tidak ada yang bisa mencegahnya, bukan ?'
25:58 K: Nothing?

A: Nothing to prevent it, is there? Yes, I know. I follow you.
K:Tidak ada?

A:Tidak ada yang bisa menccegahnya, bukan ? Ya, saya tahu. Saya ikuti anda.
26:06 K: So, sir, you see, we are becoming more and more artificial, more and more superficial, more and more verbal, a linear direction, not vertical at all, but linear. And so naturally, artificial things become more important: theatres, cinemas, you know, the whole business of modern world. And very few have the sense of beauty in themselves, beauty in conduct. You understand, sir?

A: Oh yes.
K:Jadi, Tuan, Anda lihat,... kita makin lama makin menjadi artifisial,... makin lama makin superfisial,... makin lama makin lebih verbal,... suatu arah yang linear,... sama sekali tidak vertikal, tetapi linear. Dan tentu saja, hal-hal yang artifisial menjadi lebih penting:... teater-teater, bioskop-bioskop,... Anda tahu, seluruh urusan dunia modern. Dan sangat sedikit yang mempunyai rasa keindahan dalam diri mereka,... keindahan dalam tingkah laku. Anda mengerti, Tuan?

A:Oh ya.
27:06 K: Beauty in behaviour. Beauty in the usage of their language, the voice, the manner of walking, the sense of humility - with that humility everything becomes so gentle, quiet, full of beauty. We have none of that. And yet we go to museums, we are educated with museums, with pictures, and we have lost the delicacy, the sensitivity of the mind, the heart, the body, and so when we have lost this sensitivity, how can we know what beauty is? And when we haven't got sensitivity, we go off to some place to learn to be sensitive. You know this.

A: Oh, I do.
K:Keindahan dalam tingkah laku. Keindahan dalam memakai bahasa mereka,... suara, cara berjalan,... perasaan rendah hati... - dengan perasaan rendah hati itu segala sesuatu menjadi... begitu lemah lembut, tenang, penuh dengan keindahan. Kita tidak mempunyai satu pun dari itu. Namun kita pergi ke musium-musium,... kita dididik dengan musium-musium, dengan lukisan-lukisan, dan kita telah kehilangan kehalusan,... kepekaan batin, hati, tubuh,... dan dengan demikian ketika kita telah kehilangan kepekaan ini,... bagaimana kita dapat tahu apakah keindahan itu? Dan ketika kita tidak mempunyai kepekaan,... kita pergi ke suatu tempat untuk belajar menjadi peka. Anda tahu ini.

A:Oh, saya tahu.
28:06 K: Go to a college, or some ashram, or some rotten hole, and there I am going to learn to be sensitive. Sensitive through touch, through... you know. That becomes disgusting. So, now how can we... as you are a professor and teacher, how can you, sir, educate - it becomes very, very important - the students to have this quality? Therefore one asks, what is it we are educated for? What are we being educated for? Everybody is being educated. 90% of the people probably in America are being educated, know what to read and write, and all the rest of it, what for? K:Pergi ke perguruan tinggi,... atau suatu ashram tertentu, atau suatu lubang busuk,... dan di situ saya akan belajar menjadi peka. Peka melalui sentuhan, melalui ... Anda tahu. Itu menjadi menjijikkan. Jadi, sekarang bagaimana kita dapat,... karena anda seorang profesor dan guru,... bagaimana Anda dapat, Tuan, mendidik... -hal ini menjadi amat, sangat penting - siswa-siswa untuk mempunyai kualitas ini ? Oleh karena itu seseorang ber- tanya, untuk apa kita dididik ? Untuk apakah kita dididik? Setiap orang dididik. 90% rakyat di Amerika barangkali dididik,... untuk tahu bagaimana membaca dan menulis, dan lain sebagainya. untuk apa ?
29:14 A: And yet, it's a fact, at least in my experience of teaching, class after class, year after year, that with all this proliferation of publishing and so-called educational techniques, students are without as much care to the written word and the spoken word as was the case that I can distinctly remember years ago. Now perhaps other teachers have had a different experience, but I've watched this in my classes, and the usual answer that I get when I speak to my colleagues about this is: well, the problem is in the high schools. And then you talk to a poor high school teacher, and he puts it on the poor grade school. So we have poor grade school, poor high school, poor college, poor university, because we are always picking up where we left off, which is a little lower next year than where it was before. A:Namun demikian, adalah fakta,... setidaknya menurut pengalaman saya dalam mengajar,... kelas demi kelas, tahun demi tahun,... bahwa dengan semua perkembang- biakan penerbitan ini... dan apa yang dinamakan teknik mendidik,... siswa sama tanpa banyak perdulinya... terhadap kata yang ditulis dan kata yang diucapkan... seperti halnya yang dapat saya... ingat dengan jelas bertahun- tahun yang lalu. Sekarang barangkali guru-guru lain... mempunyai suatu pengalaman yang berbeda,... tetapi saya telah mengamati ini di kelas-kelas saya,... dan jawaban lazim yang saya dapatkan... ketika saya membicarakan dengan kolega-kolega saya adalah :... yah, masalahnya adalah di sekolah menegah. Dan kemudian anda berbicara dengan... seorang guru sekolah menengah yang malang,... dan ia meletakkan masalahnya pada sekolah dasar yang jelek. Jadi kita mempunyai sekolah dasar yang jelek,... sekolah menengah yang jelek,... perguruan tinggi yang jelek, universitas yang jelek,... sebab kita selalu... memulai baru dari titik yang sebelumnya kita tinggalkan,... yang adalah sedikit lebih rendah tahun berikutnya... daripada di mana itu sebelumnya berada.
30:18 K: Sir, that's why when I have talked at various universities, and so on, so on. I've always felt: what are we being educated for? To just become glorified clerks? K:Tuan, itulah mengapa... ketika saya berbicara di berbagai universitas,... dan seterusnya, seterusnya. Saya selalu merasa: untuk apa kita dididik? Untuk hanya sekedar menjadi juru tulis yang dimuliakan?
30:36 A: That's what it turns out to be.

K: Of course it is. Glorified business men and God knows what else. What for? I mean, if I had a son, that would be a tremendous problem for me. Fortunately, I haven't got a son, but it would be a burning question to me: what am I to do with the children that I have? To send to all these schools where they are taught nothing but just how to read, and write a book, and how to memorise, and forget the whole field of life? They are taught about sex and reproduction, and all that kind of stuff. But what? So I feel, sir, I mean to me this is a tremendously important question, because I am concerned with several schools in India, and in England there is one, and we are going to form one here in California. It is a burning question: what is it that we are doing with our children? Making them into another robot or into other clever, cunning clerks, great scientists who invent this or that, and then be ordinary, cheap, little human beings, with shoddy minds. You follow, sir?

A: I am, I am.
A:Itulah jadinya.

K:Tentu saja. Pengusaha yang dimuliakan dan hanya Tuhan yang tahu apa lagi lainnya. Untuk apa? Saya maksudkan, jika saya mempunyai seorang putra,... itu akan menjadi suatu masalah besar bagi saya. Untungnya, saya tidak mempunyai seorang putra,... tetapi hal itu akan menjadi suatu masalah yang membara bagi saya:... apa yang saya harus lakukan dengan anak-anak saya ? Mengirim mereka ke semua sekolah-sekolah ini... di mana mereka tidak diajarkan apapun selain hanya... bagaimana membaca, dan menulis buku, dan bagaimana menghafal,... dan melupakan seluruh bidang kehidupan? Mereka diajarkan tentang seks dan reproduksi,... dan segala rupa bahan-bahan seperti itu. Tetapi apa? Jadi saya rasa, Tuan,... saya maksudkan, bagi diri saya, ini adalah suatu... persoalan yang teramat penting,... sebab saya perduli dengan beberapa sekolah di India,... dan di Inggris ada satu,... dan kita akan membangun satu di sini di California. Ini adalah suatu persoalan yang membara:... apa yang akan kita lakukan dengan anak-anak kita? Membuat mereka menjadi robot yang lain... atau menjadi juru tulis lainnya yang pintar, yang cerdik,... ilmuwan-ilmuwan besar yang menemukan ini atau itu,... dan kemudian menjadi manusia yang biasa-biasa saja, murahan, picik,... dengan batin yang bobrok. Anda mengikuti, Tuan?

A:Ya, ya.
32:15 K: So, when you talk about beauty, can a human being tell another, educate another to grow in beauty, grow in goodness, to flower in great affection and care? Because if we don't do that, we are destroying the earth, as it is happening now, polluting the air. We human beings are destroying everything we touch. So this becomes a very, very serious thing when we talk about beauty, when we talk about pleasure, fear, relationship, order, and so on - all that, none of these things are being taught in any school! K:Jadi, ketika anda membicarakan keindahan,... dapatkah seorang manusia memberitahukan orang lain,... mendidik orang lain untuk tumbuh dalam keindahan,... tumbuh dalam kebaikan,... berkembang dalam kasih sayang dan keperdulian yang besar? Sebab jika kita tidak melakukan itu, kita sedang merusak bumi,... seperti yang terjadi sekarang, mengotori udara. Kita makhluk manusia sedang merusak segala sesuatu yang kita sentuh. Jadi ini menjadi hal yang amat, amat serius... ketika kita berbicara tentang keindahan,... ketika kita berbicara tentang kesenangan,... rasa takut, hubungan, ketertiban, dan seterusnya - semua itu,... tidak ada satupun dari hal-hal ini diajarkan di sekolah manapun!
33:26 A: No. I brought that up in my class yesterday, and I asked them directly that very question. And they were very ready to agree that here we are, we are in an upper division course, and we had never heard about this. A:Tidak. Saya kemukakan itu di kelas saya kemarin,... dan saya menanyakan kepada mereka secara langsung masalah itu. Dan mereka sangat siap menyetujuinya bahwa demikianlah keadaan kita,... kita berada dalam suatu kursus tingkat atas,... dan kita tidak pernah mendengar hal ini.
33:48 K: Tragic, you follow, sir?

A: And furthermore, we don't know whether we are really hearing it for what it really is, because we haven't heard about it, we have got to go through that yet to find out whether we are really listening.
K:Tragis, Anda mengikuti, Tuan?

A:Dan lagi pula,... kita tidak tahu apakah kita benar-benar mendengarkan... sebenarnya itu apa, sebab kita belum pernah mendengarnya,... kita masih harus belajar... untuk menemukan apakah kita benar-benar mendengarkan.
34:01 K: And whether the teacher, or the man who is a professor is honest enough to say, 'I don't know. I am going to learn about all this'. So sir, that is why Western civilisation - I am not condemning it, just observing - Western civilisation is mainly concerned with commercialism, consumerism, and a society that is immoral. And when we talk about the transformation of man - not in the field of knowledge or in the field of time, but beyond that - who is interested in this? You follow, sir? Who really cares about it? Because the mother goes off to her job, earns a livelihood, the father goes off, and the child is just an incident. K:Dan apakah guru, atau orang yang adalah seorang profesor,... cukup jujur untuk berkata, 'Saya tidak tahu. Saya akan mempelajari perihal semua ini'. Jadi Tuan, itu sebabnya mengapa peradaban Barat... - saya tidak menyalahkannya, hanya mengamati - peradaban Barat terutama perduli... dengan komersialisme, konsumerisme,... dan suatu masyarakat yang tidak bermoral. Dan ketika kita membicarakan transformasi dari manusia... bukan dalam bidang pengetahuan atau dalam medan waktu,... tetapi diluar itu -... siapa yang tertarik dengan ini? Anda mengikuti, tuan? Siapa yang benar-benar perduli tentang itu? Sebab si ibu berangkat ke pekerjaannya,... memperoleh nafkahnya, si ayah berangkat,... dan si anak hanyalah sesuatu yang tidak penting.
35:14 A: Now, as a matter of fact, I know this will probably appear like an astonishingly extravagant statement for me to make, but I think it's getting to the place now where if anyone raises this question at the level that you have been raising it, as a young person who is growing up in his adolescent years, let's say, and he won't let it go, he hangs in there with it, as we say, the question is seriously raised whether he is normal. A:Sekarang, sebenarnya,... saya tahu ini barangkali akan muncul... sebagai suatu pernyataan meng- herankan yang berlebih-lebihan... untuk saya membuatnya,... tetapi saya pikir, ini sekarang akan sampai ke suatu tempat di mana,... jika seseorang mengajukan masalah ini... pada tingkat yang telah Anda angkat,... sebagai seorang muda yang sedang tumbuh... katakanlah, dalam tahun-tahun remajanya,... dan ia tidak mau melepaskannya,... ia bertahan dengan itu, seperti kita katakan, dengan serius pertanyaannya diangkat apakah ia normal.
35:52 K: Yes, quite, quite. K : Ya, benar, benar.
35:54 A: And it makes one think of Socrates, who was very clear that he knew only one thing: that he didn't know, and he didn't have to say that very often, but he said it the few times enough to get him killed, but at least they took him seriously enough to kill him. Today I think he would be put in some institution for study. The whole thing would have to be checked out. A:Dan itu membuat seseorang berpikir tentang Socrates,... yang sangat gamblang... bahwa ia hanya tahu satu hal: bahwa ia tidak tahu,... dan ia tidak harus mengatakannya amat sering,... tapi ia mengatakan itu beberapa kali cukup untuk membuatnya dibunuh,... tetapi setidaknya mereka memandang dia cukup serius untuk membunuhnya. Hari ini saya pikir ia akan ditempatkan... dalam suatu institusi untuk dipelajari. Seluruhnya harus diperiksa.
36:20 K: That's what is happening in Russia. They send him off to an asylum... K:Itu adalah yang sedang terjadi di Russia. Mereka mengirimkannya ke sebuah rumah sakit jiwa...
36:24 A: That's right.

K: ...mental hospital, and destroy him. Sir, here... we neglect everything for some superficial gain - money. Money means power, position, authority, everything - money.
A:Itu benar.

K:...Rumah sakit jiwa, dan menghancurkannya. Tuan, di sini... kita menyia-nyiakan segala sesuatu demi suatu hasil yang dangkal... - uang. Uang berarti kekuasaan, jabatan, otoritas, segala sesuatu - uang.
36:50 A: It goes back to this success thing that you mentioned before. Always later, always later. On a horizontal axis. Yes. I did want to share with you, as you were speaking about nature, something that has a sort of wry humour about it in terms of the history of scholarship: I thought of those marvellous Vedic hymns to Dawn. A:Itu kembali pada pendewaan terhadap sukses ini... yang Anda sebut sebelumnya. Selalu nanti, selalu nanti. Pada poros horisontal. Ya. Saya ingin berbagi dengan Anda,... selagi Anda berbicara tentang alam,... sesuatu yang mempunyai pancaran semacam humor ejekan... dalam kaitan dengan sejarah kesarjanaan:... Saya memikirkan... nyanyian-nyanyian pujian Veda yang amat indah kepada Dawn (Dewi Fajar).
37:22 K: Oh yes. K:Oh ya.
37:26 A: The way Dawn comes, rosy fingered, and scholars have expressed surprise that the number of hymns to her are, by comparison, few compared with some other gods, but the attention is drawn in the study not to the quality of the hymn, as revealing how it is that there is such consummately beautiful cadences associated with her, for which you would only need one, wouldn't you, you wouldn't need 25. The important thing is, isn't it remarkable, that we have so few hymns, and yet they are so wonderfully beautiful. What has the number to do with it at all is the thing that I could never get answered for myself in terms of the environment in which I studied Sanskrit and the Veda. The important thing is to find out which god, - in this case Indra - is, in the Rig Veda, mentioned most often. Now, of course, I'm not trying to suggest that quantity should be overlooked, by no means, but if the question had been approached the way you have been enquiring into it, deeper, deeper, deeper, then, I think, scholarship would have had a very, very different career. We should have been taught how to sit and let that hymn disclose itself, and stop measuring it. A:Cara Dawn datang, berjari merah muda,... dan para cendekiawan memperlihatkan keheranan bahwa,... jumlah nyanyian pujian kepadanya, sebagai perbandingan, sedikit,... dibandingkan dengan tuhan- tuhan tertentu lainnya,... tetapi perhatian ditarik ke dalam studi... bukan pada mutu dari nyanyian,... sepertinya mengungkapkan bagaimana ia dengan... adanya irama-irama yang begitu indah sempurna... yang terkait dengannya,... untuk mana Anda akan membutuhkan hanya satu,... bukankah demikian, Anda tidak membutuhkan 25. Hal yang penting adalah, bukankah ini luar biasa,... bahwa kita mempunyai begitu sedikit nyanyian pujian,... namun demikian, mereka begitu sangat indah. Apa peranan jumlah sehubungan dengan itu,... adalah hal yang tidak pernah saya dapatkan jawaban bagi diri saya... berkenaan dengan lingkungan dalam mana saya belajar,... Sansekerta dan Veda. Hal yang penting adalah untuk menemukan Tuhan yang mana,... - dalam hal ini adalah Indra - adalah, dalam Rig Veda, yang disebutkan paling sering. Sekarang, tentu saja, saya tidak sedang mencoba menyarankan bahwa,... kuantitas seharusnya diabaikan, sama sekali tidak,... tetapi jika persoalannya telah dihampiri... secara Anda telah menyelidikinya,... lebih dalam, lebih dalam, lebih dalam,... maka, saya pikir, kesarjanaan akan memiliki suatu... karir yang amat amat berbeda. Kita seharusnya diajarkan bagaimana bersikap... dan membiarkan nyanyian pujian itu menyingkap dirinya,... dan berhenti mengukurnya.
39:19 K: Yes, sir.

A: Yes, yes, please do go on.
K:Ya, Tuan.

A:Ya, ya, silahkan diteruskan.
39:21 K: That's what I am going to say. You see, when discussing beauty and passion and sorrow, we ought to go into the question also of what is action? Because it is related to all that.

A: Yes, of course.
K:Itulah apa yang akan mau saya katakan. Anda lihat, ketika mendiskusikan keindahan dan gairah dan duka,... kita seharusnya menyelami juga persoalan, apakah tindakan itu? Sebab ini berhubungan dengan semua itu.

A:Ya, tentu saja.
39:42 K: What is action? Because life is action. Living is action. Speaking is action. Everything is action, sitting here is an action, talking, a dialogue, discussing, going into things is a series of actions, a movement in action. So what is action? Action obviously means acting now. Not having acted or will act. It is the active present of the word 'act', 'to act', which is acting all the time. It is a movement in time and out of time. We will go into that a little bit later. Now what is action that does not bring sorrow? You follow? One has to put that question, because every action, as we do now, is either regret, contradiction, a sense of meaningless movement, repression, conformity, and so on. So that is action for most people: the routine, the repetition, the remembrances of things past, and act according to that remembrance. So unless one understands very deeply what is action, one will not be able to understand what is sorrow. So action, sorrow, passion, and beauty. They are all together, not divorced, not something separate with beauty at the end, action at the beginning. It isn't like that at all, it is all one thing. But to look at it, what is action? As far as one knows, now, action is according to a formula, according to a concept, or according to an ideology. The communist ideology, the capitalist ideology, or the socialist ideology, or the ideology of a Christian, Jesus Christ, or the Hindu with his ideology. So action is the approximation of an idea. I act according to my concept. That concept is traditional, or put together by me, or put together by an expert. Lenin, Marx have formulated and they conform according to what they think Lenin, Marx... And action is according to a pattern. You follow?

A: Yes, I do. What's occurring to me is that under the tyranny of that, one is literally driven.
K:Apakah tindakan itu? Sebab kehidupan adalah tindakan. Hidup adalah tindakan. Berbicara adalah tindakan. Segala sesuatu adalah tindakan,... duduk disini adalah suatu tindakan,... berbicara, berdialog, berdiskusi, masuk ke dalam sesuatu... adalah serangkaian tindakan, suatu gerak dalam tindakan. Jadi apakah tindakan itu? Tindakan jelas berarti bertindak saat ini. Bukan telah bertindak atau akan bertindak. Itu adalah aktif saat kini dari kata 'tindak', 'bertindak',... yang adalah bertindak sepanjang waktu. Itu adalah suatu gerak dalam waktu dan di luar waktu. Kita akan menyelaminya sebentar lagi nanti. Sekarang apakah tindakan yang tidak membawa duka? Anda mengikuti? Orang harus mengajukan pertanyaan itu,... sebab setiap tindakan, seperti yang kita lakukan sekarang ini... adalah atau penyesalan, atau kontradiksi,... suatu rasa tanpa arti dari gerak,... penindasan, penyesuaian, dan seterusnya. Jadi itu adalah tindakan bagi sebagian besar orang:... rutinitas, pengulangan,... kenangan akan segala sesuatu dari masa lalu,... dan bertindak menurut kenangan itu. Jadi kecuali orang memahami sangat dalam apakah tindakan itu,... ia tidak akan dapat memahami apakah duka itu. Jadi tindakan, duka, gairah, dan keindahan. Itu semua menjadi satu, tidak terpisah,... bukan sesuatu yang terpisah dengan keindahan di ujung akhir,... tindakan pada awalnya. Sama sekali bukan seperti itu, itu semua adalah satu. Tetapi memandang padanya, apakah tindakan itu? Sejauh yang diketahui orang, sekarang ini,... tindakan adalah menurut suatu rumus,... menurut suatu konsep, atau menurut suatu ideologi. Ideologi komunis, ideologi kapitalis,... atau ideologi sosialis,... atau ideologi dari seorang Kristen, Jesus Kristus,... atau orang Hindu dengan ideologinya. Jadi tindakan adalah pendekatan dari suatu ide. Saya bertindak menurut konsep saya. Konsep itu adalah tradisional,... atau dihimpun oleh saya, atau dihimpun oleh seorang ahli. Lenin, Marx telah merumuskan... dan mereka menyesuaikan menurut apa yang mereka pikir... Lenin, Marx... Dan tindakan adalah menuruti suatu pola. Anda mengikuti?

A:Ya, saya mengikuti. Apa yang sedang muncul pada saya adalah bahwa,... di bawah tirani itu, orang sesungguhnya dipaksa.
43:45 K: Absolutely. Driven, conditioned, brutalised. You don't care for anything except for ideas and carrying out ideas. See what is happening in China - you follow? - in Russia. K:Tentu saja. Didorong, dikondisikan, disiksa. Anda tidak perduli dengan apapun,... kecuali demi ide-ide dan melaksanakan ide-ide. Lihatlah apa yang sedang terjadi di Tiongkok... - Anda mengikuti? - di Russia.
44:02 A: Oh yes, yes, I do. A:Oh ya, ya, saya mengikuti.
44:05 K: And here too, the same thing in a modified form. So action, as we know it now, is conformity to a pattern, either in the future, or in the past, an idea which I carry out. A resolution, or a decision, which I fulfil in acting. The past is acting, so it is not action! I don't know if I am...

A: Yes, yes. I'm aware of the fact that we suffer a radical conviction that if we don't generate a pattern, there will be no order.
K:Dan di sini juga, hal yang sama dalam bentuk yang disesuaikan. Jadi tindakan, seperti yang kita tahu saat ini,... adalah penyesuaian terhadap suatu pola,... apakah di masa depan, atau di masa lalu,... suatu ide yang saya laksanakan. Suatu resolusi, atau suatu keputusan,... yang saya penuhi dalam bertindak. Masa lalu yang sedang bertindak,... jadi itu bukan tindakan! Saya tidak tahu apakah saya...

A:Ya, ya. Saya waspada akan fakta, bahwa... kita menderita di bawah suatu keyakinan yang radikal,... bahwa jika kita tidak menghasilkan suatu pola,... tidak akan ada ketertiban.
45:08 K: So, you follow what is happening, sir? Order is in terms of a pattern. K:Jadi, Anda mengikuti apa yang sedang terjadi, Tuan? Ketertiban adalah dalam kaitan suatu pola.
45:13 A: Yes, preconceived, yes. A:Ya, prasangka, ya.
45:18 K: Therefore it is disorder, against which an intelligent mind fights, fights in the sense revolts. So that's why it is very important, if we are to understand what beauty is, we must understand what action is. Can there be action without the idea? Idea means - you must know this from Greek - means to see. See what we have done, sir. The word is 'to see'. That is, seeing and the doing. Not the seeing, draw a conclusion from that, and then act according to that conclusion. You see? K:Oleh karenanya, itu adalah kekacauan,... terhadap apa suatu batin yang cerdas melawan,... melawan dalam arti memberontak. Jadi itulah mengapa adalah sangat penting,... jika kita ingin memahami apakah keindahan itu,... kita harus memahami apakah tindakan itu. Dapatkah ada tindakan tanpa ide? Ide berarti - Anda pasti tahu ini dari bahasa Yunani -... berarti melihat. Lihat apa yang telah kita lakukan, Tuan. Perkataannya adalah 'melihat',... yaitu, persepsi dan tindakannya. Bukan persepsi, menarik suatu kesimpulan dari itu,... dan kemudian bertindak menurut kesimpulan itu. Anda melihat?
46:26 A: Oh yes, yes. A:Oh ya, ya.
46:29 K: Perceiving, from that perception draw a belief, an idea, a formula, and act according to that belief, idea, formula. So we are removed from perception, we are acting only according to a formula, therefore mechanical. You see, sir, how our minds have become mechanical. K:Melihat, dari persepsi itu menarik... suatu kepercayaan, suatu ide, suatu rumus,... dan bertindak menurut kepercayaan, ide, rumus itu. Jadi kita disingkirkan dari persepsi,... kita bertindak hanya menurut suatu rumus,... oleh karena itu mekanis. Anda lihat, Tuan, betapa batin kita telah menjadi mekanis.
47:06 A: Necessarily so.

K: Yes, sir, obviously.
A:Tidak bisa dihindarkan.

K:Ya, Tuan, tak pelak lagi.
47:12 A: I just thought about Greek sculpture and its different character from Roman sculpture, the finest of ancient Greek sculpture... A:Saya baru saja terpikir tentang seni pahat Yunani... dan perbedaan karakternya dengan seni pahat Romawi,... patung kuno Yunani yang paling indah,...
47:30 K: The Periclean age and so on.

A: ...is extremely contemplative. It has sometimes been remarked that the Romans have a genius for portraiture in stone and of course...
K:Jaman Periclean dan seterusnya.

A:...adalah luar biasa kontemplatif. Kadang-kadang dinyatakan bahwa,... orang-orang Romawi mempunyai bakat yang istimewa... untuk seni lukis dalam batu dan tentu saja...
47:45 K: Law and order, and all that. K:Hukum dan ketertiban, dan sebagainya.
47:47 A: Yes, and of course one would see their remarkable attention to personality. But what occurred to me while listening to this, something that had never occurred to me before, that the Greek statue with which one sometimes asks oneself, well, the face doesn't disclose a personality. Perhaps the quiet eye recognised that you don't put onto the stone something that must come out of the act itself. A:Ya, dan tentu saja orang dapat melihat... perhatian mereka yang luar biasa terhadap kepribadian. Tetapi apa yang muncul pada diri saya sementara mendengarkan ini,... sesuatu yang tidak pernah muncul pada diri saya sebelumnya,... bahwa patung Yunani... di mana seseorang kadang-kadang bertanya pada dirinya,... yah, wajahnya tidak memperlihatkan suatu kepribadian. Barangkali mata yang teduh... menginsafi bahwa Anda tidak memasukkan ke dalam batu... sesuatu yang... harus muncul... dari tindakan itu sendiri.
48:40 K: Quite, quite. K:Betul sekali, betul sekali.
48:42 A: Because you're doing something that you must wait to come to pass. The Greeks were correct. It's an expression of that relation to form which is an interior form. Marvellous grasp of that. It's a grasp that allows for splendour to break out rather than the notion we must represent it. Yes, I am following you, aren't I? A:Sebab Anda sedang melakukan sesuatu... yang Anda harus tunggu untuk terjadinya. Orang-orang Yunani benar. Itu adalah ekspresi dari hubungan itu dengan bentuk... yang adalah suatu bentuk interiur. Pemahaman yang mengagumkan akan itu. Itu adalah suatu pemahaman yang me- mungkinkan kemegahan untuk lolos,... dari pada ide bahwa kita harus mewakilinya. Ya, saya mengikuti anda, bukan?
49:23 K: You see, sir, that's why one must ask this essential question: what is action? Is it a repetition? Is it imitation? Is it an adjustment between 'what is' and 'what should be' or 'what has been'? Or is it a conformity to a pattern, or to a belief, or to a formula? If it is, then inevitably there must be conflict. Because idea - action: there is an interval, a lag of time between the two, and in that interval a great many things happen. A division, in which other incidents take place, and therefore there must be inevitably conflict. Therefore action is never complete, action is never total, it is never ending. Action means ending. You know, you used the word 'vedanta' the other day. It means the ending of knowledge, I was told. Not the continuation of knowledge, but the ending. So now, is there an action, which is not tied to the past as time, or to the future, or to a formula, or a belief, or an idea, but action? The seeing is the doing. K:Anda lihat, Tuan, itulah mengapa... orang harus menanyakan persoalan yang sangat penting ini:... apakah tindakan itu? Apakah itu suatu pengulangan? Apakah itu tiruan? Apakah itu suatu penyesuaian antara 'apa adanya'... dengan 'apa yang seharusnya' atau 'apa yang telah lalu'? Atau apakah itu suatu penyesuaian terhadap suatu pola,... atau pada suatu kepercayaan, atau pada suatu rumus? Jika demikian, maka tidak terhin- darkan pastilah ada konflik. Sebab ide - tindakan: ada suatu selang waktu,... suatu jangka waktu antara dua itu,... dan dalam selang waktu itu ada banyak sekali hal terjadi. Suatu pemisahan, di mana peristiwa- peristiwa lain berlangsung,... dan oleh karena itu pastilah tak terelakkan ada konflik. Oleh karena itu tindakan tidak pernah lengkap,... tindakan tidak pernah total, tidak pernah berakhir. Tindakan berarti pengakhiran. Anda tahu, Anda menggunakan kata 'vedanta' di hari yang lalu. Itu berarti akhir dari pengetahuan, saya diberitahu. Bukan kelanjutan dari pengetahuan, tetapi pengakhiran. Jadi sekarang,... apakah ada suatu tindakan,... yang tidak terikat pada masa lalu sebagai waktu,... atau pada masa depan, atau pada suatu rumus,... atau pada suatu kepercayaan, atau pada suatu ide, tetapi tindakan? Persepsi adalah tindakannya.
51:29 A: Yes. A:Ya.
51:32 K: Now, the seeing is the doing becomes an extraordinary movement in freedom. The other is not freedom. And therefore, sir, the communists say there is no such thing as freedom. That's a bourgeois idea. Of course it is a bourgeois idea, because they live in ideas, concepts, not in action. They live according to ideas and carry those ideas out in action, which is not action, the doing. I don't know if...

A: Oh yes, yes. I was just thinking.
K:Sekarang, persepsi adalah tindakannya menjadi... suatu gerak yang luar biasa dalam kebebasan. Yang lain bukan kebebasan. Dan oleh karena itu, Tuan, orang komunis berkata... tidak ada kebebasan seperti itu. Itu suatu ide borjuis. Tentu saja itu adalah suatu ide borjuis,... sebab mereka hidup dalam ide-ide,... konsep-konsep, bukan dalam tindakan. Mereka hidup menurut ide-ide... dan menjalankan ide-ide itu dalam tindakan,... yang adalah bukan tindakan, perbuatan. Saya tidak tahu apakah...

A:Oh ya, ya. Saya hanya sedang berpikir.
52:21 K: This is what we do in the Western world, in the Eastern world, all over the world: acting according to a formula, idea, belief, a concept, a conclusion, a decision, and never the seeing and the doing. K:Ini adalah apa yang kita lakukan di dunia Barat,... di dunia Timur, di seluruh dunia:... bertindak menurut suatu rumus,... ide, kepercayaan, suatu konsep, sua- tu kesimpulan, suatu keputusan,... dan tidak pernah persepsi dan tindakannya.
52:43 A: I was thinking about the cat, the marvellous animal the cat.

K: The cat, oh yes.
A : Saya sedang berpikir tentang kucing, hewan yang mengagumkan, si kucing.

K:Kucing, oh ya.
52:51 A: Its face is almost all eye. A:Hampir semua wajahnya adalah matanya.
52:56 K: Yes. K:Ya.
52:59 A: I don't mean that by measure with callipers, of course not. And we don't train cats like we try to train dogs. I think we have corrupted dogs. Cats won't be corrupted. They simply won't be corrupted. And it seems to me great irony that in the middle ages we should have burned cats along with witches. A:Dengan itu saya tidak bermaksud mengukur dengan jangka lengkung,... tentu saja tidak. Dan kita tidak melatih kucing seperti kita mencoba melatih anjing. Saya pikir kita telah merusak anjing. Kucing tidak akan dirusak. Mereka benar-benar tidak mau dirusak. Dan tampak bagi saya suatu ironi yang besar... bahwa dalam jaman pertengahan... kucing-kucing seharusnya kita bakar bersama dengan penyihir-penyihir.
53:24 K: The ancient Egyptians worshipped cats. K:Orang Mesir kuno memuja kucing.
53:26 A: Yes. The great eye of the cat... I read sometime ago that the cat's skeletal structure is among mammals the most perfectly adapted to its function. A:Ya. Mata kucing yang besar,... Saya beberapa waktu yang lalu membaca... bahwa struktur kerangka kucing adalah,... diantara binatang menyusui, yang paling sempurna disesuaikan... pada fungsinya.
53:42 K: Quite. K:Betul sekali.
53:43 A: And I think one of the most profound occasions for gratitude in my life was the living with a cat, and she taught me how to make an end. But I went through a lot of interior agony before I came to understand what she was doing. It's as though one would say of her that she was performing a mission, we might say, without, of course, being a missionary in the ordinary sense of that word. A:Dan saya pikir salah satu peristiwa yang paling dalam... untuk berterima kasih dalam hidup saya, adalah... hidup bersama seekor kucing,... dan ia mengajarkan saya... bagaimana membuat suatu akhir. Tetapi saya melalui banyak siksaan batin... sebelum saya memahami apa yang ia perbuat. Yang seolah-olah orang akan berkata tentang dia, bahwa... ia sedang... melakukan suatu misi, bisa kita ka- takan demikian, tanpa, tentu saja,... menjadi suatu misionaris dalam arti yang lazim dari kata itu.
54:41 K: Yes, sir, you see, one begins to see what freedom is in action. K:Ya, Tuan, Anda lihat,... seseorang mulai melihat apakah kebebasan itu dalam tindakan.
54:55 A: That's right. A:Itu benar.
54:58 K: And the seeing in the doing is prevented by the observer, who is the past, the formula, the concept, the belief. That observer comes in between perception and the doing. That observer is the factor of division. The idea and the conclusion in action. So can we act only when there is perception? We do this, sir, when we are at the edge of a precipice, the seeing danger is instant action. K:Dan persepsi dalam tindakan dihalangi... oleh si pengamat,... yang adalah masa lalu, rumus, konsep, kepercayaan. Si pengamat masuk di antara persepsi dan tindakan. Si pengamat adalah faktor dari pemisahan. Ide dan kesimpulan dalam tindakan. Jadi dapatkah kita bertindak hanya... ketika ada persepsi? Kita melakukan ini, Tuan,... ketika kita ada di pinggir sebuah tebing,... persepsi bahaya adalah tindakan seketika.
56:07 A: If I remember correctly, the word 'alert' comes from the Italian, which points to standing at the edge of a cliff. A:Jika saya ingat dengan benar, kata 'alert' (waspada)... datang dari bahasa Italia,... yang menunjuk kepada berdiri di pinggir sebuah jurang.
56:15 K: Cliff, that's right. K:Jurang, itu benar.
56:19 A: That's pretty serious. A:Itu cukup serius.
56:22 K: You see, it's very interesting. We are conditioned to the danger of a cliff, of a snake, or a dangerous animal, and so on, we are conditioned. And we are conditioned also to this idea: you must act according to an idea, otherwise there is no action. K:Anda lihat, ini sangat menarik. Kita terkondisikan pada bahaya dari sebuah jurang,... dari seekor ular, atau seekor bina- tang berbahaya, dan seterusnya,... kita terkondisi. Dan kita terkondisi juga pada ide ini:... Anda harus bertindak menurut suatu ide,... jika tidak maka tidak ada tindakan.
56:50 A: Yes, we are conditioned to that.

K: To that.
A:Ya, kita terkondisi pada itu.

K:Pada itu.
56:51 A: Oh yes, terribly so.

K: Terribly. So we have this condition to danger. And conditioned to the fact that you cannot act without a formula, without a concept, belief, and so on. So these two are the factors of our conditioning. And now, someone comes along and says, look, that's not action. That is merely a repetition of what has been, modified, but it is not action. Action is when you see and do!
A:Oh ya, memang amat sangat.

K:Amat sangat. Jadi kita mempunyai kondisi ini terhadap bahaya. Dan terkondisi pada fakta... bahwa Anda tidak dapat bertindak tanpa suatu rumus,... tanpa sebuah konsep, kepercayaan, dan seterusnya. Jadi dua hal ini adalah faktor dari keterkondisian kita. Dan sekarang, seseorang datang dan berkata, lihatlah,... itu bukan tindakan. Itu adalah semata-mata suatu pengulangan dari yang sudah ada,... diubah, tetapi itu bukan tindakan. Tindakan adalah ketika Anda melihat dan melakukan!
57:31 A: And the reaction to that is: oh, I see, he has a new definition of action. A:Dan reaksinya adalah: oh, saya paham,... ia mempunyai sebuah definisi baru dari tindakan.
57:37 K: I'm not defining.

A: Yes, of course not.
K:Saya tidak mendefinisikan.

A:Ya, tentu saja tidak.
57:40 K: And I've done this all my life. I see something and I do it.

A: Yes.
K:Dan saya telah melakukan ini sepanjang hidup saya. Saya melihat sesuatu dan saya melakukannya.

A:Ya.
57:46 K: Say, for instance, as you may know, I am not being personal or anything, there is a great big organisation, spiritual organisation, with thousands of followers, with a great deal of land, 5000 acres, castles, and money, and so on, were formed around me, as a boy. And in 1928 I said, 'This is all wrong'. I dissolved it, returned the property, and so on. I saw how wrong it was - the seeing; not the conclusions, comparison, say, how religions have done it. I saw and acted. And therefore there has never been a regret. K:Katakanlah, misalnya, seperti Anda mungkin tahu,... saya tidak sedang bersifat pribadi atau apapun,... ada suatu organisasi besar, organisasi spiritual,... dengan ribuan pengikut, dengan tanah yang amat luas,... 5000 acre, istana-istana, dan uang, dan seterusnya,... dihimpun sekitar saya, ketika masih anak-anak. Dan di tahun 1928 saya berkata,... 'Ini semua tidak benar'. Saya membubarkannya, mengembalikan harta benda, dan seterusnya. Saya melihat betapa salahnya hal itu - persepsi;... bukan kesimpulan-kesimpulan,... pembandingan, katakanlah, betapa agama telah melakukan itu. Saya melihat dan bertindak. Dan oleh karena itu tidak pernah ada suatu penyesalan.
58:33 A: Marvellous.

K: Never been said, 'Oh, I have made a mistake, because I shall have nobody to lean on'. You follow?

A: Yes, I do. Could we next time, in our next conversation, relate beauty to seeing?
A:Mengagumkan sekali.

K:Tidak pernah mengatakan,... 'Oh, saya telah membuat suatu kesalahan,... sebab saya tidak mempunyai seorang- pun untuk bersandar'. Anda mengikuti?

A:Ya, saya mengikuti. Dapatkah kita untuk selanjutnya, da- lam pembicaraan kita selanjutnya,... menghubungkan keindahan dengan persepsi?
58:48 K: I was going there.

A: Oh, splendid. Yes, that's wonderful.
K:Saya akan ke situ.

A:Oh, baik sekali. Ya, itu indah sekali.